Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

“ANEMIA”

Disusun Oleh:
KELOMPOK I
 Arwin Anwar ( 21516047 )
 Serli ( 21516062 )
 Wa Ode Tety Silvana ( 21516036 )
 Nur Hikmah ( 21506059 )
 Thonce Weraso ( 21516066 )
 Febi Febrita Pratiwi ( 21506037 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
YASASAN PENDIDKAN MAKASSAR
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
“ANEMIA”

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Menurut Corwin (2009. Hal 410), Anemia adalah penurunan kuantitas sel
sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah
merah, atau keduanya. Menurut Baughman, (2000. Hal 22) Anemia adalah keadaan
rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit
(HT) dibawah normal.

Menurut Mansjoer (2000. Hal 547) menyatakan anemia defesiensi besi


adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan/atau hitung ertrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila hemoglobin < 14 g/dl dan
hematokrit < 41% pada pria atau hemoglobin < 12 g/dl dan hematokrit < 37% pada
wanita.

B. Etiologi
Penyebab Anemia menurut Tarwoto (2008. Hal 36) ialah sebagai berikut:
a. Genetik; hemoglobinopati, thalasemia, abnormal enzim glikolitik, fanconi
anemia.
b. Nutrisi; defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi cobal/vitamin B12,
alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi.
c. Perdarahan.
d. Immunologi.
e. Infeksi; hepatitis, cytomegalovirus, parvovirus, clostridia, sepsis gram negatif,
malaria, toksoplasmosis.
f. Obat obatan dan zat kimia; agen chemoterapi, anticonvulsant, antimetabolis,
kontra sepsi, zat kimia toksik.
g. Trombotik trombositopenia purpura dan syndrome uremik hemolitik.
h. Efek fisik; trauma, luka bakar, gigitan ular.
i. Penyakit kronis dan malgna; penyakit ginjal dan hati, infeksi kronis,
neoplasma.

A. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum anemia disebabkan penurunan pengaturan oksigen ke
jaringan tubuh dan kerusakan metabolisme serta peningkatan kebutuhan oksigen
pada sistem tubuh. Tanda dan gejala tersebut, di antaranya : Lemah dan letih.
Sesak nafas, terutama adanya usaha napas. Pusing. Takikardia dan palpitasi. Angina
pektoris dan gagal jantung kongestif, terutama pada lansia. Kulit dan membrane
mukosa pucat, terutama membran konjungtiva. Kulit pucat sangat terlihat pada
orang berkulit putih, sedangkan pada individu berkulit gelap, pucat hanya dapat di
identifikasi pada membran mukosa. Pengaruh, tanda, dan gejala umum lainnya
ditentukan oleh jenis anemia tertentu. Sebagai contoh, kuku ‘’ berbentuk sendok ‘’
pada seseorang yang mengalami anemia defisiensi zat besi berat (Broker 2009. Hal
122).

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tarwoto (2008. Hal 40), pemeriksaan laboratorium pada klien dengan
anemia adalah sebagai berikut.
a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah merah, sel
darah putih dan tronbosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan sebagai
jumlah sel per millimeter kubik ( mm3 ).
b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah maupun
jumlah sel darah.
c. Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukkan volume
darah lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukkan presentasi sel
darah merah dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100ml.
d. Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi hemoglobin rata –
rata adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah
merah. MCH ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml
darah dengan jumlah sel darah per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira
– kira 27 – 31 pikogram / sel darah merah.
e. Mean Corpuscular volume ( MCV ) atau volume eritrosit rata – rata merupakan
pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik, dengan
batas normal 81 – 96 um 3, apabila ukurannya kurang dari 81 mm maka
menunjukkan sel – sel mikrositik, apabila lebih besar dari 96 menunjukkan sel –
sel makrositik.
f. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC ) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata – rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100 ml
sel darah merah padat. Normalnya 30-36 g / ml darah.
g. Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
h. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
i. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan biopsy
pada sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus vertebra, Krista
iliaka anterior atau posterior. Pemeriksaan sumsum dilakukan jika tidak cukup
data – data yang diperoleh untuk mendiagnosa penyakit pada sistem
hemotologik.
j. Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur – unsur
yang perlu bagi perkembangan sel – sel darah merah seperti kadar besi ( Fe )
serum, vitamin B12 dan asam folat.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a. gagal jantung,
b. parestisia dan
c. kejang.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi


a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG


MUNGKIN MUNCUL

1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.

INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Intoleransi aktivitasSetelah dilakukanTerapi aktivitas :
B.d askep .... jam Klien Kaji kemampuan ps melakukan
ketidakseimbangan dapat menunjukkanaktivitas
suplai & kebutuhantoleransi terhadap Jelaskan pada ps manfaat aktivitas
O2 aktivitas dgn KH: bertahap
 Klien mampu Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/
aktivitas minimal meningktkan aktivitas
 Kemampuan aktivitas Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
meningkat secara
bertahap Monitoring V/S
 Tidak ada keluhan Pantau V/S ps sebelum, selama, dan
sesak nafas dan lelahsetelah aktivitas selama 3-5 menit.
selama dan setelah
aktivits minimal Energi manajemen
 v/s dbn selama dan Rencanakan aktivitas saat ps
setelah aktivitas mempunyai energi cukup u/
melakukannya.
Bantu klien untuk istirahat setelah
aktivitas.

Manajemen nutrisi
Monitor intake nutrisi untuk
memastikan kecukupan sumber-sumber
energi

Emosional support
Berikan reinfortcemen positip bila ps
mengalami kemajuan
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukanManajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh b.d … jam klien Kaji makanan yang disukai oleh klien.
intake nutrisi menunjukan status Kolaborasi team gizi untuk
inadekuat, faktor nutrisi adekuatpenyediaan nutrisi TKTP
psikologis dengan KH: Anjurkan klien untuk meningkatkan
BB stabil, tingkatasupan nutrisi TKTP dan banyak
energi adekuat mengandung vitamin C
masukan nutrisi adekuat Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.

Monitor Nutrisi
Monitor BB jika memungkinkan
Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
Monitor adanya mual muntah.
Kolaborasi untuk pemberian terapi
sesuai order
Monitor adanya gangguan dalam input
makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.

Monitor kadar energi, kelemahan dan


kelelahan.

3 Deficite Knowledgesetelah diberikanTeaching : Dissease Process


tentang penyakit danpenjelasan selama …. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
perawatannya b.dX pengetahuan klienkeluarga tentang proses penyakit
Kurang paparan thdpdan keluarga Jelaskan tentang patofisiologi
sumber informasi,meningkat dg KH: penyakit, tanda dan gejala serta
terbatasnya kognitif  ps mengerti prosespenyebabnya
penyakitnya dan Sediakan informasi tentang kondisi
Program prwtn sertaklien
Th/ yg diberikan dg: Berikan informasi tentang
 Ps mampu:perkembangan klien
Menjelaskan kembali Diskusikan perubahan gaya hidup
tentang apa yangyang mungkin diperlukan untuk
dijelaskan mencegah komplikasi di masa yang
 Pasien / keluargaakan datang dan atau kontrol proses
kooperatif penyakit
Diskusikan tentang pilihan tentang
terapi atau pengobatan
Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
Gambarkan komplikasi yang mungkin
terjadi
Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
Gali sumber-sumber atau dukungan
yang ada
Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J, (2009) Buku Saku Patofisiologi, Edisi Ke 3. Jakarta : EGC


Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid Satu. Jakarta : Media
Aesculapius

Broker, C. (2009) Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia Estu Tiar.
Jakarta : EGC.

Tarwoto. (2008) Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakartka :


TIM.

Anda mungkin juga menyukai