Anda di halaman 1dari 5

3.

Desain Grounded Research


Penelitian grounded diperkenalkan oleh Glaser dan Straus (1967),
merupakan reaksi tajam dan sekaligus memberi jalan keluar dari “stagnasi
teori” dalam ilmu-ilmu sosial, dengan menitikberatkan Sosiologi.
Pelaksanaan penelitian grounded bertolak belakang dengan layaknya
penelitian (kuantitatif) pada umumnya. Kalau penelitian umumnya diawali
dengan desain tertentu, namun grounded tidak demikian.

Yang membedakannya yaitu :


 Peneliti langsung ke lapangan
 Rumusan masalah ditemukan di lapangan
 Hipotesis senantiasa jatuh bangun ditempa data
 Data merupakan sumber teori
 Teori berdasarkan data sehingga teori juga lahir dan berkembang di
lapangan.

Kredebilitas peneliti grounded merupakan pertimbangan utama dalam


penggunaan metodologi ini. Karena secara utuh penelitian ini membutuhkan
“keterbukaan” mata, telinga, serta intuisi yang responsif. Kemudian arus
informasi dalam penelitian ini tidak saja menggunakan cara pandang
induktif, namun juga berputar-putar antara data dan peneliti. Teori hanyalah
objek yang akan diadili setelah semua informasi tentang data sudah tuntas
diperolehnya.

Dipengaruhi oleh pandangan bahwa peneliti kualitatif tidak


membutuhkan pengetahuan dan teori tentang objek penelitian untuk
mensteril subjektivitas peneliti, maka format desain grounded research
dikonstruksi agar peneliti dapat mengembangkan semua pengetahuan dan
teorinya setelah mengetahui permasalahannya di lapangan. Karena itu
format desainnya adalah sebagai berikut :

Tahap I Observasi Pendahuluan


a) Menemukan Tema-tema pokok penelitian
b) Menemukan Gatekeepers
c) Menemukan gambaran umum tentang alur penelitian

Tahap II Pengumpulan Data


a) Menemukan informan
b) Mewawancara dan mengobservasi serta membuat catatan harian
c) Menemukan informan baru
d) Mengembangkan strategi wawancara dan observasi
e) Menggunakan triangulasi untuk menemukan kebenaran data
f) Terus-menerus membuat catatan harian
Tahap III Pengumpulan Data Lanjutan
a) Merevisi draf laporan penelitian
b) Menemukan kekurangan data dan informasi
c) Membuang informasi yang tidak penting
d) Menemukan informan baru
e) Terus-menerus menggunakan trianggulasi
f) Terus-menerus membuat catatan harian
g) Memutuskan untuk menghentikan penelitian
h) Mengembangkan draf laporan menjadi rancangan laporan akhir
i) Peneliti meninggalkan lokasi penelitian

Dalam tradisi penelitian kualitatif, ketiga format penelitian di atas


bukanlah sesuatu ukuran baku yang tidak dapat diubah dan dikonstruksi
ulang, karena berdasarkan pengalaman bahwa format desain yang telah
disiapkan hampir seluruhnya mengalami perubahan bahkan terkadang tidak
dapat digunakan sama sekali. Namun, contoh format di atas bisa jadi
bermanfaat bagi peneliti karena ditulis berdasarkan berbagai pengalaman di
lapangan bertahun-tahun.

B. MENGKONSTRUKSI DESAIN PENELITIAN KUALITATIF


Perbedaan-perbedaan format penelitian kualitatif di atas bukan
otomatis membedakan ketiga format tersebut secara prinsipil, karena pada
umumnya desain penelitian kualitatif menggunakan terminologi yang sama,
termasuk juga menggunakan konsep-konsep yang sama. Di bawah ini adalah
contoh bagaimana desain penelitian kualitatif secara umum didesain seperti
penjelasan ini.

1. Merancang Judul Penelitian Kualitatif


Judul penelitian kualitatif tak berbeda denga judul penelitian lainnya.
Perbedaannya terletak pada makna dan substansi judul tersebut. Pada
penelitian kuantitatif makna judul penelitian adalah mengekspos
permasalahan, seperti hubungan-hubungan variabel dan jenis pengukuran
yang akan dilakukan, maka dalam penelitian kualitatif yang diekspos adalah
fenomena yang diteliti itu dan berbagai aspek yang berhubungan dengannya.
Salah satu contohnya, kalau kita melakukan penelitian di bidang
komunikasi yang berhubungan dengan periklanan dan perilaku konsumen,
maka judul penelitiannya bisa berbunyi, “Konstruksi Realitas Sosial Iklan
Rokok dan Ketakutan Pemirsa Terhadap Penyakit yang diakibatkan oleh
Asap Rokok”. Diingatkan pula bahwa pada judul penelitian kualitatif,
fenomena yang diteliti harus diformulasi sedemikian rupa sehingga wujud
dari fenomena tersebut dapat bahas melalui penjelasan-penjelasan kualitatif.

2. Merancang Konsep Kualitatif


Untuk merancang konsep penelitian kualitatif memang sering
mengalami kesulitan bila dibandingkan ketika mengkonsepsikan konsep
penelitian kuantitatif. Hal ini disebabkan fenomena penelitian kualitatif
umumnya adalah kasus-kasus tertentu yang tidak bisa digeneralisasi.
Karena konsep penelitian bersifat kasuistik, maka kepekaan peneliti dalam
merancang konsep penelitian harus semakin tajam dan mengkristal pada
persoalan operasionalisasi yang lebih konkret dalam mengurai persoalan
makna dibalik fenomena yang tampak.
Merancang konsep dalam penelitian kualitatif adalah suatu makna
kognitif, atau makna sosiologis yang hidup dalam alam pikiran informan dan
subjek-subjek penelitian. Dalam hal ini persoalan etik dan emik menjadi dua
konsep yang harus dapat dipisahkan oleh saat berada di lapangan ataupun
saat menganalisis hasil-hasil penelitian. Etik adalah norma dan nilai,
berhubungan dengan apa yang seharusnya dilakukan, sedangkan emik
berhubungan dengan apa yang dipahami, dimaknai, dan dirasakan oleh
informan dan subjek-objek penelitian sebagaimana yang mereka
maksudkan. Konsep emik akan mengungkapkan dunia rasional pemaknaan
informan dan subjek-objek penelitian terhadap diri mereka dan lingkunganya
terhadap fenomena yang menjadi realitas sosial yang diteliti.

3. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian


Rumusan masalah ditujukan bagi desain penelitian kualitatif, maka
fenomena penelitian diformulasikan agar dapat memenuhi persyaratan
sebagai masalah kualitatif. Jadi rumusan masalah kualitatif merumuskan
substansi kategorisasi, substansi struktur, dan substansi model dalam suatu
permasalahan penelitian.
Rumusan masalah sama persis dengan tujuan penelitian, tetapi
keduanya tetap berbeda secara substansial, karena rumusan masalah dibuat
dalam konteks mengungkapkan substansi masalah, sedangkan tujuan
penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu
penelitian.
4. Indikasi Fenomena dan Penjelasannya
Pada penelitian kualitatif menjelaskan sebuah indikasi fenomena
banyak dibantu oleh pemahaman terhadap pemaknaan atas fenomena itu
sendiri. Sering juga indikasi fenomena kualitatif dibantu oleh bagaimana cara
mengukur indikator kuantitatif, terutama dalam penjelasan hasil-hasil
penelitian nanti.
Penjelasan indikasi fenomena kualitatif membutuhkan lebih banyak
energi dalam operasionalnya, karena bukan tidak mungkin penjelasan ini
lebih bersifat subjektif dan juga bersifat oportunis. Contoh dari menjelaskan
indikasi fenomena kualitatif seperti berikut :
1) Keberhasilan implementasi kebijakan dapat dijelaskan dari
penerimaan kelembagaan lokal, dukungan hukum, dan
penerimaan lembaga politik, serta penerimaan masyarakat
terhadap implementasi kebijakan tersebut;
2) Kesejahteraan pegawai dijelaskan dari kemampuan mengatasi
masalah-masalah keluarga, kemampuan mengaktualisasikan diri
ke tingkat yang lebih tinggi, dan kemampuan mewujudkan
keinginan-keinginan;
3) Keterpengaruhan terhadap efek media dijelaskan dari kesediaan
bersikap atau berprilaku seperti yang dilihat dan dibaca di media
massa, kesediaan menyebarkan informasi-informasi yang dilihat
dan dibaca di media massa, kesediaan membenarkan (membela)
sikap dan perilakunya sebagai sikap dan perilaku yang dilihat dan
dibaca di media massa, dan semacamnya.

5. Objek dan Informan Penelitian


Menjelaskan objek dan informan penelitian kualitatif adalah
menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang
menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik
penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah
penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami
informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang
memahami objek penelitian.

6. Cara Memperoleh Informan Penelitian


Ada dua objek penelitian dan penguasaan informasi peneliti tentang
objek penelitian, yaitu pertama, peneliti sebelumnya sudah memahami
informasi awal tentang objek penelitian, dan kedua, peneliti benar-benar
“buta” informasi tentang objek penelitian.
Cara memperoleh informan penelitian dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu melalui snowbolling sampling dan key person.
Langkah-langkah memperoleh informan dengan cara snowbolling sampling
yaitu :
1) Peneliti ketika memulai melakukan penelitian dan pengumpulan
informasi, ia berupaya menemukan gatekeeper, yaitu siapa pun
orang yang pertama dapat menerimanya di lokasi objek penelitian
yang dapat memberi petunjuk tentang siapa yang dapat
diwawancarai atau diobservasi dalam rangka memperoleh
informasi tentang objek penelitian;
2) Gatekeeper bisa pula sekaligus menjadi orang pertama yang
diwawancarai, namun kadang gatekeeper menunjuk orang lain
yang lebih paham tentang objek penelitian;
3) Setelah wawancara pertama berakhir, peneliti meminta informan
menunjuk orang lain berikutnya yang dapat diwawancarai untuk
melengkapi informasi yang sudah diperolehnya;
4) Terus-menerus setiap habis wawancara peneliti meminta informan
menunjuk informan lain yang dapat diwawancarai pada waktu yang
lain.
Memperoleh informan penelitian melalui key person digunakan
apabila sudah memahami informasi awal tentang objek penelitian maupun
informan penelitian, sehingga ia membutuhkan key person untuk memulai
melakukan wawancara atau observasi. Key person ini adalah tokoh formal
atau tokoh informal. Kalau di sebuah perusahan, tokoh formalnya bisa
kepala kantor, kepala bagian, kepala unit pemasaran, dan sebagainya.
Sedangkan tokoh informal bisa tokoh masyarakat disekitar kantor atau
perusahaan ini yang memahami tentang objek penelitian itu.

7. Metode Pengumpulan Data dan Strategi Analisis Data


Pengumpulan data kualitatif menggunakan metode pengamatan
seperti wawancara bertahap dan mendalam (in-depth interview), observasi
partisipasi (participant observer), diskusi terfokus atau focus group disscusion
(FGD). Terpenting dalam penjelasan ini adalah alasan (reasoning) mengapa
metode itu dilakukan, pada bagian masalah yang mana harus dilakukan
wawancara mendalam, dan bagian masalah yang mana dilakukan observasi
partisipasi, atau keduanya dilakukan bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai