Anda di halaman 1dari 12

Kebijakan Malaysia terhadap Investasi Jepang

Sebagaimana kita ketahui sejak beberapa tahun lalu Malaysia


sudah berambisi untuk menjadi negara Industri baru di Asia. Hanya saja
Malaysia membutuhkan banyak bantuan modal dari luar. Karena modal
dalam negeri kurang bisa mencukupi untuk membangun negaranya
menjadi negara industri. Oleh karena itu Malaysia menggandeng Jepang
untuk mewujudkan ambisinya itu. Tapi ternyata Jepang pun juga
mempunyai kepentingan di Malaysia. Sehingga Jepang pun tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan itu. Jepang pun tidak main-main dalam
menanamkan investasinya ke Malaysia. Bahkan investasi yang bersifat
langsung lah atau biasa kita sebut FDI yang banyak dikucurkan Jepang
ke Malaysia daripada investasi-investasi yang bersifat Portofolio yang
banyak dilakukan oleh investor-investor Jepang atau biasa kita sebut
dengan hot money. Jepang juga mempunyai kepentingan untuk
mengembangkan sayap perdagangannnya ke Malaysia. Jadi apabila
dilihat secara sekilas ada kerjasama yang saling menguntungkan antar
keduanya. Tapi apa memang seperti itu pada kennyataannya?
Semakin majunya dunia ini dengan tekhnologi dan Ilmu
pengetahuan yang semakin berkembang mendorong manusia berusaha
mengikuti tuntutan zaman dengan melakukan kerjasama demi
memenuhi kebutuhan yang semakin lama semakin terhanyut zaman.
Begitu pula dengan negara, tiap-tiap negara berusaha menjalin
hubungan baik dengan negara lain demi untuk memenuhi national
interest. Kerjasama lintas negara bukanlah hal yang baru lagi, karena
seperti yang dikatakan oleh para kaum liberalis bahwa manusia pada
dasarnya membutuhkan adanya kerjasama dengan manusia yang lain
demi memenuhi kepentingan hidupnya. Terutama kerjasama dalam
bidang ekonomi. Kerja sama harus selalu menguntungkan antara negara
yang menjalin kerjasama, terutama kerjasama dalam bidang ekonomi.
Karena apabila tidak seimbang dalam menjalin kerja sama dapat
menyebabkan ketimpangan ekonomi antar kedua negara, atau bisa jadi
menjadi zero sum game. Oleh karena itu dalam melakukan kerjasama
pasti akan selalu ada traktat yang disepakati antar negara.
Sering kali kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh negara-
negara di dunia ini berkaitan dengan investasi. Baik itu investasi jangka
pendek atau biasa disebut dengan investasi portofolio dan juga investasi
yang bersifat jangka panjang atau biasa disebut dengan FDI (Foreign
Direct Investment). Kedua investasi ini sangat diharapkan oleh negara-
negara di dunia ini untuk menunjang ekonomi domestik di suatu
negara. Karena di suatu negara pasti membutuhkan dana untuk
menunjang pembangunan di negara tersebut baik itu bersifat hot
money ataupun tidak. Tapi sering kali hot money diwaspadai masuknya
di setiap negara yang menjadi sasaran para investor asing melalui
kebijakan-kebijakannya. Begitu pun dengan Malaysia dengan Jepang
yang keduanya sedang melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi.
Malaysia sebagai negara yang melakukan kerjasama ekonomi dengan
Jepang sering merasakan defisit perdagangan. Tapi tetap saja Malaysia
dan Jepang tetap mesra dalam menjalin kerjasama dalam bidang
perdagangan. Hal ini tentu saja seharusnya tidak boleh terjadi dalam hal
kerjasama lebih-lebih kerjasama dalam bidang perdagangan. Karena
apabila ada dua negara yang melakukan kerjasama dalam bidang
perdagangan dan salah satu sering mengalami defisit maka hal itu
seharusnya harus ditinjau ulang traktat perjanjian kerjasama dari kedua
negara tersebut. Tapi ternyata hal tersebut tidak dilakukakan oleh pihak
Malaysia yang sering mengalami defisit perdagangan dari tahun 1990-
1993.

Mengapa Malaysia menjalin kerjasama dalam bidang ekonomi dengan


Jepang sejak awal dibentuknya ASEAN?
Karena, Malaysia menganggap bahwa dengan menjalin kerja sama di
Negara jepang akan menambah keuntungan bagi Negara Malaysia
akibat krisis ekonomi yang pernah terjadi di Malaysia. Sehingga
Malaysia mengeluarkan kebijakan “berpaling ke timur”.

Adanya kelompok-kelompok kepentingan di Malaysia yang


mempunyai kepentingan untuk menjadikan Malaysia menjadi negara
industri baru (NIE) Asia menjelang abad ke-20 membuat Malaysia
membutuhkan banyak tunjangan modal asing terutama FDI. Selain itu
adanya kebijakan nasional yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia
terhadap negaranya menarik Jepang untuk menanamkan investasinya
yang sangat diharapkan oleh Malaysia . Tapi dalam teori Realis
dikatakan bahwa tidak ada kegiatan manusia yang tidak berujung pada
keuntungan pribadi atau national interest dalam lingkup negara. Begitu
pula dengan investasi Jepang ke Malaysia tidak menutup kemungkinan
kalau Jepang mempunyai national interest yang lebih besar daripada
Malaysia sendiri.
2.1 Perhatian Jepang terhadap Malaysia
Dalam sepak terjangnya Malaysia mempunyai perkembangan
yang pesat. Karena Malaysia berhasil mengatasi krisis ekonomi yang
melanda Asia beberapa tahun silam dengan cepat. Selain itu keamanan
dan kestabilan politik di Malaysia menjadi daya tarik tersendiri bagi
para investor Jepang yang lebih menjadi semakin derasnya arus
investasi Jepang yang masuk ke Malaysia adalah adanya kebijakan
nasional Malaysia yang memberlakukan kebijakan berpaling ke timur.
Pemerintah Jepang telah memberikan perhatian khusus terhadap
ASEAN sejak terbentuk tahun 1967 . Mulai dari perdana menteri yang
sangat perhatian terhadap ASEAN sampai yang setengah hati dan
kemudian kembali ke perdana menteri yang menaruh hati ke ASEAN
khususnya Malaysia. ASEAN sering mengkritisi Jepang sebagai negara
yang patut diwaspadai, apalagi semenjak adanya tendensi kebangkitan
militerisme Jepang. Setelah pemerintahan Sato selesai kemudian
digantikan oleh Tanaka Kakuei yang sebelumnya penuh perjuangan
mengalahkan saingannya Fukuda Takeo.
Pada saat pemerintahan Tanaka dia meneruskan sepak terjang dari
pemerintahan pendahulunya, yaitu menjalin hubungan Jepang-ASEAN.
Tapi ternyata tidak sesuai harapannya dia tidak bisa menciptakan citra
di negara-negara ASEAN seperti pemerintahan pendahulunya yang dia
teruskan misinya. Karena dia terlibat dalam “Skandal Lockheed” dan
banyak masalah nasional dalam kanca politiknya. Oleh karena itu dia
terlalu sibuk menghabiskan tenaganya untuk menyelesaikan masalah
dalam negerinya sehingga dia tidak ada waktu untuk memberi
perhatian terhadap negara-negara ASEAN terutama Malaysia.
Banyak perdana menteri Jepang silih berganti sejak Tanaka
sampai Tanasoke yang beraneka ragam dalam memberi tanggapan
tentang kebijakan yang diberlakukan oleh Malaysia. Pada waktu
perdana menteri dipegang oleh Fukuda dia menyambut baik kebijakan
yang dilakukan oleh Malaysia. Bahkan dia pernah berpidato
menanggapi kebijakan yang dilakukan oleh Malaysia dalam pidatonya
negaranya akan memberi investasi jangka panjang ke Malaysia dan dia
menginginkan Malaysia sebagai negara yang menjadi sasaran investasi
untuk menilai Jepang secara bebas, tidak peduli itu positif atau pun
negatif, atau pada intinya penilaian yang bersifat independen. Pada
waktu pemerintahan Malaysia di bawah Dr. Mahathir Muhammad
Malaysia pernah melawat ke Jepang untuk lebih mempererat kerjasama
keduanya.
Pada waktu pemerintahan Nakasone terjadi beberapa langkah
nyata. Pertama mengundang lebih banyak warga Malaysia untuk
mendapat pelatihan dan pendidikan di Jepang. Kedua memperluas
bantuan hibah untuk membangun sebuah sekolah bahasa Jepang yang
dikaitkan dengan University of Malaya. Ketiga, memperluas pinjaman
sampai mencapai 21 miliar yen untuk Paka Power Station Project dan
Sabah Gas Grid Project, memperluas pinjaman langsung sampai
mencapai 50 miliar yen termasuk pinjaman yen dari Overseas Economic
Cooperation Fund (Dana Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri) dan sampai
40 miliar yen untuk Port Kelang Power Station (Phase II) Project .
Pemerintahan Jepang di bawah Nakasone sangat merespon positif
terhadap kebijakan Malaysia “Berpaling ke Timur”. Oleh karena itu pada
tanggal 1 Agustus 1982 Nakasone berkunjung ke Malaysia. Dia
mengatakan kalau negaranya akan menanamkan investasinya kepada
Malaysia dalam sektor alih teknologi, pengembangan sumber daya
manusia, dan industri-industri kecil dan menengah. Lebih lanjut lagi ia
menekankan bahwa orang Jepang sebagai suatu ras memiliki ciri-ciri
tanggung jawab, dan karena Malaysia telah menetapkan kebijakannya
berpaling ke timur maka Nakasone berniat untuk membantu
mensukseskan Rencana Lima Tahunannya Malaysia yang keempat
dengan membangun infrastruktur di malaysia.

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi, yaitu :


 tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh
 tingkat bunga
 ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
 kemajuan teknologi
 tingkat pendapatan nasionaldan perubahan-perubahannya
 keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

2.2 Komunitas Bisnis


Pada tanggal 9 Mei 1983, Mahathir memberi tahu Nakasone
bahwa Malaysia sedang berusaha mengalihkan sejumlah perusahaan di
sektor publik (misalnya perkeretaapian, perusahaan penyiaran
pertelevisian, dan perusahaan- perusahaan komunikasi) ke sektor
swasta dan mengundang partisipasi Jepang. Menurut Japan Trade
Centre di Kuala Lumpur, pada bulan Maret 1983, terdapat 720 kasus
investasi Jepang yang keseluruhannya M$ 1,76 miliar di Malaysia.
Investasi dalam sektor manufaktur dan perhotelan mencapai M$ 595
juta atau 20% dari total. Dalam tahun 1982, ekspor Jepang ke Malaysia
mencapai M$ 5,75 miliar, sementara impornya dari Malaysia total
mencapai mencapai M$ 6,9 miliar. Dari sudut pandang Jepang,
perdagangan perdagangan ekspor dan impornya dengan negeri itu
masing-masing merupakan 1,8% dan 2,3% dari keseluruhan
perdagangannya. Dari sudut pandang Malaysia, jumlah ini masing-
masing merupakan 21,1% dan 24,3%. Di lain pihak, sampai Juni 1983,
telah dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 25 perusahaan konstruksi
Jepang dan 12 bank Jepang di malaysia. Sebagai akibat dari kebijakan
“Berpaling ke Timur” Malaysia, investasi dan perdagangan Jepang telah
meningkat dengan nyata, dan perusahaan-perusahaanJepang di
Malaysia keseluruhannya mencapai 350 buah pada bulan Juni 1983 .
Para pebisnis Jepanng yang ada di Malaysia sangat menyambut
gembira kebijakan yang dilakukan oleh Malaysia. Karena banyak
peruahaan-perusahaan yang dulunya milik pemerintah Malaysia
berubah menjadi milik swasta, atau menjadi milik perorangan. Oleh
karena itu tidak menutup kemungkinan kalau ada tujuan national
interest yang lebih besar Jepang daripada Malaysia yang berambisi
untuk menjadi negara industri baru di Asia. Infrastruktur yang banyak
dibangun Jepang pun di Malaysia bisa saja menjadi sebuah strategi
ekonomi Jepang agar semakin bisa terdistribusi dengan lancar produk-
produk Jepang yang masuk ke Malaysia. Selain itu banyaknya pinjaman
yang diberikan kepada Malaysia bisa saja menjadi sebuah bomerang
bagi Malaysia jika suatu saat waktu pengembalian pinjaman itu telah
masuk batas waktunya dan Malaysia tidak bisa mengembalikannya
dengan lunas, sehingga pinjaman itu menjadi membengkak karena
bunga yang selalu berkembang tiap tahunnya. Dan bisa jadi ini sebuah
strategi ekonomi Jepang yang mempunyai kepentingan terselubung
dibalik kerjasama ekonomi keduanya.

2.3 Akademik
Banyak kalangan dari akademik Jepang yang terbilang tidak
begitu peduli dengan adanya kerjasama antara Malaysia dan Jepang.
Karena mereka beranggapan kalau mereka tidak mempunyai
kepentingan yang pragmatis dengan adanya kerjasama antar keduanya.
Mereka menganggap yang lebih mempunyai kepentingan adalah para
kalangan pebisnis. Tapi ada juga kalangan akademik yang antusias
terhadap adanya kerjasama ini yaitu para akademisi yang memang
mempunyai spesialisasi dalam studi-studi Asia Tenggara apalagi
khususnya Malaysia. Yang lebih penting, secara nyata, kalangan
akademik mungkin mengalami kesulitan untuk mendapat informasi
atau fakta-fakta yang cukup untuk melaksanakan riset atas topik
spesifik ini, sejak kebijakan itu diimplementasikan pada bulan
Desember 1981 .
Kesimpulan kelompok :
Ambisi malaysia untuk menjadi negara Industri baru di Asia
sangatlah besar. Itu dibuktikan dengan tekad Malaysia yang merangkul
negara Jepang sebagai partnernya untuk mewujudkan ambisinya itu.
Malaysia membutuhkan banyak sekali investasi dari luar. Tapi
kebijakan nasional untuk menarik para investor tidak lagi untuk negara-
negara barat, melainkan “berpaling ke timur”. Kebijakan ini disambut
beranekaragam oleh beberapa perdana menteri Jepang yang silih
berganti mempunyai respon yang berbeda-beda. Tapi untuk para
pebisnis Jepang, mereka sangat menyambut baik tentang kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia, lebih-lebih kebijakan yang
berhubungan dengan disahkannya privatisasi beberapa perusahaan
Malaysia. Berbeda dengan para akademisi Jepang. Banyak dari mereka
yang acuh terhadap kerjasama yang dijalin oleh keduanya. Hanya para
pelajar yang mempunyai studi-studi spesialisasi tentang Asia Tenggara
lah yang merespon hal tersebut, terutama para akademisi yang
mempunyai spesifikasi lebih ke negara Malaysia.
Investasi dan pinjaman yang begitu besar dari Jepang bisa saja
menjadi sebuah solusi yang benar-benar diharapkan oleh pemerintah
Malaysia, tapi juga bisa saja menjadi sebuah problem apabila pada
waktu batas pengembalian Malaysia kesulitan untuk mengembalikan
pinjaman itu dan akhirnya bunga dari pinjaman menjadi membengkak.
Tidak hanya itu, infrastruktur yang banyak di bangun oleh Jepang di
Malaysia bisa saja menjadi sebuah kepentingan Jepang saja agar
produk-produk dari negaranya yang masuk ke Malaysia bisa tersalur
secara cepat. Sehingga ekspor Jepang ke Malaysia bisa menjadi
meningkat dalam waktu yang singkat.

Sebagai manusia yang alami tentu kita mempunyai sifat yang


alamiah yaitu ambisi dalam mendapatkan hal yang kita inginkan. Begitu
pula dalam lingkup negara, negara juga mempunyai ambisi untuk
mendapatkan keinginannya. Tapi ambisi yang berlebihan tidaklah baik.
Karena sesuatu hal yang terlalu tidak akan menjadi hal yang baik. Oleh
karena itu, ambisi memang boleh, bahkan itu hal yang perlu untuk
memacu semangat dalam mendapatkan sesuatu. Tapi hal tersebut
menjadi hal yang negatif jika hal tersebut dilakukan dengan terlalu.
Kebijakan Malaysia Terhadap Investasi Jepamg

Oleh Kelompok 3 :

Widya kastrena ( 102 17 010 )


Subagio ( 102 17 031 )
Moh. Fadli S. harmain ( 102 17 02
Oktowino lolo ( 102 17 029 )

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
2017

Anda mungkin juga menyukai