Anda di halaman 1dari 33

Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20141

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Manajemen berasal dari kata “manage” yang artinya mengatur, mengurus atau
mengelola. Manajemen adalah usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan
dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan
(controlling).

A. Tujuan Manajemen
Tujuan manajemen adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencapai keteraturan, kelancaran, dan kesinambungan usaha untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara input dan output.

B. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning)
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijakan-
kebijakan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Planning jangka panjang memiliki 2 karakteristik
utama, yaitu:
a. Tujuan dan sasaran: merupakan dasar bagi strategi penyelesaian masalah
b. Peramalan (forecasting) jangka panjang: langkah awal sebelum membuat
perencanaan

2. Pengorganisasian (organizing)
Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh potensi yang ada
dari seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau organisasi untuk
bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama,
baik untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi.
3. Pelaksanaan atau penerapan (actuating)

1
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20142

Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh


komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara
bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

4. Pengawasan (controlling)
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian
dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan
efisien serta bernilai guna dan berhasil guna.

Didalam pelaksanaannya, Puskesmas perlu memiliki manajemen yang baik. Adapun


fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti
puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta menduku ng pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata
laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada
masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi,
2009).

Prevalensi skabies diseluruh dunia diperkirakan 300 juta kasus per tahun, walaupun
perkiraan ini mungkin terlalu tinggi. Skabies dapat menginfeksi seluruh golongan umur,
pada kedua jenis kelamin, semua kelompok etnis, dan semua tingkat kelompok sosial
ekonomi.

II. TUJUAN

2
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20143

1. Tujuan umum
Meningkatkan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.

2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya perencanaan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.
2. Diketahuinya pelaksanaan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.
3. Diketahuinya monitoring dan evaluasi manajemen kasus SKABIES di
Puskesmas.

III. MANFAAT

1. Bagi Penulis
Dengan tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang
manajemen kasus SKABIES

2. Bagi Instansi Kesehatan


a. Sebagai referensi untuk meningkatkan upaya kesehatan baik dari segi
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen kasus yang terintegrasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PUSKESMAS
I.1. Definisi Puskesmas

3
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20144

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan


fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan
yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan
kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan).

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah


mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi - tingginya.

I.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah


mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

I.3. Fungsi Puskesmas

Menurut Trihono (2005), ada 3 fungsi puskesmas yaitu : pusat penggerak


pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan
dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan.

Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.

I.4. Program Puskesmas


Beberapa program puskesmas sebagai tempat pelayanan primer bagi masyarakat yang
dicanangkan di Indonesia adalah sebagai berikut :
4
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20145

 KIA
 KB
 Usaha Kesehatan Gizi
 Kesehatan Lingkungan
 Pemberantasan Dan Pencegahan Penyakit Menular
 Pengobatan Termasuk Penaganan Darurat Karena Kecelakaan
 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
 Kesehatan Sekolah
 Kesehatan Olah Raga
 Perawatan Kesehatan
 Masyarakat
 Kesehatan Kerja
 Kesehatan Gigi Dan Mulut
 Kesehatan Jiwa
 Kesehatan Mata
 Laboratorium Sederhana
 Pencatatan Dan Pelaporan
 Pembinaan Pemgobatan Tradisional
 Kesehatan Remaja
 Dana Sehat

A. Program Pokok Puskesmas

Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di


laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan
di Puskesmas yaitu :

1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan


untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan
oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh
selama anamnesis dan pemeriksaan.

2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan


untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (individu, kelompok maupun masyarakat).

3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di


Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan
Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan
bayi dan balita.

5
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20146

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).

5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas


untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat

6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan


gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.

Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah :

1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan


petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja
Puskesmas.
2. Kesehatan Olahraga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, baik atlet
maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani
anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung.
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus
tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat
tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan
keluarganya. Misalnya kasus SKABIES
4. Kesehatan Kerja adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang
ditujukan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja
puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara
berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas.
5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang
dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung
6
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20147

(mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu
penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas.
6. Kesehatan Jiwa adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh
tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka
mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan
pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan
konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling
jiwa di Puskesmas.
7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan
pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran
serta aktif masyarakat, misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak
sekolah.
8. Kesehatan Usia Lanjut adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya
kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia
lanjut, misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,
kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok
masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang
dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun
temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat)
maupun keterampilan (pijat, patah tulang).
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji
yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan
kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
B. Upaya Kesehatan

Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :

7
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20148

1. Promotif

Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion.
Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health ke dalam bahasa
Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia
menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E.
G. Clark Usaha pencegahan (usaha preventif).

2. Preventif

Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin,
pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi
sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang
atau masyarakat. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang
dilakukan, yaitu :

a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui


posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).
e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

3. Kuratif

Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok
yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita TB


b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifas
d. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.

4. Rehabilitatif

8
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 20149

Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat


dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.
Usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan
bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan napas
dan batuk), Stroke (fisioterapi).

Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama,
karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi.

II. SKABIES
II.I. Definisi SKABIES

Skabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu
Sarcoptes scabiei. Pada orang dewasa, tempat predileksi dari penyakit ini yaitu pada lipatan-
lipatan kulit, bagian kulit yang lembab. Pada bayi infeksi dapat terjadi pada seluruh
permukaan kulit dikarenakan kulit bayi yang masih tipis sehingga memudahkan infeksi dari
Sarcoptes scabiei.

Faktor yang menunjang perkembangan penyakit skabies antara lain: sosial ekonomi yang
rendah, higine yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukan
dalam PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual)

Cara Penularan (Transmisi)

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.

9
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201410

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva.

Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Artropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes sabiei var. hominis. Selain itu terdapat S.
scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung


dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat kaki berakhir dengan alat perekat..

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm per sehari dan sambil
meletakan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya alam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

morfologi Sarcoptes scabiei dewasa


10
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201411

sumber: Chosidow Olivier. Clinical practice scabies.nejm 2006

terowongan, tetapi dapat juga nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antar 8-12 hari.

Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan
lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

Gejala klinis

Ada 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada malam hari.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dengan sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier)
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

11
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201412

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat ditegakan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

Berdasarkan segitiga epidemiologi, terjadinya kejadian sakit dipengaruhi manusia itu


sendiri (host), agen penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment) (Mukono,
2000).

Host

Agent Environment

2. 1. Gambar Segitiga Epidemiologi

Faktor host termasuk faktor intrinsik yang sangat dipengaruhi oleh sifat genetik
manusia. Terjangkitnya seseorang oleh skabies dipengaruhi sistem imun orang tersebut.
Semakin rendah imunitas orang tersebut, maka semakin besar resiko orang tersebut tertular
skabies. Sedangkan faktor agent atau penyebab penyakit biasanya berlokasi pada lingkungan
tertentu. S. scabiei sebagai penyebab skabies berhubungan dengan terjadinya skabies. Apabila
agen penyebab penyakit jumlahnya semakin banyak maka resiko terjadinya penyakit juga
semakin besar. Faktor lingkungan yang dibagi menjadi lingkungan fisik, biologi, dan sosial
dapat menyebabkan penyakit. Lingkungan dengan sanitasi buruk merupakan faktor resiko
terjadinya skabies (Mukono, 2000).

12
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201413

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN


MASYARAKAT MENURUT HENDRIK L BLUM

Menurut Hendrick L Blum, terjadinya konjungtivitis dipengaruhi oleh beberapa faktor ,


yaitu:

FAKTOR GENETIKA
(HEREDITER)

FAKTOR
FAKTOR
PELAYANAN
LINGKUNGAN
SEHAT KESEHATAN

FAKTOR
PERILAKU

13
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201414

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN


MASYARAKAT MENURUT HENDRIK L BLUM

Menurut Hendrik L Blum, terjadinya skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:

Faktor Genetika :

Tidak berpengaruh

Pelayanan Kesehatan

Promotif :
Faktor lingkungan :
Penyuluhan tentang
fisik : penyakit skabies
kebersihan
lingkungan, SKABIES Preventif :
kelembaban, Menjaga kebersihan
lingkungan untuk
biologi : hewan
peliharaan, ada mencegah skabies
orang sekitar Kuratif :
yang
Melakukan pengobatan
mengalami
skabies terhadap penyakit
Faktor perilaku :
skabies
sosio cultural:
Kebersihan diri Rehabilitatif :
tinggal di panti Penggunaan alat pribadi Kepatuhan mengikuti
atau pesantren, secara bersama-sama
tempat tinggal anjuran dokter
(handuk, pakaian dll)
padat
penduduk

Menurut Hendrik L. Blum terjadinya skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Lingkungan
14
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201415

a. Fisik
Faktor fisik berpengaruh dalam transmisi dari penyakit skabies. Faktor fisik yang
mempengaruhi penyakit skabies antara lain: kelembaban, kebersihan lingkungan,
kepadatan penduduk.
Sarcoptes scabiei yang merupakan etiologi dari penyakit skabies akan hidup dengan
baik pada daerah yang kelembaban tinggi. berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Inggris kejadian skabies lebih tinggi pada musim dingin dibandingkan dengan musim
panas, hal ini menunjukan angka kejadian skabies lebih tinggi jika kelembaban
tinggi.
Lingkungan yang kurang bersih dapat menjadi tempat yang baik bagi habitat
Sarcoptes scabiei. sebaliknya lingkungan yang bersih merupakan habitat yang buruk
bagi Sarcoptes scabiei, oleh karena itu kebersihan lingkungan mempengaruhi
penyakit scabies.
b. Biologis
Semakin banyak di lingkungan sekitar banyak orang yang mengalami skabies maka
semakin besar kemungkinan untuk tertular penyakit skabies. Selain penularan dari
manusia ke manusia, penularan skabies juga dapat terjadi dari hewan ke manusia.
c. Sosio-Kultural
Skabies akan lebih mudah menular pada tempat yang kepadatan penduduknya tinggi.
Hal ini dapat terjadi karena dengan tempat yang padat penduduk maka akan
memperbesar peluang terjadinya kontak antara orang yang mengalami skabies
dengan orang yang sehat. Lingkungan asrama, pesantren, panti dengan jumlah orang
yang banyak meningkatkan resiko menularnya penyakit skabies
2. Perilaku
a. Sikap
Kebersihan diri dan lingkungan sangat berkaitan dengan penyakit skabies. Semakin
kurang kebersihan seseorang maka semakin besar kemungkinan mengalami penyakit
skabies. Penggunaan handuk atau baju yang berganti-gantian adalah suatu tindakan
yang dapat menjadi media penularan skabies secara tidak langsung. Oleh karena itu
dibutuhkan upaya-upaya dari individu atau masyarakat untuk menjalankan budaya
bersih dan sehat dan ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang baik khususnya
tindakan promotif melalui penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya hidup
bersih dan sehat

15
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201416

b. Gaya Hidup
gaya hidup sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Skabies adalah salahsatu
penyakit yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Pola gaya hidup yang
bersih tentu akan menghindarkan masyarakat dari penyakit skabies, oleh karena itu
pola gaya hidup yang baik harus dijalankan sebagai upaya untuk meningkatkan
kesehatan individu maupun masyarakat.

3. Pelayanan Kesehatan
Tujuan Utama dari pelayanan kesehatan adalah:
a. Promotif
Promotif adalah salah satu upaya pencegahan yang dilakukan melalui pemberian
informasi kepada masyarakat. Promosi kesehatan (promkes) adalah suatu cara yang
dilakukan untuk membantu masyarakat untuk menjadikan gaya hidup masyarakat
sehat. Salahsatu cara yang dilakukan dalam promosi kesehatan adalah penyuluhan
kepada masyarakat. Melalui penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan dapat
merubah sikap dan perilaku masyarakat agar menjalankan pola hidup sehat.

b. Preventif
Preventif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit.
Tindakan preventif penting dilakukan karena dengan melakukan tindakan preventif
seseorang akan terhindar dari penyakit dan menurunkan biaya kesehatan. Tindakan
preventif yang dilakukan untuk mencegah penyakit skabies antara lain: mandi teratur
(dua kali dalam sehari), menjaga kebersihan lingkungan, tidak menggunakan pakaian
atau handuk secara bergantian dan mengganti seprei secara berkala.
c. Kuratif
Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin. Tindakan kuratif yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit skabies ini adalah melakukan pengobatan menggunakan obat…. Salahsatu
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit skabies ini adalah dengan cara
mengobati semua penghuni rumah jika dalam rumah tersebut ada yang mengalami
penyakit skabies.

16
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201417

d. Rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif yang dilakukan untuk penanganan penyakit skabies ini adalah
dengan melakukan pengobatan dan kontrol secara teratur.

4. Herediter
Tidak ada pengaruh keturunan pada penyakit skabies

DEFINISI OPERASIONAL

17
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201418

1 Puskesmas : Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.

2 Promotif : Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan


kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan.

3 Preventif : Suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah


kesehatan/penyakit.

4 Kuratif : Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk


mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.

5 Rehabilitatif : Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-


penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.

BAB III

PENATALAKSANAAN KASUS
18
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201419

III. I. Program

a. Promosi kesehatan
Penyuluhan (Komunikasi, Informasi, Edukasi), siaran radio, televisi, atau media
masa (koran, leaflet, brosur, banner)
b. Preventif
Kesehatan Lingkungan (peninjauan lapangan), imunisasi, dan peninjauan terhadap
status gizi masyarakat
c. Kuratif
Deteksi dini (penemuan kasus) dan penatalaksanaan di puskesmas
d. Rehabilitatif
Program perawatan Skabies dengan terapi farmakologi dan non farmakologi

III. II. Sasaran

1. Masyarakat umum (keluarga dan kelompok yang berpengaruh dan berperan di


masyarakat dan kader).
2. Masyarakat khusus (kelompok masyarakat yang berisiko tinggi terkena Karies Gigi)

III. III. SDM


1. Petugas puskesmas (dokter gigi , perawat, kesmas )
2. Kader kesehatan
3. Masyarakat umum

III. IV. Kegiatan

A. Promotif

1. Penyuluhan (KIE)

a. Menyusun materi penyuluhan dan mengadakan pelatihan KIE tentang Karies gigi
secara menyeluruh antara lain tentang pengertian, perjalanan penyakit, penyebab,
gejala dan tanda, faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan Karies Gigi bagi
petugas kesehatan (medis dan para medis), kader kesehatan maupun tokoh
masyarakat.

19
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201420

b. Melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang


Karies gigi dan faktor risikonya melalui berbagai media penyuluhan, seperti:
 Penyuluhan tatap muka.
 Poster, leaflet, pamflet, surat kabar dan media cetak lain yang dianggap efektif
untuk mencapai kelompok sasaran.
d. Penyuluhan perorangan atau penyuluhan kelompok
yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas, kader kesehatan
e. Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang
pencegahan Karies Gigi

Adapun jenis kegiatan penyuluhan Karies Gigi


a. Pengertian Karies Gigi
b. Penyebab Karies Gigi
c. GejalaKaries Gigi
d. Perilaku penyebab Karies Gigi
e. Cara pengobatan Karies Gigi
f. Cara pencegahan Karies Gigi

B. Preventif

1. Kesehatan Lingkungan

Kegiatan
 Peninjauan langsung ke pemukiman dan perumahan warga untuk melihat
kondisi apakah lingkungannya bersih atau tidak.
 Sosialisasi mengenai kebersihan personal (kebiasaan gosok gigi) dan
lingkungan (kebersihan air , ketersediaan air, kadar pH air )

2. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan


Karies Gigi

Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian Karies Gigi dimulai


dengan Kajian Aspek Sosial Budaya dan Perilaku Masyarakat yang kemudian digunakan
sebagai dasar dalam pengembangan program peningkatan partisipasi masayarakat dalam
pencegahan Karies Gigi
Kegiatan :
1) Melaksanakan survei / kajian aspek sosial budaya dan perilaku masyarakat di tingkat
RT / RW
2) Pengembangan model pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Karies gigi yang
sesuai dengan kondisi setempat di masing-masing daerah sesuai kajian.

20
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201421

3) Membuat daerah percontohan di masing-masing daerah RT / RW yang dilakukan


survei/ kajian dengan kegiatan KIE, pemeriksaan fisik dan faktor risiko, serta
pemerisaan penunjang.
4) Kajian ini dapat dilakukan bersamaan dengan penyakit gigi lainnya dan
pelaksanaannya oleh kabupaten bersama-sama dengan perguruan tinggi, serta lintas
program dan lintas sektor.

C. Kuratif

1. Balai Pengobatan Gigi

Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas ditujukan kepada masyarakat atau penderita


yang berkunjung ke puskesmas.Tujuan umum upaya kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi yang layak. Tujuan khusus upaya
kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yaitu ;
1. Meningkatkan keadaan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara
diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini
mungkin.

2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat
(karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa
mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok
masyarakat yang rawan.

3. Terhindarinya atau berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat kerusakan gigi


dan mulut.

Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan
gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,
pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses, dan operkulektomi.

Tugas dokter gigi di puskesmas yaitu melaksanakan pelayanan medik gigi umum dan
khusus merujuk, menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan kasus-kasus
spesialistik, dan melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan
masyarakat (bila tidak ada perawat gigi). Tugas perawat gigi di puskesmas yaitu

21
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201422

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan asuhan sistematik (pada
kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui, dan anak pra sekolah dan pelayanan
asuhan kesehatan masyarakat), dan melakukan pelayanan medis gigi dasar berdasarkan
pendelegasian dari dokter gigi.

Sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas


yaitu fasilitas ruangan, peralatan dan dokumen. Fasilitas ruangan terdiri atas ruangan
berventilasi, listrik, air yang mengalir. Peralatan terdiri atas bahan dan alat pengobatan
gigi, peralatan non medis berupa kursi, meja, lemari peralatan. Dokumen terdiri atas
dokumen inventaris alat dan catatan bahan habis pakai. Secara umum sumber biaya
kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yaitu seluruhnya bersumber dari anggaran
pemerintah dan sebagian ditanggung oleh masyarakat.Petugas pelaksana pengobatan gigi
di setiap puskesmas minimal terdiri atas satu dokter gigi dan satu perawat gigi.

2. Deteksi Dini

Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting
sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan
proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.

Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek
(gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka
semuanya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan
diagnosis dengan tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi
dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus betul-
betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara yang disemprotkan
perlahan-lahan.

Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam. Biasanya


pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai terasa
menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru
mulai karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde
akan membawa bakteri ke dalam karies sehingga penyebaran karies akan semakin
cepat.

3. Penemuan dan tatalaksana kasus

22
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201423

1) Penemuan kasus Karies Gigi di unit pelayanan kesehatan.


2) Penemuan langsung dengan pemantauan ke perumahan dan pemukiman warga
untuk meninjau dan melihat kondisi lingkungan guna mendorong masyarakat untuk
menjaga kebershian gigi dan mulit

3) Tatalaksana pasien Skabies sesuai standar:

a) Puskesmas (pelayanan kesehatan primer).


- Penemuan dan tatalaksana pasien Karies Gigi di pelayanan kesehatan primer
di bagian Balai pengobatan Gigi

- Edukasi pasien dan keluarga.

b) Rumah sakit
Tindak lanjut penanganan Karies gigi

4. Pemeriksaan

1. Anamnesis

Pada anamnesis, hal yang ditanyakan meliputi riwayat kesehatan gigi, diet sehari-
hari, asupan fluor dan berkaitan dengan cara menjaga kebersihan rongga mulut

Ada beberapa hal penting yang harus ditanyakan untuk mendiagnosa antara lain:

a. Sejak kapan mengeluh nyeri gigi ?


b. Bagaimana bisa terjadi seperti ini ?
c. Apakah disertai dengan keluhan lain? Adakah keluhan lain yang memperberat
keluhan?
d. Bagaimana dengan keadaan air di lingkungan sekitar anda
e. Berapa kali menggosok gigi dalam sehari ?
f. Apakah sudah berobat sebelumnya?

5. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan intraoral, meliputi pemeriksaan kebersihan rongga mulut, plak gigi
dan saliva pasien.

a. Penatalaksanaan

Penambalan

23
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201424

Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan
dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan
dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada
akhirnya gigi tersebut akan ditambal.

Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan
gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang
sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke
bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan
kemungkinan terjadinya infeksi ulang.

Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di
sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam,
resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, dan porselen. 8

Pencabutan

Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar
dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam
proses pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal
yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah
rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan
dilakukan. 8

D. Rehabilitatif

Sosialisasi kepada penderita untuk istirahat dirumah dan edukasi


Sosialisasi ini dilakukan sebagai bentuk upaya mempercepat pemulihan penderita
karena penyakit Skabies menular

Diklat

1. Promotif
Diklat yang perlu diberikan adalah pendidikan dan pelatihan mengenai ilmu
komunikasi dan presentasi di masyarakat, serta pengayaan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Karies gigi contohnya pengayaan mengenai cara menjaga kebersihan Gigi dan Mulut
. Sasaran dari program diklat ini adalah tenaga kesehatan dan kader yang akan melakukan
penyuluhan dan pemantauan langsung di masyarakat.

24
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201425

2. Preventif

Keterampilan yang perlu diberikan dalam diklat kepada tenaga tenaga puskesmas
adalah keterampilan public speaking, penguasaan materi mengenai hal hal yang berkaitan
dengan Karies Gigi dan kemampuan memotivasi masyarakat untuk melaksanakan program-
program puskesmas.

3. Kuratif

Diklat yang perlu diberikan adalah mengenai tatalaksana pengobatan dan pencegahan
Karies Gigi

4. Rehabilitatif

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

4.1 Monitoring

Pemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses kegiatan


agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan dengan perbaikan segera agar dapat dicegah
kemungkinan adanya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi
bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk itu, pemantauan
diarahkan guna mengidentifikasi kualitas kegiatan, permasalahan yang terjadi serta dampak
yang ditimbulkannya.

Pemantauan keberhasilan setiap kegiatan program manajemen kasus Skabies di


puskesmas dilakukan dengan teknik monitoring bulanan. Monitoring bulanan ini dilakukan
untuk mengetahui apakah kegiatan program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan pada bulan tertentu di puskesmas telah sesuai dengan yang diharapkan atau

25
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201426

belum. Bila hasilnya belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya untuk
kemudian dilakukan intervensi.

Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:

1. Program monitoring promotif dan preventif:


 Adanya perwakilan dari puskesmas (supervisi) yang memantau kegiatan penyuluhan
dilapangan
 Dibentuknya suatu kelompok kerja yang fokus kepada program promotif, yang
bekerja melihat kebutuhan pengetahuan yang harus ditingkatkan ditiap wilayah,
menyusun jadwal penyuluhan rutin dan yang memfokuskan pada media promosi
kesehatan dengan media cetak.

2. Program monitoring kuratif:


 Pembentukan tim supervisi yang memantau program kuratif yaitu dalam hal peralatan
yang digunakan untuk penatalaksanaan kasus Karies Gigi , evaluasi SDM dan
memberikan diklat sebagai penyegaran pengetahuan dan ketrampilan, melakukan
pencatatan laporan untuk melihat jumlah pasien Karies Gigi apakah mengalami
peningkatan atau penurunan sebagai indikator keberhasilan program.

3. Program monitoring rehabilitatif:


 Monitoring apakah petugas kesehatan memberi edukasi setelah pengobatan dan
kunjungan ke rumah pasien untuk memantau apakah pasien mengikuti anjuran dokter.

4.2 Evaluasi

Penilaian ini bertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan program kegiatan


manajemen kasus Karies Gigi di puskesmas. Penilaian dimaksudkan untuk. memberikan
bobot atau nilai terhadap hasil yang dicapai dalam seluruh tahap kegiatan, untuk proses
pengambilan keputusan apakah suatu program atau kegiatan diteruskan, dikurangi,
dikembangkan atau diperkuat. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji efektifiktas dan
efisensi pengelolaan program. Penilaian kinerja program manajemen kasus Skabies
dilaksanakan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam pencapaian sasaran.
Indikator yang dinilai adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap masyarakat terhadap penyakit Karies Gigi
2. Faktor penyebab Karies Gigi di lingkungan sekitar puskesmas

26
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201427

3. Jumlah SDM petugas kesehatan (dokter gigi , perawat, kesmas) dan kader kesehatan
yang terampil dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang
kesehatan khususnya penyakit Karies Gigi
4. Kualitas hidup penderita Karies Gigi

Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:

1. Promotif dan preventif:


 Dengan melakukan pre test dan post test saat penyuluhan untuk menilai apakah terjadi
peningkatan pengetahuan pada masyarakat. Indikator keberhasilan program adalah
didapatkan peningkatan pengetahuan > 50 %.
 Dengan melakukan peninjauan langsung ke rumah warga untuk menilai keadaan
lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah masyarakat
melakukan anjuran-anjuran yang diberikan pada saat penyuluhan. Indikatornya adalah
kondisi lingkungan yang semakin bersih dan hiegine perorangan yang semakin lebih
baik.

2. Kuratif dan rehabilitatif

Indikator yang digunakan adalah data kasus penyakit Karies gigi apakah mengalami
peningkatan atau penurunan dilihat dari angka kesakitan, kasus baru dan kasus lama (apakah
pasien yang sebelumnya datang ke puskesmas dengan Karies Gigi datang lagi atau tidak
dengan penyakit yang sama). Hal ini sebagai indikator keberhasilan program.

27
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201428

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kasus Karies Gigi sering terjadi dikalangan masyarakat. Karies Gigi mempunyai
variasi klinis yang bermacam-macam, maka harus diketahui secara cepat agar terapi
selanjutnya disesuaikan.

5.2 Saran

o Untuk Penulis Selanjutnya

Untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan kegiatan program


manajemen kasus Karies Gigi dengan lebih baik lagi dan juga diharapkan membuat lebih
banyak lagi program kegiatan yang inovatif guna perbaikan status kesehatan masyarakat dan
supaya dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan kesehatan khususnya
untuk menurunkan angka kesakitan karenaKaries Gigi

o Kepada Petugas Kesehatan :

1. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat yang pengetahuannya masih


kurang tentang Karies Gigi
28
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201429

2. Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang berperilaku hidup bersih
dan sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit Karies Gigi

3. Menguasai materi tentang Karies Gigi agar bisa membagikan pengetahuan itu kepada
masyarakat luas

DAFTAR PUSTAKA

1.. Laporan Tahunan Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2013

2. Laporan Tahunan Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2013

3. Handoko P Ronny: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed ke-6 Jakarta: FKUI 2010

4.Chosidow Olivier: Clinical Practice, Scabies. New England Journal of Medicine.


Massachusetts 2006

5.. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20352/4/Chapter%20II.pdf

6. http://medicastore.com/penyakit/321/Skabies.html

1. 7. Satrianegara. F., Saleha. S. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan


serta Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
8.Corwin, Elizabeth J.2000.Buku Saku Patofisiologi.EGC: Jakarta.
9.Waridjan. 2000. Ilmu Pengetahuan Dalam Dunia Kesehatan. Jogjakarta: Yayasan Essentia
Medika
10.Profil laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013

29
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201430

. LAMPIRAN
A. KUISIONER

PRE TEST & POST TEST

NO .KUISIONER :

NILAI:

PENGETAHUAN MENGENAI SKABIES DI KELURAHAN PEKAYON


KECAMATAN PASAR REBO TAHUN 2014

Identitas

1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Alamat :
4. Umur :
5. Pendidikan formal terakhir :
a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD
b. SD/sederajat
c. SLTP/sederajat
d. Perguruan Tinggi S1
e. Perguruan Tinggi S2
f. Perguruan Tinggi S3
a. Lain-lain….

6. Pekerjaan :
a. PNS
b. Swasta
c. Pensiunan
d. Tidak bekerja
e. Lain-lain….

30
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201431

1. Apa itu penyakit skabies?


a. Penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau/kutu badan
b. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
c. Penyakit yang disebabkan oleh jamur

2. Apa penyebab dari penyakit skabies?


a. Tungau/kutu badan
b. Jamur dan debu
c. Bakteri/kuman

3. Apa saja gejala dari penyakit skabies?


a. rasa panas pada kulit
b. kulit melepuh dan berwarna kemerahan
c. gatal-gatal pada kulit

4. Pada orang dewasa, kulit tubuh bagian manakah yang sering terkena oleh penyakit
scabies?
a. Kulit kepala
b. Lipatan kulit
c. Bibir dan gusi

5. Pada bayi,bagian kulit yang diserang oleh penyakit skabies adalah?


a. Lipatan kulit
b. Seluruh tubuh
c. Kulit kepala

6. Bagaimana ciri kelainan kulit yang terinfeksi scabies?


a. Kemerahan, bintil-bintil, dan tampak ada terowongan
b. Bersisik, kulit kering
c. Bisul dan bernanah

7. Berapa lama tungau dapat hidup di luar tubuh makhluk hidup yang terinfeksi?
a. 7 – 14 hari
b. 2 – 3 hari
c. 5 – 10 hari

8. Bagaimana cara penularan penyakit skabies?


a. Melalui udara
b. Melalui peralatan makan
c. Bersentuhan dengan penderita/menggunakan handuk dan pakaian secara
bergantian

9. Apakah skabies dapat menular melalui hubungan seksual?


a. Dapat ditularkan melalui hubungan seksual
b. Tidak tertular melalui hubungan seksual
c. Tidak tahu

31
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201432

10. Bagaimana cara mencegah penyakit skabies?


a. menjaga kebersihan diri dan lingkungan
b. tidak membuka jendela rumah
c. olahraga teratur

11. Jika dalam satu rumah hanya satu orang yang terkena skabies, siapa sajakah yang
harus diperiksa?
a. Seluruh penghuni rumah
b. Hanya yang terkena penyakit scabies
c. Tidak perlu diperiksa

12. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk diagnosis scabies?


a. Kerokan kulit
b. Pemeriksaan darah
c. Pemeriksaan urin

13. Sabun apa yang baik digunakan untuk mencegah dan mengatasi scabies?
a. Sabun yang mengandung sulfur/belerang
b. Sabun yang mengandung ekstrak aloe vera/lidah buaya
c. Sabun deterjen

14. Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit skabies
KECUALI
a. Kebersihan diri dan lingkungan
b. Asupan makanan/gizi
c. Olahraga teratur

15. Bagaimana kebiasaan mandi yang baik dan benar?


a. Menggunakan sabun mandi, mandi 2 kali sehari, menggunakan handuk khusus
hanya untuk 1 orang.
b. Menggunakan sabun mandi, mandi 2 kali sehari, menggunakan handuk yang juga
digunakan orang lain.
c. Menggunakan sabun mandi, mandi 1 kali sehari, menggunakan handuk yang juga
digunakan orang lain.

32
Manajemen KASUS Karies Gigi di Puskesmas, 201433

33

Anda mungkin juga menyukai