BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Manajemen berasal dari kata “manage” yang artinya mengatur, mengurus atau
mengelola. Manajemen adalah usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan
dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan
(controlling).
A. Tujuan Manajemen
Tujuan manajemen adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencapai keteraturan, kelancaran, dan kesinambungan usaha untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara input dan output.
B. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning)
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijakan-
kebijakan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Planning jangka panjang memiliki 2 karakteristik
utama, yaitu:
a. Tujuan dan sasaran: merupakan dasar bagi strategi penyelesaian masalah
b. Peramalan (forecasting) jangka panjang: langkah awal sebelum membuat
perencanaan
2. Pengorganisasian (organizing)
Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh potensi yang ada
dari seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau organisasi untuk
bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama,
baik untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi.
3. Pelaksanaan atau penerapan (actuating)
1
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20142
4. Pengawasan (controlling)
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian
dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan
efisien serta bernilai guna dan berhasil guna.
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata
laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada
masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi,
2009).
Prevalensi skabies diseluruh dunia diperkirakan 300 juta kasus per tahun, walaupun
perkiraan ini mungkin terlalu tinggi. Skabies dapat menginfeksi seluruh golongan umur,
pada kedua jenis kelamin, semua kelompok etnis, dan semua tingkat kelompok sosial
ekonomi.
II. TUJUAN
2
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20143
1. Tujuan umum
Meningkatkan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.
2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya perencanaan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.
2. Diketahuinya pelaksanaan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.
3. Diketahuinya monitoring dan evaluasi manajemen kasus SKABIES di
Puskesmas.
III. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Dengan tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang
manajemen kasus SKABIES
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PUSKESMAS
I.1. Definisi Puskesmas
3
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20144
Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
KIA
KB
Usaha Kesehatan Gizi
Kesehatan Lingkungan
Pemberantasan Dan Pencegahan Penyakit Menular
Pengobatan Termasuk Penaganan Darurat Karena Kecelakaan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Sekolah
Kesehatan Olah Raga
Perawatan Kesehatan
Masyarakat
Kesehatan Kerja
Kesehatan Gigi Dan Mulut
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Mata
Laboratorium Sederhana
Pencatatan Dan Pelaporan
Pembinaan Pemgobatan Tradisional
Kesehatan Remaja
Dana Sehat
5
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20146
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
(mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu
penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas.
6. Kesehatan Jiwa adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh
tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka
mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan
pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan
konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling
jiwa di Puskesmas.
7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan
pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran
serta aktif masyarakat, misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak
sekolah.
8. Kesehatan Usia Lanjut adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya
kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia
lanjut, misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,
kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok
masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang
dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun
temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat)
maupun keterampilan (pijat, patah tulang).
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji
yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan
kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
B. Upaya Kesehatan
Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :
7
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20148
1. Promotif
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion.
Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health ke dalam bahasa
Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia
menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E.
G. Clark Usaha pencegahan (usaha preventif).
2. Preventif
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin,
pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi
sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang
atau masyarakat. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang
dilakukan, yaitu :
3. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok
yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
4. Rehabilitatif
8
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20149
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan
bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan napas
dan batuk), Stroke (fisioterapi).
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama,
karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi.
II. SKABIES
II.I. Definisi SKABIES
Skabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu
Sarcoptes scabiei. Pada orang dewasa, tempat predileksi dari penyakit ini yaitu pada lipatan-
lipatan kulit, bagian kulit yang lembab. Pada bayi infeksi dapat terjadi pada seluruh
permukaan kulit dikarenakan kulit bayi yang masih tipis sehingga memudahkan infeksi dari
Sarcoptes scabiei.
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit skabies antara lain: sosial ekonomi yang
rendah, higine yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukan
dalam PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual)
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
9
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201410
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva.
Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Artropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes sabiei var. hominis. Selain itu terdapat S.
scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm per sehari dan sambil
meletakan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya alam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antar 8-12 hari.
Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan
lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.
Gejala klinis
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada malam hari.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dengan sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier)
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
11
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201412
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Host
Agent Environment
Faktor host termasuk faktor intrinsik yang sangat dipengaruhi oleh sifat genetik
manusia. Terjangkitnya seseorang oleh skabies dipengaruhi sistem imun orang tersebut.
Semakin rendah imunitas orang tersebut, maka semakin besar resiko orang tersebut tertular
skabies. Sedangkan faktor agent atau penyebab penyakit biasanya berlokasi pada lingkungan
tertentu. S. scabiei sebagai penyebab skabies berhubungan dengan terjadinya skabies. Apabila
agen penyebab penyakit jumlahnya semakin banyak maka resiko terjadinya penyakit juga
semakin besar. Faktor lingkungan yang dibagi menjadi lingkungan fisik, biologi, dan sosial
dapat menyebabkan penyakit. Lingkungan dengan sanitasi buruk merupakan faktor resiko
terjadinya skabies (Mukono, 2000).
12
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201413
FAKTOR GENETIKA
(HEREDITER)
FAKTOR
FAKTOR
PELAYANAN
LINGKUNGAN
SEHAT KESEHATAN
FAKTOR
PERILAKU
13
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201414
Menurut Hendrik L Blum, terjadinya skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:
Faktor Genetika :
Tidak berpengaruh
Pelayanan Kesehatan
Promotif :
Faktor lingkungan :
Penyuluhan tentang
fisik : penyakit skabies
kebersihan
lingkungan, SKABIES Preventif :
kelembaban, Menjaga kebersihan
lingkungan untuk
biologi : hewan
peliharaan, ada mencegah skabies
orang sekitar Kuratif :
yang
Melakukan pengobatan
mengalami
skabies terhadap penyakit
Faktor perilaku :
skabies
sosio cultural:
Kebersihan diri Rehabilitatif :
tinggal di panti Penggunaan alat pribadi Kepatuhan mengikuti
atau pesantren, secara bersama-sama
tempat tinggal anjuran dokter
(handuk, pakaian dll)
padat
penduduk
Menurut Hendrik L. Blum terjadinya skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Lingkungan
14
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201415
a. Fisik
Faktor fisik berpengaruh dalam transmisi dari penyakit skabies. Faktor fisik yang
mempengaruhi penyakit skabies antara lain: kelembaban, kebersihan lingkungan,
kepadatan penduduk.
Sarcoptes scabiei yang merupakan etiologi dari penyakit skabies akan hidup dengan
baik pada daerah yang kelembaban tinggi. berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Inggris kejadian skabies lebih tinggi pada musim dingin dibandingkan dengan musim
panas, hal ini menunjukan angka kejadian skabies lebih tinggi jika kelembaban
tinggi.
Lingkungan yang kurang bersih dapat menjadi tempat yang baik bagi habitat
Sarcoptes scabiei. sebaliknya lingkungan yang bersih merupakan habitat yang buruk
bagi Sarcoptes scabiei, oleh karena itu kebersihan lingkungan mempengaruhi
penyakit scabies.
b. Biologis
Semakin banyak di lingkungan sekitar banyak orang yang mengalami skabies maka
semakin besar kemungkinan untuk tertular penyakit skabies. Selain penularan dari
manusia ke manusia, penularan skabies juga dapat terjadi dari hewan ke manusia.
c. Sosio-Kultural
Skabies akan lebih mudah menular pada tempat yang kepadatan penduduknya tinggi.
Hal ini dapat terjadi karena dengan tempat yang padat penduduk maka akan
memperbesar peluang terjadinya kontak antara orang yang mengalami skabies
dengan orang yang sehat. Lingkungan asrama, pesantren, panti dengan jumlah orang
yang banyak meningkatkan resiko menularnya penyakit skabies
2. Perilaku
a. Sikap
Kebersihan diri dan lingkungan sangat berkaitan dengan penyakit skabies. Semakin
kurang kebersihan seseorang maka semakin besar kemungkinan mengalami penyakit
skabies. Penggunaan handuk atau baju yang berganti-gantian adalah suatu tindakan
yang dapat menjadi media penularan skabies secara tidak langsung. Oleh karena itu
dibutuhkan upaya-upaya dari individu atau masyarakat untuk menjalankan budaya
bersih dan sehat dan ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang baik khususnya
tindakan promotif melalui penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya hidup
bersih dan sehat
15
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201416
b. Gaya Hidup
gaya hidup sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Skabies adalah salahsatu
penyakit yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Pola gaya hidup yang
bersih tentu akan menghindarkan masyarakat dari penyakit skabies, oleh karena itu
pola gaya hidup yang baik harus dijalankan sebagai upaya untuk meningkatkan
kesehatan individu maupun masyarakat.
3. Pelayanan Kesehatan
Tujuan Utama dari pelayanan kesehatan adalah:
a. Promotif
Promotif adalah salah satu upaya pencegahan yang dilakukan melalui pemberian
informasi kepada masyarakat. Promosi kesehatan (promkes) adalah suatu cara yang
dilakukan untuk membantu masyarakat untuk menjadikan gaya hidup masyarakat
sehat. Salahsatu cara yang dilakukan dalam promosi kesehatan adalah penyuluhan
kepada masyarakat. Melalui penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan dapat
merubah sikap dan perilaku masyarakat agar menjalankan pola hidup sehat.
b. Preventif
Preventif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit.
Tindakan preventif penting dilakukan karena dengan melakukan tindakan preventif
seseorang akan terhindar dari penyakit dan menurunkan biaya kesehatan. Tindakan
preventif yang dilakukan untuk mencegah penyakit skabies antara lain: mandi teratur
(dua kali dalam sehari), menjaga kebersihan lingkungan, tidak menggunakan pakaian
atau handuk secara bergantian dan mengganti seprei secara berkala.
c. Kuratif
Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin. Tindakan kuratif yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit skabies ini adalah melakukan pengobatan menggunakan obat…. Salahsatu
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit skabies ini adalah dengan cara
mengobati semua penghuni rumah jika dalam rumah tersebut ada yang mengalami
penyakit skabies.
16
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201417
d. Rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif yang dilakukan untuk penanganan penyakit skabies ini adalah
dengan melakukan pengobatan dan kontrol secara teratur.
4. Herediter
Tidak ada pengaruh keturunan pada penyakit skabies
DEFINISI OPERASIONAL
17
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201418
BAB III
PENATALAKSANAAN KASUS
18
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201419
III. I. Program
a. Promosi kesehatan
Penyuluhan (Komunikasi, Informasi, Edukasi), siaran radio, televisi, atau media
masa (koran, leaflet, brosur, banner)
b. Preventif
Kesehatan Lingkungan (peninjauan lapangan), imunisasi, dan peninjauan terhadap
status gizi masyarakat
c. Kuratif
Deteksi dini (penemuan kasus) dan penatalaksanaan di puskesmas
d. Rehabilitatif
Program perawatan Skabies dengan terapi farmakologi dan non farmakologi
A. Promotif
1. Penyuluhan (KIE)
a. Menyusun materi penyuluhan dan mengadakan pelatihan KIE tentang Karies gigi
secara menyeluruh antara lain tentang pengertian, perjalanan penyakit, penyebab,
gejala dan tanda, faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan Karies Gigi bagi
petugas kesehatan (medis dan para medis), kader kesehatan maupun tokoh
masyarakat.
19
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201420
B. Preventif
1. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan
Peninjauan langsung ke pemukiman dan perumahan warga untuk melihat
kondisi apakah lingkungannya bersih atau tidak.
Sosialisasi mengenai kebersihan personal (kebiasaan gosok gigi) dan
lingkungan (kebersihan air , ketersediaan air, kadar pH air )
20
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201421
C. Kuratif
2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat
(karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa
mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok
masyarakat yang rawan.
Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan
gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,
pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses, dan operkulektomi.
Tugas dokter gigi di puskesmas yaitu melaksanakan pelayanan medik gigi umum dan
khusus merujuk, menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan kasus-kasus
spesialistik, dan melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan
masyarakat (bila tidak ada perawat gigi). Tugas perawat gigi di puskesmas yaitu
21
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201422
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan asuhan sistematik (pada
kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui, dan anak pra sekolah dan pelayanan
asuhan kesehatan masyarakat), dan melakukan pelayanan medis gigi dasar berdasarkan
pendelegasian dari dokter gigi.
2. Deteksi Dini
Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting
sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan
proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.
Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek
(gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka
semuanya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan
diagnosis dengan tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi
dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus betul-
betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara yang disemprotkan
perlahan-lahan.
22
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201423
b) Rumah sakit
Tindak lanjut penanganan Karies gigi
4. Pemeriksaan
1. Anamnesis
Pada anamnesis, hal yang ditanyakan meliputi riwayat kesehatan gigi, diet sehari-
hari, asupan fluor dan berkaitan dengan cara menjaga kebersihan rongga mulut
Ada beberapa hal penting yang harus ditanyakan untuk mendiagnosa antara lain:
5. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan intraoral, meliputi pemeriksaan kebersihan rongga mulut, plak gigi
dan saliva pasien.
a. Penatalaksanaan
Penambalan
23
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201424
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan
dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan
dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada
akhirnya gigi tersebut akan ditambal.
Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan
gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang
sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke
bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan
kemungkinan terjadinya infeksi ulang.
Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di
sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam,
resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, dan porselen. 8
Pencabutan
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar
dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam
proses pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal
yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah
rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan
dilakukan. 8
D. Rehabilitatif
Diklat
1. Promotif
Diklat yang perlu diberikan adalah pendidikan dan pelatihan mengenai ilmu
komunikasi dan presentasi di masyarakat, serta pengayaan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Karies gigi contohnya pengayaan mengenai cara menjaga kebersihan Gigi dan Mulut
. Sasaran dari program diklat ini adalah tenaga kesehatan dan kader yang akan melakukan
penyuluhan dan pemantauan langsung di masyarakat.
24
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201425
2. Preventif
Keterampilan yang perlu diberikan dalam diklat kepada tenaga tenaga puskesmas
adalah keterampilan public speaking, penguasaan materi mengenai hal hal yang berkaitan
dengan Karies Gigi dan kemampuan memotivasi masyarakat untuk melaksanakan program-
program puskesmas.
3. Kuratif
Diklat yang perlu diberikan adalah mengenai tatalaksana pengobatan dan pencegahan
Karies Gigi
4. Rehabilitatif
BAB IV
4.1 Monitoring
25
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201426
belum. Bila hasilnya belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya untuk
kemudian dilakukan intervensi.
4.2 Evaluasi
1. Tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap masyarakat terhadap penyakit Karies Gigi
2. Faktor penyebab Karies Gigi di lingkungan sekitar puskesmas
26
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201427
3. Jumlah SDM petugas kesehatan (dokter gigi , perawat, kesmas) dan kader kesehatan
yang terampil dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang
kesehatan khususnya penyakit Karies Gigi
4. Kualitas hidup penderita Karies Gigi
Indikator yang digunakan adalah data kasus penyakit Karies gigi apakah mengalami
peningkatan atau penurunan dilihat dari angka kesakitan, kasus baru dan kasus lama (apakah
pasien yang sebelumnya datang ke puskesmas dengan Karies Gigi datang lagi atau tidak
dengan penyakit yang sama). Hal ini sebagai indikator keberhasilan program.
27
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201428
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kasus Karies Gigi sering terjadi dikalangan masyarakat. Karies Gigi mempunyai
variasi klinis yang bermacam-macam, maka harus diketahui secara cepat agar terapi
selanjutnya disesuaikan.
5.2 Saran
2. Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang berperilaku hidup bersih
dan sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit Karies Gigi
3. Menguasai materi tentang Karies Gigi agar bisa membagikan pengetahuan itu kepada
masyarakat luas
DAFTAR PUSTAKA
3. Handoko P Ronny: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed ke-6 Jakarta: FKUI 2010
5.. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20352/4/Chapter%20II.pdf
6. http://medicastore.com/penyakit/321/Skabies.html
29
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201430
. LAMPIRAN
A. KUISIONER
NO .KUISIONER :
NILAI:
Identitas
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Alamat :
4. Umur :
5. Pendidikan formal terakhir :
a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD
b. SD/sederajat
c. SLTP/sederajat
d. Perguruan Tinggi S1
e. Perguruan Tinggi S2
f. Perguruan Tinggi S3
a. Lain-lain….
6. Pekerjaan :
a. PNS
b. Swasta
c. Pensiunan
d. Tidak bekerja
e. Lain-lain….
30
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201431
4. Pada orang dewasa, kulit tubuh bagian manakah yang sering terkena oleh penyakit
scabies?
a. Kulit kepala
b. Lipatan kulit
c. Bibir dan gusi
7. Berapa lama tungau dapat hidup di luar tubuh makhluk hidup yang terinfeksi?
a. 7 – 14 hari
b. 2 – 3 hari
c. 5 – 10 hari
31
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201432
11. Jika dalam satu rumah hanya satu orang yang terkena skabies, siapa sajakah yang
harus diperiksa?
a. Seluruh penghuni rumah
b. Hanya yang terkena penyakit scabies
c. Tidak perlu diperiksa
13. Sabun apa yang baik digunakan untuk mencegah dan mengatasi scabies?
a. Sabun yang mengandung sulfur/belerang
b. Sabun yang mengandung ekstrak aloe vera/lidah buaya
c. Sabun deterjen
14. Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit skabies
KECUALI
a. Kebersihan diri dan lingkungan
b. Asupan makanan/gizi
c. Olahraga teratur
32
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201433
33