Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA PELAJARAN

AGAMA ISLAM

NAMA : DANISHA HUMAIRAH


KELAS : VI.A
ABU LAHAB

Paman Nabi ‫ ﷺ‬yang hidup di masa kerasulan ada empat orang. Dua orang
beriman kepada risalah Islam dan dua lainnya kufur bahkan menentang.
Dua orang yang beriman adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan al-Abbas
bin Abdul Muthalib radhiallahu ‘anhuma. Satu orang menolong dan
menjaganya, tidak menentang dakwahnya, namun ia tidak menerima agama
Islam yang beliau bawa. Di adalah Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Dan yang
keempat adalah Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Ia menentang dan
memusuhui keponakannya. Bahkan menjadi tokoh orang-orang musyrik
yang memerangi beliau ‫ ﷺ‬.

Nama terakhir ini kita kenal dengan Abu Lahab. Dan Alquran
mengabadikannya dengan nama itu.

Sifat Fisiknya

Lewat film dan gambar-gambar, Abu Lahab dikenalkan dengan perawakan


jelek (tidak tampan) dan hitam. Sehingga kesan garang seorang penjahat
begitu cocok dengan penampilannya. Namun, sejarawan meriwayatkan
bahwa Abu Lahab adalah sosok yang sangat putih kulitnya. Seorang laki-laki
tampan dan sangat cerah wajahnya. Demikianlah orang-orang jahiliyah
mengenalnya.

Pelajaran bagi kita, Abu Lahab memiliki nasab yang mulia. Seorang Quraisy.
Paman dari manusia terbaik dan rasul yang paling utama, Muhammad ‫ ﷺ‬.
Memiliki kedudukan di tengah kaumnya. Memiliki paras yang rupawan.
Namun semuanya tidak ada artinya tanpa keimanan. Allah ‫ ﷻ‬hinakan dia
dengan mencatatnya sebagai seorang yang celaka. Dan dibaca oleh manusia
hingga hari kiamat dalam surat al-Masad.

Sementara Bilal bin Rabah. Seorang budak, hitam, tidak pula tampan, dan
jauh dari kedudukan serta kemapanan. Namun Allah ‫ ﷻ‬muliakan dengan
keimanan. Oleh karena itu, janganlah tertipu dengan keadaan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ظ ُر ِإلَى قُلُو ِب ُك ْم َوأَ ْع َما ِل ُك ْم‬


ُ ‫ص َو ِر ُك ْم َوأ َ ْم َوا ِل ُك ْم َولَ ِك ْن َي ْن‬ ُ ‫َّللاَ الَ َي ْن‬
ُ ‫ظ ُر ِإلَى‬ َّ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan
tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no.
2564).

Mengapa Ia Disebut Abu Lahab?

Kun-yah dari Abdul Uzza bin Abdul Muthalib adalah Abu Lahab. Lahab
artinya api. Karena Abdul Uzza ketika marah, rona wajahnya berubah
menjadi merah layaknya api. Dengan kun-yahnya inilah Alquran
menyebutnya, bukan dengan nama aslinya. Alasannya:

Pertama: Karena Alquran tidak menyebutkan nama dengan unsur


penghambaan kepada selain Allah. Namanya adalah Abdul Uzza yang berarti
hambanya Uzza. Uzza adalah berhala musyrikin Mekah.

Kedua: Orang-orang lebih mengenalnya dengan kun-yahnya dibanding


namanya.

Ketiga: Imam al-Qurthubi rahimahullah menyatakan dalam tafsirnya bahwa


nama asli itu lebih mulia dari kun-yah. Oleh karena itu, Allah menyebut para
nabi-Nya dengan nama-nama mereka sebagai pemuliaan. Dan menyebut
Abu Lahab dengan kun-yahnya. Karena kun-yah kedudukannya di bawah
nama. Ini menurut al-Qurthubi rahimahullah.

Orang-orang di masanya juga mengenal Abu Lahab dengan Abu Utbah


(ayahnya Utbah). Namun karena kekafiran, Allah ‫ ﷻ‬kekalkan nama Abu
Lahab untuknya. Sebenarnya ia adalah tokoh Mekah yang cerdas. Sayang
kecerdasan dan kepandaiannya tidak bermanfaat sama sekali di sisi Allah,
karena tidak ia gunakan untuk merenungkan kebenaran syariat Islam yang
lurus.
ABU JAHAL

Abu Jahal nama aslinya Amr bin Hisyam bin Mughirah dari suku Makhzum.

Dia termasuk pemuka suku Quraisy dari kabilah Kinanah. Sebelumnya dia
digelari masyarakatnya dengan Abul Hakam (bapak kebijaksanaan) karena
dianggap cerdas. Dia diizinkan untuk mengikuti Darun Nadwah – forum
orang Quraisy yang hanya dihadiri oleh para pembesar Quraisy. Namun oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari dengan Abu Jahal (bapak
kebodohan). Karena dia membunuh Sumaiyah bintu Khayyath dengan
tombak yang dimasukkan ke kemaluannya sampai mati…

Dialah yang mengusulkan untuk membantai Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bareng-bareng dari banyak suku. Ketika mereka berkumpul di Dar
an-Nadwah membahas, bagaimana cara paling tepat untuk membunuh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada banyak usulan, tapi semuanya
mentok, karena mereka khawatir Bani Abdi Manaf akan menggugat dan
menunntut qishas.

Kemudian Abu Jahal usul,

Setiap kabilah harus mengutus satu pemuda yang paling kuat, paling gagah,
paling bagus. Masing-masing kita beri pedang terhunus, kemudian bersama-
sama menyerang Muhammad dengan satu komando, dan dibunuh bareng-
bareng. Jika Bani Abdi Manaf menuntut, mereka tidak akan mampu melawan
banyak suku. Sehingga Bani Abdu Manaf hanya akan meminta ganti diyat
100 ekor onta.

Dan rencana inilah yang dijalankan… permusuhannnya yang luar biasa


kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin, hingga dia
digelari dengan Fir’aun umat ini.

Abu Jahal mati ketika perang Badar. Pada saat barisan kaum muslimin
berhadapan dengan barisan musyrikin, tiba ada 2 pemuda berusia 16an
tahun berposisi tepat disamping kanan dan kiri Abdurrahman bin Auf.
Mereka adalah Muawidz dan Muadz bin Afra. Masing-masing bertanya
kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Wahai paman, mana Abu Jahal yang paling
keras memusuhi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’. Setelah ditunjukkan,
kedua pemuda ini berlomba menyerang hingga Abu Jahal tersungkur…

Setelah perang usai, Ibnu Mas’ud menyisir lapangan perang, hingga ketemu
Abu Jahal yang sudah tidak berdaya.

“Siapa hari ini yang menang?” tanya Abu Jahal.

“Allah dan Rasul-Nya yang menang, wahai musuh Allah.” jawab Ibnu
Mas’ud.

“Sungguh kamu telah berhasil naik ke puncak yang sulit, wahai


penggembala kambing.” Kata Abu Jahal.

Kemudian Ibnu Mas’ud memenggal kepala Abu Jahal yang sudah terpotong
telinganya. Dan dibawanya menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau berkomentar,

“Telinga balas telinga dan ditambah kepala.”

Karena Abu Jahal pernah memotong telinga Ibnu Mas’ud.


MUSAILAMAH AL KADZB
Musailamah Al Kadzb adalah seorang nabi palsu. Ia mendakwahkan dirinya
jadi nabi. Ia berusaha untuk menandingi Al Qur’an, padahal mustahil bagi
manusia dapat membuat susunan yang serupa dengan Al Qur’an yang dapat
menandinginya. Keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya tidak
ada tara bandingannya. Al Qur’an adalah mukjizat yang terbesar yang
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Di dalam Al Qur’an sendiri memang terdapat ayat-ayat yang menantang


setiap orang dan mengatakan: kendatipun berkumpul jin dan manusia untuk
membuat yang serupa dengan Al Qur’an, mereka tidak akan dapat
membuatnya, sebagaimana Firman Allah SWT

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk


mengatakan yang serupa Al Qur’an ini, niscaya tidak mereka akan dapat
membuatnya, biarpun sebagian mereka membantu sebagian (yang lain).”
(QS Al Isra’ ayat 88).

Musailamah Al Kadzab nabi palsu itu membuat gubahan untuk menandingi


Al Qur’an. Kata-kata Musailamah Al Kadzab yang dianggapnya dapat
menandingi sebagian ayat-ayat Al Qur’an contohnya adalah:

Artinya: Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah


sesukamu,bahagian atas engau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.

Seorang sasterawan Arab yang ternama yaitu Al Jahiz memberikan penilaian


gubahan Musailamah Al Kadzab ini dalam bukunya yang bernama “ Al
Hayawan “ sebagai berikut: Saya tidak mngerti apakah gerangan yang
menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya
itu, Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al Qur’an
itu kepadanya sebagai wahyu.”
Musailamah Al Kadzab menemui kegagalan dalam menandingi Al Qur’an. Ia
bahkan mendapat cemoohan dan hinaan dari masyarakat.

Musailamah Al Kadzab yang mengaku sebagai nabi ini akhirnya ditumpas


maka terjadilah pertempuran Yamamah pada tahun 12 Hijriyah, yaitu
pertempuran antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Kalid abi Walid
melawan pasukan Musailamah Al Kadzab. Dengan pertempuran ini pasukan
Islam dapat menumpas pasukan Musailamah Al Kadzab. Akhirnya
Musailamah Al Kadzab berhasil dibunuh oleh Wahsyi.

Musailamah Al Kadzab pembohong

Bohong adalah tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Musailamah


Al Kadzab adalah seorang yang berperilaku bohong. Ia mengaku sebagai
Nabi, padahal setelah Nabi Muhammad SAW tidak ada lagi nabi. Nabi
Muhammad SAW adalah Nabi yang terakhir. Nabi Akhiruz zaman.

Musailamah Al Kadzab menunjukkan perilaku yang buruk, tidak


mencerminkan perilaku yang terpuji, bahkan merupakan induk dari berbagai
akhlak yang buruk. Berbuat bohong sangat merugikan diri sendiri dan orang
banyak.

Perilaku bohong merupakan penyakit rokhani, ucapannya tidak akan


dipercaya orang, sekalipun yang diucapkannya itu benar. Dalam hal bohong
seperti yang dilakukan oleh Musailamah Al Kadzab banyak macam ragamnya
diantaranya, mendustakan ayat-ayat Allah SWT dan Rasul-Nya, berbohong
kepada orang lain, berbohong antara atasan dan bawahan, pemimpin
dengan pemimpin, berbohong antar teman sendiri dll.

Berbohong merupakan akhlak yang tercela yang harus kita hindari sejauh
mungkin, apalagi berbohong kepada Allah SWT dan Rasul-Nya akan
berakibat yang fatal sebagaimana Firman Allah SWT
Artinya: “Dan pada hari Kiamat akan melihat orang-orang yang berbuat
dusta terhadap Allah SWT mukanya menjadi hitam. Bahkan dalam neraka
jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”
(Q.S. Az Zumar ( 39 ): 60)

Berbohong selain termasuk sifat tercela yang pelakunya akan ditempatkan di


neraka Jahannam, juga merupakan salah satu sifat dari munafik. Dalam
hadits Bukhari Muslim disebutkan:

Artinya: “ Tanda-tanda orang Munafik ada tiga: apabila berbicara selalu


bohong / dusta, apabila berjanji tidak ditepati/ menyelisihi, dan apabila
dipercaya berhianat (H.R. Bukhari Muslim).

Perilaku seperti yang dilakukan Musailamah Al Kadzab si Nabi Palsu itu harus
kita hindari. Perilaku yang harus kita pupuk adalah perilaku untuk
memperbaiki iman kita, karena dengan iman yang baik akan membuahkan
akhlak yang terpuji dan dari akhlak yang terpuji akan mewujudkan
perbuatan yang terpuji, tegas, lugas dan tidak akan berbohong.

Orang yang selalu berkata jujur, benar, adil dan terbuka akan memperoleh
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akherat kelak. Oleh karena itu
jauhilah sifat –sifat tercela seperti bohong ini dalam kehidupan sehari-hari
sebagai bukti takwa kita terhadap Allah SWT.

Orang yang jujur akan dipercaya orang lain, disukai teman, dicintai Allah
SWT dan Rasul-Nya dan bisa hidup dengan tenang dan nyaman. Akan tetapi
sebaliknya apabila sifat bohong kita lakukan akan membuat kita sendiri rugi.
Kita akan dijauhi teman, dibenci Allah SWT dan rasul-Nya dan akan selalu
merasakan resah, gundah, gelisah dalam hidup dan kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai