Anda di halaman 1dari 95

Lisberth Christina

telusuri

SEP

12

KUMPULAN MATERI KOMUNITAS I

BAB I

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Paradigma Keperawatan

Paradigma = hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori itu berhubungan satu
sama lain sehingga menimbulkan hal yang perlu diselidiki.

Paradigma keperawatan = hubungan antara 4 konsep yaitupokok : manusia, masyarakat, keperawatan,


dan kesehatan (Christina S.I 1986)

Manusia

Keperawatan Kesehatan

Masyarakat

Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Bidang khusus ilmu keperawatan yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat, dan ilmu sosial (WHO, 1959)
Dasar teori keperawatan yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, kesehatan masyarakat, ilmu
sosial (PSM).

Ilmu Keperawatan

Sosial (PSM) Kesehatan Masyarakat

B. Pengertian Keperawatan Komunitas

Menurut WHO (1959) :

Puskesmas adalah lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat, dan bantuan sosial sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar ditujukan kepada
keluarga sehat, individu yang sakit dan tidak dirawat, kelompok masyarakat khusus yang mempunyai
masalah kesehatan yang akan mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Depkes (1886)

Puskesmas suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat
untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga, dan masyarkat.

C. Tujuan

Meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar
dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki:

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan

2. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas

3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan

4. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan

5. Menilai hasil kegiata

6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan


7. Meningkatkan kemampuan self care

8. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS)

9. Menunjang fungsi Puskesmas : menurunkan AKB, AKI, AKABA

D. Falsafah

Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat :

1. Pekerjaan luhur dan manusiawi kepeda individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Upaya berdasarkan kemanusiaan  manusia dan masyarakat sehat

3. Harus terjangkau dan dapat diterima semua orang

4. Upaya pokok promotif dan preventif

5. Dilaksanakan secara berkesinambungan

6. Perawat sebagai provider, klien sebagai subjek dan objek (konsumer)

7. Individu ikut bertanggung jawab atas kesehatannya

E. Sasaran

1. Individu

2. Keluarga

3. Kelompok

4. Masyarakat

F. Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Komunitas

1. Promotif

2. Preventif

3. Kuratif

4. Rehabilitatif
5. Resosialitatif

G. Prinsip Dasar

1. Keluarga sebagai unit utama pelayanan kesehatan/keperawatan

2. Tingakat sasaran : individu, keluarga, kelompok, masyarakat

3. Perawat bekerja dengan bukan bekerja untuk sasaran

4. Penekanan kepada upaya promotif dan rehabilitatif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif

5. Pendekatan pemecahan masalah  proses keperawatan

6. Dilakukan di masyarakat dukan di Rumah Sakit

7. Ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat

8. Dilakukan secara team (tidak sendirian)

H. Pendekatan

Pemecahan masalah (Problem Solving Approach) dengan menerapkan metode ilmiah proses
keperawatan

I. Perbedaan Pelayanan Keperawatan Komunitas dengan Keperawatan Klinis

Aspek Perbedaan RS/Klinis Keperawatan Komunitas

Tempat Pelayanan 1. Bangsal Perawatan

2. Klinik 1. Puskesmas

2. Rumah

3. Sekolah

4. Perusahaan

5. Panti-panti

Tipe Pasien 1. Orang Sakit


2. Orang Meninggal 1. Orang sehat

2. Orang sakit

3. Orang meninggal

Ruang Lingkup 1. Preventif

2. Kuratif

3. Rehabilitatif 1. Promotif

2. Preventif

3. Kuratif

4. Rehabilitaif

5. Resosialitatif

Perhatian Utama Rasa aman selama sakit 1. Peningkatan kesehatan

2. Pencegahan penyakit

Sasaran Pelayanan Individu 1. Individu

2. Keluarga

3. Kelompok

4. Masyarakat

J. Peran dan Fungsi Perawat

1. Provider of Nursing Care = pelaksana asuhan keperawatan

2. Health Educator = pendidik kesehatan

3. Health Monitor = pengamat kesehatan

4. Coordinator of service = koordinator pelayanan kesahatan

5. Inivator = pembantu dalam bidang kesehatan/pembangunan

6. Organisator = pengorganisir pelayanan kesehatan

7. Role model = panutan


8. Fasilitator = tempat bertanya/konsultasi dalam bidang kesehtan

9. Manager = pengelola pelayanan kesehatan/keperawatan

K. Tingkat Pencegahan menurut Leavel dan Clark :

a. Primary prenvention

1. Promosi kesehatan (Health Promotion)

1) Pendidikan ksehatan

2) Perbaikan dan peningkatan gizi (nutrisi) yang cukup dan sesuai

3) Perhatian terhadap perkembangan pribadi, personal hygiene, reaksi, dan olahraga

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan (perumahan, tempat umum, dan tempat kerja)

5) Konseling perkawinan dan pendidikan sex

6) Konsultasi genetik

7) Pemeriksaan kesehatan berkala

2. Perlindungan khusus (Specific Protection)

1) Imunisasi

2) Isolasi penderita dengan penyakit menular

3) Perlindungan kecelakaan ditempat umum dan tempat kerja

4) Perlindungan terhadap bahan allergen dan carsinogen

5) Pengendalian sumber polusi (udara, tanah dan air)

b. Secondary prevention

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera

1) Mencari kasus

2) Pemerikasaan kesehatan

3) Pengawasan selektif
4) Pengobatan yang teratur

5) Pengobatan yang tepat

4. Pembatasan ketidakmampuan

1) Pengobatan yang sempurna

2) Pencegahan komplikasi dan kecacatan

3) Penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai

c. Tertiary prevention

5. Rehabilitasi :

1) Penyediaan fasilitas rehabilitasi

2) Pendidikan kesehatan masyarakat untuk menerima dan memanfaatkan yang telah rehabilatasi

3) Penempatan selektif

4) Terapi kerja

L. Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat

1. Jaman Pra Masehi

Tidak banyak diketahui kedaan hygiene perongan maupun hygiene masyarakat pada zaman ini, namun
dari beberapa penelitian masyarakat yang tingkat kebudayaan masih rendah diketahui bahwa telah ada
usaha-usaha kearah ini. Larangan untuk mencari lingkungan umumnya terdapat disemua masyarakat;
larangan untuk membuang kotoran di daerah hulu dari tempat mereka tinggal; dan larangan menimbun
excreta. Namun hal-hal diatas lebih disebabkan oleh ketahayulan bukan keterangan ilmiah.

Banyak kelompok masyarakat waktu itu telah mempunyai berbagai peraturan untuk mengubur mayat.
Mereka juga sudah mengenal berbagai penyakit dan cara pengobatannya yaitu melalui voodoo,
karantina dan tari-tarian, dan penggunaan asap serta suara yang bising untuk mengusir roh-roh jahat.

Dari penelitian arkeologi diketahui bahwa orang-orang Minoan (3000-1500 SM) dan orang Kreta (3000-
1000 SM) telah mengembangkan sistim pembuangan limbah cair (drainage system), jamban dan system
penggelontoran. Orang-orang Mesir (Herodotus) yang hidup sekitar ahun 1000 SM telah mempunyai
pengertian tentang kebersihan, dan berbagai resep obat-obatan serta telah membangun jamban dan
pipa pembuangan air limbah yang terbuat tanah.

Orang-orang Iberani (Hebrews) telah memperkenalkan peraturan-peraturan tertulis tentang higiena.


Antara lain tentang kebersihan tubuh, perlindungan tempat air dan makanan, dan kesehatan untuk
wanita yang hamil dan melahirkan.

Peradaban Athena menarik karena dua hal. Pertama mereka telah mengembangkan kebersihan ketingkat
perorangan yang belum pernah dicapai. Banyak diperlihatkan tentang kebersihan, olah raga dan
makanan, disamping kesehatan lingkungan. Kedua mereka mengabaikan bahkan seringkali
memusnahkan mereka yang lema, yang sakit, dan yang cacat.

Kekaisaran Romawi terkenal akan pencapaiannya dibidang administrasi dan teknik. Mereka mempunyai
undang-undang bagi pencatatan penduduk dan budak, bagi sensus yang dilakukan secara berkala, bagi
perlindungan terhadap gangguan, pemeriksaan bangunan dan pemusnahan bangunan yang sudah rusak,
pemusnahan hewan-hewan berbahaya, pemusnahan barang-barang yang tidak baik, pengawasan alat
timbangan dan alat ukur, pengawasan tempat minum (bar) dan rumah-rumah pelacuran, dan peraturan
tentang membangun bangunan. Mereka juga membangun jaringan saluran pembuangan air limbah dan
sampah, begitu pula tempat pemandian umum yang dibangun dan digunakan, serta tersedianya air
minum yang aman. Jaringan saluran air ini sebagian besar hingga kini masih digunakan dan
diintegrasikan ke dalam jaringan yang dibangun kemudian.

2. Abad Pertengahan

Abad ini dikenal juga sebagai zaman kegelapan,. Hal ini sebagai reaksi terhadap segala sesuatu yang
berbau Romawi yaitu bahwa baik dalam kebudayaan Romawi maupun Athena, jasmani terlalu
diperhatikan dibandingkan rohani. Karenanya kemudian berkembang sikap yang mengecilkan arti tubuh
dan segala sesuatu yang bersifat material. Zaman ini ditandai dengan berkembangnya ketahayulan,
mistik dan pengejaran terhadap mereka yang berpikiran bebas.

Begitu hebatnya reaksi tersebut sehingga juga mempengaruhi sanitasi dan kebersihan perorangan.
Waktu itu dianggap suatu tindakan tidak bermoral untuk memandang tubuh orang itu sendiri.,
karenanya orang jarang sekali mandi dan menggunakan pakaian yang kotor. Makanan juga sangat buruk,
baik gizi maupun rasanya. Sampah dan tinja dibiarkan tertimbun begitu saja disekitar pemukiman.

Pada masanya ini pula timbul wabah berbagai penyakit yang akibatnya mungkin tiada bandingannya
seperti kolera, kusta, dan sampar yang disebut “the black death”. Pada waktu peyakit mencapai
puncaknya banyak negara dan kota hampir punah seperti India, Cina, dan kemudian kota-kota Allepo,
Kairo, Gaza, Florencia, dan Marseile.

Berjangkitnya berbagai peyakit menular ini terutama sampar (pest, plague) telah menimbulkan usaha
yang sekarang ini disebut sebagai usaha kegiatan karantina. Hal ini dimulai Venesia pada tahun 1334
yang melarang semua kapal dan penumpang yang terjangkit untuk singgah di pelabuhan tersebut. Pada
tahun 1334 Regusa mengeluarkan peraturan bahwa para pelancong yang dating dari tempat wabah
harus berhenti disuatu tempat yang telah ditentukan di luar pelabuhan dan tetap disana selama dua
bulan dan bebas penyakit, setelah itu baru diizinkan untuk masuk. Pada tahun 1383 Marsaile
mengeluarkan undang –undang karantina dan mendirikan stasiun karantina.

3. Abad Kebangkitan

Berangsur-angsur orang mulai bangkit dari kegelapan dan wabah penyakit. Pada zaman ini timbul banyak
pemikir yang cemerlang seperti Montaige, Paracelsus, Galileo, Bacon, dan Descrates. Hak-hak asasi orang
mulai diperhatikan dan usaha mencari kebenaran ilmiah diusahakan sungguh-sungguh.

4. Abad Kedelapan belas dan selanjutnya

Abad kedelapan belas ditandai dengan bangkitnya nasionalisme, imperialisme, dan industrialisasi yang
membawa akibat buruk dan kesengsaraan bagi sebagian umat manusia. Menggunakan anak-anak dan
wanita sebagai buruh murah merupakan hal yang umum. Disamping keadaan itu, keadaan sanitasi
sangat buruk sekali dan dengan sendirinya penyakitpun marajalela. Keadaan ini mnggerakkan sebagian
orang untuk mengadakan perubahan tenang kesehatan terutama di Inggris dan Amerika Serikat.

Di Inggris tikih terkenal adalah Edwin Chadwick yang pada tahun 1842 menulis laporan yang berjudul
“Report on an Inquiry the Sanitary Condition of the Labourig Population of Great Britain”. Sebagai hasil
dari laporan ini kemudian didirikan (1848) apa yang dinamakan “General Board of Health fo England”.
Pada pertengahan abad kesembilan belas di Amerika Serikat diterbitkan sebuah laporan oleh Samuael
Shattuck yang seperti laporan Chadwick juga memberi pengaruh amat besar terhadap gerakan kesehatan
masyarakat di Amerika Serikat. Laporan tersebut berjudul “Report of Sanitari Commision of
Massachusetth” dan kemudian berkembanglah kesehatan masyarakat yang modern.

M. Konsep Model Keperawatan Komunitas

1. Imogene King

• Pendekatan teori system dengan penekanan teori interaksi


• Asuhan keperawatan berorientasi kepada tujuan dan intervensi keperawatan : proses aksi reksi,
interaksi, dan transaksi klien dengan perawat

• Elemen proses keprawatan

a. Data dasar

b. Daftar masalah

c. Tujuan

d. Rencana

e. Catatan perkembangan

• Kerangka kerja konseptual : model system dengan sub system :

a. System personal

b. System interpersonal

c. System social

• Aplikasi pada keperawatan komunitas :

a. Tujuan akhir : manusia berinteraksi dengan lingkungannya sehingga individu sehat dan mampu
melaksanakan fungsi sesuai peran social

b. Implementasi keperawatan : penekanan pada partisipasi klien

2. Betty Newmaan

Manusia dan lingkungan berada dalam interaksi dinamis dan manusia merupakan system terbuka
dengan variable/sub sistem pada klien :

a. Fisiologis

b. Psikologis

c. Sosiokultural

d. Perkembangan

e. Spiritual

Lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh system.

Aplikasi dalam keperawatan komunitas :

a. Tujuan : stabilisasi system


b. Intervensi :

• menurunkan stressor

• pencegahan primer : memperkuat pertahanan

• pencegahan sekunder : menurunkan derajat reaksi terhadap stressor

• pencegahan tertier : membantu menyusun pencapaian kesejahteraan

• kaji persepsi stressor dalam klien.

c. Proses keperawatan :

• Diagnose keperawatan

• Tujuan keperawatan

• Outcome perawatan

3. Dorothy E. Jhonson

Model system tingah laku yang terbuka dengan sub system :

1. Pencapaian/goal

2. Afiliasi

3. Agresi

4. Ketergantungan

5. Eliminasi

6. Ingesti

7. Seksualitas

Tiap sub system mempunyai 4 elemen, yaitu :

1. Arah/tujuan

2. Set/predisposisi untuk bertindak

3. Pilihan/alternative tindakan

4. Tingkah laku
Aplikasi dalam keperawatan komunitas/masyarakat :

a. Tujuan : memperbaiki, mempertahankan atau mencapai keseimbangan dan stabilitas system tingkah
laku lebih tinggi.

b. Intervensi (cara) keperawatan :

1. Membantu/memberi batasan tingkah laku

2. Mempertahankan/melindungi dari stressor negative

3. Menghambat/menekan response-response yang tak efektif

4. Memudahkan/memberi pemeliharaan

c. Evaluasi berdasarkan tujuan :

1. Tujuan jangka pendek

2. Tujuan jangka panjang

4. Calista Roy

 Manusia merupakan sebuah system adaptif

 Perubahan terjadi dalam rangka merespons stimulus (input). Disebut respons adaptif apabila
perubahan meningkatkan integritas individu

 Mekanisme utama adaptasi :

Regulator : proses persyarafan, endokrin, persepsi psikomotor

Cognator : proses persepsi, belajar, perkembangan dan emosi

 Cara efektif adaptasi system :

1. Kebutuhan fisiologis

2. Konsep diri

3. Fungsi peran

4. Saling ketergantungan

 Proses keperawatan :

1. Pengkajian 1 dan 2
2. Identifikasi masalah

3. Diagosa keperawatan

4. Prioritas masalah

5. Tujuan

6. Intervensi

7. Evaluasi

 Aplikasi dalam keperawatan komunitas

a. Tujuan : - mempertahankan dan mempertinggi tingkat adaptasi

- Merubah tingkah laku yang tak efektif

b. Intervensi : manipulasi/merubah rangsangan penyebab stress

5. MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)

Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan keluarga
adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas
kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah,
Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan, Memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.

Pengertian

Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi tubuh dan
kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan kegiatan
yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit (Orem, 1980).

Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan berbagai variasi tingkat
kemampuan keperawatan mandiri.

“Self Care” : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk memenuhi
kebutuhan.
Keperawatan: pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan tindakan
khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan
mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan
keluarga.

Sasaran

a. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik

b. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri

c. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Fokus Asuhan Keperawatan

a. Aspek interpersonal : hubungan di dalam keluarga

b. Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada disekitarnya.

c. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan
yang terjadi

d. Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga di rumah
misalnya : mengompres dengan baik dan benar.

System keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau melakukan keperawatan
mandiri. System keperawatan mandiri dibagi tiga kategori bantuan sebagai berikut :

a. Wholly comphensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak berespon terhadap rangsangan.

b. Partially compensantory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang mengalami keterbatasan
gerak karena sakit, misalnya kecelakaan.

c. Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang membutuhkan bantuan


untuk mempelajari agar melakukan keperawatan mandiri.
BAB II

KONSEP ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

A. Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menurut Winslow (1920)

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk (1) mencegah penyakit, (2) memperpanjang masa
hidup, dan (3) mempromosi-kan kesehatan melalui usaha masyarakat yang terorganisir, yaitu:

a. sanitasi lingkungan

b. pemberantasan penyakit infeksi

c. pendidikan kesehatan individu tentang kebersihan perorangan

d. pengorganisasian pelayanan kesehatan dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
pencegahan
e. pengembangan suatu perangkat sosial untuk menjamin bahwa setiap orang dapat suatu standar
kehidupan untuk memelihara kesehatannya, mengorganisasikan manfaat-manfaat ini sehingga setiap
orang mendapatkan hak kesehatan dan panjang usianya.

B. Tujuan Kesehatan Masyarakat

Tujuan kesehatan masyarakat yaitu agar setiap masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan optimal
baik fisik, mental dan sosial serta diharapkan berumur panjang.

C. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

1. Promotif : konsumsi gizi, olahraga, istirahat, personal hygiene, rekreasi, dan kesling

2. Preventif : imunisasi, dan pemeriksaan kesehatan teratur

3. Kuratif

4. Rehabilitatif

D. Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat

Usaha kesehatan masyarakat :

1. Lebih mengutamakan usaha promotif dan preventif

2. Biaya terjangkau dengan hasil sebaik-baiknya

3. Masyarakat sebagai subjek dan objek kegiatan

4. Selalu melibatkan masyarakat

5. Berdasarkan masalah kesehatan masyarakat

E. Upaya Pokok Kesehatan Masyarakat

Program kesehatan masyarakat (Puskesmas) Nasional:

1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

2. Upaya Keluarga Berencana

3. Upaya Kesehatan gizi


4. Upaya Kesehatan Lingkungan

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan termasuk darurat dan kecelakaan

7. Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Upaya Kesehatan Sekolah

9. Upaya Kesehatan Olah Raga

10. Perawatan Kesehatan Masyarakat

11. Upaya Kesehatan Kerja

12. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

13. Upaya Kesehatan Jiwa

14. Upaya Kesehatan Mata

15. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

16. Upaya Kesehatan Remaja

17. Laboratorium sederhana

18. Pembinaan pengobatan tradisional

19. Dana Sehat

20. Pencatatan dan pelaporan

F. Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Masyarakat

Gambar 2.1

Faktor yang Mempengaruhi Stasus Kesehatan Masyarakat

Lingkungan
Perilaku Status Kesehatan Genetik

Pelayanan Kesehatan

BAB III

KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan
secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang
ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Untuk mejawab tantangan pembangunan kesehatan dirumuskanlah paradigma sehat yang merupakan
upaya untuk meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif.
Tahun 1980 WHO mendeklarasikan “ Health For All By The Year 2000” yang isinya menghimbau anggota
WHO supaya melakukan langkah-2 dalam melakukan pembangunan kesehatan sehingga derajat
kesehatan setiap orang meningkat.

Negara Indonesia menindaklanjuti komitmen ini melalui Sistem Kesehatan Nasional atau SKN, tahun
1982 dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK). Selanjutnya memasuki
abad ke-XXI Indonesia telah menetapkan Indonsia Sehat 2010 sebagai visi pembangunan kesehatan.

A. VISI DAN MISI INDONESIA SEHAT 2010

Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah: Indonesia Sehat 2010. dalam Indonesia Sehat 2010,
lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu:

• Lingkungan yang bebas dari polusi

• Tersedianya sumber air bersih

• Sanitasi lingkungan yang memadai

• Perumahan dan pemukiman yang sehat

• Terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai
budaya bangsa

Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah :

• Yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

• Mencegah resiko terjadinya penyakit

• Melindungi diri dari ancaman sakit

• Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat

Untuk mencapai visi tersebut diatas disusunlah misi pembangunan kesehatan sebagai berikut :

• Menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan

• Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

• Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

B. DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

1. KONSEP MASYARAKAT DAN KONSEP SEHAT


Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang yang saling bergaul atau berinteraksi. Kesatuan hidup yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.

Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-
mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan.

Ciri-ciri masyarakat sehat:

• Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat.

• Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan kesehatan (Health
Promotion), pencegahan penyakit (Health Preventif), penyembuhan (Curative) dan pemulihan kesehatan
(Rehabilitaive Health) terutama untik ibu dan anak.

• Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.

• Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi
masyarakat.

• Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit.

2. 10 Indikator atau Status Kesehatan Masyarakat Menurut SKN atau 12 Indikator Menurut H.L. Blum

a. Life span

Lamanya umur harapan hidup masyarakat

b. Disease or infirmity

Keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat

c. Disability or Incapacity

Ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaannya dan menjalankan


peranan soaialnya karena sakit

d. Participation in Health care

Perilaku nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan kesehatan

e. Health Behavior

Perilaku nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan kesehatan

f. Ecologic behavior
Perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidupnya, terhadap species lain, sumber daya alam dan
ekosistem

g. Sosial behavior

Perilaku anggota masyarakat terhadap sesamnya, keluarganya, komunitasnya dan bangsanya

h. Interpersonal Relationship

Kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya

i. Reserve or positive health

Daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit, atau kapasitas anggota masyarakat dalam
menghadapi tekanan-2 somatic, kejiwaan dan social

j. External Satisfaction

Rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan soaialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan,
rekreasi, transportasi dean sarana pelayanan kesehatan yang ada

k. External Satisfaction

Kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri

3. Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat Secara Umum Dapat Dilihat Dari :

a. Umur harapan hidup (Life Expectacy)

Umur harapan hidup diharapkan meningkat pada tahun 1980 umur 50 tahun, pada tahun 2000
sekurang-kurangnya umur 60 tahun

b. Angka kematian bayi ( infant mortality) dan balita menurun

Tahun 1980 AKB sekitar 100/1000 kelahiran hidup, tahun 2000 menjadi 45/1000. Angka kematian balita
menurun dari 40/1000 balita saat ini, menjadi 15/1000

c. Tingkat kecerdasan penduduk

Diharapkan terjadi penurunan angka buta huruf dari sekitar 50% pada tahun 1977 menjadi sekitar 25%
pada tahun 2000

d. Bayi lahir

Bayi lahir dengan BB 2500 grm sebanyak 14% menurun menjadi 7% pada tahun 2000

e. Angka kesakitan ( Morbiditas )


1) Angka kesakitan penyakit Diare menurun dari 400/1000 penduduk menjadi setinggi-tingginya
200/1000 penduduk pada tahun 2000.

2) Angka kesakitan penyakit TBC dewasa ini pada angka 3/1000 penduduk menurun menjadi 2/1000
penduduk pada tahun 2000

3) Angka kesakitan penyakit tetanus neonatorum berkurang sampai 25 % dari 11/1000 kelahiran pada
tahun 1980 menjadi 1/1000 kelahiran pada tahun 2000

4) Angka kesakitan penyakit jiwa dapat dipertahankan pada rasio 1 : 3/ 1000 penduduk dengan
gangguan relative ringan sedangkan gangguan perilaku pada rasio 20 : 60/1000 penduduk.

4. INDIKATOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA KESEHATAN

a. Angka cakupan immunisasi untuk anak-anak ≤ 14 bulan 40% pada tahun 1980 meningkat menjadi
80% pada tahun 2000

b. Angka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih 40% tahun 1980 meningkat
menjadi 80 % tahun 2000

c. Angka cakupan penyediaan air bersih 18 % penduduk pedesaan dan 40% penduduk kota pada
tahun 1980 meningkat menjadi 100% tahun 2000

5. Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat Menurut WHO

Indikator yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat yang meliputi :

a. Indikator komprehensif :

• Angka kematian kasar atau CDR (crude date rate) menurun

• Rasio angka kematian (mortalitas) proporsional menurun

• Umur harapan hidup meningkat

b. Indikator spesifik :

• Angka kematian ibu dan anak menurun

• Angka kematian krn peny. Menular menurun

• Angka kelahiran menurun


c. Indikator pelayanan kesehatan

d. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang

e. Distribusi tenaga kesehatan merata

f. Informasi lengkap tentang : jumlah tempat tidur dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain

g. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya RS, puskesmas, RB, poliklinik dan
pelayanan kesehatan lainnya

h. Faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

• Faktor lingkungan

• Faktor perilaku dan gaya hidup

• Faktor sosial ekonomi

• Faktor sistem pelayanan kesehatan

i. Strategi dan program pembangunan kesehatan di Indonesia

• Pembangunan nasional berwawasan kesehatan

• Profesionalisme

• JPKM

• Desentralisasi

6. 3 pilar Indonesia Sehat 2010

1) Lingkungan sehat; bebas polusi, tersedianya air bersih, lingkungan memadai, perumahan
pemukiman sehat, terwujudnya kehidupan yang saling tolong menolong.

2) Perilaku sehat; perilaku proaktif memeliharadan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko


terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan

3) Pelayanan kesehatan; yang bermutu, adil dan merata yang menjangkau semua lapisan masyarakat
tanpa adanya hambatan ekonomi dan non ekonomi, sesuai dengan standar dan etika profesi yang
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat serta memberi kepuasan kepada pengguna jasa
7. Tren dan Issu Pembangunan Kesehatan tentang Desentralisasi

Desentralisasi bidang kesehatan merupakan penyerahan wewenang oleh pemerintah di bidang


kesehatan kepada daerah otonom sesuai dengan pasal 11 ayat (2) UU no 22 tahun 1999.

Issu strategis yang terkait dengan desentralisasi bidang kesehatan

• Kelangsungan dan keselarasan pembangunan kesehatan

• Ketersediaan dan pemerataan sumber daya tenaga kesehatan

• Kecukupan dalam pembiayaan kesehatan

• Keberadaan sarana dan prasarana kesehatan

• Kemampuan manajemen kesehatan

Manfaat atau keuntungan desentralisasi :

• Memungkinkan mengorganisasikan pelayanan kesehatan agar lebih rasional terpadu dengan dasar
area geografis & administrasi terutama untuk pelayanan kesehatan primer

• Keterlibatan dan partisipasi pemerintah kabupaten atau kota akan lebih benar terutama dalam hal
perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang mendasar dalam wilayah kerjanya

• Dapat menekan biaya dan mengurangi duplikasi pelayanan kesehatan, terutama pada tingkat
sekunder dan tertier, dengan cara melibatkan tanggung jawab masyarakat dalam wilayah kerjanya

• Kegiatan pelayanan kes pemerintah, non pemerintah dan swasta dapat lebih terpadu

• Meringankan tugas-tugas rutin pemerintah pusat dalam hal perencanaan dan penentuan kebijakan

• Kualitas program kesehatan akan meningkat dengan mengurangi kontrol dari pusat, terutama pada
masalah administrasi

• Koordinasi lintas sektor semakin baik dengan fasilitator pemerintah kabupaten atau kota

Kendala Pelaksanaan Desentralisasi

• Kekhawatiran Pemerintah Pusat akan kehilangan sumber keuangan dan pengaruh politik

• Masih meragukan kemampuan administrative dan menejemen daerah untuk dapat bekerja secara
efesien dan efektif

• Hambatan aspek keuangan (pembiayaan / penganggaran) di sebagian besar daerah di Indonesia


• Penentuan kebijakan serta ketenagaan yang sangat tergantung pada pemerintah pusat

• Adanya anggapan beberapa Kab/ kota bahwa pelayanan kesehatan dapat dijadikan sebagai sumber
pendapatan asli daerah (PAD), bukan sebagai investasi sehingga orientasinya masih pada profil atau
material yang dapat diraih dengan cepat

• Pemborosan dan inefisiensi dana disektor kesehatan terutama di tingkat pengambil keputusan dalam
alokasi sumber daya yang mempengaruhi seluruh sistem kesehatan

Analisis situasi sumber daya manusia kesehatan

1. Kebutuhan tenaga kesehatan

Penyelenggaraan penyusunan rencana kebutuhan tenaga kesehatan banyak menemui kendala.


Beragamnya jenis tenaga, belum dipunyai standar baku ukuran-ukuran yang dipakai dalam penyususnan
rencana kebutuhan tenaga.

Penentuan kebutuhan tenaga kesehatan pada umumnya idealnya dapat ditentukan berdasarkan :

• Ratio tenaga terhadap penduduk

• Permintaan atau demand akibat beban pelayanan kesehatan

• Kebutuhan epidemiologi penyakit di masyarakat

• Kombinasi dari ketiganya.

2. Produksi tenaga kesehatan

Dari tahun ketahun terjadi peningkatan jumlah unit pelaksana pendidikan tenaga kesehatan baik yang
diselengagarakan pemerintah maupun swasta.

3. Belum mapannya sistem informasi sehingga jumlah peserta dan lulusan tenaga kesehatan yang ada
sering kurang akurat

4. Sistem pengajaran dan kurikulum perlu disesuaikan dengan perkembangan yang ada.

5. Bervariasinya keadaan staf pengajar baik kuantitas maupun kualitas, sehingga dapat diharapkan
terjadinya variasi mutu lulusan pada institusi dan jenjang pendidikan

6. Banyaknya institusi pendidikan yang muncul menimbulkan terbatasnya lahan praktek

7. Evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan masih lemah sehingga sukar sukar dipakai sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan koreksi sistem pendidikan dan latihan

8. Masalah penyerapan atau pemberdayaan tenaga kesehatan


9. Permasalahan One gate policy (wajib kerja Depkes) pendayagunaan tenaga kesehatan

10. Sistem tour of duty belum tampak diterapkan secara konsisten

11. Pengangkatan tenaga PTT dengan batas 3 tahun menyebabkan tenaga kerja dibayang-bayangi
pemutusan hubungan kerja.

BAB IV

EPIDEMOLOGI

A. Pengertian dan Peranan Epidemiologi

Pada mulanya epidemologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemologi
yang mempelajari penyakit–penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutya epidemiologi
juga mempelajari penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemologi dapat diartikan sebagai studi
tentang penyebaran penyakit pada manusia didalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi
tentang pola- pola penyakit serta pencarian determinan- determinan penyakit tersebut dapat
disimpulkan bahwa epidemologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta
determinan- determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.

Didalam batasan epidemologi ini sekurang kurangnya mencakup tiga elemen yakni:

1. Mencakup semua penyakit

Epidemologi mempelajari semua penyakit baik penyakit infeksi maupun non infeksi, seperti kanker,
penyakit kekurangan gizi , kecelakaan laulintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dsb. Bahkan di
Negara- Negara maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan

2. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran- gambaran penyakit- penyakit individu- individu,
maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi atau kelompok

3. Pendekatan ekologi
Frekuensi dam distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis maupun social. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya
penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya

a. Penyebaran penyakit

Didalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni:

• Siapa ( who ), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena
penyakit.

• Dimana ( where) dimana penyebaran terjadinya penyakit

• Kapan ( when ) kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut

b. Kegunaan

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks progam esehatan dann keluarga berencana adalahk
sebagai tol atau alat dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa
dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, dimana dan
bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah itu tejadi. Kegunaan lain dari
epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran epidemiologi seperti, prevalency, point
of prevalence dsb.dapat digunakan dalam perhitungan- perhitungan: prevalence, kasus baru, case
fatality rate dsb.

B. Metode- metode epidemiologi

Didalam epidemiologi terdapat dua tipe pokok pendekatan atau metode yakni:

1. Epidemiologi deskriptif

Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaiman frekuensi penyakit berubah menurut perubahan
variable- variable epidemiologi yang terdiri dari orang(person), tempat (place) dan waktu.

Orang ( person)

Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas social, pekerjaan, golongan etnik, status
perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas

• Umur

Adalah variable yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi, angka- angka kesakitan
maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian
menurut gologan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat apakah
panjangnya interval diadalam pengelompokkan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada
pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokkan umur dapat dibandingkan dengan
pengelompokkan umur pada penelitian orang lain.

Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masib buta
huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dsb. Hal
ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang tak
bersekolah.

Untuk keperluan perbandungan maka WHO menganjurkan pembagian- pembagian umur sebagai
berikut:

a. Menurut tingkat kedewasaan

0-14 tahun : bayi dan anak

15-14 tahun : orang muda dan dewasa

50 tahun ke atas : orang tua

b. Interval 5 tahun

Kurang dari 1 tahun

1-4,

5-9,

10-15 dsb.

c. Mempelajari penyakit anak :

0-4 bulan

5-10 bulan

11-23 bulan

2-4 tahun

5-9 tahun

90-14 tahun

• Jenis kelamin

Angka- angka dari luar negri menunjukkan bahwa angka keskaitan lebih tinggi dikalangan wanita
sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria, juga pada semua golongan umur .untuk
Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut, perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh
factor- factor intirnsik. Yang pertama diduga meliputi factor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin,
atau perbedaan hormonal, sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya factor- factor
lingkungan ( lebih banyak pria menghisap rokok, minum- minuman keras, candu, pekerja berat,
beerhadapan dengan pekerjaan berbahaya dst). Sebab sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi
dari kalangan wanita, di amerika serikaat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas
untuk mencari poerawatan. Di Indonesia keadaaan tersebut belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa
kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian berbagai penyakit lebih tinggi dari
kalangan pria.

• Kelas social

Adalah varibel yang sering pula dilihat hubungan nya dengan angka kesakitan atau kematian, variable ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas social ini ditentukan oleh unsur- unsur pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula tempat tinggal, karna hal- hal ini dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan, maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan- perbedaan dalam angka kesakitan angka kematian
antara berbagai kelas social, masalah yang dihadapi dilapangan adalah bagaimana mendapatkan
indicator tunggal bagi kelas social.

Di inggris penggolongan kelas social ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I
professional, II menegah, III tenaga terampil, IV tenaga yang setengah terampil dan V tidak mempunyai
keterampilan. Di Indonesia dewasa ini penggolongan nya seperti ini sulit karana jenis pekeerjaan yang
tidak member jaminan perbedaan dalam penghasilan hubungan antara kelas social dan anggka kesakitan
dan kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, kelanin.

• Jenis pekerjaan

Dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni:

a) Adanya faktor- faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan- bahan
kimia, gas- gas beracun, radiasi, beenda- benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dsb

b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress ( yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan pada
timbulnya hipertensi ulcus lambung )

c) Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan: di amerika serikat ditunjukkan bahwa penyakit
jantung koroner sering ditemukan dikalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya
gerak badan

d) Karana berkerumunan dalm satu tempat yang relative sempit, maka dapat terjadi proses penularan
penyakit antara para pekerja.

e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan di tambang.
Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula
memperhitungkan pengaruh variable umur dan kelamin.

• Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan, seorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport dsb.

• Golongan etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup, dsb
yang dapat mengakibatkan perbedaan- perbedaan didalam angka kesakitan dan kematian. Penelitian
pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya
suatu penyakit, contoh yang klasik dalam hall ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kankeer
lambung, didalam penelitian mengenai penyakit ini dikalangan penduduk asli di jepang dan keturunan
jeepang di amerika, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen. Ini menun jukkan bahwa
peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung

• Status peerkawinan

Dari penelitian telah ditujukan terdapat hubungan antara hubungan angka kesakitan maupun kematian
dengan status kawin, tidak kawain, cerai, dan janda. Angka kematian karna penyakit- penyekit terterntu
maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu diduga bahwa sebab-
sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena
ada kecenderungan orang- orang yang tidak kawin kurang sehat, kecenderungan bagi orang yang sering
berhadapan dengan penyakit atau karena adanya perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan
secara kausal dengan penyebab penyakit tertentu.

• Besarnya keluarga

Didalam keluarga besar dan miskin anak- anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga harus
digunakan oleh banyak orang.

• Struktur keluarga

Dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan ( seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karana besarnya tanggungan secara relative
mungkin harus tinggal berdesakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan
penularan penyakit menular dikalangan anggota- anggota keluarganya, maka besar kemungkinan pula
tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia dsb.

• Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu maupun si anak.
Dikatakan umpamanya didapatkan kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari
pada berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit- penyakit tertentu seperti
asma bronkiale, ulcus peptikum, pyloric stenosis tapi semuanya massih memerlukan penelitian lebih
lanjut

Tempat (place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan
kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.

Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara:

1) Batas daerah- daerah pemerintahan

2) Kota dan pedesaan

3) Daerah atau tempat berdasarkan batas- batas alam

4) Negara- Negara

5) Regional

Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi susatu penyakit menular dapat digambarkan
dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah yang akan diuraikan nanti. Didalam membicarakan pola
penyakit antara kota dan pedesaan, factor- factor yang baru saja di sebutkan perlu pula diperhatikan hal
lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit,
migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola penyebaran penyakit menular di
desa- desa. Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat
digambarkan dengan jelas para penyelidikan satu wabah dan pada penyelidikan- penyelidikan mengenai
kaum migran didalam memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antar daerah perlu
diperhatikan dulu di tiap daerah:

1) Susunan umur

2) Susunan kelamin

3) Kualitas data

4) Derajat representative dari data terhadap seluruh penduduk

Variasi geodrafis pada terjadinya beberapa penyakit ataau keadaan lain mungkin berhubungan dengan
satu atau lebih dari beberapa factor sebagai berikut:
1) Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosisal dan ekonomi yang bebeda beda dai suatu tempat ke tempat
lain

2) Konstitusi genetis dan etnis dari penduduk yang bebeda, bervariasi seperti karakteristik demografi.

3) Variasi cultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, hygene perorangan, bahkan persepsi
tentang sehat dan sakit.

4) Variasi administratif termasuk factor- factor seperti tersedianya dan efisiensi pelayanan program
hygene ( sanitasi).

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu misalnya penykit demam kuning
kebanyakan terdapat di amerika latin distribusinya disebabkan oleh adanya reserfoir infeksi, vector yaitu
aides aygepti, penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agent penyebab
penyakit daerah dimana vector dan persyaratan iklim ditemukan, tetapi tak ada sumber infeksi disebut
reseptif area untuk demam kuning

Waktu (time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar dalam anlisis
epidemiologi, oleh karena perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan factor-
factor etiologis, melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan maka dibedakan:

1) Fluktuasi jangka pendek.

Fluktuasi jangka pendek memberikan petunjuk bahwa :

• Penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu yang bersamaan atau hamper bersamaan.

• Waktu inkubasi rata- rata pendek

2) Perubahan- perubahan secara siklus diman perubahan angka kesakitan terjadi secara berilang- ulang
dengan antara beberapa hari, beberapa bulan ( musiman) tahunan.

3) Perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun- tahun
ataupun berpuluh tahun yang disebut secular trends.

2. Epidemiologi analitik (analytic epidemiologi)

Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi-informasi yang diperoloeh
sutdi epidemiologi deskriptif.

Ada tiga studi tentang epidemiologi ini:


a. Studi riwayat kasus(case hisotry).

Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab
penyakit dengan kelompok orang tidak terkena.(kelompok kontrol)

Contoh: ada hipotesis yang mengatakan bahwa penyebab utama kanker paru-paru adalah rokok. Untuk
menguji hipotesis ini diambil sekelompok orang penderita kanker paru-paru. Kepada penderita ini
dinyatakan tentang kebiasaan merokok.

Dari jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat dua kelompok, yakni penderita yang mempunyai
kebiasaan merokok dan penderita yang tidak merokok. Kemudian kedua kelompok ini diuji dengan uji
statistik, apakah ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut.

b. Studi kohort(kohort studies)

Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit(agent).
Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan sekelompok
pertama. Tetapi tida dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut
kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelopok tersebut dibandingkan,
dicari perbedaan antara kedua kelompk tersebut bermakna atau tidak.

Contoh: untuk membuktikan bahwa merokok dalam merupakan faktor utama penyebab kanker paru-
paru, diambil dua kelompok orang yang satu kelompok lagi terdiri dari orang-orrang yang yang tidak
merokok. Kemudian diperiksa apakah ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok
perokok dan kelompok non perokok.

3. Epidemiologi eksperimen

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen(percobaan) kepada kelompok subjek, kemudian
dibandingkan dengan kelompok kontrol ( yang tidak di kenakan percobaan) . contoh : untuk menguji
keampuhan suatu faksin, dapat di ambil suatu kelompok anak kemudian di berikan vaksin tersebut.

Sementara itu di ambil sekelompok anak pula sebagai kontrol yang hanya di berikan placebo. Setelah
beberapa tahun kemudian dilihat kemungkinan kemungkina timbulnya penyakit yang dapat di cegah
dengan vaksin tersebut, kemudian di bandingkan antara kelompok percobaan dan kelompok kontrol.

Pengukuran epidemiologi

Didalam uraian terdahulu telah di uraikan bagian r=dari epidenmiologi yang bertujuan melihat
bagaimana penyebaran kesakitan dan kematian menurut sifat-sifat orang, tempat dan waktu. Di dalam
uraian ini, akan di uraikan berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lajim di pakai dalam surnei atau
penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasra yang akan di bicarakan disini adalah “ rate”.

Dalam hubungan dengan kesakitan akan dibicarakan insidence rate, prefalencerate, (point periot
prepalence), attack rate, dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan cerude deat rate, disis
spesifik fataliti rate dan atjuctet death rate. Sebelum membicarakan masing-masing rate tersebut di atas
perlu di kemukakan hal-hal sebagai berikut.

1) Untuk penyusunan rate di butuhkan tiga elemen, yakni (a)Jumlah orang yang tersrang penyakit dan
meninggal, (b) jumlah penduduk dari mana penderita beerasal dan (c) fakto atau periode dimana orang-
orang terserang penyakit

2) Apabila pembilang terbatas pada umur , seks, atau golongan tertentu maka penyebut juga harus
terbatas pada umur,seks dan golongan tertentu

3) Bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit maka penyebut
tersebut di namakan populasi yang mempunya resiko.

a. Insidance rate

Dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasusu baru yang terjadi di kalangan penduduk salama
periode waktu tertentu

Jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu

Incidence rate = x 1000 Populasi yang mempunyai resiko

Contoh : pada bulan desember 1988 di kecamatan x terdapat penderita campak 88 balita penderita.
Jumlah ana yang mempunyai resiko penyakit tersebut ( anak balita) di kecamatan x = 8.000, maka
insidence rate penyakit campak tersebut adalah

80 10

X 1000 = atau 0,010

8000 1000

Beberapa catatan :

(1) Di dalam mempelajari insidence rate di perlukan penentuan waktu atau saat timbulnya penyakit.
Bagi penyakit-penyakit yang akut seperti influensa, infeksi stapilocuccos, gastroentritis, akut miocardial
infaction, dan cerebral hemoragik, penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit berhubunh waktu
terjadinya dapat di ketahui secara pasti atau mendekati pasti lain halnya dengan penyakit dimana
timbulnya tidak jelas di sini , waktu di tegakkan diagnosa pasti diartikan sebagai waktu mulai penyakit.
b. Attack rate

Jumlah kasus selama epidemi

attack rate= x 1000

Populasi yang mempunyai resiko-resiko

Pada waktu terjadinya wabah morbili di kelurahan y, pada tahun 1987 terdapat 18 anak yang menderita
morbili . jumlah anak yang mempunyai resiko di kelurahan tersebut = 2.000 anak.

Attack rate penyakit tersebut adalah

18 9

X 1000 = atau 0,009

2000 1000

c. Prevalance rate

Prevalance rate mengukur jumlah orang di kalangan penduduk yang menderita suatu penyakit pada satu
titik waktu tertentu.

Jumlah kasus-kasus penyakit yang ada

pada suatu titik waktu tertetu

Prevalance rate= x 1000

Jumlah pen duduk seluruhnya

Contoh : kasus penyakit TBC PARU di kecamata moyang pada waktu di lakukan survei pada juli 1988
adalah 84 orang dari 24.000 penduduk di kecamatan tersebut maka prevalensi rate di kecamatan
tersebut adalah

96 4
X 1000 = atau 0,004

24000 1000

Catatan :

Prrevalence rate bergantung pada dua faktor: 1. Berupa jumlah orang yang telah sakit pada waktu yang
lalu dan 2. Lamanya menderita penyakit. Meskipun hanya sedikit orang yang sakit dalam setahun ,
apabila penyakit trsebut kronis, jumlahnya akan meningkat dari tahun ke tahun dan dengan demikian
prevalence secara relatif akan lebih tinggi dari incidence. Sebaliknya apabila penyakitnya akut maka
prevalence secara relatif akan lebih rendah dari pada insidence.

d. Periode prevalenci

Jumlah kasus-kasus penyakt yang selam periode

periode Prevalance = x1000

Jumlah penduduk rata-rata dari periode tersebut

Contoh:

Pada periode tahun 1988 di kelurahan A terdapat 75 penderita malaria. Pada pertengahan tahun 1988
penduduk kelurahan A tersebut berjumlah 5000 orang. Maka periode prevalence malaria dikelurahan A
adalah:

75 15

X 1000 = atau 0,015

5000 1000

Periode prevalence terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu di tambah kasusu-kasus baru
(insidens), dan kasus-kasus yang kambuh selama periode observasi.

e. Cerude death rate (CDT)

Jumlah kematian di kalangan penduduk


di suatu daerah dalam satu tahun

periode Prevalance = x 1000

Jumlah penduduk rata-rata ( pertengahan

tahun di daerah dan tahun yang sama)

(1) Jumlah penduduk disini bukanlah merupakan penyebut yang sebenrnya oleh karena berbagia
golongan umur mempunyai kemungkinan mati yang berbeda-beda, sehingga perbedaan dalam susunan
umur umur antara beberapa penduduk akan menyebabkan perbedaan- perbedaan dalam crude death
rate meskipun rate untuk berbagai golonga.

umur sama.

f. Age specific death rate (angka kematian pada umur tertentu)

Sebagai contoh : age specisfic death rate pada golongan umur 20-30 tahun:

Jumlah kematian antara umur 20-30 tahun

Di suatu daerah dalam waktu 1 tahun

periode Prevalance = x1000

Jumlah penduduk berumur antara 20-30 th

pada daerah dan tahun yang sama

kecamatan B jumlah penduduk yang berumur 20-30 thn pada pertengahan tahun 1988 adalah 1.000
orang. Dari jumlah tersbut selama tahun 1988 meninggal 3 dunia.

Jadi age specific rate adalah :

3 1,5

X 1000 = atau 0,003

1000 1000
g. Cause disease specific death rate angka kematian akibat penyakit tertentu

Sebagai contoh : kematian karena TB:

Jumlah kematian karena TBC di satu

daerah dalam waktu satu tahun

specific deat rate = x1000

Jumlah penduduk rata-rata

pada daerah dan tahun yang sama

pada pertengahan tahun 1988 di kecamatan manggar jumlah penduduknya 2000. Selama tahun 1988
tersebut terdapat 2 orang yang meninggal karena TBC. Maka kematian akibat TBC adalah:

3 1,5

X 1000 = atau 0,0015

3000 1000

Jenis-jenis rate lain infant mortality rate, neonatal mortality rate,morbity rate dan sebagainya dapat
dibaca di dalam buku-buku biostatistik dan dmografi

D. Epidemiologi penyakit-penyakit menular

1) Konsep dasar terjadinya penyakit


Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang atau
lingkungan. Pendapat ini tergambar didalam istlah yang dikenal luas dewasa ini, yaitu penyebab
majemuk(multiple causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal(single causation)

Tiga model yang dikenal dewasa ini adalah

1. Segitiga epidemiologi(the epidemiologik triangle)

Induk semang (host)

Penyebab penyakit(agent) lingkungan(environment)

2. Jaring-jaring sebab akibat (the wave of causation)

Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang
berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.

Faktor 8

Faktor 3

Faktor 9 faktor 1
Faktor 4

Faktor 10

Faktor 5 penyakit X

Faktor 11 faktor 2

Faktor 6

Faktor 12

Faktor 7

Menurut model ini, suatu penyakit tidak tergantung pada suatu sebab yang berdiri sendiri melainkan
sebagai akibat serangkaian proses “sebab akibat” . dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat
dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik

3. Roda (the weel)

Seperti hanya dengan model jaringan-jaringan sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari
berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya berbagai penyaki tdengan tidak begitu menekankan
pentingnya agen. Disini d pentingkan hubungan antara manusia dengan lingkunga hidupnya. Besarnya
peran dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyhakit yang bersangkutan. Contoh, peranan
lingkungansosial lebih penting dari yang lainnyapada stress mental,peranan lingkungan fisik lebih besar
dari yang lainnya pada “sunbum” peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lainnya pada
penyakit yang penularannya melalui faktor (faktor brone disseoses) dan peranan inti genetik lebih besar
dari penyakit yang lainnya pada penyakit yang lainnya.

Dengan model-model tersebut di atas hendaknya pengetahuan yang lebih lengkap mengenai
mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperlukan bagi usaha-usaha pemberantasan yang
efektif. Oleh karena itu banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka sering kali kita dapat merubah aspek-
aspek tertentu dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi langsung pada
penyebab penyakit.
BAB V

PENGANTAR BIOSTATISTIK DASAR

A. Pengertian

Kata statistic berasal dari bahasa latin yaitu “Status” artinya Negara atau menyatakan yang berhubungan
dengan ketatanegaraan.

Statistic adalah sekumpulan angka untuk menerangkan sesuatu baik angka yang telah tersusun atau
belulm tersusun dalam grafik atau daftar.

Statistic merupakan metode atau ilmu yang mempelajari cara pengumpulan data, pengolahan, analisis
dari penarikan kesimpulan dari data yang ada.
Statistic adalah metode untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan serta menginterpretasikan
data yang berwujud angka (Croxton dan Dowden).

Statistic adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara pengumpulan data, pengolahan dan
penganalisaan yang dilakukan (Sudjana).

Statistic adalaha ilmu yang mempelajari cara pengumpulan , penyajian dan analisa data serta cara
pengambilan kesimpulan secara umum berdasar hasil penelitian yang menyeluruh (J Supranto).

Statistik adalah kumpulan angka yang berhubungan dengan atau melukiskan suatu persoalan.

B. Peran, Tujuan dan Fungsi Statistik

1. Peran Statistik:

• Dalam kehidupan sehari-hari berperan sebagai penyedia bahan untuk diolah dan ditafsirkan

• Dalam penelitian ilmiah, statistic berperan sebagai penyedia alat untuk menemukan kembali data
yang tersembunyi dalam angka statistic.

• Dalam ilmu pengetahuan statistic berperan sebagai alat analisis dan interpretasi data kuantitatif
sehingga didapat kesimpulan dari data tersebut.

2. Tujuan Statistik:

• Menejelaskan hubungan antar variable. Variable merupakan sesuatau yang nilainya tidak tetap,
dengan statistic maka variable dapat dijelaskan, misalnya hubungan antara pendidikan dengan pekerjaan
/ penghasilan, analisis antara kolerasi dan regresi mampu memberi jawaban terbaik.

• Membuat rencana dan ramalan, rencana dan ramalan diperlukan dalam pelaksanaan sesuatu
sehingga hasilnya akan berkualitas. Misal rencana membangun rumah 5 tahun ke depan dipengaruhi
banyak factor (kependudukan, pendidiakn, pekerjaan), analisis data berkala memberi jawaban terbaik.

• Mengatasi berbagai perubahan, perubahan sering tidak dapat dihindarkan, agar pihak lain tidak
dirugikan, dengan statistic perubahan yang terjadi dapat diantisipasi sedini mungkin.

• Membuat keputusan yang lebih baik, keputusan yang baik / rasional diperlukan dalam kelancaran
bekerja. Dengan teori pengambilan keputusan dan uji hipotesis dapat membantu dalam pelaksanaannya.

3. Fungsi Statistik:

• Sebagai bank data

• Alat quality control, sebagai alat membantu standarisasi dan alat pengawasan.

• Alat analisis, merupakan metode analisa data.


• Pemecahan masalah dan pembuat keputusan. Sebagai dasar penetapan kebijakan dan langkah lebih
lanjut mengembangkan organisasi.

C. Pembagian Statistik

1. Berdasar cara pengolahan datanya:

• Statistic deskriptif, statistic yanag mempelajari cara pengumpulan dan penyajian data sehingga
mudah dipahami, berfungsi menerangkan keadaan. Gejala atau persoalan atau fenomena.

• Statistic inferens, mempelajari penafsiran dan penarikan kesimpulan yang berlaku secara umum dari
data yang tersedia atau kejadian.

2. Berdasar ruang lingkup pengunaannya:

• Statistik social

• Statistik pendidikan

• Statistik ekonomi

• Statistik kesehatan

• Statistik perusahaan

• Statistik pertanian

3. Berdasar bentuk parameternya:

• Statistic parametric

Statistic yang parameternya mengikuti distribusi tertentu (distribusi normal dan varians homogen).

• Statistic non parametric

Statisti yang parameternya tidak mengikuti distribusi tertentu (distribusi bebas dan varians tidak perlu
homogen).

D. Metodologi Statistik

Metodologi statistic adalah pemecahan masalah secara statitik, dengan tahap sebagai berikut:

• Identifikasi masalah; masalah yang ada didefinisikan secara jelas dan tepat.

• Pengumpulan data:

 Data intern (data yang berhubungan langsung dengan masalah).


 Data ekstern (data pendukung permasalahan)

 Data dapat dikumpulkan dengan cara langsung atau melalui data yang tersedia.

• Klasifikasi data : mengelompokan data sesuai tujuan

• Penyajian data : menampilkan dalam bentuk tertentu

• Analisa data : menginterpretasikan data dan mengambil kesimpulan.

E. UKURAN STATISTIK

Distribusi frekuensi tertentu atau kategori tertentu dalam sebuah daftar. Distribusi frekuensi adalah
susunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalan sebuah daftar.

1. Penyusunan distribusi frekuensi

• Mengurutkan data

• Menentukan ring

• Menentukan banyaknya kelas

• Menentukan panjang inbterval

• Menentukan batas

• Menentukan frekuensi kelas

2. Mean /rata-rata hitung

Mean adalah nilai rata-rata dari data yang ada. Mean dari populasi diberi symbol μ (miu). Mean dari
sampel diberi symbol eksbar.

Misalnya: kita mempunyai n pengamatan yang terdiri dari x 1, x2, x3,….,xn, maka nilai mean adalah
X=x1=+x2+x3+…..xn

contoh:

berat badan dari 5 orang mahasiswa adalah : 56,62,52,48, dan 68kg


maka mean dari berat badanb 5 mahasiswa tersebut adalah:

56+62+52+48+68 = 57,2 kg

Sifat dari mean:

• Merupakan wakil dari keseluruhan nilai

• Sangat dipengaruhi nilau ekstrim baik ekstrim keci maupun ekstrim besar

• Nilai mean berasal dari semua nilai pengamatan

3. MEDIAN

Median adalah nilai tengah dari data yang ada setelah data diturtkan ( di ARRY). Median sering disebut
rata-rata posisi . median disimboklkan dengan Md atau Me.

Jika jumlah data ganjil mediannya adalah data yang berada ditengah, Jika data jumlah genap mediannya
adalah hasil bai jumlah dua data yang berada di tengah. Rumus Md = n+1

Contoh : kalau berat badan mahasiswa di atas disusun secara berurutan maha didapatkan susunan
sebagai berikut:

48,52,56,62,68

Maka posisi mediannya adalah

5+1 = 3

Urutan ke 3 adalah 56

Apabila datanya genap maka posis median terletak 2 nilai. Contoh : 48,52,56,68,70

Maka nilai mediannya adalah 56+62 = 54

4. Modus / Mode

Modus adalah nilai yang paling banyak ditemui dalam suatu pengamatan.

Data pengamatan ada beberapa kemungkinan:


• Tidak ada nilai yang lebih banyak di observasi (tidak ada modus)

• Ditemui satu modus (uni modal)

• Ada dua modus (bimodal)

• Lebih dari dua modus ( multi modal)

5. Kuartil

Jika sekumpulan data dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya, maka sesudah disusun menurut
urutannya, maka bilangan pembagiannya di sebut kuartil, ada tiga buah kuartil yaitu kuartil pertama,
kedua dan ketiga yang kemudian di singkat menjadi K1, K2 dan K3.

Cara menentukan nilai kuartil:

• Susun data menurut urutan nilainya

• Tentukan letak kuartil

• Tentukan nilai kuartil.

Rumus : letak K1= data ke i(n+1)

6. Desil dan presentil

Jika sekumpulan data dibagi menjadi 10 bagian yang sama, maka didapat 9 pembagi dan tiap pembagi
disebut desil, oleh sebab itu ada 9 desil yaitu D1,D2,D3,…D9

Rumus Di= data ke i (n+1)

10

Sekelompok data yang dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan menghasilkan 99 pembagi yang
berturut dinamakan presentil pertama, presentil kedua,….., presentil 99, symbol yang digunakan adalah
P1,P2,P3…P99

Cara perhitungan sama dengan desilk dan presentil

Rumus : letak Pi= data ke i(n+1)

100
Dengan 1=1,2,3,………99

BAB VI

PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-
masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat,
tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Banyak factor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik
L. Blum menggambarkan secar ringkas sebagai berikut:
Gambar 6.1

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

Keempat factor tersebut (keturunan, lingkunagn, perilaku, dan pelayanan kesehatan) di samping
berpengaruh kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan
tercapai secara optimal, bilaman keempat factor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
optimal pula. Salh satu factor saja berada dalam keadaan terganggu (tidak optimal), maka status
kesehatan akan tergeser kea rah di bawah optimal.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkunagn tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia
(tinja), penyediaan air bersih, rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud
dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang
optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat
satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitive)
sampai kepada yang paling muthakhir (modern).

Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang adalah
berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan sampah,
dan pembuangan air limbah (air kotor), maka hanya akan dibahas kelima dari masalah tersebut.
B. Perumahan

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal
manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal
di gua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di
bawah pohon. Sampai pada abad nodern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya)
bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak zaman dahulu pula manusia
telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing-masing yang sendirinya berdasarkan
kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat
(localmaterial) pula. Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka dibangun
dengan bukan bahn-bahan setempat, tetapi kadang-kadang desainnya masih mewarisi kebudaaan
generasi sebelumnya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah

1. Factor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan social. Maksudnya membangun
suatu rumah harus memperhatikan tempat di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi
pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah dekat gunung berapi
(daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang
tentu disesuaikan kondisi social budaya pedesaan, misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya dan
lain sebagainya. Rumah di daerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus
kokoh, rumah di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan
binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka
bahan-bahan setempat yang murah misalnya bambu, kayu, atap rumbia dan sebagainya adalah
merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah
bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena itu,
kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu dipertimbangkan.

3. Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat

Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Akan tetapi teknologi
modern itu sangat mahal dan bahkan kadang-kadang tidak dimengerti oleh masyarakat. Rakyat
pedesaan bagaimanapun sederhananya, sudah mempunyai teknolgi perumahan sendiri yang dipunyai
turun temurun. Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai oleh
masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi, dan mempertahankan
segi-segi yang sudah positif.
Contoh : Rumah limasan yangterbuat dari dinding dan atap daun rumbai yang dihuni oleh orang
yangmemang kemampuannya sejauh itu, dapat dipertahankan, hanya kesdaran dan kebiasaan membuat
lubang angina (jendela) yang cukup, perlu ditanamkan kepada mereka.

4. Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintsh yang menyangkut tata guna tanah:

Syarat-syarat rumah yang sehat

1) Bahan Bangunan

a. Lantai : ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai
kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh
karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di
sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh
lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan
dengan benda-benda berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan
sarang penyakit.

b. Dinding : Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk
daerah tropis, lebih-lebih bils ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di
pedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cuup, maka lubang-lubang pada
dinding atau papan tersebut dapat menambah penerangan alamiah.

c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di pedesaan. Di samping atap
genteng adalah cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng
ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas di
dalam rumah.

d. Lain-lain ( tiang, kaso, dan reng)

Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-
bahan ini tahan lam. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang
baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila
tidak pada ruas, maka lubang pada unjung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan
kayu.

2) Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalh untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 di dalam rumah yang berarti kadar
CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di dsamping itu tidak cukupnya ventilasi
akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan
dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri,
pathogen (bateri-bakteri penyebab penyakit).

Fungsi kedua pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakter-bakteri, terutama
bakteri pathogen, karena di ditu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di
dalam kelembaban (humidity) yang optimum.

Ada 2 macam ventilasi, yakni:

a) Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui
jendela, pintu, lubang angina, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain bventilasi
alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya
ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.

b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut,
misalnya kipas angina, dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah
di pedesaan.

Perlu diperhatikan di sini bahwa system pembuatan ventilasi harus dijaga agar udar tidak mandeg atau
membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya
udara.

3) Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya uang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya
cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga
media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu
banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata. Cahaya
dapat dibedakan menjadi 2, yakni:

a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakter-bakteri
pathogen di dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%
sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam
membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak
terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di amping sebagai ventilasi, juga sebagai jaln masuk
cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari
lantai (buan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding
(tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat
secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu pembuatannya, kemudian menutupnya
dengan pecahan kaca.

b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak
tanah, listrik, api dan sebagainya.

4) Luas Bangunan Rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas bangunan
tersebut harus disesuaian denagn jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan
jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak seaht, sebab di samping
menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi,
akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila
dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

5) Fasilitas-fasilitas di Dalam Rumah Sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a) Penyediaan air bersih yang cukup

b) Pembuangan tinja

c) Pembuangan air limbah (air bekas)

d) Pembuangan sampah

e) Fasilitas dapur

f) Ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).

Di samping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah
pedesaan, yakni:

g) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari rumah tempat
tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

h) Kandang ternak. Olejh karena ternak adalah nerupakan bagian hidup petani, maka kadang-kadang
ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan
sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau
dibikin kandang tersendiri.
C. Penyediaan Air Bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena
kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri
dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dai air, untuk anak-anak sekitar 65%, da
untuk bayi sekitar 80%.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci
(bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap
orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari.

Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh
karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus
agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.

Syarat-syarat air minum yang sehat

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut diusahakan memenuhi perasyaratan-
persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat
harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:

a. Syarat Fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang yang memenuhi
persyaratan fisik tidak sukar.

b. Syarat Bakteriologis

Air untukkeperluasn minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara
untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa
sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari4 bakteri E. Coli
maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan

c. Syarat Kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula.
Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada
manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut:
Tabel 6.1

Ideal Zat Kimia dalam Air

Jenis Bahan Kadar yang Dibenarkan (mg/liter)

Flour (F)

Chlor (Cl)

Arsen (As)

Tembaga (Cu)

Besi (Fe)

Zat organic

pH (keasaman)

CO2 1 – 1,5

250

0,05

1,0

0,3

10

6,5 – 9,0

0
Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan
sumur dalam adalah dapatditerima sebagai air yang sehat, dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut di
atas, asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena
itu, mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar
tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.

Sumber-sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

1. Air Hujan

Air hujan dapt ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan tidak mengandung kalsium.
Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.

2. Air Sungai dan Danau

Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan danau ini juga dari air hujan yangmengalir melalui saluran-
saluran ke dalam sungai atau danau ini. Kedua sumber air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh
karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka
bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.

3. Mata Air

Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena
itu, air dari mata air ini, bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung.
Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar alangkah baiknya air tersebut direbus
dahulu sebelum diminum.
4. Air Sumur Dangkal

Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah
yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permulaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-
beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa
dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh
karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.

5. Air Sumur Dalam

Air ini dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter.
Oleh karena itu, sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum
langsung (tanpa melalui proses pengolahan).

Pengolahan Air Minum Secara Sederhana

Seperti telah disebutkan di dalam uraian terdahulu, bahwa air minum yangs ehat harus memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu. Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan
khususnya tidak terlindung (protected), sehingga air tersebut tidak datu kurang memenuhi persyaratan
kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara
lain sebagai berikut:

1. Pengolahan Secara Alamiah

Pengolahn ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai
macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini air
dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi dai zat-zat yang terdapat di
dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam
air akan ikut mengendap.

2. Pengolahan Air dengan Menyaring

Penyaring air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Penyaringan pasir dengan
teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.

3. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia

Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi, dan
akhirnya mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi
menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada di dalm air, misalnya chlor).

4. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara

Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas
yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikan derajat keasaman air.
5. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih

Tujuannya untuk mrmbunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat
hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari segi konsumernya,
pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni:

1) Pengolahan Air Minum untuk Umum

a. Penampungan Air Hujan

b. Pengolahan Air Sungai

c. Pengolahan Mata Air

2) Pengolahan Air untuk Rumah Tangga

a. Air Sumur

b. Air Hujan

D. Pembuangan Kotoran Manusia

Yang dimaksud kotoran mansia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang
harus dikeluarkan dari benda dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja, air seni, dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia di
dalam pembahasan ini hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umunnya disebut latrine,
jamban atau kakus.

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area permukiman, masalah pembuangan
kotoran manusia menngkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia adalah
sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces
dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.

Di samping dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air,
tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Benda-benda
yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita penyakit tertentu ini, sudah
barang tentu akan merupakan penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap
pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat
penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melaui tinja. Berdasarkan hasil penelitian yang ada,
seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 330 gram, dan menghasilkan air
seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta, maka setiap tinja yang dikeluarkan
sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan
mudah tersebar.
Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh tinja manusia antar lain: tipus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomaiasis dan sebagainya.

Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka


pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di
suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan
apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagi berikut:

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

2) Tidak mengotori air permukan di sekitarnya

3) Tidak mengotori air tanah disekitarnya

4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya.

5) Tidak menimbulkan bau

6) Mudah digunakan dan dipelihara

7) Sederhana desainnya

8) Murah

9) Dapat diterima oleh pemakainya

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antar lain hal-hal sebagi
berikut:

1) Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan
binatang-bnatang lain, terlindung dari padangan orang da sebagainya.

2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan
sebagainya.

3) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan,
tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.

4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

Teknologi Pembuangan Kotoran Manusia Secara Sederhana


Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah barnag tentu berbeda dengan
teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan di samping
harus memenuhi syarat jamban sehat juga harus didasarkan pada social, budaya dan ekonomi
masyarakat pedesaan. Tipe-tipe jamban dengan teknologi pedesaan antara lain sebagai berikut:

1) Jamban Cemplung , Kakus (Pit Latrine)

2) Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine)

3) Jamban Empang (Fishpond Latrine)

4) Jamban Pupuk (The Comost Privy)

5) Septic Tank

E. Sampah dan Pengelolaannya

Sampah adalah sesuatau bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi oleh manusia, atau
benda yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan
masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah (waste) sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi
dengan sendirinya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah merupakan hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang
karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang
disebu sampah, misalnya: benda-benda alam, ebnda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung
meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin ribut, dan sebagainya. Dengan demikain
sampah mengandung prinsip-prinsip sebagi berikut:

a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

b. Adanya hubungan langsung / tak langsung dengan kegiatan manusia

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

SUMBER-SUMBER SAMPAH

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste):

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah tidak dipakai
dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasan atau belum,bekas pembungkus baik
kertas, daun, plastic, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan perca, perabot rumah tangga,
daun-daunan dari kebun atau taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat umum

3. Sampah yang berasal dari perkantoran

4. Sampah yang berasal dari jalan raya

5. Sampah yang berasal dari industry (industrial waste)

6. Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan

7. Sampah yang berasal dari pertambangan

8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

JENIS-JENIS SAMPAH

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:

a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam, besi,
gelas, plastic, dan sebagainya.

b. Sampak organic, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa
makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastic, kain bekas, dsb.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng bekas, besi / logam, pecahan gelas, kaca, dsb.

3. Bersdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage

b. Rubbish

c. Ashes

d. Street sweeping

e. Sampah industry

f. Dead animal

g. Construction waste

PENGELOLAAN SAMPAH
1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

2. Pemusnahan dan pengolahan sampah

a. Ditanam (Landfill)

b. Dibakar (Inceberation)

c. Dijadikan pupuk (Composting)

F. Air Limbah dan Pengelolaannya

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industry
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.

Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal
dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industry, bersama-sama dengan air tanah, air
permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan
manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industry, perhotelan, dsb. Meskipun
merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena kurang 80% dari air limbah ini akhirnya akan
mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi sebagi
berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water)

2. Air buangan industry (industrial waste water)

3. Air buangan kotapraja (multicipal waste water)

KARAKTERISTIK AIR LIMBAH

1. Karakteristik fisik

2. Karakteristik kimiawi

3. Karakteristik bakteriologis
CARA PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA SEDERHANA

1. Pengenceran (dilution)

2. Kolam oksidasi (Oxidation ponds)

3. irigasi

BAB VII

PRIMARY HEALTH CARE

A. PKMD DAN PHC


PKMD

1. Pengertian PKMD

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri
untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam
bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu
memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
masyarakat.

PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan melalui sistem pelayanan
puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan
anggota-anggota masyarakat di Pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran
secara aktif di dalam ikut membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di
Desanya (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976)

PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan edukatif masalah
kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat
melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif
setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di
daerahnya dan menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa Timur)

Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD tersebut diatas ditekankan
melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

• Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan operasional terpadu
(comprehensive operational approach) yang meliputi pendekatan secara sistem (system approach),
pendekatan lintas sektoral dan antar program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan
multi displiner (multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational approach), dsb.

• Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan edukatif, hendaknya faktor
ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen maupun suplemen terdepan dalam
penunjang sistem kesehatan nasional ini.

• Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap dan terus menerus
harus mampu didorong untuk membuka kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan potensi
swadayanya melalui pemerataan akan peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih
nyata

• Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan diluar gedung (ourt
door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “ di dalam memacu secara edukatif terhadap
kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa masyarakat sendiri
dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan
tersebut tak lain merupakan bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan
desa khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat kecamatan mengambil
prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan menggerakkan peran serta
masyarakat (PSM) dalam bentuk kegiatan PKMD.

2. Tujuan

a. Tujuan umum

Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan mutu hidup

b. Tujuan khusus

1) Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri mereka
sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka

2) Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif dan berswadaya
dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri

3) Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, terampil serta mau
berperan aktif dalam pembangunan desa

4) Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indicator:

• Angka kesakitan menurun

• Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak

• Angka kelahiran menurun

• Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita

3. Ruang Lingkup

Tujuan PKMD adalah meningkatkan status kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Namun demikian status kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama
lingkungan dan faktor perilaku masyarakat oleh karenanya kegiatan PKMD tidak terbatas dalam bidang
pelayanan kesehatan saja, akan tetapi menyangkut juga kegiatan diluar kesehatan yang berkaitan dengan
peningkatan status kesehatan dan perbaikan mutu hidup masyarakat.
Misalnya : Kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan pinjam untuk meningkatkan
pendapatan, atau usaha bersama untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dengan bekerja
sambil belajar, dan sebagainya.

Penegmbangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan tetapi juga meliputi masyarakat
daerah perkotaan yanga berpenghasilan rendah.

Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu (posyandu) 5 program, yaitu :
KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare juga merupakan salah satu bentuk dari kegiatan
PKMD.

4. LANGKAH PEMETAAN PKMD

a. Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang dilakukan masyarakat
minimal mencakup salah satu dari 8 unsur Primary Haelath Care sebagai berikut:

1) Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta perlindungannya.

2) Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi.

3) Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.

4) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana

5) Imunisasi untuk penyakit yang utama

6) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat

7) Pengobatan penyakit umum dan luka-luka

8) Penyediaan obat esensial.

b. Pengembangan dan Pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut:

1) Berpedoman pada GBHN.

2) Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor melalui pendekatan edukatif.

3) Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur, Bupati, atau Camat.

4) Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.

5) Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif antara instansi yang
berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa.

6) Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kesehatan berfungsi sebagai


dinamisator.
5. Hal-hal yang Diperlukan dalam Pelaksanaan Kegiatan PKMD

a. Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang kesehatan dan tentang program-
program yang dilaksanakan pemerintah

b. Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta
harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya untuk berperan secara aktif dan
berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka

c. Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat
menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri dalam
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka

d. Harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh dimasyarakat dan
dapat berperan secara wajar dan tepat

e. Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik antara para pembina
maupun antara pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung kegiatan
PKMD.

PHC

1. PENGERTIAN PHC

Pelayanan kesehatan primer /PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal
dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa
diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial
dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya diri sendiri disertai
partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan. adalah pelayanan kesehatan
pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima
secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara
setaip tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan
menentukan nasib sendiri (self Detemination).

2. TINJAUAN SEJARAH

Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan WHO ke 30. pada konferensi
internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) pada tanggal 12 september 1978, ditentukan bahwa tujuan
agar menemukan titik temu dengan PHC. resolusi dikenal dengan Health For All by the Year 2000 (HFA
2000) atau sehat untuk semua ditahun 2000 adalah merupakan target resmi dari bangsa-bangsa yang
tergabung dalam WHO.

Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan strategi PHC untuk
merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai
tentang sehat untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah

a. Perkembangan sosial dan ekonomi

b. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan

c. Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial ekonomi.

Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha perawatan PHC. adalah Dr. Amelia
Maglacas pada tahun 1986.

3. KONSEP PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Konsep pelayanan primer merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau
secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus dari pelayanan kesehatan primer
luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC
merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra
dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.

4. TUJUAN PHC

a. TUJUAN UMUM

Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan
dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.

b. TUJUAN KHUSUS
1) pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani

2) pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami

3) pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani

4) pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.

5. RUANG LINGKUP PHC

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya.

b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

e. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.

h. Penyediaan obat-obat essensial.

6. CIRI-CIRI PHC

a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

b. Pelayanan yang menyeluruh

c. Pelayanan yang terorganisasi

d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

e. Pelayanan yang berkesinambungan

f. Pelayanan yang progresif

g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

7. TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM PHC


a. Mendorong partisipasi aktif dalam pengenbangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan
program pendidikan kesehatan

b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu

c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat

d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat

e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

KESIMPULAN

PHC merupakan strategi untuk menyajikan pelayanan kesehatan essensial kepada masyarakat.

Para petugas pada sistem PHC merupakan mitra dalam berbagai kegiatan bersama-sama dengan anggota
masyarakat

PHC menandaskan pelyanan kesehatan yang terbayar, bisa dijangkau, tersedia dan bisa diterima

Pengkajian masyarakat, menentukan prioritas kesehatan, Implementasi aktifitas melaksanakan evaluasi


merupakan aspek-aspek perawatan kesehatan masyarakat yang dipakai PHC

Menghimbau masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, menyiapkan diri untuk mendapatkan
kesempatan melaksanakan perawatan sendiri dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan dan sosial.

Memberikan penyuluhan kepada penduduk mengenai perkembangan kesehatan dan sosial untuk
membantu diri mereka meraih perawatan mandiri, mengambil keputusan sendiri dan mempercayai diri
sendiri.

Target dari PHC adalah seluruh masyarakat dan bukan individu.

PHC berbeda dengan pelayanan primer. Pelayanan primer merupakan komponen dari PHC

Para petugas kesehatan masyarakat berpartisipasi dalam implementasi PHC

TIM PHC terdiri dari perawat, dokter gigi, apoteker, penyuluhan kesehatan, ahli sanitasi dan ahli diet.

Perawat yang efektif dari sistem PHC bekerja dekat dengan penduduk, masyarakat dengan sumber-
sumber dan dengan profesional-profesional lain dimasyarakat yang bersangkutan.

Perawat di tim PHC membutuhkan kepemimpinan yang disertai keterampilan manajemen.


B. DESA SIAGA

1. Latar Belakang

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ IV/2000 telah ditetapkan Visi
Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun
2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Tingginya angka kematian, terutama kematian pada ibu (AKI) dan bayi (AKB) menunjukkan masih
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-
akhir ini ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti malaria dan tuberkulosis
paru, merebaknya berbagai penyakit bare yang bersifat pandemik seperti HIV/AIDS, SARS dan flu burung
serta masih banyak ditemukan penyakit-penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah. Keadaan
tersebut diperparah lagi dengan timbulnya berbagai jenis bencana karna faktor alam.

2. LANDASAN HUKUM PENGEMBANGAN DESA SIAGA

a. Undang Undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1.

b. Undang Undang Nomor 4 tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular

c. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

d. Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang perlin¬dungan anak

e. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


f. Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pernbangunan Keuangan antara Pusat dan
pemerintah Daerah

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ V/2000 Tentang Pembangunan Kesehatan


menuju Indonesia Sehat 2010.

h. KEPMENDAGRI No.9 tahun 2001 tentang Kader Pemberdayaan masyarakat.

3. PENGERTIAN DESA SIAGA

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka
mewujudkan Desa Sehat.

4. TUJUAN DESA SIAGA

a. Tujuan Umum

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.

2) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa adanya resiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan (bencana, wabah penyakit, kegawatdaruratan dan
sebagainya).

3) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

4) Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan kesehatan.

5) Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pengampu (stakeholders) dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat desa.

6) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya dibidang
kesehatan.

5. SASARAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi :
a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat,
termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas kesehatan.

c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan,


dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para
donator, dan stakeholders lainnya.

6. KRITERIA DESA SIAGA

Kriteria dari Desa Siaga adalah sebagai berikut :

a. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke Puskesmas/Pustu,
dikembangkan Pos Kesehatan Desa)

b. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (misalnya Posyandu,
Pos/Warung Obat Desa dan lain-lain)

c. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.

d. Memiliki system pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor resiko yang berbasis
masyarakat.

e. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis


masyarakat.

f. Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.


C. Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat dan Kerja Sama Lintas Sektoral

1. Pengertian

Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan.
Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL, dan PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT.

Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :

1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)

2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui
kegiatan pelatihan.

3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan dan
konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan
pada berbagai kesempatan dan media yang ada.

Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah mencakup :

• Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini adalah
mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan gejalanya, bagaimana cara
pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang tepat.

• Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun kualitas,
termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
• Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih,
pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.

• pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat
adiktif/narkotik

Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif

2. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam


masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu
sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.

a. Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat

Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan sumberdaya
alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi kondisi geografisnya.
Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan menghasilkan sumber daya
ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk kaya dan miskin, berpendidikan tinggi
dan rendah.

b. Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat

Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari dalam
tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama anggota masyarakat.

c. Menggali Kontribusi Masyarakat

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah
menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada dimasing-masing anggota masyarakat.

d. Menjalin Kemitraan

Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai sektor
pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat serta individu dalam rangka
untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk membangun kemandirian, kemitraan
adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud dari kemitraan antar anggota
masyarakat itu sendiri atau diantara masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun
swasta.

e. Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat
lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk
pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat, sesuai
dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peranan sistem yang ada
diatasnya adalah fasilitator dan motivator.

• Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan. Misalnya


masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi
pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi
pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam
mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.

• Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan kegiatan
atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat
ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud
dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk
memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi
terhadap program atau upaya tersebut.

3. Ciri Pemberdayaan Masyarakat

Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan
tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan atau
mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk
pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut :

a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat

Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau pemukiman
kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau
tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat, Lurah, Ketua RT/RW) maupun bersifat
informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau
provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.

b. Organisasi Masyarakat

Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun informal,
misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan sebagainya.

c. Pendaaan Masyarakat

Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi
beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama (tahun 1980-
an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh
Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

d. Material Masyarakat

Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi masyarakat.
Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan.

e. Pengetahuan Masyarakat

Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).

f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)

Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau arang, untuk
pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca, untuk
pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

4. Contoh Pemberdayaan Masyarakat

a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi

Pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi masalah
yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang dihadapi.

b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi

Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli
terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.

Hal yang perlu diperhatikan :

• Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam rangka
meningkatkan pendapatan.

• Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat untuk
memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.

c. Pemberdayaan Petugas

d. Subsidi Langsung

1) Indikator Input :
• Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.

• Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal dari
kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.

• Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan

2) Proses, misalnya seperti

• Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis

• Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis

• Banyaknya kader yang telah dilatih

• Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb

3) Output, a.l. seperti

• Jumlah / jenis UKBM

• Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat perilaku
kesehatannya.

• Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.

4) Dampak

• Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit

• Penurunan angka-angka kematian secara umum

• Penurunan angka-angka kelahiran kasar

• Peningkatan status gizi balita dsb.

BAB VIII
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELOMPOK KHUSUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. PENDAHULUAN

Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan praktik
kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan
menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya-upaya pencegahan,
peningkatan dan mempertahankan kesehatan.

Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih banyak tidak
langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.

Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan
dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui
pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.

2. PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, di
Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan
komunitas.

Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan,
yang terdiri dari lima tahapan :

1) Pengkajian

Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi data
yang penting mengenai klien.

Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :

a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :

• Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.

• Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.
• Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress.

• Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.

• Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi.

• System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut
untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.

• Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah
Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan
dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.

• Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.

• Status kesehatan komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka mortalitas,
angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.

2) Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data

Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokkan
dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose keperawatan
komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.

Contoh :

Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan Kampung
Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan
nutrisi bagi tubuh.

Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau
istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, table
ataupun melalui sosio drama.

3) Perencanaan (intervensi)

Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk
membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam
tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu
rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam
menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana,
tenaga yang tersedia.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

b. Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap
kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang
dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal
dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan
masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.

c. Tahap pendidikan dan latihan

• Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat

• Melakukan pengkajian

• Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan

• Melatih kader

• Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat

d. Tahap formasi kepemimpinan

e. Tahap koordinasi intersektoral

f. Tahap akhir

Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan
balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.

Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :

• Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi

• Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik

• Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium
• Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila
stressor dari lingkungan

• Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4) Pelaksanaan (Implementasi)

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:

a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi


seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.

b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.

c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :

a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup
pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi,
penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.

b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keterbelakangan
tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata,
gigi, telinga, dll.

c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke
Posyandu.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan
semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana
tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.

d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan
yang dilaksanakan.

e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang
terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

BAB IX

KONSEP PUSKESMAS

A. Pengertian

PUSKESMAS menurut kepmenkes No. 128 / Menkes / SK / II / 2004. Adalah Unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja.

1. Unit Pelaksana Teknis

Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinkes kabupaten / kota
dan merupakan UPT tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia
2. Pembangunan kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kes oleh bangsa indonesia untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal

3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan

Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh dinkes kabupaten / kota sesuai dengan kemampuanya.

4. Wilayah kerja

Secara nasional wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan
terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinkes kab/kota.

B. Visi Puskesmas

Adalah Tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat, dengan indikator

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatanyang bermutu serta

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan.

C. MISI PUSKESMAS

1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayahnya

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya

3. Memelihara dan meningkatkan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat, beserta


lingkungannya

D. Kedudukan, Organisasi & Tata Kerja Puskesmas


1. Kedudukan

a. Menurut Sistem Kesehatan Nasional

Adalah sebagai sarana pelkes strata pertama

b. Sistem Kesehatan Kabupaten / Kota

Adalah sebagai UPT dinkes kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan tugas sebagian
pembangunan kesehtan kabupaten / kota.

c. Sistem Pemerintah daerah

Adalah sebagai UPTD kabupaten / kota

d. Antar sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama adalah sebagai mitra.

2. Organisasi

a. Struktur organisasi

Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten / kota dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten / kota sedangkan penetapanya oleh pemerintah daerah, sebagai acuan dapat dipergunakan
pola struktur organisasi Puskesmas sbb:

• Kepala Puskesmas

• Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskes dalam pengelolaan : data dan
informasi, perencanaan dan penilaian keuangan, umum dan kepegawaian

• Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas :

 upaya kesmas, termasuk pembinaan terhadap UKBM

 Upaya kesehatan perorangan

b. Jaringan pelayanan puskesmas:

• Unit puskesmas pembantu

• Unit puskesmas keliling

• Unit bidan di desa / komunitas


E. UPAYA DAN AZAS PENYELENGGARAAN

1. UPAYA

1) UPAYA KESEHATA WAJIB MELIPUTI:

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya KIA dan KB

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya P3m

f. Upaya pengobatan

2) Upaya kesehatan pengembangan

a. Upaya kesehatan sekolah

b. Upaya kesehatan olah raga

c. Upaya Perkesmas

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut

f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata

h. Upaya kesehatan lansia

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

2. AZAZ PENYELENGGARAAN

1) Azas pertanggungan wilayah

a. Menggerakan pembangunan di berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya


c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan di wilayah kerjanya

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di
wilayah kerjanya.

2) Azas pemberdayaan masyarakat

a. Upaya kesehatan ibu dan anak, Posyandu, Polindes, Bina keluarga balita ( BKB )

b. Upaya pengobatan: Posyandu, POD

c. Upaya perbaikan gizi : posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi

d. Upaya kesehatan sekolah, dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua / wali murid, saka bakti
husada, poskestren

e. Upaya kesehatan lingkungan : Klp. Pemakai air, Desa percontohan kesling

f. Upaya kesehatan lansia, Posyandu usila, Panti wredasaya

g. Upaya kesehatn kerja (pos UKK)

h. Upaya kesehatan jiwa, Tim pelaksana kesehtan jiwa

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional : Tanaman obat keluarga, dan pembinaan pengobatan
tradisional (BATTRA)

j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif, dana sehat, tabulin dan mobilisasi dana
keagamaan

3. AZAS KETERPADUAN

1) KETERPADUAN LINTAS PROGRAM

a. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

b. KIA dengan P2M, promkes, Pengobatan

c. UKS : keterpaduan kesling dengan promkes

d. Kespro remaja dengan keswa

e. Pusling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi dengan promkes

f. Posyandu keterpaduam KIA dengan KB


2) KETERPADUAN LINTAS SEKTOR

Sektor kesehatan dengan

a. sektor pemerintahan, (Kecamatan, Desa)

b. Sektor pendidikan

c. Sektor agama

d. Sektor pertanian

e. Sektor Oraganisasi Profesi / kemasyarakatan

f. Sektor Dunia Usaha

g. Sektor tenaga kerja

4. Azas Rujukan

Rujukan adalah pelimpahaan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana
pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya maupun secara horizontal dalam arti
antar strata sarana pelayanan kesehtan yang sama.

1) Rujukan Upaya Kes perorangan dibedakan atas 3 macam :

a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan

b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen)

c. Rujukan ilmu pengetahuan, antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan
bimbingan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik.

2) Rujukan upaya Kesatan Masyarakat

a. Rujukan sarana dan logistik, antar lain peminjaman peralatan foging, labkes alat audiovisual

b. Rujukan tenaga antara lain tenaga ahli untuk penyidikan KLB, bantuan penyelesaian masalah hukum
kesehatan, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana

c. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab


penyelesaian masalah kesehtan masyarakat dan / atau penyelenggaraan upaya kesehtan masyarakat.
BAB X

USAHA KESEHATAN SEKOLAH

A. Pengertian

UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah dengan anak didik serta
lingkungannya sebagai sasaran utama

B. Landasan Hukum

1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

3. Keputusan bersama Mendiknas, Menkes, Menag, dan Mendagri tentang pokok-pokok kebijakan
pembinaan dan pengembangan UKS (tahun 1984)

C. Latar Belakang UKS

1. Tujuan Nasional Indonesia dalam pembukaan UUD 1945


2. Tujuan pendidikan nasional yang tersurat dalam undang-undang sisdiknas

3. Tujuan pembangunan kesehatan

4. Anak merupakan investment tenaga kerja sehingga perlu dibina

5. Hasil penelitian:

a. Kegiatan kesehatan sekolah belum memadai

b. Masih banyak kekurangan sarana dan prasarana kesehatan di sekolah

c. Kecenderungan meningkatnya kenakalan anak sekolah

d. Cakupan sasaran UKS belum tercapai

D. Alasan UKS di Sekolah

1. Sekolah adalah lembaga disengaja untuk meningkatkan derajat bangsa dalam segala hal

2. Usaha kesehatan melalui sekolah lebih efektif karena masyarakat sekolah:

a. Persentasinya tinggi

b. Teroganisir

c. Peka terhadap modernisasi sehingga disebut sebagai ”change of agent”

E. Tujuan UKS

1. Tujuan umum

Meningkatkan perilaku hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan
sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan harmonis dlm rangka mewujudkan
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya

2. Tujuan Khusus

a. Peserta didik memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan perilaku hidup
sehat

b. Peserta didik sehat fisik, mental, dan sosial sehingga akan tumbuh dan berkembang sesuai tingkat
usia

c. Peserta didik memiliki daya hayat terhadap pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya
F. Sasaran UKS

1. Peserta didik

2. Pembina UKS (teknis dan non teknis)

3. Sarana dan prasaran pendidikan dan pelayanan kesehatan

4. Lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat

G. Pelaksana UKS

Pelaksana UKS adalah orang yang berdasarkan fungsi, tugas, dan kewajibannya berhubungan dengan
peserta didik dan lingkungannya, yaitu:

1. Petugas kesehatan dari berbagai macam ahli

2. Petugas Diknas

3. Dibantu oleh:

a. Orangtua murid

b. Anak didik

c. Badan / organisasi dalam lingkungan sekolah

d. Masyarakat

H. Ruang Lingkup UKS

1. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

a. Aspek fisik:

• Bangunan sekolah

• Peralatan belajar dan perlengkapan kelas

• Perlengkapan sekolah/sanitasi

• Halaman sekolah

• Kantin sekolah

• Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan


b. Aspek mental social

Terbinanya hubungan sosial yang harmonis antara:

• Murid dengan murid

• Murid dengan pendidikan

• Murid dengan guru

• Murid dengan lingkungan

2. Pendidikan kesehatan

a. Tujuan

• Meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga mampu melaksanakan cara hidup sehat

• Menanamkan dan membina sikap yang positif untuk menerapkan prinsip hidup sehat

• Meningkatkan keterampilan dalam pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan

b. Kegiatan :

1) Intrakurikuler

Materi :

• personal hygiene

• makanan dan minuman sesuai kebutuhan gizi

• kebersihan lingkungan

• pengetahuan tentang penyakit menular

• pendidikan keselamatan termasuk P3K

• pengetahuan tentang UKS

• kebutuhan istirahat dan tidur

• keterampilan khusus

2) Ekstrakurikuler
Yaitu kegiatan di luar jam pelajaran (di sekolah/di luar) yang bertujuan untuk memperdalam
pengetahuan dan keteram pilan dan melengkai penetahuan di kelas dengan kegiatan:

• penyuluhan dan latihan keterampilan pelayanan kesehatan

• Wisata siswa

• kerja bakti kebersihan

• lomba kebersihan kelas

• lomba masak

• pemeriksaan kesehatan tiap pagi

• kader kesehatan sekolah, dokter kecil

• palang merah remaja

• bimbingan hidup sehat

3) Kokurikuler

Kegiatan untuk lebih memperdalam pengetahuan di kelas, dengan kegiatan:

• mempelajari buku tertentu yang berhubungan

• melakukan penellitian

• membuat karangan yang berhubungan

• memberikan tugas dan tangung jawab dalam hal pengawasan kebersihan teman, persediaan air
bersih, kebersihan kamar mandi/WC

c. Strategi dan metode

• Strategi pendekatan Individual

• Kelompok

d. Metode pendidikan kesehatan

• Ceramah

• Diskusi

• Tugas

• Simulasi
• Demonstrasi

3. Pelayanan kesehatan

a. Tujuan

• Mengawasi dan mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak didik

• Mengetahui kelainan (gangguan) sedini mungkin

• Pencegahan penyakit

• Pengobatan dini

• Rehabilitasi

b. Pelaksana

• Petugas puskesmas

• Penanggung jawab UKS (guru)

• Orangtua

• Anak didik

c. Tugas dan fungsi puskesmas

Melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan dalam rangka UKS, mencakup:

• Memberikan pencegahan penyakit seperti imunisasi

• Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan (terkait)

• Memberikan bimbingan teknis medik pada sekolah (kepala sekolah dan guru)

• Memberikan penyuluhan kesehatan dan UKS

• Melakukan penjaringan kesehatan dan merujuk bila tidak bisa diatasi di sekolah/puskesmas

• Memberikan feed back pada sekolah tentang keadaan derajat kesehatan anak didik

• Melaporkan pada tim pembina UKS


d. Bentuk kegiatan pelayanan kesehatan

1) Kegiatan promotif

• Latihan ketrampilan

• Kegiatan peran aktif peserta didik seperti dokter kecil, PMR, OSIS, Bhakti wiyata husada

• Pembinaan sarana yang ada di sekolah sepeeti: kantin, lingkungan sekolah, alat kebersihan
perorangan

2) Kegiatan preventif

• Pemeriksaan kesehatan:

 pemeriksaan kesehatan berkala

 pemeriksaan kesehatan secara umum

 pemeriksaan sepintas lalu (personal higiene)

 Mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak didik (TB, BB, dan observasi kesehatan badan)

 Skrining anak yang masuk sekolah

• Pencegahan penyakit menular

 Imunisasi

 pemeliharaan dan pengawasan kesehatan lingkungan

 pemutusan rantai dan sumber penularan penyakit

3) Kegiatan kuratif dan rehabilitative

• Diagnosa dini melalui penjaringan (skrining)

• Terapi ringan dan P3K

• Referal system (rujukan) : pasien, bahan, konsultasi pengetahuan

e. Metode dan teknik pelayanan kesehatan

• Observasi

• Pemeriksaan / pengukuran TB, BB, pendengaran, pemeriksaan fisik

• Pelayanan sesuai kasus yang dihadapi anak didik


Diposting 12th September 2012 oleh Lisberth C

Lokasi: Binong, Curug 15810, Indonesia

0 Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai