DANDY APRIADI
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini
DANDY APRIADI
C02400070
ABSTRAK
DANDY APRIADI. Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr Pada Air, Sedimen
dan Kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta.
Dibimbing oleh ETTY RIANI dan HEFNI EFFENDI.
Kata kunci : kerang hijau (Perna viridis L.), logam berat, akumulasi, Teluk
Jakarta
KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN
DAN KERANG HIJAU ( Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL
MUARA, TELUK JAKARTA
DANDY APRIADI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Air, Sedimen
dan Kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara
Kamal, Teluk Jakarta
Nama : Dandy Apriadi
NIM : C02400070
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Etty Riani. H, MS. Dr. Ir. Hefni Effendi M.Phil.
NIP. 131 619 682 NIP. 131 841 731
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan hidayah- Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Air, Sedimen dan
Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku
komisi pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan,
pengarahan dan perbaikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran selama penulis menjalankan
studi.
3. Bapak Ir. Agustinus Samosir M.Phil selaku dosen penguji tamu, dan Ibu
Dr.Ir. Yunizar Ernawati, MS. Selaku dosen penguji dari Departemen
MSP.
4. Papa, Mama , dan adik-adikku (Ary,Anggi) yang telah memberikan doa,
perhatian, kasih sayang dan semangat selama dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bang Iwan Mulyawan dan Pak Maga yang telah banyak membantu
penulis selama menjalani penelitian.
6. Rekan-rekan Atheners di Rumah Kita (bram, fery, oliz, dodie, moko,
rudi, zahid, dian, jimmy, heriman) atas segala saran, pendapat dan
dukungan selama penelitian. All of MeSe Pers dan teman-teman kost
selama di IPB .
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, dan
penulis berharap akan mendapat banyak masukan yang dapat digunakan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Dandy Apriadi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan ....................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
A. Kerang Hijau (Perna viridis L.) .................................................. 5
B. Logam Berat .............................................................................. 6
1. Air Raksa (Hg) ............................................................... 8
2. Timbal (Pb) .................................................................... 9
3. Khrom (Cr) ..................................................................... 10
C. Pencemaran Logam Berat ........................................................ 11
1. Logam berat dalam perairan ......................................... 12
2. Logam berat dalam sedimen ......................................... 13
3. Logam berat dalam organisme air ................................. 15
III. METODE PENELITIAN ................................................................... 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 16
B. Bahan dan Alat .......................................................................... 17
C. Prosedur Kerja .......................................................................... 17
1. Contoh air dan sedimen ................................................ 17
2. Contoh kerang hijau (Perna viridis L.) .......................... 17
D. Analisa Data .............................................................................. 19
1. Deskriptif ....................................................................... 19
2. Faktor bioakumulasi/biokonsentrasi ............................. 19
3. Principal Component Analysis (PCA) ........................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 21
A. Hasil ........................................................................................... 21
1. Parameter fisika dan kimia ........................................... 21
a. Suhu ...................................................................... 21
b. Kekeruhan ............................................................ 21
c. pH .......................................................................... 21
d. Salinitas ................................................................ 23
2. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di air ............... 24
3. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr
di sedimen ..................................................................... 26
4. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr
di kerang hijau ............................................................... 28
5. Faktor konsentrasi ......................................................... 33
6. Analisis hubungan fisika-kimia dengan kandungan
logam berat pada kerang hijau (Perna viridis L.) .......... 35
B. Pembahasan ............................................................................. 39
Halaman
Halaman
Halaman
A. Latar Belakang
Aktivitas manusia
LImbah
Biota air
(kerang hijau)
www.dnr.state.sc.us
Logam berasal dari kerak bumi berupa bahan-bahan murni organik dan
anorganik. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi ke
lapisan tanah, ke mahluk hidup, ke dalam air, selanjutnya mengendap dan
akhirnya kembali ke kerak bumi (Darmono, 1995).
Istilah logam secara fisik mengandung arti suatu unsur yang merupakan
konduktor listrik yang baik dan mempunyai konduktifitas panas, mempunyai
rapatan, mudah ditempa, kekerasan dan keelektropositifan yang tinggi.
Meskipun demikian beberapa unsur (boron, silikon, germanium, arsen dan
tellurium) yang diketahui sebagai metaloid, mempunyai satu atau lebih sifat-sifat
tersebut. Tetapi dalam memisahkan tidak cukup dengan hanya membedakan
kekhasan logam dan bukan logam. Lebih jauh, bentuk alotrofik dari beberapa
unsur di garis batas mungkin juga memperlihatkan sifat-sifat yang berbeda
(Wittman, 1979 in Connell dan Miller, 1995).
Menurut Connell dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam
dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau,
lunak atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi
dan bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam.
Selain itu logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5
gr/cm3, mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat di bagian
tengah daftar periodik.
Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok
logam dan metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada
unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Unsur-unsur ini biasanya erat
kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Logam berat secara
alami ditemukan pada batu-batuan dan mineral lainnya, maka dari itu logam
berat secara normal merupakan unsur dari tanah, sedimen, air dan organisme
hidup serta akan menyebabkan pencemaran bila konsentrasinya telah melebihi
batas normal. Jadi konsentrasi relatif logam dalam media adalah hal yang paling
penting (Alloway dan Ayres, 1993).
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek
khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Logam berat dapat menjadi bahan
racun yang akan meracuni tubuh mahluk hidup, tetapi beberapa jenis logam
masih dibutuhkan oleh mahluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Daya
toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies,
lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan
individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas pada spesies
biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut : biota air, biota darat, dan biota
laboratorium. Sedangkan toksisitas menurut lokasi dibagi menurut kondisi
tempat mereka hidup, yaitu daerah pencemaran berat, sedang, dan daerah
nonpolusi. Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas logam,
dalam hal ini yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup
terhadap toksisitas logam juga bergantung pada daya detoksikasi individu yang
bersangkutan, dan faktor kesehatan sangat mempengaruhi (Palar, 1994).
Logam merkuri bernomor atom 80, berat atom 200,59, titik didih 356,9
o
C, dan massa jenis 13,6 gr/ml (Reilly, 1991). Merkuri dalam perairan dapat
berasal dari buangan limbah industri kelistrikan dan elektronik, baterai, pabrik
bahan peledak, fotografi, pelapisan cermin, pelengkap pengukur, industri bahan
pengawet, pestisida, industri kimia, petrokimia, limbah kegiatan laboratorium dan
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan baku bakar fosil
(Suryadiputra, 1995).
2. Timbal (Pb)
Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak berwarna cokelat
dengan nomor atom 82, berat atom 207,19, titik cair 327,5º C, titik didih 1725º C,
dan berat jenis 11,4 gr/ml (Reilly, 1991). Logam ini mudah dimurnikan sehingga
banyak digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya
pertambangan, industri dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal
berbentuk senyawa sulfida (PbS)
Timbal (Pb) secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada
bebatuan dan lapisan kerak bumi. Di perairan logam Pb ditemukan dalam
2+ + +
bentuk Pb , PbOH , PbHCO3, PbSO4 dan PbCO (Perkins, 1977 in Rohilan,
1992). Pb2+ di perairan bersifat stabil dan lebih mendominasi dibandingkan
4+
dengan Pb (GESAMP, 1985). Masuknya logam Pb ke dalam perairan melalui
proses pengendapan yang berasal dari aktivitas di darat seperti industri, rumah
tangga dan erosi, jatuhan partikel-partikel dari sisa proses pemb akaran yang
mengandung tetraetil Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan
buangan sisa industri baterai (Palar, 1994).
Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan
keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa
terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang
disertai dengan diare. Sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan
mual, anemia, sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan
(Darmono, 2001). Fardiaz (1 992) menambahkan bahwa daya racun dari logam
ini disebabkan terjadi penghambatan proses kerja enzim oleh ion-ion Pb2+.
Penghambatan tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin
darah. Hal ini disebabkan adanya bentuk ikatan yang kuat (ikatan kovalen)
2+
antara ion-ion Pb dengan gugus sulphur di dalam asam-asam amino. Untuk
menjaga keamanan dari keracunan logam ini, batas maksimum timbal dalam
makanan laut yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan FAO adalah
sebesar 2,0 ppm. Pada organisme air kadar maksimum Pb yang aman dalam
air adalah sebesar 50 ppb (EPA, 1973 in Hutagalung 1984).
3. Khrom (Cr)
Logam kromium bernomor atom 24, berat atom 51,996, titik cair 1875oC,
titik didih 2665oC, dan massa jenis 7,19 gr/ml (Reilly, 1991). Kromium
merupakan logam yang keras, tahan panas, elektropositif, dan merupakan
penghantar panas yang baik. Di alam unsur ini tidak ada dalam bentuk logam
murni. Sumber alami kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite (FeCr2O4)
dan chromic oxide (Cr 2O3) (Novotny dan Olem, 1994). Di perairan alami
3+
kromium jarang ditemukan dan biasanya dalam bentuk kromium trivalent (Cr )
6+ 6+
dan kromium hexavalent (Cr ). Sumber Cr berasal dari industri pelapisan
3+
logam dan produksi pigmen. Cr banyak terdapat dalam limbah industri
pencelupan tekstil, keramik gelas, dan dari kegiatan penyamakan kulit.
Organisme akuatik dapat terpapar oleh Cr melalui media itu sendiri, sedimen
maupun makanan (Effendi, 2003).
Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air
dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak
berasal dari pertambangan, peleburan logam dan jenis industri lainnya, dan juga
dapat berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama
yang mengandung logam (Darmono, 2001). Pencemaran logam berat dapat
merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas, keanekaragaman dan
kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan
akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar dan
kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan
bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek
fisiologi, genetik dan resistensi ( Moriarty, 1987 in Racmansyah et al., 1998).
Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu
akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun
daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap semua biota
perairan tidak sama, namun hilangnya sekelompok organisme tertentu
dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat
lanjutan, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan
ekosistem perairan ( Palar, 1994).
Secara alamiah, unsur logam berat terdapat di seluruh alam, namun dalam
kadar yang sangat rendah (Hutagalung,1984). Kadar logam dapat meningkat
bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian yang banyak
mengandung logam berat masuk ke dalam perairan alami melalui saluran
pembuangan. Logam berat yang sangat beracun ini tahan lama dan sangat
banyak terdapat di lingkungan. Logam berat tersebut adalah raksa (Hg), timah
hitam (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), kromium (Cr) dan Nikel (Ni).
Sedimen berasal dari kerak bumi yang diangkut melalui proses hidrologi
dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal ataupun horizontal
(Friedman dan Sanders, 1978). Sedimen terdiri dari beberapa komponen dan
banyak sedimen merupakan pencampuran dari komponen-komponen tersebut.
Komponen tersebut bervariasi, tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi
dasar (Forstner dan Wittman, 1983). Sedimen terdiri dari bahan organik dan
bahan anorganik yang berpengaruh negatif terhadap kualitas air. Bahan organik
berasal dari biota atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dasar dan
bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik umumnya berasal dari pelapukan
batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi atas : kerikil, pasir, Lumpur dan
liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat pantai, sedangkan butiran halus
banyak di perairan dalam atau perairan yang relatif tenang.
Hutabarat dan Evans (1985), telah membagi sedimen berdasarkan ukuran
diameter butiran, yaitu batuan (boulders), kerikil ( (gravel), pasir sangat kasar
(very coarse sand), pasir kasar (coarse sand), pasir halus (fine sand), pasir
sangat halus (very fine sand), pasir (medium sand), lumpur (silt), liat (clay) dan
bahan terlarut (dissolved material).
Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan
kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi di dalam air,
sehingga bahan tersebut menjadi penyebab pencemaran tertinggi dalam air.
Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan
perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat
menghambat daya lihat (visibilitas) organisme air, sehingga mengurangi
kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan
ikan menjadi tertutup oleh lumpur. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan
terganggunya kerja organ pernapasan seperti insang pada organisme air dan
akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam.
Pada sedimen terdapat hubungan antara ukuran partikel sedimen dengan
kandungan bahan organik. Pada sedimen yang halus, presentase bahan organik
lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi
lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur
yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Sedangkan pada
sedimen yang kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel
yang lebih halus tidak mengendap. Demikian pula dengan bahan pencemar,
kandungan bahan pencemar yang tinggi biasanya terdapat pada partikel
sedimen yang halus. Hal ini diakibatkan adanya daya tarik elektrokimia antara
partikel sedimen dengan partikel mineral (Boehm, 1987).
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biota air berupa
kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm), sedang (4 - 6 cm) dan besar (> 6 cm) yang
diambil dari setiap stasiun pengamatan, contoh air, sedimen, air destilasi, dan
bahan kimia, baik untuk analisis logam berat, analisis kualitas air maupun untuk
keperluan pengawetan.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah botol Van Dorn, botol
sampel, freezer, peralatan analisis kimia di laboratorium, pH meter, thermometer
Hg, alat bedah dan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy).
C. Prosedur Kerja
Selain dilakukan pengambilan sampel air dan sedimen, pada penelitian ini
juga dilakukan pengambilan sampel biota air berupa kerang hijau. Pengambilan
contoh kerang hijau dilakukan tiga kali dalam selang waktu satu bulan. Contoh
kerang hijau diambil pada satu tali tempat kerang hijau di setiap stasiun dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk mencegah kontaminasi logam
selama pengangkutan ke laboratorium dan dimasukkan kedalam ice box.
Kerang hijau dibagi atas tiga kelompok ukuran panjang yaitu, ukuran kecil
(< 4 cm), sedang (4 – 6 cm) dan besar (> 6 cm). Penetapan ini berdasarkan
pada ukuran kerang yang dikelompokkan di pasar. Pengambilan sampel biota
air ini dilakukan untuk melihat kandungan logam berat. Untuk keperluan ini
dibutuhkan kerang hijau sebanyak 25 gr daging kerang yang telah dibedah dan
dibungkus dengan alumunium, kemudian dimasukkan kedalam freezer pada
suhu -29 ºC sampai siap untuk dianalisa. Pengeringan pada suhu rendah
bertujuan untuk menghindari penguapan logam berat dan menjaga daging
kerang hijau dari kerusakan. Analisis kandungan logam Hg, Pb dan Cr dilakukan
di laboratorium dengan menggunakan AAS.
Untuk lebih jelasnya parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota
yang diamati, alat yang digunakan dan tempat dilakukan analisis pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota air yang
diamati.
PARAMETER SATUAN METODE ANALISIS TEMPAT ANALISIS
Kualitas Air
Fisika Air
1. Suhu air o
C Pemuaian Lapangan
2. Kekeruhan NTU Nephelometrik Lapangan
3. Salinitas ‰ Ion-ion terlarut Lapangan
Kimia Air
1. pH - Komparasi warna Lapangan
2. Hg mg/l Serapan atom Laboratorium
3. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium
4. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium
Sedimen
Kimia Sedimen
1. Hg mg/l Serapan atom Laborator ium
2. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium
3. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium
Biota
Kimia Biota
1. Hg mg/l Serapan atom Laboratorium
2. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium
2. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium
D. Analisis Data
1. Deskriptif
2. Faktor bioakumulasi/biokosentrasi
X
2
N
X
aij X ij X ij
j1
Keterangan : aij = elemen matriks A (setelah sdistandarisasi)
Xij = elemen matriks X (sebelum distandarisasi)
X = rata – rata baris
i = stasiun pengamatan (1, 2 dan 3)
j = nilai parametr fisika-kimia dan kandungan logam berat di di
dalam tubuh kerang hijau
A. Hasil
a. Suhu
32.50
32.00
Suhu ( º C)
30.50
30.00
1000 2000 3000
Jarak (m)
b. Kekeruhan
7.00
6.00
5.63 (St 2)
Turbidity (NTU
5.00
4.00
3.45 (St 3)
3.00 2.75 (St 1)
2.00
1.00
0.00
1000 2000 3000
Jarak (m)
c. pH
Secara umum nilai derajat keasaman (pH) pada Perairan Kamal Muara,
Teluk Jakarta di tiap stasiun selama pengamatan tidak berbeda secara signifikan.
Hal ini disebabkan sifat dari air laut yang mempunyai sistem buffer atau
penyangga, sehingga mampu mengendalikan sifat asam atau basa yang masuk
ke dalam perairan. Kisaran nilai derajat keasaman yang diperoleh antara 7 – 8 .
Nilai derajat keasaman (pH) ini masih berada pada kadar alamiah untuk perairan
laut yaitu 7,0 – 8,0. Kondisi pH pada perairan dapat dijadikan sebagai indikator
kualitas perairan. Batasan nilai pH telah ditentukan oleh kantor Kementerian
Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup No. 51 Tahun 2004 yakni 6,5 – 8.
8.4
8.2 8 (St 1)
8
7.8 7.8 (St 2)
7.6
pH
7.4
7.2
7 7 (St 3)
6.8
6.6
6.4
1000 2000 3000
Jarak (m)
d. Salinitas
35.5
35 (St 2)
35 35 (St 3)
34.5
Salinitas ( ‰
34
33.5
33 33 (St 1)
32.5
32
1000 2000 3000
Jarak (m)
0.00015 0.000133 (S t 2)
0.00005
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
0.02
0.01
0.006 (St 1) 0.006 (St 3)
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
0.024
0.006
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
0.24
0.18
0.06
0.05 (St 3)
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
1,853 (St 2)
2,000
1,539 (St 3)
1,000
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
10,000
7,992 (St 2)
7,500 8,129 (St 1)
5,000
4,155 (St 3)
2,500
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
Hasil pengamatan nilai kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr pada kerang
hijau (Perna viridis L.) ukuran kecil, sedang dan besar selama pengamatan, yakni
dari bulan September hingga November dapat dilihat pada Gambar 14 hingga
Gambar 22.
Kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran besar (Gambar 14)
berkisar antara 0,0062 – 0.02 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada
stasiun 1 sebesar 0,010 mg/l, stasiun 2 sebesar 0,015 dan pada stasiun 3
sebesar 0,009 mg/l. Ada kecenderungan peningkatan kandungan logam Hg dari
stasiun 1 ke stasiun 2 dan terjadi penurunan kandungan logam Hg pada stasiun
3.
Konsentrasi logam Hg (mg/l
0.025
0.02
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
Kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran sedang (Gambar 15)
berkisar antara 0,0070 – 0,04 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada
stasiun 1 sebesar 0,020 mg/l, stasiun 2 sebesar 0,013 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 0,013 mg/l. Terlihat pada Gambar 15 di bawah ini ada kecenderungan
penurunan kandungan logam Hg dari stasiun 1 hingga ke stasiun 3.
0.04
0.005
0
1000 2000 3000
Jarak (m)
Kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran kecil (Gambar 16)
berkisar antara 0,0035 – 0,0078 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat pada
stasiun 1 sebesar 0,006 mg/l, stasiun 2 sebesar 0,005 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 0,007 mg/l. Berbeda dengan kedua ukuran kerang di atas, pada ukuran
kerang kecil terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan logam berat
Hg dari stasiun 1 hingga ke stasiun 3, meski penurunan pada stasiun 2 relatif
lebih kecil.
0.008
Kosentrasi logam Hg (mg/l
Kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran besar (Gambar 17)
berkisar antara 40,407 – 47,813 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Pb
pada stasiun 1 sebesar 45,019 mg/l, stasiun 2 sebesar 46,471 mg/l dan pada
stasiun 3 sebesar 40,802 mg/l. Seperti pada logam Hg di atas, untuk kerang
hijau ukuran besar pada logam Hg terlihat adanya tendensi peningkatan
kandungan logam berat Pb dari stasiun 1 hingga stasiun 2, dan selanjutnya
terjadi penurunan kandungan Logam Pb yang cukup tajam pada stasiun 3.
50
38
Kosentrasi logam Pb (mg/l
37
36
35.688 (St 3)
35
34.745 (St 2)
34 34.248 (St 1)
33
32
1000 2000 3000
Jarak (m)
Kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran kecil (Gambar 19)
berkisar antara 12,135 – 13,656 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat pada
stasiun 1 sebesar 12,756 mg/l, stasiun 2 sebesar 13,265 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 12,470 mg/l. Pada Gambar 19 di bawah ini pada kerang hijau ukuran
kecil terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan logam berat Pb dari
stasiun 1 hingga stasiun 2, namun terjadi penurunan kandungan logam berat Pb
pada stasiun 3.
14.000
11.000
1000 2000 3000
Jarak (m)
Kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran besar (Gambar 20)
berkisar antara 19,039 – 21,195 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada
stasiun 1 sebesar 19,696 mg/l, stasiun 2 sebesar 20,710 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 20,998 mg/l. Berbeda dengan logam Hg dan logam Pb di atas, pada
kerang hijau ukuran besar untuk kandungan logam Cr terlihat adanya cenderung
terjadi peningkatan kandungan logam berat Cr dari stasiun 1 hingga ke stasiun
3.
21.5
Kosentrasi logam Cr (mg/l
21 20.998 (St 3)
20.5 20.710 (St 2)
20
19.696 (St 1)
19.5
19
18.5
18
17.5
1000 2000 3000
Jarak (m)
26
Kosentrasi logam Cr (mg/l
25
24 23.946 (St 2)
23
22.693 (St 1)
22 21.692 (St 3)
21
20
19
1000 2000 3000
Jarak (m)
Kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran kecil (Gambar 22)
berkisar antara 1,597 – 3,524 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada
stasiun 1 sebesar 3,214 mg/l, stasiun 2 sebesar 3,033 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 1,691 mg/l. Pada Gambar 22 terlihat adanya pola penurunan kandungan
logam berat Cr dari stasiun 1 hingga ke stasiun 3.
4
Kosentrasi logam Cr (mg/
Faktor konsentrasi adalah suatu ukuran nilai dari kemampuan biota atau
organisme air dalam mengambil bahan pencemar langsung dari lingkungan yang
ada disekitarnya, yaitu kolom air. Faktor konsentrasi logam berat pada kerang
hijau menunjukkan adanya kecenderungan biota air tersebut mengakumulasi
logam berat. Adapun faktor konsentrasi yang diamati dari September hingga
November 2004 ditunjukkan pada Gambar 23 hingga Gambar 25.
Ada tiga kategori yang dikemukakan Van Esch (1977) in Pratono (1985)
untuk faktor konsentrasi yaitu, tingkat akumulasi rendah, jika faktor konsentrasi
kurang dari 100. Tingkat akumulasi sedang, jika faktor konsentrasi antara 100
hingga 1000. Dan tingkat akumulasi tinggi, jika faktor konsentrasi lebih dari
1000.
Rata-rata faktor konsentrasi pada logam berat Hg (Gambar 23) tertinggi
pada kerang hijau yang berukuran sedang (4 – 6 cm), dengan kisaran nilai
133,90 – 288,7. Hal ini menunjukkan bahwa kerang hijau yang berukuran
sedang (4 – 6 cm) mempunyai tingkat akumulatif yang sedang terhadap logam
berat Hg. Kerang hijau yang berukuran besar (> 6cm) juga mempunyai tingkat
akumulatif yang sedang terhadap logam berat Hg dengan nilai kisaran rata-rata
97,66 – 210,01. Untuk kerang hijau yang berukuran kecil (< 4 cm) rata-rata nilai
faktor konsentrasi kurang dari 100, yaitu berkisar antara 64,68 – 76,09. Hal ini
menunjukkan kerang hijau yang berukuran kecil (< 4 cm) mempunyai tingkat
akumulatif yang rendah terhadap logam berat Hg.
400
Faktor konsentras
300
200
100
0
1 2 3
10000
Faktor konsentras
8000
6000
4000
2000
0
1 2 3
12000
Fakotr konsentras
10000
8000
6000
4000
2000
0
1 2 3
Pada logam Pb dari hasil analisis PCA yang dilakukan untuk kerang hijau
berukuran besar diperoleh nilai akar ciri (eigenvalue) sumbu utama (F1) dapat
menjelaskan sebesar 55,92 %, sumbu kedua (F2) dapat menjelaskan sebesar
44,07 %. Pada sumbu utama dicirikan oleh variabel suhu, kekeruhan,
konsentrasi Pb di air dan konsentrasi Pb di kerang hijau. Sumbu kedua dicirikan
oleh variabel salinitas, pH dan konsentrasi Pb di sedimen (Lampiran 9). Matriks
korelasi yang diperoleh terhadap kerang hijau ukuran besar memperlihatkan
adanya peranan parameter pH terhadap kandungan dalam tubuh kerang hijau
tersebut (Lampiran 8).
Hasil analisis PCA untuk kerang hijau berukuran sedang nilai akar ciri yang
diperoleh dari analisis PCA dapat menjelaskan sebesar 52,51 % pada sumbu
utama (F1) dan 47,49 % pada sumbu kedua (F2). Pada sumbu utama (F1)
dicirikan oleh variabel salinitas, konsentrasi Pb di sedimen dan konsentrasi Pb di
kerang hijau dan untuk sumbu kedua (F2) dicirikan oleh variabel suhu,
kekeruhan, pH dan konsentrasi Pb di air (Lampiran 9). Terhadap kerang hijau
ukuran sedang matriks korelasi yang didapat menunjukkan adanya peranan yang
positif oleh parameter salinitas terhadap kandungan logam Pb di dalam tubuh
kerang hijau tersebut. Sedangkan untuk parameter pH dan Pb di sedimen
memberikan peranan yang negatif terhadap kandungan Pb dalam tubuh kerang
hijau (Lampiran 8).
Pada kerang hijau berukuran kecil hasil analisis PCA diperoleh nilai akar
ciri pada sumbu utama (F1) dapat menjelaskan sebesar 60,93 % dan pada
sumbu kedua (F2) sebesar 39,07 %. Untuk sumbu utama (F1) dicirikan oleh
variabel suhu, kkeruhan, koinsentrasi Pb di air, konsentrasi Pb di sedimen dan
konsentrasi Pb di kerang hijau dan pada sumbu kedua dicirikan oleh variabel
salinitas dan pH (Lampiran 9). Pada kerang hijau ukuran kecil matriks korelasi
yang diperoleh memperlihatkan adanya peranan yang positif oleh parameter
kekeruhan dan Pb di air, sedangkan parameter suhu memberikan peranan yang
negatif (Lampiran 8). Peranan dari parameter-parameter tersebut mempengaruhi
kandungan Pb di dalam tubuh kerang hijau kecil.
Hasil analisis PCA pada logam Cr untuk kerang hijau berukuran besar
nilai akar ciri yang di peroleh dapat menjelaskan sumbu utama (F1) sebesar
61,66 %, sumbu kedua (F2) dapa menjelaskan sebesar 38,34 %. Adapun
variabel- variabel yang mencirikan sumbu utama (F1) antara lain salinitas, pH,
konsentrasi Cr di air, konsentrasi Cr di sedimen dan konsentrasi Cr di kerang
hijau. Sumbu kedua (F2) dicirikan oleh variabel suhu dan kekeruhan (Lampiran
9). Pada logam Cr, analisis matriks korelasi yang diperoleh menunjukkan
peranan yang positif oleh parameter suhu dan Cr di air terhadap kandungan Cr di
dalam tubuh kerang hijau ukuran besar (Lampiran 8).
Pada kerang hijau ukuran sedang nilai akar yang di peroleh dapat
menjelaskan sumbu utama sebesar 58,79 %, sumbu kedua sebesar 41,20 %.
Variabel yang mencirikan pada sumbu utama (F1) adalah pH, konsentrtasi Cr di
air, konsentrasi Cr di sedimen dan konsentrasi Cr di kerang hijau dan pada
sumbu kedua (F2) dicirikan oleh variabel suhu, salinitas dan kekeruhan
(Lampiran 9). Untuk kerang hijau ukuran sedang, parameter kekeruhan dan Cr di
sedimen pada matriks korelasi menunjukkan adanya peranan positif terhadap
kandungan Cr di dalam tubuh kerang hijau ukuran sedang. Sebaliknya untuk
parameter suhu memberikan peranan yang negatif terhadap kandungan Cr di
dalam tubuh kerang hijau ukuran sedang (Lampiran 8).
Hasil analisis PCA. untuk kerang hijau berukuran kecil nilai akar ciri yang
diperoleh dapat menjelaskan sumbu utama (F1) sebesar 63,46 % dan pada
sumbu kedua sebesar 39,07 %. Variabel pH, konsentrasi Cr di air, konsentrasi
Cr di sedimen dan konsentrasi Cr di kerang hijau terdapat pada sumbu utama
(F1) dan variabel suhu, salinitas dan kekeruhan pada sumbu kedua (F2). Pada
kerang hijau ukuran kecil, peranan positif ditunjukkan oleh parameter pH dan Cr
di sedimen terhadap kandungan Cr di dalam tubuhnya dan peranan negatif
ditunjukkan oleh logam Cr di air (Lampiran 8).
B. Pembahasan
Kisaran salinitas pada Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta juga sesuai
dengan persyaratan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan (1985)
yaitu dalam kisaran 27 – 35 ‰. Salinitas merupakan faktor yang penting bagi
kerang hijau untuk melakukan adaptasi terhadap kondisi perairan, karena
salinitas berhubungan langsung dengan proses osmoregulasi yang dilakukan
biota yang ada di dalamnya, termasuk kerang hijau.
Logam berat yang masuk ke dalam suatu perairan, baik di sungai ataupun
dilaut, akan dipindahkan dari badan air melalui tiga proses, yaitu pengendapan,
adsorbsi dan absorpsi oleh organisme perairan (Bryan 1976). Logam- logam
dalam lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion-ion seperti ion -
ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion
lainnya (Palar, 1994). Kondisi kandungan logam berat (Hg, Pb dan Cr) di kolom
perairan selama pengamatan dari bulan September hingga November nilainya
cenderung berfluktuatif. Hal ini diduga karena adanya pengaruh masukan dari
sungai yang bermuara di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta yang membawa
limbah-limbah logam berat dan bergantung pada besar kecilnya konsentrasi
logam – logam tersebut yang terbuang ke dalam sungai hingga mencapai
Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Limbah logam berat ini diduga berasal
dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Jika dibandingkan dengan baku
mutu untuk biota air yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004 kondisi kandungan logam berat di Perairan Kamal
Muara, Teluk Jakarta untuk logam berat Pb dan Cr telah melampaui ambang
batas. Untuk logam berat Pb nilai ambang batasnya adalah 0,008 mg/l dan
untuk logam berat Cr nilai ambang batasnya adalah 0,005 mg/l. Berbeda dengan
kandungan logam Pb, kandungan logam berat Hg nilainya masih di bawah
ambang batas yaitu 0,001 mg/l. Namun demikian konsentrasi yang rendah ini
tetap harus diwaspadai karena logam- logam berat yang terlarut dalam kolom
perairan pada konsentrasi tertentu dapat berubah fungsi menjadi sumber racun
bagi kehidupan perairan (Palar, 1994). Meskipun daya racun yang ditimbulkan
oleh satu jenis logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun
kehancuran dari suatu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai
kehidupan
Kondisi nilai kandungan logam berat (Hg, Pb dan Cr) di dalam sedimen
selama pengamatan, nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang
terdapat pada kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya laju proses
pengendapan atau sedimentasi yang dialami logam berat. Dalam hal ini logam
berat yang terdapat pada kolom air akan mengalami proses penggabungan
dengan senyawa-senyawa lain, baik yang berupa bahan organik maupun bahan
anorganik, sehingga berat jenisnya menjadi lebih besar yang akan
mempengaruhi laju proses pengendapan atau sedimentasi. Hal ini menunjukkan
bahwa sedimen merupakan tempat proses akumulasi logam berat di sekitar
perairan laut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mance (1987) yang
mengatakan bahwa konsentrasi logam berat di sedimen jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan yang ada pada kolom perairan. Hal ini disebabkan logam
berat yang masuk ke dalam kolom perairan akan diserap oleh partikel-partikel
tersuspensi. Apabila konsentrasi logam berat lebih besar dari daya larut
terendah komponen yang terbentuk antara logam dan anion yang ada di dalam
air,seperti karbonat, hidroksil atau khlorida, maka logam tersebut akan
diendapkan (Lindquist et.al, 1984). Dari hasil pengamatan sedimen di lokasi
penelitian jenis sedimen yang didapat berupa lumpur berpasir. Namun hingga
saat ini belum ada baku mutu logam berat pada sedimen, sehingga hasil
penelitian ini belum bisa dibandingkan dengan standar baku mutu.
Nilai kandungan berat (Hg, Pb dan Cr) yang ada pada kerang hijau lebih
tinggi dibanding pada kolom air dan sedimen. Hal ini disebabkan kerang hijau
mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi logam berat di dalam tubuhnya.
Sifat hidupnya yang sessil dan filter feeder, mengakibatkan kerang hijau dapat
menyerap logam berat di kolom air dan sedimen melalui proses makan
memakan. Hal ini terlihat dari nilai faktor konsentrasi yang telah disebutkan di
atas, dalam hal ini kerang hijau mampu menyerap logam berat di kolom air
hingga ratusan kali dan bahkan untuk logam berat Pb dan Cr menunjukkan nilai
hingga ribuan kali, yang artinya mempunyai tingkat akumulatif yang tinggi
terhadap kedua logam tersebut.
A. Kesimpulan
1. Secara umum parameter kualitas air seperti suhu, pH, salinitas berada dalam
kondisi yang memungkinkan untuk perkembangan biologis kerang hijau,
kecuali untuk parameter kekeruhan pada stasiun 2 (5,63 NTU) telah
melampaui ambang batas dari baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian
Negara Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004.
2. Kandungan logam berat di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Pb dan Cr
nilainya telah melampaui ambang batas. Sedangkan logam Hg masih
dibawah baku mutu. Kisaran nilai logam Hg selama pengamatan sebesar
0,00004 – 0,00021 mg/l. Logam Pb 0,004 – 0,056 mg/l, dan logam Cr ttd –
0,032 mg/l.
3. Kandungan logam berat di dasar perairan (sedimen) Kamal Muara, Teluk
Jakarta selama pengamatan logam Hg 0,019 – 0,182 mg/l. Logam Pb 0,101
- 5,555 mg/l, dan logam Cr 0,087 – 13,15 mg/l.
4. Kandungan logam berat di dalam tubuh kerang hijau pada berbagai ukuran
nilainya bervariatif. Kandungan Hg untuk kerang ukuran besar berkisar
0,0062 – 0.02 mg/l, ukuran sedang 0,0070 – 0,04 mg/l dan ukuran kecil
0,0035 – 0,0078 mg/l. Kandungan Pb untuk kerang ukuran besar berkisar
40,407 – 47,813 mg/l, ukuran sedang 33,699 – 36,829 mg/l dan ukuran kecil
12,135 – 13,656 mg/l. Kandungan Cr untuk ukuran besar berkisar 19,039 –
21,195 mg/l, ukuran sedang 21,258 – 24,826 mg/l dan ukuran kecil 1,597 –
3,524 mg/l.
B. Saran
Akbar, H.S. 2002. Pendugaan tingkat akumulsi logam berat Cd, Pb, Cu, Zn dan
Ni pada kerang hijau (Perna viridis L.) ukuran >5 cm di perairan
Kamal Muara, Teluk Jakarta. Skripsi. Progam Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pert anian Bogor.
Bryan, G.W. 1976a. Heavy metal contamination in the sea. In R. Johnston (Ed.)
Effects of pollutants on aquatic organisms. Cambridge university
press, Cambridge.
Connell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Dewi, K. S. P. 1996. Tingkat pencemaran logam berat (Hg, Pb dan Cd) di dalam
sayuran, air Minum dan rambut di Denpasar, Gianyar dan Tabanan.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tesis).
Http://www.dnr.state.sc.us/marine/sertc/images/photo/%20gallery/perna%20viridi
s 2.jpg. Tanggal 5 September 2005.
Hutagalung, H.P. 1984. Logam berat dalam lingkungan Laut. Pewarta oceana
IX No. 1 tahun 1984.
Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran laut oleh logam berat in P3O – LIPI.
Jakarta.
Kastoro, W. 1988. Beberapa aspek biologi kerang hijau (Perna viridis L) dari
Perairan Binaria, Ancol Teluk Jakarta. Jurnal penelitian perikanan
laut. No.45. Balai penelitian perikanan laut. Balai penelitian dan
perkembangan pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Prartono, T. 1985. Kandungan logam berat timbal (Pb), tembaga (Cu) dan Seng
(Zn) dalam tubuh kerang hijau ( Mytilus viridis, L.) yang
dibudidayakan di Pe rairan Ancol, Teluk Jakarta. Skriosi. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan IPB.
Bogor.
Quano. 1993. Training manual on assesment of the quality and type of land
based pollution discharges into the marine and coastal environment.
UNEP. Bangkok.
Roberts, D. 1976. Mussel and pollution in B. L. Bayne (ed), marine mussel: their
ecology and physiology. Cambridge University Press. Cambridge.
Rohilan, I. 1992. Keadaan sifat fisika dan kimia perairan di Pantai Zona Industri
Krakatau Steel Cilegon. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Suwirma, S., S, Surtipanti, S. Yatim. 1981. Studi Kandungan Logam Berat Hg,
Pb, Cd dan Cr dalam Beberapa Janis Hasil Laut Segar. Majalah
Batan.
Vakily, J.M. 1989. The biological and culture of mussels of the genus Perna.
ICLARM studies and reviews No.17. Manila.
Logam Hg
satuan dalam (mg/l)
Jenis
Jenis Pengamatan logam K S B
Pengamatan I (ST1) Hg 0.006114 0.013438 0.011673
Pengamatan I (ST2) Hg 0.003572 0.010157 0.017332
Pengamatan I (ST3) Hg 0.007116 0.013038 0.009714
Logam Pb
satuan dalam (mg/l)
Jenis
Jenis Pengamatan logam K S B
Pengamatan I (ST 1) Pb 12.573 34.308 45.483
Pengamatan I (ST 2) Pb 13.372 34.156 46.517
Pengamatan I (ST 3) Pb 12.821 36.829 40.407
Logam Pb
Baku Mutu
Parameter ST I ST II ST III (KepMen LH No,
51 Thn 2004)
Keterangan :
3. alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,
malam dan musim).
a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10 % kedalamam euphotic.
c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 ºC dari suhu alami.
d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan<0,2 satuan pH.
e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5 ‰ salinitas rata-rata
musiman.
Lampiran 5. Prosedur analisis logam berat pada kerang hijau (Perna viridis
L.)
A. Prinsip
Daging kerang hijau yang dibutuhkan untuk dapat digunakan dalam
analisis AAS sebesar 5 gram. Kemudian ditimbang, dan dilakukan pengabuan
kering. Sesudah penghilangan bahan-bahan organik dengan pengabuan kering,
residu dilarutkan dalam asam encer. Larutan disebarkan dalam nyala api yang
ada didalam alat AAS sehingga absorpsi atau emisi logam dapat dianalisa dan
diukur pada panjang gelombang tertentu.
B. Cara Kerja
a. Larutan abu berasal dari pengabuan basah
1. Pindahkan larutan abu ke dalam labu takar.
Pilih labu takar yang sesuai sehingga diperoleh konsentrasi logam
yang sesuai dengan kisaran kerjanya.
2. Tepatkan smapai tanda tera dengan air, campur merata
b. Abu berasal dari pengabuan kering
1. Tambahkan 5-6 ml HCl 6N ke dalam cawan/pinggan berisi abu,
kemudian dengan hati-hati panaskan diatas hot plate (pemanas)
dengan pemanasan rendah samapi kering.
2. Tambahkan 5 ml HCl 3N, panaskan cawan diatas pemanas sampai
mulai mendidih.
3. Dinginkan dan saring melalui kertas saring, masukkan filtrat ke dalam
labu takar yang sesuai. Usahakan padatan tertinggi sebanyak
mungkin ke dalam cawan.
4. Tambahkan 10 ml HCl 3N ke dalam cawan, kemudian panaskan
sampai larutan mulai mendidih.
5. Dinginkan, saring dan masukkan filtrat ke dalam labu takar.
6. Cuci cawan dengan air sedikitnya tiga kali, saring air cucian lalu
masukkan ke dalam labu takar.
7. Cuci kertas saring dan masukkan air cucian ke dalam labu takar.
c. Kalibrasi alat dan penetapan sampel
1. Set alat AAS sesuai dengan instruksi dalam manual alat tersebut.
2. Ukur larutan standar logam dan blanko.
3. Ukur larutan sampel. Selama penetapan sampel, periksa secara
periodik apakah nilai standar tetap konstan.
4. Buat kurva standar untuk masing-masing logam (nilai absorpsi/ emisi
vs konsentasi logam dalam g/ml).
Gambar 26. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisik - kimia dengan kerang
hijau berukuran besar (> 6 cm)
Tabel 7. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Hg pada kerang hijau ukuran
sedang
Variabel F1 F2
Suhu 0,989001 0,147910
Salinitas -0,622594 0,782545
Kekeruhan -0,988000 -0,063212
pH -0,213944 -0,976846
Logam Hg di air -0,996903 -0,078646
Logam Hg di sedimen -0,509623 -0,860398
Logam Hg di kerang sedang 0,527293 -0,849684
Gambar 27. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika- kimia dengan kerang
hijau berukuran sedang (4 - 6 cm)
Tabel 8. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Hg pada kerang hijau ukuran kecil
Variabel F1 F2
Suhu 0,989585 0,143949
Salinitas -0,370129 -0,928980
Kekeruhan -0,973746 -0,227637
pH -0,486881 0,873468
Logam Hg di air -0,977151 -0,212544
Logam Hg di sedimen -0,736344 0,676607
Logam Hg di kerang kecil 0,999969 0,007850
Gambar 28. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika- kimia dengan kerang
hijau berukuran kecil (< 4 cm)
Tabel 9. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Pb pada kerang hijau ukuran
besar
Variabel F1 F2
Suhu 0,987005 0,208581
Salinitas -0,308366 -0,951268
Kekeruhan -0,956708 -0,291050
pH -0,543154 0,839633
Logam Pb di air -0,978005 -0,208581
Logam Pb di sedimen -0,062322 0,998056
Logam Pb di kerang besar -0,832070 0,554670
Gambar 29. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika- kimia dengan kerang
hijau berukuran besar (> 6 cm)
Tabel 10. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Pb pada kerang hijau ukuran
sedang
Variabel F1 F2
Suhu -0,527753 0,849398
Salinitas 0,999477 0,032348
Kekeruhan 0,598120 -0,801407
pH -0,605806 -0,795613
Logam Pb di air 0,527753 -0,849398
Logam Pb di sedimen -0,917840 -0,396949
Logam Pb di kerang sedang 0,743360 0,668891
Gambar 30. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang
hijau berukuran sedang (4 – 6 cm)
Tabel 11. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Pb pada kerang hijau ukuran kecil
Variabel F1 F2
Suhu 1,000000 0,000661
Salinitas -0,499427 -0,866356
Kekeruhan -0,996316 -0,085756
pH -0,356694 0,934221
Logam Pb di air -1,000000 -0,000661
Logam Pb di sedimen 0,146571 0,989200
Logam Pb di kerang kecil -0,935187 0,354155
Gambar 31. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang
hijau berukuran kecil (< 4 cm)
Tabel 12. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Cr pada kerang hijau ukuran besar
Variabel F1 F2
Suhu -0,049990 0,998750
Salinitas 0,889938 -0,456082
Kekeruhan 0,134799 -0,998750
pH -0,915489 -0,402344
Logam Cr di air 0,999613 0,027805
Logam Cr di sedimen -0,856039 -0,516912
LogamCr di kerang besar 0,966149 -0,257984
Gambar 32. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika- kimia dengan kerang
hijau berukuran besar (> 6 cm)
Tabel 13. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Cr pada kerang hijau ukuran
sedang
Variabel F1 F2
Suhu 0,645766 0,763544
Salinitas 0,338371 -0,941013
Kekeruhan -0,578438 -0,815727
pH -0,943437 -0,331551
Logam Cr di air 0,749020 -0,662547
Logam Cr di sedimen -0,978284 0,207270
Logam Cr di kerang sedang -0,917263 -0,398281
Gambar 33. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika- kimia dengan kerang
hijau berukuran sedang (4 - 6 cm)
Tabel 14. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu
utama logam Cr pada kerang hijau ukuran kecil
Variabel F1 F2
Suhu 0,324634 0,945840
Salinitas 0,656804 -0,754061
Kekeruhan -0,242969 -0,970034
pH -0,999441 -0,033434
Logam Cr di air 0,938399 -0,345552
Logam Cr di sedimen -0,986809 -0,161888
Logam Cr di kerang kecil -0,996472 -0,083925
Gambar 34. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika- kimia dengan kerang
hijau berukuran kecil (< 4 cm)
RIWAYAT HIDUP
Tahun 1999 penulis lulus dari SMU 13 Jakarta. Pada tahun 2000 penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) dan memilih program studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama di IPB penulis mengikuti
beberapa kegiatan kepanitian di IPB, aktif pada kegiatan keorganisasian yaitu
staf anggota BEM- C, ketua Departemen Hubungan Luar HIMASPER, anggota
perguruan seni bela diri “Hikmatul Iman”. Penulis aktif sebagai asisten limnologi
(2003-2004, 2004-2005). Penulis juga ikut serta memenangkan gelar juara II
bola basket putra PORIKAN bersama tim bola basket putra MSP (2001-2002).
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Kandungan Logam Berat Hg, Pb
dan Cr pada Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal
Muara, Teluk Jakarta”, dan dinyatakan lulus pada tanggal 9 Desember 2005