31 29 1 SM
31 29 1 SM
Yulianto
Program Studi Ners, STIKES Dian Husada Mojokerto
Email : yulisiip@gmail.com
ABSTRAK
Halaman | 57
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Halaman | 58
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
memori jika suasana diluar menyenangkan (mozart) menggunakan lembar SAP dan
yang membuat ia berminat dan otaknya lembar observasi, sedangkan untuk daya
terangsang untuk menyimpan informasi konsentrasi anak autis menggunakan lembar
tersebut. Menurutnya ada tiga hal yang observasi. Data yang telah dikumpulkan
mempengaruhi konsentrasi, yaitu kekuatan kemudian ditabulasi. Data yang dianggap
dari luar, macam informasi dan kemauan. memenuhi syarat selanjutnya diberi tanda
Penggunaan musik dalam belajar bukanlah khusus (coding) untuk menghindari
hal baru, musik dalam jenis tertentu diketahui pencantuman identitas atau menghindari
dapat merangsang otak, otak menjadi terbuka adanya kesalahan dan duplikasi enteri data.
dan reseptif pada informasi. Musik Pengumpulan data dilakukan yaitu
mengurangi stres, meredakan ketegangan, Peneliti dengan didampingi salah satu guru
meningkatkan energi dan memperbesar daya bagian autis mendatangi setiap kelas anak
konsentrasi. Dalam penelitian ini peneliti autis yang duduk di bangku SD. Kemudian
memilih musik klasik karya Mozart sebagai peneliti menanyakan masalah gangguan
treatment dalam pemberian perlakuan pada konsentrasi yang dialami oleh anak autis
responden. Menurut Campbell (1997) musik kepada setiap guru yang mengajar mereka.
karya Mozart memiliki kemurnian dan Setelah mendapatkan responden yang
kesederhanaan serta memiliki nilai seni yang dikehendaki, maka langkah-langkah
tinggi. Selain itu, musik mozart memiliki irama, selanjutnya adalah peneliti menjelaskan
melodi dan frekuensi-frekuensi tinggi, maksud dan tujuan penelitian pada responden
sehingga mampu merangsang dan memberi dan sebelum dilakukan penelitian, peneliti
daya kepada daerah-daerah kreatif dan meminta persetujuan dari orangtua responden
motivatif dalam otak sehingga dapat dengan memberikan surat persetujuan anak
menggugah daya konsentrasi. Sebagian mereka menjadi responden (informed
besar anak autisme memiliki daya konsentrasi concent). Penelitian ini dilakukan saat
yang lemah, hal ini terjadi karena anak autis diadakannya terapi pada anak autis di SLB
memiliki struktur otak abnormal sehingga Aisyiyah 08, jadwal untuk terapinya pada hari
mempengaruhi pikiran, persepsi dan Jum’at dan Sabtu. Untuk menentukan
perhatiannya. Untuk mengatasi masalah ini kelompok kontrol dan kelompok perlakuan,
salah satu bentuk terapi yang dapat proporsi anak autis yang dijadikan sebagai
digunakan adalah terapi musik klasik responden dalam penelitian dibagi menjadi
(mozart). Tujuan penelitian ini adalah untuk dua yang mempunyai proporsi yang sama
menganalisa pengaruh musik klasik (mozart) banyaknya, kemudian kedua kelompok
terhadap perubahan daya konsentrasi anak (kontrol dan perlakuan) diobservasi
autis di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto. kemampuan konsentrasinya dengan cara
memberikan campuran butiran kacang hijau
METODE PENELITIAN dan kacang merah yang masing-masing
Desain penelitian yang digunakan berjumlah 30 butir, kemudian menyuruh anak
adalah Quasy Eksperiment Design bentuk untuk mengelompokkan dengan cara
Pre-Post Test Non Randomized Control menjumput (menggunakan jempol dan
Group Design. Populasi terjangkau dalam telunjuk) setiap butiran kacang hijau dan
penelitian ini adalah semua anak autis yang kacang merah selama 5 menit dan tes ini
duduk di SLB Aisyiyah 08 Jl. Bhayangkara No diberikan sebanyak 3 kali. Saat anak
65, kota Mojokerto, populasi dalam penelitian melakukan tugas tersebut peneliti
ini berjumlah 17 anak autis. Dari data tentang mengobservasi bagaimana anak autis mampu
populasi diatas akan diseleksi kriteria sampel dalam hal sebagai berikut :
yang terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria 1. Mengikuti dan memahami petunjuk
eksklusi. Teknik pengambilan sampel pada sederhana, melakukannya dengan cepat,
penelitian ini dilakukan secara total sampling. 2. Mengikuti perintah, dan melakukannya
Dalam penelitian ini variabel independentnya dengan benar,
adalah musik klasik (mozart). Dalam 3. Dapat melakukan tugas/perintah tanpa
penelitian ini variabel dependentnya adalah bantuan,
daya konsentrasi anak autis. Instrumen yang 4. Dapat melakukan tugas sesuai dengan
digunakan dalam pengumpulan data untuk waktunya,
pengaruh musik klasik (Mozart) terhadap daya 5. Tidak mudah terpengaruh situasi di
konsentrasi anak autis berupa lembar SAP sekitarnya, ketika mengerjakan sesuatu,
dan lembar observasi. Untuk musik klasik
Halaman | 59
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
6. Tidak mudah frustrasi ketika menghadapi membedakan jumlah skor antara kelompok
tugas. kontrol dan kelompok perlakuan.
Setelah dilakukan pre test, kelompok Hasil yang diperoleh kemudian
perlakuan (kelompok intervensi) diberikan dimasukkan dalam tabel dan dilakukan uji
perlakuan berupa pemberian terapi musik, statistik dengan menggunakan uji Paired T
jenis musik yang dipilih oleh peneliti adalah Test, apabila hasil uji normalitas Shapiro-Wilk
musik klasik karya Mozart yang tidak normal (Sig < 0,05) maka menggunakan
diperdengarkan selama 15 menit, 2 kali dalam uji pengganti yaitu uji Wilcoxon Signed Rank
seminggu atau 8 kali dalam sebulan diberikan test (uji komparasi sampel berpasangan)
terapi musik. Pemberian terapi musik klasik dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05
(mozart) pada kelompok perlakuan tidak (Sugiyono, 2004). Uji ini dilakukan untuk
dilakukan secara serentak, peneliti mengetahui daya konsentrasi kelompok
memasukkan satu persatu anak autis perlakuan dan kontrol sebelum diberikan
keruangan terapi untuk mendengarkan musik terapi musik dan sesudah diberikan terpai
dengan headphone yang sudah musik. Kemudian dilakukan Uji statistik
disambungkan ke Laptop. Setelah dilakukan dengan menggunakan Independent T Test,
intervensi pada kelompok perlakuan maka apabila hasil uji normalitas Shapiro-Wilk tidak
tahap selanjutnya adalah tahap Post test yang normal (Sig < 0,05) maka menggunakan uji
dilakukan lagi dengan cara yang sama seperti pengganti yaitu uji Mann-Whitney Test (uji
pada sebelum pemberian terapi musik, komparasi 2 sampel bebas/independen)
kemudian peneliti menganalisa dengan cara dengan kemaknaan p ≤ 0,05.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Gambar 1 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 8 responden pada kelompok
perlakuan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki 6 anak (75%) dan hampir setengahnya
berjenis kelamin perempuan 2 anak (25%). Sedangkan 8 orang responden pada kelompok
kontrol sebagian besar juga berjenis kelamin laki-laki 5 anak (62,5%) dan hampir
setengahnya berjenis kelamin perempuan 3 anak (37,5%).
2. Karakteristik responden berdasarkan usia
Gambar 2 Diagram Batang Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di SLB Aisyiyah 08
Mojokerto
Halaman | 60
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Halaman | 61
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
5. Perbandingan daya konsentrasi anak autis sebelum dan sesudah diberikan terapi musik
klasik (mozart) pada kelompok kontrol di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto
Tabel 2 Daya Konsentrasi Anak Autis Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik
(Mozart) Pada Kelompok Kontrol Di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto
No. Kelompok Kontrol Perubahan
Responden Pre Test Post Test
9 8 10 2
10 14 11 -3
11 9 12 3
12 6 6 0
13 12 11 -1
14 11 11 0
15 11 11 0
16 13 9 -4
Mean 10,5000 10,0000 -0,375
Std. D 2,67261 2,20389
Dilihat dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 8 responden pada kelompok kontrol
pengukuran sebelum diberikan terapi musik klasik (mozart) didapatkan rerata 10,5000 dan
standart deviasi sebesar 2,67261. Sedangkan pada pengukuran post test didapatkan rerata
10,0000 dan standart deviasi 2,20389. Rerata perubahan pada kelompok kontrol sebesar -
0,375.
6. Analisa pengaruh musik klasik (mozart) terhadap perubahan daya konsentrasi anak autis
antara kelompok yang diberikan terapi musik klasik (mozart) dengan kelompok yang tidak
diberikan terapi musik klasik (mozart) di sekolah SLB Aisyiyah 08 Mojokerto
Tabel 3 Pengaruh Musik Klasik (Mozart) Terhadap Perubahan Daya Konsentrasi Anak Autis
Antara Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol Di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto
Konsentrasi post test Konsentrasi post test
kelompok perlakuan - kelompok kontrol -
Konsentrasi pre test Konsentrasi pre test
kelompok perlakuan kelompok kontrol
a b
Z -2.530 -.632
Asymp. Sig. (2-
.011 .527
tailed)
Halaman | 62
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
0,012 (karena nilai p value < 0,05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, yang artinya ada perbedaan peningkatan daya Konsentrasi antara kelompok yang
diberikan terapi musik klasik (perlakuan) dengan kelompok yang tidak diberikan terapi musik
klasik (kontrol) di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto “atau” ada pengaruh terapi musik klasik
(Mozart) terhadap perubahan daya konsentrasi di SLB Aisyiyah Mojokerto.
Halaman | 63
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, Dari gambar 2 di atas dapat dapat
seperti kesehatan (fisik dan psikologis), diketahui bahwa dari 8 responden pada
rasa aman, kemampuan, minat dan kelompok perlakuan sebagian besar
sebagainya. Faktor eksternal adalah faktor berjenis kelamin laki-laki 6 anak (75%) dan
yang datang dari luar si anak, seperti hampir setengahnya berjenis kelamin
kebersihan rumah (tempat belajar), udara perempuan 2 anak (25%). Sedangkan 8
yang panas, lingkungan dan sebagainya. orang responden pada kelompok kontrol
Pada faktor internal, hal yang dapat sebagian besar juga berjenis kelamin laki-
mempengaruhi belajar peserta didik adalah laki 5 anak (62,5%) dan hampir
bersumber dari dalam dirinya seperti setengahnya berjenis kelamin perempuan
masalah kesehatan, kemampuan, rasa 3 anak (37,5%).
aman, dan berbagai kebutuhanya. Apabila Sebagaimana yang diungkapkan
anak yang merasa keadaan fisik kurang oleh Yuwono (2009) laki-laki lebih tinggi
sehat, tidak aman, kemampuan belajarnya mengalami gangguan autis, perbandingan
rendah, kurang motivasi dalam belajar dan antara anak laki-laki dan perempuan yang
sebagainya maka sudah tentu kelancaran mengalami gangguan autistik adalah 4:1
atau kelangsungan belajar dijalankan akan karena perempuan memiliki hormon yang
terhambat/terganggu. Hal-hal yang dapat dapat memperbaiki keadaanya yaitu
mempengaruhi konsentrasi belajar pada hormon estrogen.
peserta didik dapat bersumber dari luar Dari gambar 3 yang menjelaskan
dirinya (faktor eksternal) seperti: masalah karakteristik responden dalam segi usia,
kebersihan, udara yang panas dan dalam penelitian ini didapatkan bahwa dari
lingkungan yang kurang mendukung dalam 8 responden pada kelompok perlakuan
aktivitas belajar (Roestiyah, 1996). Selain hampir setengahnya berusia 6-8 tahun
faktor tersebut jenis kelamin, usia dan sebanyak 3 anak (37,5%), yang berusia 9-
lamanya waktu belajar anak autis dirumah 11 tahun sebanyak 2 anak (25%), dan
juga mempengaruhi daya konsentrasi anak hampir setengahnya lagi berusia 12-14
autis. tahun sebanyak 3 anak (37,5%).
Dari faktor internal dan eksternal Sedangkan pada kelompok kontrol dari 8
peneliti tidak mengkaji, dikarenakan responden setengahnya berusia 6-8 tahun
adanya gangguan komunikasi dan bahasa sebanyak 4 anak (50%), hampir
pada anak autis, sehingga peneliti memiliki setengahnya memiliki usia 9-11 tahun
keterbatasan dalam berkomunikasi dengan sebanyak 2 anak (25%), dan hampir
anak autis. Sebagaimana yang setengahnya lagi memiliki usia 12-14 tahun
diungkapkan oleh Widyawati (1997), sebanyak 2 anak (25%).
Autisme adalah suatu istilah yang Dalam penelitian ini peneliti mengkaji
digunakan untuk menggambarkan suatu usia anak autis, karena diketahui usia
jenis gangguan perkembangan pervasive dapat mempengaruhi bagaimana
pada anak yang mengakibatkan gangguan seseorang dapat memiliki konsentrasi yang
atau keterlambatan pada bidang kognitif, kuat, Semakin tua usia individu, semakin
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi meningkat pula kematangan berbagai
sosial. Seperti juga yang diungkapkan oleh fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua
Yuwono (2009) dalam bukunya memahami adalah lebih kuat, lebih sabar, lebih
anak autistik (kajian teoritik dan empirik) sanggup melaksanakan tugas-tugas yang
menuliskan anak dengan gangguan autistik lebih berat, lebih mampu mengarahkan
memiliki kesulitan dalam berkomunikasi energi dan perhatiannya dalam waktu yang
dan terlambat dalam perkembangan lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak
bicaranya. kebiasaan kerja dalam ingatan dan
Hal ini dapat dilihat saat peneliti konsentrasi yang lebih baik dari pada anak
melakukan komunikasi dengan anak autis, yang lebih muda (Harianto 2009). Usia
mereka kurang dapat memahami apa yang dapat mempengaruhi bagaimana anak
ditanyakan oleh peneliti, sehingga peneliti autis dapat berkonsentrasi pada suatu hal
harus mengulang pertanyaan berulang kali karena dengan usia yang semakin
dengan menggunakan kata-kata disertai bertambah anak autis memiliki banyak
gerakan yang dapat dipahami oleh anak pengalaman dan juga pelajaran yang
autis. sudah didapat baik disekolah maupun
dirumah.
Halaman | 64
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Halaman | 65
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Aisyiyah Mojokerto pada bulan Maret - jalinan antar neuron itu. Didukung pula oleh
April 2011. Martin Gardiner (1996) dari hasil
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat penelitiannya mengatakan seni dan musik,
pada kelompok perlakuan hasil uji khususnya musik jenis tertentu seperti
Wilcoxon dengan menggunakan SPSS musik klasik karya mozart dapat membuat
17.0 diperoleh hasil p value = 0,011 para siswa lebih pintar, musik jenis ini
(karena nilai p value < 0,05) maka H0 dapat membantu otak berfokus pada hal
ditolak dan H1 diterima, yang artinya ada yang dipelajari, sehingga dapat membuat
perubahan daya konsentrasi sebelum dan seseorang lebih berkonsentrasi.
sesudah diberikan intervensi terapi musik Terapi musik klasik (mozart)
klasik (mozart) di SLB Aisyiyah 08 merupakan salah satu bentuk cara untuk
Mojokerto. meningkatkan daya konsentrasi pada anak
Sedangkan pada kelompok kontrol autis, karena dengan mendengarkan musik
setelah diuji dengan menggunakan uji klasik (mozart) secara rutin dapat
statistik Wilcoxon dengan menggunakan meningkatkan keterampilan mendengarkan
SPSS 17.0 diperoleh hasil p value = 0,527 secara umum, meningkatkan perhatian,
(karena nilai p value > 0,05) maka H1 dan mengungkapkan pandangan dan
ditolak dan H0 diterima, sehingga peneliti perasaan, karena musik mozart memiliki
dapat menyimpulkan tidak ada perubahan irama, melodi dan frekuensi-frekuensi yang
peningkatan daya konsentrasi pada tinggi, sehingga mendengarkan musik
sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik (mozart) dapat mengaktifkan aliran
klasik (mozart) pada kelompok kontrol di impuls syaraf ke Corpus Collomus, yaitu
SLB Aisyiyah 08 Mojokerto. jaringan serabut otak yang
Dari hasil uji Mann Whitney dengan menghubungkan kedua bagian otak yaitu
menggunakan SPSS 17.0 didapatkan hasil otak kanan dan otak kiri. Selain itu terapi
p value = 0,012 (karena nilai p value < musik klasik (mozart) dapat dijadikan salah
0,05) maka peneliti mengambil kesimpulan satu alternatif terapi yang aman dan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang bermanfaat karena tidak menimbukan efek
artinya ada perbedaan peningkatan daya samping pada tubuh.
Konsentrasi antara kelompok yang
diberikan terapi musik klasik (perlakuan) SIMPULAN
dengan kelompok yang tidak diberikan 1. Daya konsentrasi anak autis pada
terapi musik klasik (kontrol) di SLB kelompok perlakuan didapatkan adanya
Aisyiyah 08 Mojokerto “atau” ada pengaruh peningkatan rerata antara sebelum dan
terapi musik klasik (Mozart) terhadap sesudah pemberian intervensi terapi musik
perubahan daya konsentrasi di SLB klasik (mozart) dengan hasil uji Wilcoxon
Aisyiyah Mojokerto. diperoleh p value = 0,011
Menurut Campbell (1997), musik 2. Pada kelompok kontrol didapatkan
klasik mampu memperbaiki konsentrasi, penurunan rerata daya konsentrasi antara
ingatan dan persepsi spasial. Diukuatkan sebelum dan sesudah pemberian terapi
oleh penelitian Gardiner (1996) dalam Arini musik klasik (mozart) dengan uji Wilcoxon
(2006) yang mengatakan seni dan musik diperole p value = 0,527
dapat membuat para siswa lebih pintar, 3. Ada pengaruh musik klasik (mozart)
karena musik dapat membantu otak terhadap perubahan daya konsentrasi
berfokus pada hal yang dipelajari. anak autis di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto,
Beberapa hasil penelitian seperti dengan Hasil uji Mann Whitney didapatkan
penelitian yang dilakukan Herry Chunagi hasil p value = 0,012
(1996) dan Siegel (1999) dalam putra
(2008), yang didasarkan atas teori neuron SARAN
(sel kondiktor pada sistem saraf), 1. Bagi Tempat Penelitian. Diharapkan musik
menjelaskan bahwa neuron akan menjadi klasik (mozart) dapat dijadikan sebagai
sirkuit jika ada rangsangan musik, salahsatu terapi untuk menurunkan
rangsangan yang berupa gerakan, elusan, gangguan daya konsentrasi pada anak
suara mengakibatkan neuron yang terpisah autis.
bertautan dan mengintegrasikan diri dalam 2. Bagi Ilmu Keperawatan. Diharapkan terapi
sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik klasik (mozart) dapat dijadikan
musik diberikan akan semakin kompleks sebagai terapi untuk mempecepat proses
Halaman | 66
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
penyembuhan pasien, sehingga terapi ini Hilmansyah, Hilman. (2010). Dibuai Musik.
dapat diaplikasikan oleh para profesi Nakita. Ed. Juli 2010. Jakarta: Kompas
keperawatan saat melakukan asuhan Gramedia
keperawatan kepada pasien.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya. Diharapkan Judarwanto, Widodo. (2007). Gangguan
penelitian dengan judul “Pengaruh Musik Konsentrasi. http://childrenclinik.
Klasik (mozart) Terhadap Perubahan daya Wordpress.com/
Konsentrasi anak Autis” dapat
dikembangkan dan disempurnakan lagi Kuwanto, Lindayani dan natalia, Johanna.
bagi peneliti selanjutnya agar dapat (2001). Pengaruh Terapi Musik
menjadi acuan pengembangan ilmu Terhadap Keterampilan Berbahasa
keperawatan. Pada Anak Autistik. Jakarta : Jurnal
Anima
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori Dan Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan
Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Hadis, abdul. (2006). Pendidikan anak
Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung Peeters, Theo. (2004). Panduan Autisme
: Alfa Beta Terlengkap. Jakarta : Dian Rakyat
Harianto. (2009). Terapi Musik Untuk Pentecost, David. (2004). Menjadi Orangtua
Bangkitkan Konsentrasi Anak Autis. Anak ADD/ADHD. Jakarta : Dian Rakyat
http://www.autis.info/index.php/artikel-
makalah/artikel/121-terapi-musik-untuk- Putra, Yovan, P. (2008). Memori dan
bangkitkan-konsentrasi-anak-autis.html Pembelajaran Efektif. Bandung : Yrama
Widya
Handojo. (2009). Autisme Pada Anak. Jakarta
: BIP Roestiyah. (1996). Masalah-Masalah Ilmu
Keguruan. Jakarta : Bina Aksara
Hendrasurya. (2009). Cara Konsentrasi
Belajar. http://artikel-kesehatan-online. Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan.
Blog spot. Com/2009/06/konsentrasi- (2002). Dasar-Dasar Metodologi
belajar.html. Penelitian Klinis Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Hidayat, Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset
Medika Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Halaman | 67
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Sugiono. (2004). Statistika Untuk Penelitian. Yuniar, Susanti. (2007). Terapi musik bagus
Bandung : CV Alvabeta untuk anak autis. Bunda. Ed. Januari
2007. Jakarta : Nyata Group
Sutadi, Rudi. (1997). Penatalaksanaan
Holistic Autisma. Jakarta : FKUI Yuwono. Joko (2009). Memahami Anak
Autistik (Kajian Teoritik Dan Empirik).
William, Chris dan Wright, Barry. (2009). How Bandung : Alfabeta
To Live With Autism And Asperger
Syndrome. Jakarta : Dian Rakyat
Halaman | 68