Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PADA ANAK DENGAN ADHD


(ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)
DI RUANGAN RAWAT JALAN ANAK RSJ CISARUA PROVINSI JABAR
Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa


dengan dosen pembimbing Vita Lucya, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Kelompok 1
disusun oleh:
Alvis Syahru Ramadhan 317036

Dea Fairuz Hasna Latifah 317039

Desi Amalia 317040

Desi Rizki Ayu 317041

Hidayatul Fitri 317046

Intan Naomi Marpaung 317047

Teo Zumibakti Andani 317063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERSATUAN
PERAWAT NASIONAL INDONESIA JAWA BARAT
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah Pada Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) di
Ruangan Rawat Jalan Anak RSJ Cisarua Provinsi Jabari ni sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Penulis berterima kasih kepada Ibu Vita Lucya
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada tim penulis.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Untuk itu melalui kata pengantar ini tim
penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga penulis
dapat memperbaikinya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekali lagi penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan serta memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Bandung, 01 Januari 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................... 4
B. Kegiatan Penyuluhan ................................................................................ 6
C. Kriteria Evaluasi ....................................................................................... 7
D. Materi Penyuluhan ................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 19
A. Simpulan ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar
mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas
atau golden age (0-3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan secara cepat (Aisyah, 2008). Hal ini mengisyaratkan bahwa
apabila anak diberikan banyak stimulasi dan latihan untuk mengembangkan
dirinya secara menyeluruh, maka perkembangan pada aspek kognitif, motorik,
serta afektif dapat dicapai secara optimal yang akan mendukung perkembangan
anak selanjutnya. Hal ini tentu saja dapat dicapai apabila tumbuh dan
berkembang secara normal, berarti bahwa tidak ada gangguan yang diderita
anak baik secara fisik, psikologis maupun perilakunya. Salah satu gangguan
yang dapat menghambat proses perkembangan anak adalah gangguan perilaku.
Salah satu yang umumya terjadi pada anak usia dini dan usia sekolah adalah
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yaitu adanya pola
yang menetap dari innatention yang disertai dengan hiperaktivitas dan
impulsivitas pada seseorang. Gejala ini dapat diketahui sebelum usia 7 tahun
dan dapat terjadi dalam berbagai macam situasi seperti situasi rumah, sekolah,
bermain atau situasi sosial lainnya.(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Diagnostic
and Statistic Manual IV (American Psychiatric Association, 2005) menjelaskan
bahwa ADHD merupakan gangguan yang ditandai dengan adanya ketidak
mampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi,
sehingga rentang waktu perhatian yang dimiliki sangat singkat dibandingkan
anak lain yang seusianya. Gangguan perilaku ini biasannya disertai dengan
gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsive.

1
2

Prevalensi kejadian ADHD di Indonesia belum ada data nasional yang


pasti karena belum banyak penelitian yang dilakukan. Menurut Judarwanto
(2009) kejadian kelainan ini adalah sekitar 3 – 10%, di Ameriksa serikat sekitar
3-7% sedangkan di negara Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar 5-10%.
Diagnosis and Statistic Manual (DSM IV) menyebutkan prevalensi kejadian
ADHD pada anak usia sekolah berkisar antara 3 hingga 5 persen.
Saputro (2009) berpendapat bahwa perilaku anak dengan hiperaktivitas
yang cenderung semaunya sendiri, seringkali menyebabkan anak mengalami
kesulitan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, baik
orangtua, teman sebaya atau lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitarnya
memberi cap anak nakal karena anak dengan hiperaktivitas seringkali kesulitan
untuk mematuhi instruksi orang lain. Kesulitan ini merupakan salah satu akibat
dari ketidak mampuan anak untuk mengendalikan diri dengan baik pada situasi
yang dihadapinya. Sering kali lingkungan tidak mau melihat secara keseluruhan
perilaku yang ditunjukkan oleh anak dengan hiperaktivitas
Selain permasalahan di lingkungan sekitar, anak dengan hiperaktivitas
juga mengalami permasalahan dalam hal belajar. Kegagalan dalam belajar pada
anak dengan hiperaktivitas lebih disebabkan karena anak mengalami kesulitan
mengendalikan diri. Dorongan-dorongan emosional yang muncul seperti tidak
dapat duduk tenang, dimana anak berlari atau memanjat secara berlebihan, atau
sering pula berbicara terus-menerus dan tidak dapat berhenti. Anak juga
seringkali mengganggu teman-temannya di kelas dengan mendatangi bangku
temannya saat pelajaran berlangsung, atau merampas alat tulis temannya,
mengutak-atik barang-barang milik temannya. Keadaan ini sering mengganggu
lingkungan belajar di kelas, sehingga anak dijauhi atau diasingkan oleh teman-
temannya. Gangguan hiperaktivitas biasanya dibarengi dengan impulsivitas.
Gangguan impulsivitas ditandai dengan perilaku yang tidak sabar sehingga
sering tampak tidak dapat bersabar menunggu giliran, menginterupsi atau
3

memotong pembicaraan orang lain dan sering memberikan jawaban sebelum


pertanyaan selesai diberikan (Saputro, 2009).
Judarwanto (2009) mengatakan, terapi yang diterapkan pada anak
dengan ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini
melibatkan multidisipliner ilmu yang dikoordinasikan antar dokter, psikolog,
orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh. Upaya untuk mengatasi
gejala gangguan perkembangan dan perilaku pada anak dengan ADHD yang
sudah dilakukan terapi di antaranya terapi okupasi dan perilaku.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah


menjelaskan tentang anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder)
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan orang tua memahami tentang anak dengan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan 75% peserta dapat
menyebutkan :
a. Menyebutkan pengertian ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder)
b. Menyebutkan tanda dan gejala ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)
c. Menyebutkan faktor resiko ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder)
d. Menyebutkan pengobatan dan terapi ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)
e. Mampu melakukan minimal 3 kategori dari 4 hal di atas.
BAB II

PEMBAHASAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN PADA ANAK DENGAN ADHD


(ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)
A. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik : ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


2. Sasaran : Orang tua yang memiliki anak dengan ADHD
3. Metoda : Presentasi dan diskusi
4. Media : PowerPoint, Infocus dan Leaflet
5. Waktu Tempat : Disesuaikan, ruang rawat jalan anak
6. Pengorganisasian
a. Moderator : Teo Zumibakti Andani
b. Pemateri : Intan Naomi Marpaung
c. Fasilitator : Alvis Syahru Ramadhan
Dea Fairuz Hasna Latifah
Desi Amalia Rahayu
Desi Rizki Ayu
Hidayatul Fitri
d. Observer : CI Ruangan dan Pembimbing Akademik
Uraian Tugas
a. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
3) Menjelaskan tujuan dan topik
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Menyerahkan jalannya penyuluhan pada pemateri

4
6) Mengarahkan alur diskusi
7) Memimpin jalannya diskusi
8) Menutup acara
b. Pemateri
Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
c. Fasilitator
1) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan.
2) Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
d. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
7. Setting Tempat

F F F

Keterangan :
= Pemateri M = Moderator
O = Observer = KLien
F = Fasilitator
Catatan : Setting tempat disesuaikan dengan kondisi anak dan mengikut
sertakan peserta tambahan

5
B. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


Pembukaan
1. 10  Perkenalan mahasiswa  Memperhatikan
menit  Perkenalan dosen/CI  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu  memperhatikan
Pelaksanaan
2. 20  Menggali pengetahuan peserta  Menjelaskan
menit tentang metode kangguru
 Memberi reinforcement positif  Memperhatikan
 Menjelaskan pengertian metode  Memperhatikan
kangguru  Memperhatikan
 Menjelaskan waktu pelaksanaan
metode kangguru  Memperhatikan
 Menjelaskan metode kangguru dan  Memperhatikan
BBLR  Memperhatikan
 Menjelaskan pengertian BBLR
 Menjelaskan alasan pelaksanaan  Memberi
metode kangguru pada BBLR pertanyaan
 Memberi kesempatan pada peserta  Memperhatikan
untuk bertanya  Memperhatikan
 Memberi reinforcement positif  Memperhatikan
 Menjawab pertanyaan yang diajukan
 Menjelaskan kriteria BBLR untuk  Memperhatikan
metode kangguru
 Menjelaskan cara melakukan metode  Memperhatikan

6
kangguru
 Menjelaskan pemantauan yang harus  Memperhatikan
dilakukan saat melakukan metode  Memberi
kangguru pertanyaan
 Menjelaskan manfaat metode  Memperhatikan
kangguru  Memperhatikan
 Memberi kesempatan pada peserta
untuk bertanya
 Memberi reinforcement positif
 Menjawab pertanyaan yang diajukan
Penutup
3. 10  Meminta peserta untuk memberikan  Memberi
menit pertanyaan atas penjelasan yang pertanyaan
tidak dipahami
 Menjawab pertanyaan yang diajukan  Memperhatikan
 Menyimpulkan diskusi  Berpartisipasi
 Melakukan evaluasi  Menjawab
 Mengucapkan salam pertanyaan
 Menjawab
salam

C. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
b. 60% peserta mengikuti penyuluhan
c. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana

7
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
c. 70% peserta aktif dan tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder)
b. Menyebutkan tanda dan gejala ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)
c. Menyebutkan faktor resiko ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder)
d. Menyebutkan pengobatan dan terapi ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)
e. Mampu melakukan minimal 3 kategori dari 5 hal di atas.

8
D. Materi Penyuluhan
ADHD
(ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)

A. PENGERTIAN

Attention deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelain otak yang


ditandai dengan adanya pola kekurangan perhatian dan hiperaktif-impulsif yang
mengganggu fungsi atau perkembangan
1. Perhatian berarti seseorang mengembara dari tugas, tidak memiliki
ketekunan, mengalami kesulitan untuk mempertahankan fokus, dan tidak
teratur; dan masalah ini bukan karena pembangkangan atau kurangnya
pemahaman.
2. Hiperaktif berarti seseorang tampaknya terus bergerak, termasuk dalam
situasi di mana hal itu tidak tepat; atau terlalu gelisah, keran, atau
pembicaraan. Pada orang dewasa, ini mungkin sangat gelisah atau
memakai orang lain dengan aktivitas konstan.
3. Impulsif berarti seseorang melakukan tindakan tergesa-gesa yang terjadi
pada saat ini tanpa memikirkannya terlebih dahulu dan itu berpotensi
berpotensi membahayakan; atau keinginan untuk imbalan langsung atau
ketidakmampuan untuk menunda kepuasan. Orang yang impulsif
mungkin secara sosial mengganggu dan terlalu mengganggu orang lain
atau membuat keputusan penting tanpa mempertimbangkan konsekuensi
jangka panjangnya.

B. TANDA DAN GEJALA


Perhatian dan hiperaktif impusif adalah perilaku utama ADHD.
Beberapa orang dengan ADHD hanya memiliki masalah dengan salah satu

9
perilaku, sementara yang lain memiliki ketidakpercayaan dan hiperaktif-
impulsif. Sebagian besar anak memiliki tipe ADHD gabungan.
Di prasekolah, gejala ADHD yang paling umum adalah hiperaktif.
Adalah normal untuk memiliki beberapa kekurangan perhatian, aktivitas
motorik dan impulsif yang tidak fokus, namun bagi orang dengan ADHD,
perilaku ini:
1) Lebih parah
2) Terjadi lebih sering
3) Mengganggu atau mengurangi kualitas bagaimana mereka berfungsi secara
sosial, di sekolah, atau dalam pekerjaan
1. Kekurangan perhatian
Orang dengan gejala kurang perhatian mungkin sering:
a. Mengabaikan atau merindukan detail, membuat kesalahan ceroboh dalam
pekerjaan sekolah, di tempat kerja, atau selama kegiatan lainnya
b. Miliki masalah yang membutuhkan perhatian dalam tugas atau permainan,
termasuk percakapan, ceramah, atau bacaan yang panjang
c. Sepertinya tidak mendengarkan saat diajak bicara secara langsung
d. Tidak menindaklanjuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah,
pekerjaan ruma h tangga, atau tugas di tempat kerja atau memulai tugas tapi
dengan cepat kehilangan fokus dan mudah teralihkan.
e. Memiliki masalah dalam mengatur tugas dan aktivitas, seperti apa yang
harus dilakukan secara berurutan, menjaga bahan dan barang agar teratur,
memiliki pekerjaan yang berantakan dan manajemen waktu yang buruk, dan
gagal memenuhi tenggat waktu.
f. Menghindari atau tidak menyukai tugas yang membutuhkan usaha mental
berkelanjutan, seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah, atau untuk
remaja dan orang dewasa yang lebih tua, menyiapkan laporan, melengkapi
formulir atau meninjau kembali makalah yang panjang

10
g. Mengurangi hal-hal yang diperlukan untuk tugas atau kegiatan, seperti
perlengkapan sekolah, pensil, buku, perkakas, dompet, kunci, dokumen,
kacamata, dan telepon seluler
h. Mudah terganggu oleh pikiran atau rangsangan yang tidak berhubungan
i. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga, tugas,
pemanggilan kembali, dan pengangkatan janji

2. Hiperaktif dan Impulsif


Orang dengan gejala hiperaktif dan impulsif mungkin sering:
a. Tidak mampu duduk dengan tenang, biasanya anggota tubuh bergerak
(Ekstremitas).
b. Sering meninggalkan tempat duduk, seperti di kelas atau di kantor
c. Pada remaja dan orang dewasa, sering merasa gelisah
d. Tidak dapat bermain atau terlibat dalam hobi secara diam-diam
e. Terus bergerak atau "di perjalanan," atau bertindak seolah-olah "didorong
oleh motor"
f. Berbicara tanpa henti
g. Mengucapkan sebuah jawaban sebelum sebuah pertanyaan selesai,
memotong pembicaraan orang lain, atau berbicara tanpa menunggu giliran
dalam percakapan
h. Kesulitan menunggu gilirannya
i. Mengganggu orang lain, misalnya dalam percakapan, permainan, atau
aktivitas
Diagnosis ADHD memerlukan evaluasi menyeluruh oleh dokter
berlisensi, seperti dokter anak, psikolog, atau psikiater dengan keahlian
ADHD. Bagi seseorang untuk menerima diagnosis ADHD, gejala kekurangan
perhatian dan / hiperaktif-impulsif harus kronis atau tahan lama, mengganggu
fungsi orang tersebut, dan menyebabkan orang tersebut tertinggal dari
perkembangan normal untuk usianya. Dokter juga akan memastikan bahwa

11
gejala ADHD tidak disebabkan oleh kondisi medis atau kejiwaan lainnya.
Sebagian besar anak dengan ADHD menerima diagnosis selama tahun-tahun
sekolah dasar. Bagi remaja atau orang dewasa untuk menerima diagnosis
ADHD, gejalanya perlu ada sebelum usia 12 tahun.
Gejala ADHD bisa muncul sedini usia antara 3 dan 6 dan bisa
berlanjut sampai masa remaja dan dewasa. Gejala ADHD dapat disalahartikan
sebagai masalah emosional atau disiplin atau tidak terjawab seluruhnya pada
anak-anak yang tenang dan berperilaku baik, yang menyebabkan penundaan
diagnosis. Orang dewasa dengan ADHD yang tidak terdiagnosis mungkin
memiliki riwayat kinerja akademis yang buruk, masalah di tempat kerja, atau
hubungan yang sulit atau gagal.
Gejala ADHD dapat berubah seiring berjalannya waktu seiring
bertambahnya usia seseorang. Pada anak-anak dengan ADHD, hiperaktif-
impulsif adalah gejala yang paling dominan. Saat anak mencapai sekolah
dasar, gejala kurang perhatian bisa menjadi lebih menonjol dan menyebabkan
anak tersebut berjuang secara akademis. Pada masa remaja, hiperaktif
tampaknya berkurang dan mungkin lebih sering terlihat sebagai perasaan
gelisah atau gelisah, namun perhatian dan impulsif tetap ada. Banyak remaja
dengan ADHD juga berjuang dengan hubungan dan perilaku antisosial.
Ketidakpercayaan, kegelisahan, dan impulsif cenderung bertahan sampai
dewasa.
C. FAKTOR RISIKO
Ilmuwan tidak yakin apa penyebab ADHD. Seperti banyak penyakit lainnya,
sejumlah faktor dapat berkontribusi pada ADHD, seperti:
1. Gen
2. Merokok, penggunaan alkohol, atau penggunaan narkoba selama kehamilan
3. Paparan racun lingkungan selama kehamilan
4. Paparan racun lingkungan, seperti kadar timbal tinggi, di usia muda
5. Berat lahir rendah

12
6. Cedera otak

ADHD lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dan wanita
dengan ADHD lebih cenderung memiliki masalah terutama dengan kurangnya
perhatian. Kondisi lain, seperti ketidakmampuan belajar, gangguan
kecemasan, kelainan perilaku, depresi, dan penyalahgunaan zat, sering terjadi
pada orang dengan ADHD.

D. PENGOBATAN DAN TERAPI


Meskipun tidak ada obat untuk ADHD, saat ini perawatan yang tersedia
dapat membantu mengurangi gejala dan memperbaiki fungsinya. Perawatan
meliputi pengobatan, psikoterapi, pendidikan atau pelatihan, atau kombinasi
perawatan.

1. Obat
Bagi banyak orang, obat ADHD mengurangi hiperaktif dan impulsif
dan meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus, bekerja, dan belajar.
Obat juga bisa memperbaiki koordinasi fisik. Terkadang beberapa obat atau
dosis berbeda harus dicoba sebelum menemukan yang tepat yang sesuai
untuk orang tertentu. Siapa pun yang memakai obat harus dipantau secara
ketat dan cermat oleh dokter resep mereka.
a. Stimulan, jenis obat yang paling umum digunakan untuk mengobati
ADHD disebut stimulan. Meskipun tampaknya tidak biasa untuk
mengobati ADHD dengan obat yang dianggap stimulan, obat ini bekerja
karena meningkatkan zat kimia otak dopamin dan norepinephrine, yang
memainkan peran penting. dalam pemikiran dan perhatian.
Di bawah pengawasan medis, obat perangsang dianggap aman.
Namun, ada risiko dan efek samping, terutama bila disalahgunakan atau
diminum melebihi dosis yang ditentukan. Misalnya, stimulan dapat

13
meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung dan meningkatkan
kecemasan. Oleh karena itu, orang dengan masalah kesehatan lainnya,
termasuk tekanan darah tinggi, kejang, penyakit jantung, glaukoma,
penyakit hati atau ginjal, atau gangguan kecemasan harus memberi tahu
dokter mereka sebelum melakukan stimulan.
Bicara dengan dokter jika melihat efek samping ini saat
menggunakan stimulan:
1) nafsu makan menurun
2) masalah tidur
3) tics (tiba-tiba, gerakan berulang atau suara);
4) perubahan kepribadian
5) meningkatnya kecemasan dan lekas marah
6) sakit perut
7) sakit kepala
b. Non-stimulan, berapa obat ADHD lainnya adalah non-stimulan. Obat ini
membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai bekerja daripada stimulan,
tapi juga dapat memperbaiki fokus, perhatian, dan impulsif pada orang
dengan ADHD. Dokter mungkin meresepkan stimulan non-stimulan:
bila seseorang memiliki efek samping yang buruk dari stimulan; ketika
stimulan tidak efektif; atau dikombinasikan dengan stimulan untuk
meningkatkan efektivitas.
Meskipun tidak disetujui oleh Food and Drug Administration
(FDA) A.S. khusus untuk pengobatan ADHD, beberapa antidepresan
kadang-kadang digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan stimulan
untuk mengobati ADHD. Antidepresan dapat membantu semua gejala
ADHD dan dapat diresepkan jika pasien memiliki efek samping yang
buruk dari stimulan. Antidepresan dapat membantu dalam kombinasi
dengan stimulan jika pasien juga memiliki kondisi lain, seperti
gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan mood lainnya.

14
2. Psikoterapi
Menambah psikoterapi untuk mengobati ADHD dapat membantu
pasien dan keluarga mereka untuk mengatasi masalah sehari-hari dengan
lebih baik.
Terapi perilaku adalah jenis psikoterapi yang bertujuan untuk
membantu seseorang mengubah tingkah lakunya. Ini mungkin melibatkan
bantuan praktis, seperti membantu mengatur tugas atau menyelesaikan tugas
sekolah, atau bekerja melalui peristiwa yang sulit secara emosional. Terapi
perilaku juga mengajarkan seseorang bagaimana caranya:
a. pantau tingkah lakunya sendiri
b. Berikan pujian atau penghargaan kepada diri sendiri untuk bertindak
dengan cara yang diinginkan, seperti mengendalikan amarah atau
pemikiran sebelum berakting
Orang tua, guru, dan anggota keluarga juga dapat memberi umpan balik
positif atau negatif untuk perilaku tertentu dan membantu menetapkan
peraturan, daftar tugas, dan rutinitas terstruktur lainnya untuk membantu
seseorang mengendalikan tingkah lakunya. Terapis juga bisa mengajari
anak-anak keterampilan sosial, seperti bagaimana menunggu giliran mereka,
berbagi mainan, meminta pertolongan, atau merespons godaan. Belajar
membaca ekspresi wajah dan nada suara pada orang lain, dan cara
meresponsnya dengan tepat juga bisa menjadi bagian dari pelatihan
ketrampilan sosial.
Terapi perilaku kognitif juga bisa mengajarkan teknik mindfulness
seseorang, atau meditasi. Seseorang belajar bagaimana menjadi sadar dan
menerima pikiran dan perasaan seseorang untuk meningkatkan fokus dan
konsentrasi. Terapis juga mendorong orang dengan ADHD untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang datang dengan

15
perawatan, seperti berpikir sebelum bertindak, atau menolak dorongan
untuk mengambil risiko yang tidak perlu.
Terapi keluarga dan perkawinan dapat membantu anggota keluarga
dan pasangan menemukan cara yang lebih baik untuk menangani perilaku
yang mengganggu, untuk mendorong perubahan perilaku, dan memperbaiki
interaksi dengan pasien.
3. Pendidikan dan Pelatihan
Anak-anak dan orang dewasa dengan ADHD membutuhkan
bimbingan dan pemahaman dari orang tua, keluarga, dan guru untuk
mencapai potensi penuh dan berhasil. Untuk anak usia sekolah, frustrasi,
kesalahan, dan kemarahan mungkin telah terbentuk di dalam keluarga
sebelum anak didiagnosis. Orang tua dan anak mungkin membutuhkan
bantuan khusus untuk mengatasi perasaan negatif. Profesional kesehatan
mental dapat mendidik orang tua tentang ADHD dan bagaimana hal itu
mempengaruhi keluarga. Mereka juga akan membantu anak tersebut dan
orang tuanya mengembangkan keterampilan, sikap, dan cara untuk saling
berhubungan satu sama lain.
Pelatihan keterampilan orang tua (pelatihan manajemen orang
tua) mengajarkan orang tua keterampilan yang mereka butuhkan untuk
mendorong dan memberi penghargaan pada perilaku positif pada anak
mereka. Ini membantu orang tua belajar bagaimana menggunakan sistem
penghargaan dan konsekuensi untuk mengubah perilaku anak. Orangtua
diajarkan untuk memberikan umpan balik langsung dan positif untuk
perilaku yang ingin mereka dorong, dan mengabaikan atau mengarahkan
perilaku yang ingin mereka tolak. Mereka mungkin juga belajar menyusun
situasi dengan cara yang mendukung perilaku yang diinginkan.

Teknik manajemen stres dapat menguntungkan orang tua anak-


anak dengan ADHD dengan meningkatkan kemampuan mereka mengatasi

16
frustrasi sehingga mereka dapat merespons dengan tenang perilaku anak
mereka.
Kelompok pendukung dapat membantu orang tua dan keluarga
terhubung dengan orang lain yang memiliki masalah dan masalah serupa.
Kelompok sering bertemu secara teratur untuk berbagi frustrasi dan
kesuksesan, untuk bertukar informasi tentang spesialis dan strategi yang
direkomendasikan, dan untuk berbicara dengan para ahli.
4. Tips Membantu Anak-anak dan Orang Dewasa dengan ADHD Tetap
Terorganisir
a. Untuk anak-anak:
Orang tua dan guru dapat membantu anak-anak dengan ADHD tetap
teratur dan mengikuti petunjuk dengan alat seperti:
1) Menjaga rutinitas dan jadwal. Jaga rutinitas yang sama setiap hari,
dari waktu bangun tidur sampai tidur. Sertakan waktu untuk
pekerjaan rumah, bermain di luar ruangan, dan kegiatan dalam
ruangan. Simpan jadwal di kulkas atau di papan buletin di dapur.
Tuliskan perubahan pada jadwal sejauh mungkin di muka.
2) Mengorganisir barang sehari-hari. Punya tempat untuk segalanya,
dan simpanlah segala sesuatunya. Ini termasuk pakaian, ransel, dan
mainan.
3) Menggunakan pekerjaan rumah dan organizer notebook. Gunakan
penyelenggara untuk materi dan perlengkapan sekolah. Tekankan
pada anak pentingnya menulis tugas dan membawa pulang buku-
buku yang diperlukan.
4) Menjadi jelas dan konsisten. Anak-anak dengan ADHD
membutuhkan aturan yang konsisten yang dapat mereka pahami dan
ikuti.

17
5) Memberikan pujian atau penghargaan saat aturan diikuti. Anak-
anak dengan ADHD sering menerima dan mengharapkan kritik.
Carilah perilaku yang baik, dan pujilah.
b. Untuk orang dewasa
Seorang konselor profesional atau terapis dapat membantu
orang dewasa dengan ADHD belajar bagaimana mengatur hidupnya
dengan alat seperti:
1) Menjaga rutinitas
2) Membuat daftar untuk berbagai tugas dan aktivitas
3) Menggunakan kalender untuk menjadwalkan acara
4) Menggunakan catatan pengingat
5) Menugaskan tempat khusus untuk kunci, tagihan, dan dokumen
6) Melanggar tugas-tugas besar menjadi langkah-langkah kecil yang
lebih mudah dikelola sehingga menyelesaikan setiap bagian tugas
memberikan rasa keberhasilan.

18
BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan

Attention deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelain otak


yang ditandai dengan adanya pola kekurangan perhatian dan hiperaktif-
impulsif yang mengganggu fungsi atau perkembangan. Ada 3 yaitu
perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Tanda dan gejala yang ditunjukan
seperti tidak mampu duduk dengan tenang, biasanya anggota tubuh
bergerak (Ekstremitas), sering meninggalkan tempat duduk, seperti di
kelas atau di kantor, terus bergerak atau "di perjalanan," atau bertindak
seolah-olah "didorong oleh motor", berbicara tanpa henti.
Pengobatan dan terapi yang diberikan berupa pemberian obat
Stimulan dan Non-stimulan, psikoterapi berupa terapi perilaku dan terapi
keluarga, dan disarakan bergabung dalam sebuah komunitas bagi
penderita ADHD
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2008). Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
American Psychiatric Association. (2005). Diagnostic and statistical manual of mental
disorder (4th. ed) Washington DC: American Psychiatric Association
Baihaqi, M.I.F. & Sugiarmin, M. (2006). Memahami dan membantu anak adhd.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Judarwanto, W. (2009). Deteksi dini ADHD (Attention Deficit HyperactiveDisorder).
http://www.autis.info/index.php/artikelmakalah/makalah/152-deteksi-dini-
adhdattention-deficit-hyperactive-disorders. . (diakses pada 30 Desember 2017,
08.00 WIB)
30 Desember 2017
Saputro, D. (2009). Adhd ( attention deficit/ hyperactivity disorder). Jakarta: CV.
Sagung Seto.
The National Institute of Mental Health Information Resource Center. (2016). Attention
Deficit Hyperactivity Disorder. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/attention-
deficit-hyperactivity-disorder-adhd/index.shtml. (diakses pada 30 Desember 2017,
10.00 WIB)
DAFTAR HADIR

ALASAN KE TANDA
NO. NAMA ALAMAT
RSJ TANGAN
ALASAN KE TANDA
NO. NAMA ALAMAT
RSJ TANGAN

Anda mungkin juga menyukai