Anda di halaman 1dari 2

Vitamin D dan Risiko Patah Tulang pada Anak Usia Dini: Studi Kasus-Kontrol

Pendahuluan
Vitamin D berfungsi sebagai regulasi absorbsi kalsium dan kesehatan tulang. Defisiensi vitamin D
yang parah menyebabkan rakhitis, kelainan bentuk tulang, dan mineralisasi tulang yang buruk. Tingkat vitamin
D yang rendah juga dapat dikaitkan dengan mineralisasi tulang yang berkurang dan kepadatan tulang rendah
pada anak-anak dan remaja.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara konsentrasi serum 25 (OH) D
dan risiko patah tulang pada anak-anak di bawah usia 6 tahun. Tujuan sekunder adalah untuk mengevaluasi
hubungan antara asupan susu sapi yang diperkaya vitamin D dan suplemen vitamin D terhadap resiko patah
tulang pada anak.

METODE

Desain dan peserta studi


Studi kasus-kontrol dilakukan pada anak-anak di bawah usia 6 tahun di Toronto, Ontario, Kanada.
Persetujuan etis untuk penelitian ini diperoleh dari Dewan Etika Penelitian di Rumah Sakit Anak dan Rumah
Sakit St. Michael serta mendapat persetujuan dari semua orang tua anak yang diikutsertakan.

Kasus
Kasus direkrut Rumah Sakit Anak Sakit di Toronto sejak Mei 2009 sampai April 2013. Anak-anak
memenuhi syarat jika mereka berusia di bawah 6 tahun dengan patah tulang tulang pada ekstremitas bawah
(femur, tibia, fibula, talus, dan metatarsal) atau ekstremitas atas (humerus, olekranon, kondilus, radius, ulna,
klavikula, siku, lengan depan, dan jari-jari). Patah tulang dikonfirmasi secara radiografi.

Kontrol
Kontrol diperoleh dari TARGet Kids! Jaringan penelitian berbasis praktik kesehatan primer. Kontrol
direkrut antara tahun 2008-2012, kasus diambil pada musim pengambilan darah, usia, jenis kelamin, dan tinggi
badan.

Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi antara lain; kondisi kesehatan kronis yang parah (kecuali asma dan autisme yang
berfungsi tinggi), penundaan perkembangan parah, atau kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan tulang,
seperti cystic fibrorosis, osteogenesis imperfecta atau sindrom Marfan serta mengkonsumsi obat penyebab
penipisan tulang barbiturat dan kortikosteroid.

Variabel Expossure
Paparan primer, konsentrasi serum 25 (OH) D, diukur dari sampel darah yang dikumpulkan dan
diproses menggunakan cairan massa kromatografi. Sampel dianalisis dengan sistem 4000 TRAP LC / MS / MS
(Biosystem Terapan untuk melihat skema vitamin D dalam darah). Paparan sekunder antara lain; Asupan susu
sapi dan suplemen vitamin D, diukur dari kuesioner Canadian Community Health Survey.

Variabel lainnya
Studi Kasus-kontrol dilakukan pada: musim pengambilan darah (musim dingin pada Oktober-April dan
musim panas pada Mei-September), usia (± 3 bulan), jenis kelamin, dan tinggi badan (± 5 cm), pendapatan rata-
rata rumah tangga, waktu bermain bebas di luar ruangan, riwayat patah tulang anak-anak, konsumsi soda
berkarbonasi, dan berat lahir anak diukur dengan laporan orang tua.
Ukuran sampel dihitung dengan asumsi rata-rata 25 (OH) D konsentrasi 50 nmol / L berstandar deviasi
19,65 nmol / L, menggunakan uji t 2-tailed sederhana dengan probabilitas kesalahan tipe I sebesar 0,05. Ukuran
sampel terdiri 250 kasus dan minimal 250 kontrol memiliki kekuatan 80% untuk mendeteksi perbedaan kecil
hanya 5 nmol / L di antara kasus dan kontrol. Hanya 125 kasus dan 125 kontrol yang diperlukan untuk
mendeteksi perbedaan yang lebih besar pada 25 (OH) D dari 7 nmol/L.
Data dianalisis menggunakan R 3.0.2, statistik deskriptif dihitung terpisah untuk kasus-kasus dan
kontrol, serta perbedaan dievaluasi menggunakan X2 tes untuk variabel kategoris dan variabel kontinyu.
Statistik signifikansi didefinisikan sebagai P <0,05, dan semua tes 2 sisi. Odds ratios dan 95%
confidence interval diperoleh dari regresi logistik bersyarat, sampai variabel yang cocok, mengunakan paket
"survival" di R.

HASIL
Dari 249 kasus yang memenuhi syarat terdapat 206 memiliki 25 (OH) D yang diukur dan disesuaikan
dengan kontrol. Dari 430 anak yang memenuhi syarat terdapat 343 memiliki 25 data (OH) D yang tersedia dan
berhasil disesuaikan dengan kasus (Gambar 1).
Statistik deskriptif untuk kasus dan kontrol ditunjukkan pada Tabel 1. Usia rata-rata kasus dan kontrol
adalah 43 bulan, dan 44% adalah perempuan. Kasus patah tulang lebih cenderung berpigmentasi kulit yang
lebih gelap daripada kontrol (P = 0,01) dan lebih cenderung memiliki riwayat patah tulang (P = 0,01).
Konsentrasi serum 25 (OH) D rata-rata dalam kasus adalah 88,5 (standar deviasi, 22,4) nmol / L,
sementara konsentrasi rata-rata pada kontrol adalah 91,6 (standar deviasi, 31,1) nmol / L (Tabel 2). Di antara
kasus patah tulang, 16% orang tua melaporkan bahwa anak mereka secara teratur mengkonsumsi suplemen
vitamin D, berlawanan dengan 31% di antara kontrol. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik yang
diamati antara tingkat serum 25 (OH) D dan risiko patah tulang, dan rasio odds mendekati peningkatan null (per
10 nmol / L pada konsentrasitas 25 (OH) D, rasio odds yang disesuaikan (aOR ) = 0,95, kepercayaan 95% inter-
val (CI): 0,88, 1,03) (Tabel 2).
Hubungan antara tingkat serum 25 (OH) D rendah dan risiko patah tulang juga tidak signifikan secara
statistik, walaupun rasio odds berada pada arah yang diharapkan dan interval kepercayaan 95% sangat luas (<50
nmol / L vs ≥50 nmol / L: aOR = 1,36, 95% CI: 0,55, 3,38). Demikian pula, tidak ada hubungan yang signifikan
secara statistik yang ditemukan antara asupan susu sapi dan risiko patah tulang (<2 cangkir / hari vs 2 cangkir /
hari: aOR = 0,95 (95% CI: 0,60, 1,52)); > 2 cangkir / hari vs. 2 cangkir / hari: aOR = 1,39 (95% CI: 0,85, 2,23))
(Tabel 2).
Penggunaan suplemen vitamin D oleh anak secara signifikan dikaitkan dengan penurunan risiko patah
tulang (ya vs tidak: aOR = 0,42, 95% CI: 0,25, 0,69), sedangkan penggunaan multivitamin anak tidak secara
signifikan terkait dengan risiko patah tulang ( ya vs tidak: aOR = 0,76, 95% CI: 0,49, 1,18). Rasio odds serupa
pada model regresi logistik bersyarat tanpa penyesuaian dan penyesuaian dengan penyesuaian penuh (Tabel 2).

DISKUSI
Dalam satu penelitian cross-sectional, Ceroni dkk. Yang membandingkan konsentrasi 25 (OH) D di
antara remaja Swiss (berusia 10-16 tahun) dengan patah tulang anggota badan bagian atas, patah tulang
ekstremitas bawah, dan kontrol sehat, dan mereka tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik
pada 25 (OH) D di 3 kelompok hasil. Satu-satunya studi kontrol kasus sebelumnya tentang vitamin D dan risiko
patah tulang dilakukan pada anak-anak Afrika-Amerika berusia 5-9 tahun (76 kasus dan 74 kontrol); Dalam
penelitian tersebut, Ryan dkk. melaporkan bahwa konsentrasi serum 25 (OH) D rendah dikaitkan dengan risiko
patah tulang yang lebih tinggi (aOR = 3,46, 95% CI: 1,09, 10,94).
Dalam penelitian ini penggunaan suplementasi vitamin D secara statistik signifikan terkait dalam
penurunan 58% resiko patah tulang. Adapun faktor perancu adalah perbedaan konsumsi dosis vitamin D,
frekuensi pemberian vitamin D, tingkat ingat bias yang tinggi, data kepadatan tulang yang tidak tersedia, tingkat
pendapatan rata-rata rumah tangga yang rendah serta pola konsumsi susu yang berbeda,
Penggunaan suplemen vitamin D dikaitkan secara signifikan dengan risiko patah tulang yang berkurang,
hal ini telah mencerminkan tingkat diferensial 25 (OH) D pada titik waktu terakhir dalam pengembangan tulang
atau perlindungan terhadap fluktuasi musiman. Studi longitudinal masa depan diperlukan untuk menjelaskan
peran vitamin D pada risiko patah tulang awal.

Anda mungkin juga menyukai