Anda di halaman 1dari 6

EMBRYO VOL. 8 NO.

2 DESEMBER 2011 ISSN 0216-0188

SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE


INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS
(Studi Kasus : Usahatani dan Industri Kecil Penyulingan dalam Klaster
Agroindustri Minyak Nilam di Kabupaten Kuningan)
Hendrastuti
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, SPs IPB

Abstract

To improve the Performance of farming and small industries patchouli oil refining in an agro-
engineering cluster system, an integrated performance measurement system given priority with Integrated
Performance Measurement Sistem (IPMS). With IPMS, Key Performance Indicators (KPI) of farming and
small industries patchouli oil refining in an agro-engineering cluster system based on stakeholder
requirement with four steps: identify stakeholder requirements, external monitor, the objectives, and identify
KPI. The result of Performance Measurement Sistem research is identify 16 KPI.

Key Words : Patchouli oil, IPMS, Performance indicators, KPI.

Pendahuluan pengusaha agroindustri, akan tetapi juga akan


meningkatkan kesejahteraan petani tanaman
Strategi pembangunan nasional atsiri. Minyak nilam (patchouli oil)
seharusnya didasarkan pada keunggulan merupakan salah satu komoditas minyak atsiri
kompetitif yang dimiliki Indonesia. Salah satu Indonesia. Sebagian besar tanaman nilam
cara mendapatkan keunggulan kompetitif diusahakan oleh petani di daerah Sumatera
adalah dengan mengembangkan sektor Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung,
pertanian yang didukung oleh sumberdaya dan Jawa Tengah (Ditjenbun, 1998). Saat ini
domestik dan memiliki peluang usaha. Dalam pangsa pasar ekspor Indonesia untuk minyak
perumusan strategi serta implementasi nilam menguasai sekitar sekitar 80-90% ekspor
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dunia atau rata-rata 34% dari total ekspor
terutama masyarakat pedesaan, sektor pertanian (Departemen Perdagangan, 2007).
masih merupakan tema sentral yang perlu Berdasarkan kajian-kajian pustaka
mendapatkan perhatian dengan sangat serius yang telah dilakukan, terdapat permasalahan
dari para pemangku kepentingan (stakeholders) pokok yang harus dikaji yaitu bagaimana
yang terkait. Pembangunan agroindustri di kinerja usahatani dan industri kecil penyulingan
daerah-daerah dapat diwujudkan terutama dalam klaster agroindustri minyak nilam.
melalui upaya pemihakan dan pemberdayaan Diharapkan dengan adanya model pengukuran
masyarakat serta optimalisasi nilai tambah kinerja, usahatani dan industri kecil
setiap komoditi pertanian pada tingkat penyulingan dalam klaster agroindustri minyak
produsen. Diharapkan peran agroindustri nilam dapat lebih berkembang.
pedesaan mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat, kualitas sumberdaya manusia, Model Integrated Performance Measurement
dapat mengoptimalkan pemanfaatan Sistem (IPMS)
sumberdaya alam dan teknologi maju yang Pengukuran kinerja sebuah perusahaan
murah, sederhana, dan efektif disertai penataan atau organisasi merupakan kunci untuk menjadi
dan pengembangan kelembagaan di pedesaan. efektif dan efisien. Jika tidak ada pengukuran
Agroindustri minyak atsiri memiliki berarti tidak bisa dikelola. Persoalan yang
keunggulan komparatif dalam pengadaan bahan sering dihadapi berkaitan dengan implementasi
bakunya disamping teknologi pengolahannya sebuah sistem pengukuran kinerja adalah
yang cukup sederhana dan mudah adanya kesalahpahaman perancang maupun
dikembangkan. Pengembangan industri minyak praktisi dalam menerjemahkan beberapa
atsiri bukan hanya meningkatkan kesejahteraan komponen dasar yang meliputi ukuran kinerja

  82
Sistem Pengukuran Kinerja ... 82 – 87 (Hendrastuti)

(performance measure), pengukuran kinerja dua kategori yaitu: (1) Proses Inti, yaitu proses
(performance measurement) dan sistem yang menunjukkan alasan dasar bagi
pengukuran kinerja (performance measurement keberadaan organisasi dan (2) Proses
sistem). Ketidaktepatan ini dapat menimbulkan Pendukung, yaitu proses-proses lain yang
ketidak optimalan bahkan kesalahan dalam ditambahkan dalam proses inti, sehingga dalam
pengambilan keputusan (Peppard dan Rowland, hal ini proses bisnis inti merupakan pemangku
1995). kepentingan (stakeholder) dari proses
Pengukuran kinerja adalah suatu pendukung.
strategi dan pendekatan terpadu untuk Secara skematis pembagian level pada
menghasilkan keberhasilan yang berkelanjutan pendekatan IPMS dapat dilihat pada Gambar 1.
pada suatu organisasi dengan peningkatan Pada keempat level tersebut di atas
kinerja dari orang-orang yang bekerja di selanjutnya diidentifikasi Indikator Kinerja
dalamnya dan dengan mengembangkan Kunci (IKK) atau Key Performance Indicator
kapabilitas kontribusi baik secara tim maupun (KPI) berdasarkan kebutuhan pemangku
individu (Armstrong dan Baron, 1998). kepentingan, external monitor dan tujuan.
Sementara itu Fletcher dalam Armstrong Beberapa tahapan yang dilakukan dalam
(1998) memberikan alternatif lain tentang bangunan model IPMS adalah sebagai berikut:
definisi pengukuran kinerja yaitu suatu (Bittici dalam Suwignyo, 1999)
pendekatan untuk menghasilkan visi dari suatu (1) Identifikasi kebutuhan dari masing-masing
maksud dan tujuan dari organisasi, membantu stakeholder
setiap karyawan untuk mengerti dan menyadari (2) Membandingkan kemampuan bisnis dalam
kontribusi mereka dalam organisasi dan juga memenuhi kebutuhan stakeholder dengan
mengelola dan meningkatkan kinerja baik bisnis lain yang sejenis (monitor eksternal)
individu maupun organisasi. (3) Menetapkan tujuan-tujuan bisnis
Integrated Performance Measurement (4) Menentukan Indikator Kinerja Kunci (IKK)
Sistem (IPMS) merupakan sistem pengukuran (5) Melakukan validasi IKK
kinerja yang dibuat di Centre for Strategic (6) Melakukan spesifikasi IKK
Manufacturing, University of Strathclyde,
Glasgow (Suwignyo, 2000), dengan tujuan
mendeskripsikan dalam arti yang tepat bentuk Bisnis Induk
dari integrasi, efektif dan efisien sistem
pengukuran kinerja, sehingga untuk mencapai
tujuan tersebut maka dideskripsikan sebagai Unit Bisnis 
berikut: (1) Komponen pokok dari sistem
pengukuran kinerja dan (2) Membuat garis
arahan pengukuran kinerja terbaik yang Proses Bisnis 
sebaiknya digunakan.  
Moodel IPMS membagi level bisnis
menjadi empat tingkatan yaitu (1) Bisnis Induk,
(2) Unit Bisnis, (3) Proses Bisnis dan (4)   Akltivitas
Aktivitas. Tingkatan tersebut dapat berupa fisik
dan logis yaitu suatu kondisi di mana tingkatan
tidak bisa dilihat secara fisik dalam organisasi.
Level bisnis induk menunjukkan bisnis Gambar 1. Pembagian Level Bisnis
secara keseluruhan yang bisa terdiri dari berdasarkan Pendekatan IPMS
beberapa unut bisnis, dalam hal ini setiap unit (Bittici, 1996)
bisnis diartikan sebagai satu unit yang
merupakan bagian dari organisasi yang • Kebutuhan Stakeholder
melayani sebagian segmen pasar dengan Pada tiap-tiap level binis (organisasi) harus
tuntutan pasar yang bersaing. Perbedaan diketahui siapa saja stakeholder- nya atau
kebutuhan pasar memisahkan satu unit bisnis pemangku kepentingan pada bisnis tersebut.
dengan yang lain. Setiap unit bisnis selanjutnya Selanjutnya diidentifikasikan
dapat terdiri dari beberapa proses bisnis yang permintaan/keinginan mereka terhadap bisnis
secara garis besar dapat dikelompokkan dalam yang diistilahkan dengan Kebutuhan

  83
EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN 0216-0188

Stakeholder. Stakeholder dapat meliputi; • Perancangan Model Pengukuran


pemegang saham/pemilik, lingkungan sosial, Kinerja
pegawai/karyawan, pemerintah/instansi lain Perancangan model pengukuran kinerja
usahatani dan industri kecil penyulingan dalam
• Tujuan (objectives) agroindustri minyak nilam dilakukan mengikuti
Penyusunan tujuan harus didasarkan pada beberapa tahapan yang sistematis. Penelitian
keterlibatan dan prioritas perkembangan yang dilakukan merujuk pada metode IPMS
kebutuhan bersama dengan target dan skala khususnya dalam hal identifikasi stakeholder
waktu yang tepat. Tujuan seharusnya juga dan penentuan Indikator Kinerja Kunci (IKK)
didasarkan pada pemikiran sejumlah masukan yang dijadikan ukuran keberhasilan sebuah
yaitu; permintaan stakeholder, kinerja bisnis klaster agroindustri minyak nilam.
pesaing, kesenjangan dan rencana pesaing,
tingkat kinerja dimana organisasi mampu a. Identifikasi Kebutuhan Stakeholder
mencapainya dengan berbagai batasan yang ada Informasi tentang kebutuhan Stakeholder
(target realistis), tingkat kinerja dimana sangat diperlukan dalam perancangan sistem
organisasi memiliki kemampuan untuk pengukuran kinerja usaha tani dan industri
mencapainya dengan menghilangkan berbagai kecil penyulingan pada klaster agroindustri
batasan yang ada (target potensial) (Suwignyo, minyak nilam. Stakeholder adalah seluruh
2000). elemen pemangku kepentingan yang terdiri dari
pelaku industri baik inti maupun pendukung
• Mengukur Kinerja dan institusi terkait lainnya, termasuk di
Suatu bisnis (organisasi) seharusnya dalamnya adalah pemerintah sebagai
memiliki pengukuran kinerja yang benar-benar pengambil kebijakan.
menunjukkan tingkat kinerja yang dicapai, Berdasarkan pendekatan sistem dan
serta mampu menunjukkan seberapa berhasil pembagian level organisasi dapat diketahui
pencapaian tujuan pada tiap level. stakeholder usaha tani dan industri kecil
Pengukuran kinerja untuk setiap bisnis penyulingan adalah pihak-pihak yang terkait
memiliki perbedaan, oleh sebab itu diperlukan dengan klaster agroindustri minyak nilam
pemahaman yang baik dari bisnis agar seperti petani, pedagang/pengumpul nilam
diperoleh pengukuran kinerja yang benar. kering, petani-penyuling, industri kecil
Untuk memperoleh ukuran kinerja atau IKK penyulingan, pedagang/pengumpul minyak
yang benar perlu dilakukan validasi terhadap nilam dan industri pendukung lainnya termasuk
IKK yang dibuat. Kemudian apabila IKK sudah institusi/dinas terkait. Dari masing-masing
valid, maka IKK dispesifikasikan untuk stakeholder tersebut kemudian diidentifikasi
memudahkan proses pengukurannya. Proses kebutuhannya dan dilakukan seleksi untuk
spesifikasi IKK dilakukan antara lain untuk melihat adanya kesamaan kebutuhan dari
mengetahui deskripsi yang jelas tentang IKK, masing-masing stakeholder.
tujuan, keterkaitan dengan tujuan, target dan Pada penelitian ini identifikasi kebutuhan
ambang batas, cara mengukur IKK, frekuensi stakeholder dilakukan dengan menggunakan
pengukuran, siapa yang mengukur, dan apa kuesioner yang ditujukan pada sejumlah pakar
yang mereka kerjakan. dan pelaku. Pakar dalam konteks adalah
individu yang mempunyai komitmen,
• Metode Pengukuran Kinerja kompetensi dan kapasitas secara substansi yang
Kinerja Usahatani dan Industri Kecil diharapkan dapat merepresentasikan
Penyulingan dalam Agroindustri Minyak Nilam pandangan/jawaban dari seluruh stakeholder
diukur dengan menggunakan metode usaha tani dan industri kecil penyulingan dalam
Integrated Performance Management System klaster agroindustri minyak nilam.
(IPMS) dan Analytic Hierarchi Process (AHP). Hasil identifikasi kebutuhan
stakeholder:
1. Ketenagakerjaan
2. Akseptabilitas sosial
3. Pertumbuhan usaha
4. Kelembagan
5. Kapasita produksi penyulingan

  84
Sistem Pengukuran Kinerja ... 82 – 87 (Hendrastuti)

6. Pendistribusian minyak nilam 39. Jumlah SDM berpendidikan SD


7. Finansial 40. Jumlah SDM berpendidikan SMP
8. Akseptabilitas teknis 41. Jumlah SDM berpendidikan SMU
9. Penyerapan tenaga kerja 42. Jumlah SDm berpendidikan > SMU
10. Kualitas SDM 43. Jumlah balai pelatihan pertanian
11. Sarana peningkatan kualitas SDM 44. Jumlah sekolah kejuruan pertanian
12. Pertumbuhan industri minyak nilam 45. Kualitas sistem evaluasi
13. Kontribusi terhadap devisa tahunan 46. Mekanisme koordinasi
14. Efektivitas fungsional 47. Jumlah kelompok tani nilam
15. Keterwakilan industri 48. Jumlah petani per kelompok
16. Pasokan nilam kering tahunan 49. Jumlah pabrik penyulingan
17. Pasokan nilam per kali panen 50. Jumlah industri penyulingan
18. Kapasitas penyulingan
19. Frekuensi penyulingan b. Penetapan Tujuan (Objectives)
20. Rendemen minyak nilam Setelah kebutuhan stakeholder ditentukan,
21. Keuntungan industri tahunan kemudian ditetapkan tujuannya. Dari hasil
22. Harga jual minyak nilam penelitian dapat ditentukan 5 tujuan sebagai
23. Penjualan minyak nilam tahunan upaya yang akan dilakukan industri kecil
24. Keterlibatan masyarakat di industri penyulingan minyak nilam dalam memenuhi
25. Program masyarakat keinginan dari stakeholder. Kelima tujuan yang
26. Tingkat komplain dimaksud yaitu (1) keunggulan komparatif
27. Pertumbuhan luas lahan nilam yang berkelanjutan, (2) pertumbuhan usahatani
28. Pertumbuhan petani nilam dan industri kecil penyulingan, (3) kemampuan
29. Pasokan bibit nilam tahunan berinovasi, (4) peningkatan kesejahteraan
30. Jumlah pasokan pupuk pelaku usaha, dan (5) rantai nilai yang kokoh
31. Produktivitas nilam kering
32. Luas lahan c. Penetapan Indikator Kinerja Kunci
33. Rata-rata keuntungan petani Indikator Kinerja Kunci (IKK) ditetapkan
34. Penjualan nilam kering tahunan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat
35. Harga jual nilam kering pencapaian masing-masing tujuan. Dalam
36. Keterlambatan pasokan nilam kering penelitian ini dari 50 Indikator Kinerja berhasil
37. Proses produksi ramah lingkungan diidentifikasi sebanyak 16 IKK seperti
38. Pemenuhan persyaratan lingkungan hidup ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar alternatif Indikator Kinerja Kunci

Kriteria / Sub Kriteria Indikator Kinerja Kunci (IKK)


Penyerapan Tenaga Kerja 1 Jumlah tenaga kerja (%)
2 Tingkat turn over tenaga kerja
Kualitas SDM 1 Jumlah SDM berpendidikan SD (%)

2 Jumlah SDM berpendidikan SMP (%)


3 Jumlah SDM berpendidikan SMU (%)
4 Jumlah SDM berpendidikan > SMU (%)
Sarana Peningkatan 1 Jumlah balai pelatihan industri nilam
Kualitas SDM
2 Jumlah sekolah kejuruan pertanian
Efektivitas Fungsional 1 Kualitas sistem evaluasi
2 Mekanisme koordinasi

  85
EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN 0216-0188

Mekanisme koordinasi 1 Jumlah pertemuan


2 Prosentase kehadiran wakil petani
Keterwakilan industri 1 Jumlah kelompok tani
2 Jumlah petani per kelompok
Pasokan nilam kering 1 Jumlah pabrik penyulingan
tahunan 2 Jumlah industri pendukung

d. Validasi IKK Tabel 3. Spesifikasi IKK


Validasi IKK dilakukan setelah IKK
yang teridentifikasi disusun dalam bentuk IKK No. 1
hirarki Sistem Perancangan Kinerja dengan Deskripsi Penyerapan tenaga kerja
level teratas kinerja Industri Kecil Penyulingan,
Tujuan Untuk memastikan jumlah
level di bawahnya kriteria kinerja dilihat dari tenaga kerja selalu meningkat
berbagai aspek dan level paling bawah adalah dari waktu ke waktu sehingga
IKK. Proses validasi ini dilakukan dengan cara Usaha Tani dan Industri Kecil
mengembalikan hirarki SPK tersebut kepada Penyulingan dapat berkembang
pengambil keputusan di industri kecil
Terkait dengan Tujuan “Pertumbuhan Usaha
penyulingan untuk memberikan penilaian Tani dan Industri Kecil
apakah IKK dan hirarki SPK yang ada sudah Penyulingan”
sesuai atau belum dalam arti valid atau perlu
perbaikan. Berdasarkan proses validasi yang Cara mengukur Dengan kuesioner
dilakukan ternyata IKK yang tersusun Frekuensi Setahun sekali
dinyatakan valid berdasarkan pendekatan pengukuran
sistem bisnis industri penyulingan minyak Frekuensi review Setahun sekali
nilam.
Siapa yang Tim evaluasi dan pengendalian
e. Spesifikasi IKK mengukur kinerja
Proses spesifikasi IKK dilakukan untuk Sumber data Data usaha tani nilam dan
mengetahui deskripsi yang jelas tentang IKK, industri kecil penyulingan
tujuan, keterkaitan dengan tujuan, target, minyak nilam
formula/cara mengukur IKK, frekuensi Siapa yang punya Usaha tani, industri kecil
pengukuran, frekuensi review, siapa yang penyulingan, institusi/dinas
mengukur, dan apa yang mereka kerjakan terkait
seperti pada Tabel 3.
Kesimpulan

1. Tujuan dari sistem pengukuran kinerja


usaha tani dan industri kecil penyulingan
dalam klaster agroindustri minyak nilam
dengan metode IPMS, yaitu: (1)
keunggulan komparatif yang berkelanjutan,
(2) pertumbuhan usaha tani dan industri
kecil penyulingan, (3) kemampuan
berinovasi, (4) peningkatan kesejahteraan
pelaku usaha, dan (5) rantai nilai yang
kokoh
2. Dengan metode ini dari empat puluh
Indikator Kerja (IK) dapat diidentifikasi
sebanyak enam belas IKK (Indikator
Kinerja Kunci)

  86
Sistem Pengukuran Kinerja ... 82 – 87 (Hendrastuti)

Saran Departemen Perdagangan. 2007. Strategi


Industri Nasional. Jakarta
1. Sistem pengukuran kinerja ini dapat
diimplementasikan pada agroindustri Dixon RW, Nanni AJ, Vollman TE. 1993. The
minyak atsiri lainnya agar kinerja Performance Challenge: Measuring
agroindustri minyak atsiri dapat Operations for World Class
ditingkatkan Competition. Dow Jones-Irwin,
2. Dukungan dari institusi pemerintah/ Homewood, II
Pemerintah Daerah sangat diperlukan agar
kualitas SDM dapat meningkat Garengo P, Biazzo S, Bititci US. 2005.
Performance Measurement System in
Daftar Pustaka SME: A Review for a research agenda.
Blackwell Publishing Ltd
Armstrong M, Baron A. 1998. Developing
Practice Performance Management. Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Sistem
British: Institute of Personnel Pakar dalam Teknologi Manajerial
Development Bogor: IPB Press
Neely A, GregoryM, Platts K. 1995.
Bittici US, Carrie AS, Mc-Devitt L. 1996. Performance Measurement System
Performance Measurement: A Business Design: A Literature Review and
Process View. Proceeding of IFIP WG Research Agenda. International
5.7 Workshop on Modelling Journal of Operation Production
Techniques. Business Process and Management, 15(4):80-116
Bendhmarking. France
Peppard and Rowland. 1995. The Essence of
Bittici US, Mendibil K, Nudurupati S, Garengo Business Process Re-Engineering.
P, Turner T. 2006. Dynamics of Prentice-Hall International
Performance Measurement and
Organizational Culture. International Stenzel Cand J. 2003. From Cost to
Journal of Operation and Production Performance Management, A Blueprint
Management, 26(12): 1325-1350 for Organizational Development. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Busi M, Bititci US. 2006. Collaborative
performance management: present gaps Susila WR. 1991. Verifikasi dan Validasi
and future research. International Model. Forum Statistik. Maret-Juni
Journal of Productivity and
Performance Management, 55(1):7-25

  87

Anda mungkin juga menyukai