Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MULTIMEDIA

Disusun Oleh:

NAMA : BINTI WASILAH


PRODI : MANAJEMEN INFORMATIKA
KONSENTRASI MULTIMEDIA
KELAS : 1 AMM

AKNEL LAMPUNG TENGAH


2018

i
KATA PEGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah. S.W.T, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Multimedi” ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pengembanagan
Multimedia dan digunakan sebagai pedoman dalam mencari sumber-sumber
belajar.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu. Terutama kepada dosen pengampu
mata kuliah yang telah banyak memberikan penjelasan dan masukan kepada
penulis. Serta ucapan terimakasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu dalam meyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari
kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Punggur , Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Definisi Multimedia dan Pembelajaran Multimedia .................................. 3
1.2 Pentingnya Pembelajaran Multimedia dalam Sains ................................... 4
1.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Multimedia ................................................. 5
1.4 Pemilihan Media Pembelajaran.................................................................. 9
1.4.1 Jenis Pemilihan Media Pembelajaran dan Kriteria Media
Pembelajaran ................................................................................... 10
1.4.2 Prinsip Pemiliha Media ................................................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan
terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud
meliputi pengetahuan, keterampilan dan norma yang berfungsi sebagai pengendali
sikap dan perilaku siswa (Dros dalam Sumarno, 2011:1). Untuk mencapai tujuan
pemebelajaran tersebut, perlu adanya inovasi baru dalam penyampaian
pembelajaran tersebut. Asyhar (2011:27) menyatakan bahwa proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi antara pebelajar (guru) dan pembelajar (siswa).
Sebagai sebuah proses komunikasi, pembelajaran seringkali dihadapkan pada
berbagai hambatan.
Dalam pembelajaran pesan-pesan komunikasi seperti verbal dan buku
cetak menjadi alat utama untuk menyampaikan ide-ide atau konsep kepada peserta
didik. Pesan verbal dalam pembelajaran memang mampu menjadi alat
berkomunikasi yang sangat praktis pada manusia. Akan tetapi pesan verbal saja
memiliki keterbatasan seperti adanya rasa bosan, dan kurang tertangkapnya
konsep dengan jelas. Salah satu cara agar pesan dapat tersampaikan dengan jelas
dan menarik yaitu dengan menggunakan multimedia. Dengan menggunakan
multimedia informasi dari guru dapat tersampaikan dengan cara yang lebih
bermakna kepada peserta didik. Terdapat banyak teknologi yang tersedia untuk
membuat program multimedia yang inovatif dan interaktif. Program multimedia
dapat meningkatkan kinerja peserta didik, menyajikan pengetahuan mereka dalam
berbagai cara, memecahkan masalah, dan membangun pengetahuan. Pembelajaran
berbasis multimedia didasarkan pada ide bahwa pesan-pesan pembelajaran harus
dirancang sejalan dengan bagaimana otak manusia bekerja (Layla, 2012:1).
Selanjutnya Asyhar (2011:28) menjelaskan pentingnya peran media dalam
pembelajaran mengharuskan para pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
memanfaatkan berbagai sumber belajar dan media. Media merupakan alat bantu

1
mengajar, termasuk salah satu komponen lingkungan belajar yang dirancang oleh
pebelajar.
Sebagai komponen dalam sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan
multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik mengembangkan
multimedia pembelajaran tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “Multimedia, Prinsip-prinsip Pembelajaran Multimedia dan
Pemilihan Media Pembelajaran”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan multimedia dan pembelajaran
multimedia?
2. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran multimedia dalam
pengembangan pembelajaran multimedia?
3. Bagaimanakah pemilihan media pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi multimedia.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran multimedia dalam
pengembangan pembelajaran multimedia.
3. Untuk mengetahui pemilihan media pembelajaran dalam mencapai
tujuan pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Multimedia dan Pembelajaran Multimedia


Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih
media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara
terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan
multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak
dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna.
Contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang
dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna,
sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi
game, dan lain-lain. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (Anonim, 2011:1).
Sementara itu, Asyhar (2011:75), mendefinisikan multi media menjadi
dua kategori yaitu multimedia content production dan multimedia communication
dengan definisi sebagai berikut:
2. Multimedia content production
Multimedia adalah penggunaan dan pemrosesan beberapa media (text,
audio, graphics, animation, video, and interactivity) yang berbeda untuk
menyampaikan informasi atau menghasilkan produk multimedia (music,
video, film, game, entertainment, dll).atau penggunaan sejumlah
teknologiyang bebeda yang memungkinkan untuk menggabungkan media
(text, audio, graphics, animation, video, and interactivity) denagncara yang
baruuntuk tujuan komunikasi . dalam kategori ini media yang digunakan
adalah: media text, audio, video, animasi, graph/image, interactivity and
special effect.
3. Multimedia communication
Multimedia adalah menggunakan media (masa), seperti televise, radio,
cetak, dan internet, untuk mempublikasikan, menyiarkan, atau
mengkomunikasikan material advertising, publicity, entertainment, news,

3
education, dll.dalam kategori inimedia yang digunakan adalah: TV, radio,
film, cetak, music, game, entertainment, tutorial, ICT (internet), dan
gambar.

Pembelajaran Multimedia adalah suatu kegiatan belajar mengajar dimana


dalam penyampaian bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa, guru
menggunakan atau menerapkan berbagai perangkat media pembelajaran. Manfaat
Multimedia Pembelajaran Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah
proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat
dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar
dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat
ditingkatkan.

2.2. Pentingnya Pembelajaran Multimedia Dalam Sains


Materi yang berhubungan dengan sains adalah materi yang sangat cocok
untuk dijelaskan melalui multimedia. Hal ini berkaitan dengan sifat dari materi
sains sendiri yang banyak berhubungan dengan penjelasan suatu fenomena,
proses, dan hal-hal lain yang dinamis. Beberapa persepsi guru dan siswa di dalam
pemanfaatan multimedia dalam pengajaran sains diberikan oleh Barton (2004) di
bawah ini :
Manfaat dari visualisasi :
1. Membuat yang tidak terlihat menjadi terlihat
2. Menghadirkan reaksi yang tak nampak di dalam lab
3. Animasi menambah pemahaman
4. Gambar menambah pemahaman suatu konsep abstrak
5. Memungkinkan visualisasi yang terlalu kecil, terlalu cepat, terlalu lamban
atau terlalu berbahaya
Perbedaan yang muncul bila dibandingkan pemanfaatan media yang lain :
1. Memberikan pengayaan bagi siswa yang mahir
2. Memberikan support dan motivasi bagi siswa yang belum mahir
3. Memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuannya
4. Mudah bagi siswa untuk mengulang-ulang suatu proses

4
5. Memungkinkan interaksi yang lebih luas antara guru-siswa
Motivasi yang muncul :
1. Menimbulkan antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan
2. Mendorong siswa untuk mendapatkan jawaban atas ketertarikan mereka
3. Siswa merasakan suasana menyenangkan (fun)
4. Mendorong siswa untuk tetap fokus pada materi
5. Suatu tool pembelajaran untuk menghadirkan ide-ide yang sukar.
Banyak hal-hal positif dari pemanfaatan multimedia untuk pengajaran
sains. Sekalipun demikian ada hal penting yang mesti kita antisipasi yakni :
munculnya miskonsepsi dan menurunnya motivasi pada praktikum yang
sessungguhnya. Di dalam multimedia animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan
dari keadaan yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu
mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang memunculkan
miskonsepsi. Sebagai contoh animasi yang menunjukkan kerja suatu rangkaian
tegangan bolak balik yang dihadirkan dengan gelombang berbentuk grafik sinus
dapat saja menimbulkan miskonsepsi bagi siswa bahwa elektron bergerak naik
turun sperti halnya gerak gelombang sinus.
Melakukan praktikum dengan multimedia dan praktikum sesungguhnya di
lab jelas sangat berbeda. Praktikum dengan multimedia berlangsung dalam
kondisi yang ideal atau kendala-kendala yang ada sengaja dihilangkan. Praktikum
sesungguhnya di lab penuh dengan ketidaksempurnaan dan error. Mungkin kita
ingat kala melakukan praktikum mengukur percepatan gravitasi bumi dengan
pendulum. Berapa banyak diantara kita yang mendapatkan nilai g di atas 9.8 m/s2
di akhir praktikum? Kondisikondisi yang tak ideal semacam ini yang
menyebabkan siswa enggan untuk melakukan praktikum sesungguhnya dan
beralih ke praktikum dengan multimedia. Siswa yang kurang mahir atau yang
memiliki kemampuan pas-pasan akan enggan melakukan praktikum
sesungguhnya dengan serius karena kesalahan-kesalahan di dalam praktikum
hanya semakin menunjukkan ketidak mampuan mereka. Hal semacam inilah yang
ingin dihindari banyak siswa.

5
Melihat kendala-kendala di atas maka peran guru dalam menjelaskan
keterbatasan dan perbedaan suatu praktikum dengan multimedia dan praktikum
sesungguhnya sangat penting. Praktikum dengan multimedia bukan tidak
memiliki nilai positif akan tetapi
perlu ditekankan bahwa praktikum dengan multimedia lebih menekankan
pada penjelasan proses yang rumit atau konsep yang abstrak agar siswa
mendapatkan gambaran umum dari suatu proses atau konsep. Sementara
praktikum sesungguhnya adalah latihan bagi siswa untuk mencoba menguji teori-
teori yang ada pada keadaan yang nyata dengan berbagai kendala yang ada.

2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Multimedia


Sebagai komponen dalam system pembelajaran, pemilihan dan
penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik
komponen, seperti: tujuan, materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran.
Berikut prinsip-prinsip multimedia pembelajaran menurut Richard E. Mayer
(2001):
1. Prinsip Multimedia (Multimedia Principle)
“People learn better from words and pictures than from words alone”
Siswa bisa belajar lebih baik dengan kata-kata dan gambar-gambar
dibandingkan dengan hanya kata-kata saja. Dengan menambahkan ilustrasi
pada teks atau menambahkan animasi pada narasi maka akan membantu
siswa lebih mendalami materi atau penjelasan yang disajikan. Menyajikan
penjelasan dengan kata-kata dan gambar-gambar bisa menghasilkan
pembelajaran lebih baik daripada menyajikan dengan kata-kata saja. Saat
kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan siswa mempunyai
kesempatan untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan
pictorial dan membangun hubungan diantara keduanya.
2. Prinsip Keterdekatan Ruang (Spatial Contiguity Principle)
“People learn better when corresponding words and pictures are
presented near rather than far from each other on the page or screen”
Siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang
saling terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan di

6
halaman atau di layar.Saat kata-kata dan gambar-gambar terkait saling
berdekatan di halaman (dalam buku) atau layar (dalam komputer) maka
siswa tidak harus menggunakan sumber-sumber kognitif secara visual
mencari di halaman atau layar itu. Siswa akan lebih bisa menangkap dan
menyimpan materi bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang
sama.
3. Prinsip Keterdekatan Waktu (Temporal Contiguity Principle)
“People learn better when corresponding words and pictures are
presented simultaneously rather than successively”
Siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang
terkait disajikan secara simultan (bersamaan) daripada bergantian. Saat
bagian narasi dan animasi yang terkait disajikan dalam waktu bersamaan,
akan lebih memungkinkan siswa untk bisa membentuk representasi mental
atas keduanya dalam memori kerja dalam waktu bersamaan. Hal ini
membuat siswa lebih bisa membangun hubungan mental antara
representasi verbal dan representasi visual. Jika waktu antara mendengar
kalimat dan melihat animasi relative pendek, maka siswa masih bisa
membangun koneksi antara kata-kata dan gambar. Jika mendengar
keseluruhan narasi yang panjang dan melihat keseluruhan animasi dalam
waktu yang terpisah maka siswa kesulitan membangun koneksi tersebut.

4. Prinsip koherensi (Coherence Principle)


“People learn better when extraneous words, pictures, and sounds are
excluded rather than included”
Siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata, gambar-gambar atau suara-
suara ekstra dibuang. Prinsip koherensi bisa dipecah menjadi tiga versi
yang saling melengkapi : (1) pembelajaran siswa terganggu jika kata-kata
dan gambar-gambar menarik namun tidak relevan ditambahkan ke
presentasi multimedia. (2) pembelajaran siswa terganggu jika terdapat
suara dan music yang menarik namun tidak relevan, (3) pembelajaran
siswa akan meningkat jika kata-kata yang tidak diperlukan disingkirkan.
Gambar-gambar dan kata-kata yang menarik tapi tidak relevan bisa

7
mengalihkan perhatian siswa dari isi materi yang penting, dan bisa
mengganggu proses penataan materi. Dalam penyajian materi melalui
multimedia siswa cenderung bisa belajar lebih banyak dan mendalam jika
materi disajikan secara lebih ringkas. Oleh karena memori kerja otak pada
manusia itu terbatas maka harus difokuskan pada materi yang penting.
5. Prinsip modalitas (Modality Principle)
“People learn better from graphics and narration than from animation
and on-screen text”
Siswa bisa belajar lebih baik pada animasi dan narasi daripada animasi dan
teks pada layar. Jika gambar dan kata-kata bersama-sama disajikan secara
visual (yakni sebagai animasi dan teks) maka saluran visual/pictorial yang
bekerja ekstra sedangkan saluran lain (verbal) tidak berfungsi. Jika kata-
kata disajikan secara auditory maka kedua saluran akan berfungsi.
6. Prinsip Redundansi (Reduddancy Principle)
“People learn better from graphics and narration than from graphics,
narration, and on-screen text”
Siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari animasi,
narasi, dan teks pada layar. Jika kata-kata dan gambar-gambar disajikan
secara visual maka saluran visual akan kelebihan beban. Jika animasi
berisi narasi yang padat, maka sebaiknya tidak menambahkan teks yang
hanya mengulang kata-kata dari narasi. Keterbatasan kapasitas memori
kerja menghalangi individu untuk memproses banyak elemen informasi
secara langsung. Informasi akan terserap secara lebih baik bila format
desain pesannya tidak membebani perhatian mereka karena sumber-
sumber ganda yang saling memasok informasi.
7. Prinsip Sinyal (Signaling Principle)
“People learn better when cues that highlight the organization of the
essential material are added”
Siswa belajar lebih baik ketika kata-kata, diikuti dengan cue, highlight,
penekanan yang relevan terhadap apa yang disajikan. Kita bisa
memanfaatkan warna, animasi dan lain-lain untuk menunjukkan
penekanan, highlight atau pusat perhatian (focus of interest). Makanya

8
kombinasi penggunaan media yang relevan sangat penting sebagai
pembantu dalam proses pembelajaran.
8. Prinsip Personalisasi (Personalization Principle)
“People learn better from multimedia lessons when words are in
conversational style rather than formal style”
Siswa orang belajar lebih baik dari teks atau kata-kata yang bersifat
komunikatif (conversational) daripada kalimat yang lebih bersifat formal.
Terdapat lima tahap dalam merancang multimedia pembelajaran yaitu
memilih kata-kata yang relevan dengan teks atau narasi yang tersaji,
memilih gambar-gambar yang relevan dengan illustrasi yang tersaji,
mengatur kata-kata yang terpilih tersebut ke dalam representasi verbal
yang koheren, mengatur gambar-gambar yang terpilih tersebut ke dalam
representasi visual yang koheren, dan memadukan representasi verbal dan
representasi visual tersebut dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya.
9. Prinsip Perbedaan Individual (Individual Differences Principle)
“Design effects are stronger for low-knowledge learners than for high-
knowledge learners. Design effects are stronger for high-spatial learners
than for low-spatial learners”
Pengaruh desain lebih kuat terhadap siswa berpengetahuan rendah
daripada berpengetahuan tinggi, dan terhadap siswa berkemampuan spasial
tinggi daripada berspasial rendah. Siswa yang berpengetahuan lebih tinggi
bisa menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk
mengkompensasi atas kurangnya petunjuk dalam presentasi. Siswa yang
berpengetahuan rendah kurang bisa melakukan pemrosesan kognitif yang
berguna saat presentasinya kurang petunjuk. Siswa yang memiliki
kemampuan spasial yang tinggi memiliki kapasitas kognitif untuk secara
mental memadukan reprentasi verbal dan visual dari presentasi multimedia
yang ada. Siswa yang berspasial rendah harus mengerahkan kapasitas
kognitif yang begitu banyak untuk memahami apa yang disajikan.

9
10. Prinsip Suara (Voice Principle)
“People learn better when words are spoken in a standard-accented
human voice than in a machine voice or foreign-accented human voice”
Siswa belajar lebih baik ketika kata-kata yang diucapkan dengan suara
standar beraksen manusia dibandingkan dengan suara mesin atau asing
beraksen suara manusia.
11. Prinsip Gambar (Image Principle)
“People do not necessarily learn better from a multimedia lesson when the
speaker’s image is added to the screen”
Siswa tidak perlu belajar lebih baik dari pelajaran multimedia bila gambar
pembicara ditambahkan ke layar.
12. Prinsip Pra-pelatihan (Pre-training Principle)
“People learn better from a multimedia lesson when they know the names
and characteristics of the main concepts”
Siswa belajar lebih baik dari pelajaran multimedia bila mereka tahu nama-
nama dan karakteristik konsep utama.

2.4 Pemilihan Media Pembelajaran


Perubahan global dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi,
terutama yang berhubungan dengan sistem pendidikan di sekolah menuntut
adanya perubahan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Sejak
tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kebermanfaatan
penggunaan media untuk keperluan pembelajaran. Penelitian ini diawali dengan
evaluasi media untuk melihat apakah suatu media dapat dipergunakan untuk
pembelajaran. Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat
mengubah perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat
diandalkan karena hasilnya menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan
untuk pembelajaran. Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke
penelitian perbandingan media untuk pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media lain. Misalnya, apakah
gambar diam lebih baik daripada gambar hidup (film) atau apakah media audio
lebih baik dari pada media visual. Hasil penelitian-penelitian itu ternyata tidak

10
konsisten dan sulit dapat dipercaya. Kemudian penelitian beralih lagi ke media itu
sendiri untuk mengetahui keunggulan suatu media dalam menyampaikan bahan
pembelajaran. Hasil penelitian terakhir ini juga tampaknya kurang memuaskan
(Sutjiono, 2005:76-81).
Selanjutnya Sutjiono (2005:81) menjelaskan bahwa dari berbagai jenis
penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, diketahui bahwa pada hakikatnya
bukan media itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan
menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
tergantung pada
(1) isi pesan,
(2) cara menjelaskan pesan, dan
(3) karakteristik penerima pesan.
Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu
diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media
yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan
pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih
efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat
serta disajikan kepada siswa yang tepat pula.
Asyhar (2011:80) menjelaskan tujuan dari pemilihan media adalah agar
media yang digunakan tepat sasaran dan sesuai dengan keperluan, sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang baik antara peserta didik dengan media
yang digunakan. Banyaknya ragam media yang tersedia, mengharuskan para guru
perlu memilih media yang akan digunakan.ini penting karena setiap media
memiliki kelemahan dan kekurangan masing-masing. Media yang tidak tepat
sasaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan, bahkan mungkin
sebaliknya. Jadi, pemilihan media pembelajaran itu dimaksudkan agar guru dapat
menentukan media yang tepat yang sesuai denagn kebutuhan dan kondisi peserta
didik.
2.4.1 Jenis Pemilihan Media Pembelajaran dan Kriteria Media Pembelajaran
Menurut Anderson (dalam Asyhar, 2011:80), dilihat dari mekanismenya
model pemilihan media dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Pemilihan tertutup

11
Merupakan proses pemilihan yang dilakukan dari atas (Dinas Pendidikan).
Dalam hal ini sekolah hanya terima jadi keputusan yang sudah diambil
oleh dinas pendidikan. Sekolah tidak punya alternative lain kecuali
menerima dan dan menggunakannya. Dalam kondisi seperti ini, yang bisa
dilakukan guru hanyalah memilih topik/pokok bahasan yang cocok untuk
dimediakan pada jenis media yang tersedia.
2. Pemilihan terbuka
Merupakan model pemilihan media kebalikan dari cara tertutup, yaitu
pemilihan yang bersifat “bottom up”. Artinya guru atau sekolah bebas
memilih dan mengusulkan jenis media apa saja yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran disekolah masing-masing. Dalam hal ini
para guru dituntut kemampuan dan keterampilannya untuk melakukan
proses pemilihan.
Asyhar (2011:81) menjelaskan bahwa memilih media hendaknya
dilakukan secara cermat dan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut
didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu. Kriteria media pembelajaran yang baik
yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media sebagai berikut (1) Jelas
dan Rapi, (2) Bersih dan Menarik, (3) Cocok dengan Sasaran, (4) Relevan dengan
Topik yang Diajarkan, (5)Sesuai dengan Tujuan Pembelajaran, (6) Praktis, Luwes,
dan Tahan, (7) Berkualitas baik, (8) Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar.
2.4.2 Prinsip Pemilihan Media
Secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media
pembelajaran yang tepat, Asyhar (2011:82) memberikan secara umum prinsip
pemilihan media sebagai berikut:
1. Kesesuaian
Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik
peserta didik dan materi yang dipelajari, serta metode atau pengalaman
belajar yang diberikan kepada peserta didik. Yang perlu diperhatikan di
sini ialah bahwa tidak ada satu mediapun yang bisa dan cocok untuk
semua materi pelajaran dan karakteristik peserta didik.

12
2. Kejelasan sajian
Beberapa jenis media dan sumber belajar dirancang hanya
mempertimbangkan ruang lingkup materi pembelajaran, tanpa
memperhatikan tingkat kesulitan penyajiannya sama sekali. Ambil contoh,
beberapa buku teks yang dipakai di sekolah-sekolah menggunakan
kalimat-kalimat panjang dan istilah-istilah baru yang mungkin belum
pernah dikenal oleh siswa yang duduk di kelas rendah.
3. Kemudahan akses
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat
dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media
internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk
koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut
aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan
komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja
yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid.
Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses.
4. Keterjangkauan
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang
dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya
mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab
semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media
akan semakin menurun.
5. Ketersediaan
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu
memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas,
perlu kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase
listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?

13
6. Kualitas
Dalam pemilihan media pembelajaran, kualitas media henaklah
diperhatikan. Sebaliknya, dipilih media yang berkualitas tinggi. Misalnya
apabila kita memerlukan video atau televise, maka bentuk tulisan atau
bentuk visual lainnya dapat dilihat dengan jelas, spesifikasi gambar dan
suara harus jelas.
7. Ada alternative
Dalam pemilihan media, salah satu prinsip yang juga penting diperhatikan
adalah bahwa guru tidak tergantung hanya pada media tertentu saja.
Artinya, andaikata media yang diharapkan tidk diperoleh dengan alasan
tidak trsedia atau sulit dijangkau, maka gunakan media alternative.
8. Interaktivitas
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah
atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan
oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut.
9. Organisasi
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya
apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut
pusat sumber belajar?
10. Kebaruan
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi
murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya
perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan
media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan
kreativitas yang dimilikinya.

14
11. Berorientasi siswa
Pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa. Artinya
perlu dipertimbangkan keuntungan dan kemudahan apa yang akan
diperoleh siswa dengan media tersebut.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih
media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara
terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan
multimedia interaktif.
Pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus
memperhatikan karakteristik komponen, seperti : tujuan, materi, strategi dan juga
evaluasi pembelajaran. Prinsip-prinsip multimedia pembelajaran meliputi prinsip
multimedia, keterdekatan ruang, keterdekatan waktu, koherensi, modalitas,
redundasi, perbedaan individual, kesinambungan spasial, kesinambungan waktu,
interaktivitas, sinyal, dan personalisasi.
Dilihat dari mekanismenya model pemilihan media dibagi menjadi dua
macam yaitu Pemilihan Tertutup yang merupakan proses pemilihan yang
dilakukan dari atas (Dinas Pendidikan). Dalam hal ini sekolah hanya terima jadi
keputusan yang sudah diambil oleh dinas pendidikan dan Pemilihan Terbuka yang
merupakan model pemilihan media yang bersifat “bottom up” artinya guru atau
sekolah bebas memilih dan mengusulkan jenis media apa saja yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran disekolah masing-masing. Dalam hal ini
para guru dituntut kemampuan dan keterampilannya untuk melakukan proses
pemilihan.
3.2 Saran
Salah satu cara agar pesan dalam pemebelajaran dapat tersampaikan
dengan jelas dan menarik yaitu dengan menggunakan multimedia. Dengan
menggunakan multimedia informasi dari guru dapat tersampaikan dengan cara
yang lebih bermakna kepada peserta didik. Sebagai komponen dalam sistem
pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus
memperhatikan karakteristik mengembangkan multimedia pembelajaran. Oleh
karena itu, guru hendaknya memperhatikan pengaplikasian multimedia yang
sesuai dengan karakteristik siswanya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asyhar, R. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung


Persada
Khairullah. 2011. Pengantar Multimedia Pembelajaran. Diakses dari
http://khairullah-kandangan.blogspot.com/2011/11/pengantar-multimedia-
pembelajaran.html tanggal 12 April 2012.
Layla. 2012. Pendekatan dan Prinsip Multimedia. Diakses dari
http://maylanafaradis. wordpress.com/2012/01/18/pendekatan-dan-prinsip-
multimedia-pembelajaran.html tanggal 12 April 2012.
Mayer, R. E. (2001). Multimedia learning. Cambridge, UK: Cambridge
University Press.
Sumarno, A. 2011. Pengertian Pembelajaran. Diakses dari
http://blog.elearning.unesa.ac.id/ pdf-archive/alim-sumarno-m.pd-
pengertian-pembelajaran.pdf tanggal 12 April 2011.
Sutjiono, T.W.A. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan
Penabur-No.04 / Th.IV / Juli 2005.

17

Anda mungkin juga menyukai