2.3 Akademik
Banyak kalangan dari akademik Jepang yang terbilang tidak
begitu peduli dengan adanya kerjasama antara Malaysia dan Jepang.
Karena mereka beranggapan kalau mereka tidak mempunyai
kepentingan yang pragmatis dengan adanya kerjasama antar keduanya.
Mereka menganggap yang lebih mempunyai kepentingan adalah para
kalangan pebisnis. Tapi ada juga kalangan akademik yang antusias
terhadap adanya kerjasama ini yaitu para akademisi yang memang
mempunyai spesialisasi dalam studi-studi Asia Tenggara apalagi
khususnya Malaysia. Yang lebih penting, secara nyata, kalangan
akademik mungkin mengalami kesulitan untuk mendapat informasi
atau fakta-fakta yang cukup untuk melaksanakan riset atas topik
spesifik ini, sejak kebijakan itu diimplementasikan pada bulan
Desember 1981 .
Kesimpulan kelompok :
Ambisi malaysia untuk menjadi negara Industri baru di Asia
sangatlah besar. Itu dibuktikan dengan tekad Malaysia yang merangkul
negara Jepang sebagai partnernya untuk mewujudkan ambisinya itu.
Malaysia membutuhkan banyak sekali investasi dari luar. Tapi
kebijakan nasional untuk menarik para investor tidak lagi untuk negara-
negara barat, melainkan “berpaling ke timur”. Kebijakan ini disambut
beranekaragam oleh beberapa perdana menteri Jepang yang silih
berganti mempunyai respon yang berbeda-beda. Tapi untuk para
pebisnis Jepang, mereka sangat menyambut baik tentang kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia, lebih-lebih kebijakan yang
berhubungan dengan disahkannya privatisasi beberapa perusahaan
Malaysia. Berbeda dengan para akademisi Jepang. Banyak dari mereka
yang acuh terhadap kerjasama yang dijalin oleh keduanya. Hanya para
pelajar yang mempunyai studi-studi spesialisasi tentang Asia Tenggara
lah yang merespon hal tersebut, terutama para akademisi yang
mempunyai spesifikasi lebih ke negara Malaysia.
Investasi dan pinjaman yang begitu besar dari Jepang bisa saja
menjadi sebuah solusi yang benar-benar diharapkan oleh pemerintah
Malaysia, tapi juga bisa saja menjadi sebuah problem apabila pada
waktu batas pengembalian Malaysia kesulitan untuk mengembalikan
pinjaman itu dan akhirnya bunga dari pinjaman menjadi membengkak.
Tidak hanya itu, infrastruktur yang banyak di bangun oleh Jepang di
Malaysia bisa saja menjadi sebuah kepentingan Jepang saja agar
produk-produk dari negaranya yang masuk ke Malaysia bisa tersalur
secara cepat. Sehingga ekspor Jepang ke Malaysia bisa menjadi
meningkat dalam waktu yang singkat.
Oleh Kelompok 3 :