Disusun oleh:
CAESAR RIFFAN UTAMA
NIM: 12/336769/SV/01776
2015
i
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan
Departemen Teknik Mesin
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada
NIM : 12/336769/SV/01776
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya atau
gelar lainnya di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan Rahmat Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Saya persembahkan karya ini untuk:
1. Ayahanda terimakasih atas limpahan kasih sayang dan memberikan motivasi
yang berarti.
2. Bunda terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak terhingga
dan selalu memberikan yang terbaik.
3. Keluarga dan saudara yang memberi dukungan dan waktu untuk
kebersamaan.
Terimakasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga membuat
hari-hari semasa kuliah lebih berarti. Semoga tak ada lagi duka nestapa di dada
tapi suka dan bahagia tawa dan canda.
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan memberikan
kemudahan dalam segala hal, amin.
v
LEMBAR MOTTO
Jangan terlalu bangga akan gelar dan nilai yang telah dicapai karena ada yang
lebih penting dari itu, yaitu apa yang akan kamu lakukan setelah lulus nanti.
vi
KATA PENGANTAR
vii
ABSTRACT
viii
INTISARI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN NOMOR PERSOALAN........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO...................................................................................... v
KATA PENGANTAR..................................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
INTISARI......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan.............................................................. 1
1.2 Tujuan Dan Manfaat Penelitian........................................................... 1
1.3 Identifikasi Masalah............................................................................. 1
1.4 Batasan Masalah.................................................................................. 1
1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................... 2
x
2.7 Busi...................................................................................................... 14
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan dan manfaaat penelitian,
identifikasi masalah, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab V KESIMPULAN
Berisikan kesimpulan tentang hasil rancangan yang telah dibuat serta saran
dalam pengembangan rancangan tersebut.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
menimbulkan arus listrik. Adanya arus listrik menimbulkan antara ujung
kumparan terdapat beda potensial yang disebut gaya gerak listrik (ggl) induksi.
1. Fluks Magnet ( )
Garis gaya magnet semakin rapat akan menghasilkan medan magnet semakin
kuat. Fluks magnet adalah banyaknya garis medan magnet yang menembus suatu
luas daerah tertentu dengan tegak lurus.
(1)
(Wb)
B = kuat medan magnet (Wb/m2)
A = luas permukaan yang ditembus (m2)
2. Hukum Faraday
Arus listrik mengalir dalam satu rangkaian, maka disekitar arus tersebut akan
timbul fluks magnet. Garis gaya listrik (ggl) induksi bergantung pada laju
perubahan fluks magnet yang melalui suatu rangkaian.
(2)
(3)
(Volt)
N = jumlah lilitan pada kumparan
= perubahan fluks magnet (Wb/m2)
Tanda minus (-) pada persamaan di atas menyatakan arah sesuai dengan hukum
Lenz.
3. Hukum Lenz
Arah arus induksi dalam kumparan sedemikian rupa sehingga medan magnet
yang dihasilkan arus tersebut melawan perubahan fluks penyebabnya.
4. GGL induksi akibat berbagai faktor perubahan fluks
4
Sesuai rumus fluks magnet , perubahan fluks magnet disebabkan
oleh tiga faktor:
1. Perubahan luas bidang kumparan
2. Perubahan besar induksi magnet
3. Perubahan sudut antara B dan arah normal bidang N
(1) GGL induksi akibat perubahan luas bidang kumparan (A)
(4)
5
(7)
(3) GGL induksi akibat perubahan sudut antara B dan normal bidang N ( ) GGL
induksi ini merupakan prinsip dasar pembuatan generator. Perubahan sudut
dilakukan dengan cara memutar kumparan yang memiliki luas bidang (A) dan
medan magnet (B) homogen (sejenis) dengan kecepatan sudut. Sehingga fluks
magnet yang dilingkupi kumparan adalah:
(8)
(9)
Keterangan:
1. Terminal Positif
Berfungsi untuk aliran arus listrik dari baterai/sumber tegangan.
2. Terminal Negatif
Bagian dari koil yang berfungsi sebagai ground.
3. Kumparan Primer
Kumparan pada koil yang memiliki jumlah lilitan lebih sedikit dari kumparan
sekunder.
6
4. Terminal Tegangan Tinggi
Terminal pada koil yang dihubungkan langsung dengan kabel bertegangan
tinggi menuju distributor untuk disalurkan ke tiap busi pada silinder mesin.
5. Kumparan Sekunder
Kumparan yang memiliki jumlah lilitan lebih banyak dari kumparan primer
dan sebagai induksi tegangan tinggi untuk disalurkan ke distributor menuju
busi.
6. Inti Besi
Sebagai penghasil medan magnet.
7. Seal Terminal Tegangan Tinggi
Sebagai sekat (pembatas) antara terminal tegangan tinggi dengan kabel
tegangan tinggi yang menuju ke distributor.
8. Pelindung
Melindungi komponen bagian dalam koil dari kebocoran medan magnet
sekaligus dari benturan luar.
9. Isolator Porselin
Sebagai penahan dan penurun panas komponen dalam koil saat koil bekerja.
7
mengalir ke platina dan kondensor menuju masa (ground). Terjadi medan magnet
pada inti besi dan menghasilkan kemagnetan pada kumparan primer koil.
8
Gambar 2.4 Perbandingan Pulsa High (T.on) dan Low (T.off)
Duty Cycle:
Tegangan Output :
Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa perubahan duty cycle (siklus) akan
merubah tegangan output.
Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut. Misalkan
suatu PWM memiliki resolusi 8 bit, berarti PWM ini memiliki variasi perubahan
nilai sebanyak 256 variasi mulai dari 0 – 225 perubahan nilai yang mewakili
duty cycle 0% – 100% dari keluaran PWM tersebut.
9
Gambar 2.6 Siklus PWM
Semakin lebar sisi pulsa positif (T.on) maka semakin lama jeda waktu untuk
mengalir tegangan dan semakin lebar sisi pulsa negatif (T.off) maka semakin
singkat jeda waktu untuk mengalirkan tegangan. Amplitudo dan frekuensi
gelombang pulsa tetap namun siklus (duty cycle) bervariasi antara 0% – 100%.
2.5.2 IC NE555
IC 555 merupakan IC timer sekaligus penghasil gelombang pulsa (lebar
sinyal listrik). IC NE555 memiliki karateristik sebagai berikut:
IC merupakan singkatan dari Integrated Circuit. Tempat atau sistem yang
mewadahi beberapa komponen elektronik sebagai proses kerja dari IC itu sendiri.
NE merupakan kode produksi dari produsen pembuat IC tersebut. Kode NE pada
IC menjelaskan bahwa produsen pembuat IC tersebut berasal dari Amerika,
yaitu phillips dan siemens.
555 merupakan rangkaian tahanan pada IC tersebut, yaitu rangkaian seri dan tiap
tahanan memiliki tahanan sebesar 5 kΩ.
IC NE555 terdiri dari 8 pin yang memiliki fungsi tersendiri.
1. Pin 1 sebagai ground/masa.
2. Pin 2 sebagai trigger yang membatasi tegangan masuk sebesar 1/3 Vcc.
3. Pin 3 sebagai output/keluaran dari proses penghasil pulsa (lebar sinyal)
menuju ke koil.
4. Pin 4 sebagai reset yang mengatur ulang kerja IC tapi kenyataannya pin 4
tersebut langsung terhubung ke sumber tegangan Vcc untuk menghindari reset
yang akan membuat kerja IC tidak berfungsi.
10
5. Pin 5 sebagai pengatur tegangan input dari pin 8 Vcc yang menuju ke pin 6
(Threshold).
6. Pin 6 sebagai Threshold yang membatasi sumber tegangan input dari Vcc pin
8 sebesar 2/3 Vcc.
7. Pin 7 sebagai discharge yang akan melakukan pengosongan tegangan pada
komparator yang terhubung pada pin 2 (trigger) dan pin 6 (threshold) bila
tegangan input pada dua pin tersebut lebih dari batas yang dimiliki tiap pin.
8. Pin 8 sebagai Vcc yang menjadi input dari sumber tegangan sebesar 12 Volt
DC.
Secara umum rangkaian IC NE555 seperti gambar dibawah.
Set Q
FF
Reset
Q
11
Q dan Q menunjukkan kondisi output pulsa pada waktu low (T.off) atau high
(T.on). Sesuai dengan input yang dihasilkan logika 1 = waktu high (T.on) dan
logika 0 = waktu low (Toff).
Set
Reset
Q
Set hold = 1
Set
Reset
Q
Reset hold = 0
Set
Reset
Q-Q
Hold = 1 Hold = 0 Hold=1 Hold=0
12
Clock
Set
Reset
Sinyal pendetak (IC Clock) bekerja dalam suatu model atau cara yang
disebut Negative Going Transition (NGT) atau Perubahan Tepi Naik Negatif.
Artinya ketika denyut sinyal detak (clock) berganti dari 1 ke 0, perubahan
keadaan flip-flop terjadi dan keluaran Q dan Q berubah. Keluaran hanya terjadi
tepat pada tepi akhir (akhir pulsa turun) dari sinyal detak.
Lambang NGT adalah:
13
Gambar 2.9 Rangkaian Power Supply
Tegangan 22 Vac yang dihasilkan dari trafo selanjutnya menuju dioda bridge
untuk disearahkan arusnya menjadi arus DC (Direct Current). Hasil penyearahan
dari dioda bridge didapat tegangan 22 Vdc. Dari 22 Vdc masuk ke kapasitor
untuk disimpan muatan arus listriknya. Kemudian dialirkan menuju regulator tipe
7812. Angka 78 menunjukkan kode dari regulator dan 12 menunjukkan kapasitas
tegangan yang diubah sebesar 12 Vdc. Hasil tegangan DC dari regulator 7812
tersebut digunakan sebagai sumber tegangan input koil.
2.7 Busi
Busi merupakan bagian dari komponen pengapian yang berguna sebagai
penghantar api listrik (spark) akibat dari induksi tegangan tinggi pada kumparan
sekunder koil yang menuju ke elektroda positif dan negatif. Busi yang digunakan
adalah merk NGK BP7HS. Berikut penjelasannya:
B: diameter ulir busi (B=14 mm, C=10 mm, D=12 mm)
P: tipe rancangan busi (hanya pabrikan yang tahu kode ini)
14
7: tingkat panas busi (semakin kecil angkanya 6, 5, 4 disebut busi panas.
Semakin besar 8, 9 disebut busi dingin)
H: panjang ulir busi (H=12,7 mm, E=19 mm, L=11,2 mm)
S: tipe elektroda tengah (IX:inti elektroda dari bahan iridium, G:tipe busi racing,
P: inti tengah berbahan platinum, S:inti tengah tembaga)
15
BAB III
Perancangan alat tester coil ini terdiri dari beberapa tahap. Dimulai dari
perencanaan alur kerja rancang alat, penyediaan alat dan bahan, perubahan desain
alat, dan penyesuaian konsep alat dari acuan alat sebelumnya yang pernah dibuat.
3.1 Blok Diagram Perancangan Alat Tester Coil
Dalam perancangan alat perlu adanya diagram alur kerja atau urutan kerja
dari alat yang akan dibuat. Alur kerja ini dibuat dalam bentuk blok diagram. Hal
tersebut bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur kerja
dari alat tersebut. Blok diagram perancangan alat tester coil sebagai berikut.
16
Gambar 3.2 Desain Alat Tester Coil
17
Gambar 3.3 Skema Rangkaian Driver Coil
b. Membuat lubang pada bodi power supply sesuai dengan penempatan letak
driver coil dan untuk komponen elektronik lain menggunakan alat bor listrik.
c. Membuat plat tempat busi dan baut pengukur panjang api listrik. Melubangi
plat dan bodi power supply untuk lubang sekrup.
d. Memasang semua komponen yang dirancang pada bodi power supply.
18
BAB IV
Pengujian alat tester coil terbagi menjadi dua pengujian, yaitu pengujian api
listrik (spark) dan pengujian nilai resistansi (tahanan) sekunder koil. Pengujian
api listrik koil bertujuan untuk mengetahui warna api listrik yang dihasilkan tiap
koil. Pengujian nilai resistansi (tahanan) sekunder koil bertujuan untuk
mengetahui kualitas dari koil tersebut. Semakin besar tahanan sekunder koil maka
semakin tinggi induksi tegangan yang dihasilkan.
4.1 Pengujian Alat
Setelah semua komponen elektronik terpasang pada bodi power supply.
Melakukan pengujian koilnya sebagai berikut:
1. Memasang kabel (+) dan kabel (-) dari driver coil ke terminal (+) koil dan
terminal (-) koil.
2. Menancapkan kabel power supply pada stop kontak listrik.
3. Menyalakan power supply dengan menekan switch on/off.
4. Lampu LED akan nyala warna hijau dan kipas akan berputar bila terjadi
aliran arus listrik pada rangkaian power supply.
5. Mengaktifkan toggle switch on/off pada driver coil.
6. Lampu LED akan nyala warna biru sebagai penanda bahwa pada rangkaian
driver coil teraliri arus listrik.
7. Mengamati api listrik (spark) yang keluar dari busi. Putar potensiometer
untuk mengatur tegangan dan frekuensi yang keluar ke koil.
8. Mengatur jarak baut untuk mendapatkan jarak sentuh terjauh yang bisa
disentuh oleh api listrik (spark). Dan mencatat tiap hasil pengukuran dengan koil
yang beda.
19
Gambar 4.1 Pengujian Koil ke-1
20
Dari pengujian didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengujian Spark Koil
Jenis koil Tes spark (api listrik) Warna Spark (api listrik)
Koil 1 Nyala Biru
Koil 2 Mati -
Koil 3 Nyala Keunguan
Koil 1 9 kΩ Baik
Koil 2 - Buruk
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengujian koil pada tabel 4.1 dan 4.2 dapat diketahui bahwa koil
1 dan 3 memiliki kualitas yang baik sedangkan pada koil 2 berkualitas buruk. Ini
dibuktikan dari warna api listrik (spark) pada koil 1 dan 3 berwarna biru dan
keunguan sedangkan kualitas buruk pada koil 2 yang tidak ada api listriknya.
Penanda warna tersebut berdasar pada tingkat panas dari api yang beracuan pada
spektrum warna.
21
Dari gambar 4.4 menunjukkan bahwa semakin ke kiri warna maka akan
semakin pendek gelombangnya (satuan nanometer/nm) tapi memiliki frekuensi
(satuan TeraHertz/THz) dan energi foton/cahaya (satuan elektron Volts) yang
jauh lebih besar. Inilah yang menyebabkan api warna biru atau ungu (violet)
memiliki tingkat panas yang lebih tinggi dari api warna merah.
Nilai resistansi (tahanan) sekunder koil berkisar antara 8,5 kΩ sampai 9 kΩ
(standar 8-10 kΩ) bila jauh dibawah atau sama sekali tidak ada nilai tahanannya
maka koil tersebut berkualitas buruk seperti pada koil 2 yang tidak ada nilai
tahanan pada kedua kumparan koilnya. Nilai tahanan pada kumparan sekunder
berpengaruh pada tinggi-rendahnya induksi tegangan yang dihasilkan koil.
Semakin besar nilai tahanan sekunder koil maka semakin tinggi induksi tegangan
yang dihasilkan dan bila tahanan sekunder koil kecil maka induksi tegangannya
juga akan rendah.
22
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Alat tester coil yang dirancang dapat bekerja dengan baik.
2. Warna api listrik (spark) yang dihasilkan dari koil menunjukkan kualitas koil
tersebut. Kualitas koil yang baik ditandai dengan warna api listrik (spark)
berwarna biru atau keunguan (violet) sedangkan koil yang berkualitas buruk
ditandai dengan warna merah pada api listriknya.
5.2 Saran
Selama proses pengerjaan alat tester coil sampai selesai, masih terdapat banyak
kekurangan baik teknis maupun non teknis, seperti:
1. Tidak adanya alat pengukur tegangan puncak koil.
2. Penerapan ilmu yang berhubungan antara arus, kumparan koil serta proses
terjadinya induksi tegangan terhadap nilai tegangan puncak koil tersebut.
3. Tampilan alat yang kurang rapi.
Maka perlu adanya saran dan arahan serta penerapan dan pemahaman ilmu yang
berkaitan untuk perbaikan dari alat tester coil tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
24