Anda di halaman 1dari 19

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Abstrak
Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan
sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan komplikasi dari tindakan
ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu
mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Salah satu komplikasi ekstraksi gigi yang dapat terjadi adalah perdarahan pasca
ekstraksi. Dalam mengatasi perdarahan pasca ekstraksi ini, tindakan yang paling utama
adalah pencegahan, tetapi bila tetap terjadi kita harus mampu mengatasinya.
Mengingat komplikasi perdarahan pasca ekstraksi gigi dapat disebabkan oleh faktor
lokal maupun faktor sistemik, maka pencegahan merupakan hal yang penting. Hal ini
terutama apabila perdarahan terjadi karena faktor sistemik seperti kelainan darah (blood
dyscrasia), hipertensi, gangguan pembekuan darah, dan apabila pasien mengkonsumsi obat-
obatan yang mempengaruhi pembekuan darah, dan lain-lain.
Bila perdarahan pasca ekstraksi terjadi karena faktor lokal, sebagai seorang dokter
gigi kita harus mampu mengatasinya dengan baik. Prinsip-prinsip penatalaksanaan
perdarahan pasca ekstraksi karena faktor-faktor lokal adalah dengan melakukan penekanan
atau penjahitan yang baik, dan apabila diperlukan dengan pemberian obat-obatan hemostatic
agent baik lokal maupun sistemik.
Pendahuluan
Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang Bedah Mulut dan
merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter gigi. Walaupun
merupakan tindakan yang biasa dilakukan, tetapi kemungkinan terjadinya komplikasi pasca
pencabutan gigi dapat terjadi setiap saat.
Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi gigi adalah
perdarahan. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan pasca ekstraksi dapat
terjadi karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik. Sebagai seorang dokter gigi, kita
dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam melakukan
pencegahan dan penatalaksanaannya.
Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :
 trauma yang berlebihan pada jaringan lunak
 mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
 tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
 tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan menghisap-hisap
 kumur-kumur yang berlebihan
 memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
Faktor lokal
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah,
hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang
meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi
dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka
ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari
prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi kadang
adanya perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit hemoragik.
Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan :
1. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien
naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi
perdarahan.
2. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah
akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan
pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang
tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi
perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia
mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer
darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Hemofilli
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von
Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini
jarang ditemukan.
4. Diabetes Mellitus
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga
penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun,
diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi
infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.
5. Malfungsi Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing)
sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.
6. Pemakaian obat antikoagulan
Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan
PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist
untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik.
Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap
 Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki
tendensi perdarahan yang meliputi :
 bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan
 mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan hemostasis
(pembekuan darah)
 pernah dirawat di RS karena perdarahan
 spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab kecil
 riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas,
dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri
 mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin
 Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter,misalnya von
Willebrand’s syndrome dan hemofilia
Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan apakah ada
riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui
bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila setelah
diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan menggigit tampon atau dengan penjahitan
dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca
ekstraksi gigi pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu
berhati-hati akan adanya penyakit hemoragik.
Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit
dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda
dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva, petechiae .
Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan panik.
Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu khawatir.
Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan awal yang
kita lakukan adalah melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau kassa pada
daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan
melakukan penekanan, perdarahan dapat diatasi.
Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan
tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor (adrenalin).
Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit tampon selama 10 menit dan periksa
kembali apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan
absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta lakukan
penjahitan biasa.
Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket gigi
yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik
matras horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang
digunakan umumnya adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.
Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita lakukan klem
dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah dengan benang atau
dengan kauterisasi.
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan siapkan segera
hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam traneksamat secara intravena
atau intra muskuler.
Kesimpulan
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi, sebelum
melakukan tindakan tersebut sebaiknya kita lakukan anamnesis serta pemeriksaan klinis yang
cermat pada pasien. Lakukan tindakan ekstraksi gigi dengan hati-hati serta hindari
penggunaan alat yang berlebihan. Komplikasi paling sering adalah perdarahan pasca
ekstraksi.
Apabila setelah ekstraksi gigi terjadi perdarahan, kita harus bersikap tenang dan mampu
berpikir jernih untuk menganalisis penyebab perdarahan. Lihat kondisi pasien, cek tanda vital,
dan bila semua dalam keadaan normal, segera periksa daerah yang mengalami perdarahan.
Bersihkan soket secara cermat dan lakukan tindakan sesuai kondisi yang ada.
Daftar Pustaka
Scully C. and Cawson RA.; Medical Problems in Dentistry; 4th ed.; Wright; London; 1998.
Malamed SF.; Medical Emergencies in the Dental Office; 5th ed.; Mosby, Inc.; St.Louis;
2000.
Hawkesford JE. and Banks JG.; Maxillofacial and Dental Emergencies; Oxford University
Press; Oxford; 1994.
http://dentistrymolar.wordpress.com/2010/08/05/perdarahan-pasca-ekstraksi-gigi-
pencegahan-dan-penatalaksanaannya/
Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Komplikasi pencabutan gigi banyak jumlahnya dan bervariasi, serta beberapa di antaranya
dapat terjadi meskipun sudah dilakukan tindakan sebaik mungkin. Respon pasien tertentu
dapat dianggap normal sebagai kelanjutan yang normal dari suatu tindakan pembedahan,
yaitui perdarahan, rasa sakit dan edema. Tetapi apabila berlebihan, perlu dipikirkan lagi
apakah termasuk morbiditas yang biasa ataukah komplikasi. Komplikasi digolongkan
menjadi intraoperatif, segera setelah operasi, dan jauh sesudah operasi
Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena oleh dokter maupun
pasien dianggap dapat mengancam kehidupan. Pasien dengan gangguan pembekuan darah
sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penhyakit hati, misalnya
seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, atau
pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu
mempunyai resiko perdarahan
Pembedahan merupakan tindakan yang dapat mencetuskan perdarahan, untuk penderita
dengan kondisi yang normal, perdarahan yang terjadi dapat mudah ditangani. Hal yang
berbeda dapat terjadi apabila pasien mengalami gangguan sistem hemostasis, perdarahan
yang hebat dapat terjadi dan sering mengancam kelangsungan hidupnya
Bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi kita dihadapkan dengan kelainan hemostasis ringan
sehingga dalam evaluasi pra bedah tidak terdeteksi secara klinis. Kesulitan kemudian timbul
setelah dilakukan pembedahan, terjadi perdarahan selama ataupun sesudah pembedahan
sehingga dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karenanya kelainan hemostasis sekecil apapun
sebaiknya diketahui sebelum tindakan bedah dikerjakan agar dapat dilakukan persiapan dan
pencegahan sebelumnya.
I.2. Rumusan Masalah
1. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan ekstraksi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya perdarahan post ekstraksi?
3. Bagaimana penatalaksanaan pasien yang mengalami perdarahan post ektraksi?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan ekstraksi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya perdarahan post
ekstraksi.
3. Mengetahui penatalaksanaan pasien yang mengalami perdarahan post ekstraksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi pencabutan gigi


Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimanan pada gigi
tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Pencabutan gigi juga adalah operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan
lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya
dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang.
Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau
akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas
pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa
mendatang.
Seorang dokter gigi haruslah mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukannya
merupakan suatu tindakan yang ideal. Untuk mencapai tujuan tersebut dan menghindari
komplikasi yang mungkin timbul pada pencabutan gigi haruslah mengetahui indikasi dan
kontraindikasi dari pencabutan gigi.

II.2. Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi


Indikasi :
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan
endodontic tidak dapat dilakukan.
3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus
dilakukan pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang
alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau
mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk
mencegah infeksi tulang.
7. Untuk perawatan ortodonsi
8. Supernumerary teeth
9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah
trauma atau kerusakan.
10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies,
menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
11. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan
pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan
dengan osteomelitis.
Kontraindikasi :
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Pendarahan yang tidak diinginkan
3. Alergi pada anastesi local
4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol
5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka
6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahnkan dengan perawatan konservasi,
endodontic dan sebagainya.
II.3. Definisi Darah dan Perdarahan
Darah adalah cairan merah kental yang mengalir sepanjang jantung dan pembukuh darah,
membawa bahan makanan dan oksigen ke semua jaringan tubuh dan produk buangan serta
karbondioksida keluar dari jaringan.
Pendarahan adalah keluarnya darah dari saluran yang normal (arteri, vena, kapiler) ke dalam
ruang ekstra vaskuler oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah.

II.4. Komponen-komponen Darah


Darah tersusun atas beberapa elemen dan perubahan-perubahan dalam seluruh elemen-
elemen tersebut harus diperhatikan. Komponen-komponen darah tersebut memperlihatkan
perubahan fisiologi dan patologi atau keduanya yang merefleksi penyakit dalam system
hemopoetik atau sebagai hasil penyakit pada tubuh lainnya Adapun komponen-komponen
darah tersebut antara lain:
1. Plasma darah
2. Sel darah merah (eritrocyte)
3. Sel darah putih (leukocyte)
4. Keping-keping darah (trombocyte)
II.5. Faktor Koagulasi Darah
Biasanya, koagulasi darah diterangkan terjadi dalam empat tahap. Tahap I disebutkan
mengankut pembentukan tromboplastin, tahap II berhubungan dengan pembentukan
thrombin dari tromboplastin, tahap III terdiri dari konversi fibrinogen menjadi fibrin, dan
tahap IV mengangkut lisis gumpalan fibrin. Faktor-faktor koagulasi lainnnya mungkin
terlibat, tetapi perannyatidak dipahami dengan baik dan tidak memberikan fungsi nyata dalam
pola ini.
Oleh karena penemuan-penemuan baru dalam hematologi, proses koagulasi sekarang dapat
dijelaskan lebih baik dengan memeperhatikan peranan kedua belas factor-faktor koagulasi
yang diketahui. Setiap factor umumnya dituliskan dengan angka romawi dengan
pengecualian pada protrombin dan fibrinogen.
Faktor-faktor koagulasi darah lainnya:
a. Fletcher factor
b. Faktor ini merupakan suatu glikoprotein yang identik dengan prekalikrein. Factor
XIIa mengaktifkan prekalikrein menjadi kalikrein. Sebaliknya, kalikrein berfungsi
sebagai umpan-balik yang positif bagi percepatan aktivasi F.XII
c. William factor (Fitzgerald factor)
d. Faktor ini juga suatu glikoprotein dan dibutuhkan sebagai ko-faktor dalam
penyempurnaan proses aktivasi prekalikrein oleh F. XIIa.
e. Von Willebrand factor (cWF)
Factor ini merupakan sub unit dari F.VIII yang akivitasnya diperlukan oleh trombosit dalam
proses adhesi.

II.6. Klasifikasi Perdarahan


1. Menurut pembuluh darah yang terluka
a. Pendarahan arterial : pendarahan dari pembuluh arteri. Tanda : warna darah
merah terang. Darah keluar dengan menyemprot dengan aliran yang
intermitten, sesuai dengan denyut jantung.
b. Pendarahan vena, pendarahan dari pembuluh darah vena. Tanda : darah
mengalir dengan aliran yang tetap. Warna darah merah gelap.
c. Pendarahan kapiler, ialah pendarahan dari pembuluh adarah kapiler. Tanda :
keluarnya darah merembes dari permukaan
2. Menurut waktu terjadinya pendarahan
a. Pendarahan primer, ialah pendarahan yang terjadi pada waktu terputusnya
pembuluh darah karena kecelakaan atau operasi. Di dalam pendarahan primer
darah tidak berhenti setelah 4 -5 menit sesudah operasi selesai.
b. Pendarahan intermediet, terjadi pdalam waktu 24 jam setelah kecelakaan atau
setalah operasi. Selama operasi tekanan darah pasien mungkin akan turun
karena semisyok. Dan ketika tekanan darah kembali normal, sejalan dengan
membaiknya pasien, inilah yang disebut pendarahan intermediet atau rekuren.
c. Pendarahan sekunder, pendarahan yang terjadi setelah 24 jam atau beberapa
hari setelah kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya menyebabkan
pembekuan darah terbongkar diikuti infeksi.
3. Menurut lokasinya
a. Pendarahan eksternal, keluar darah dari kulit atau jaringan lunak di bawahnya.
Disebut pendarahan tampak.
b. Pendarahan internal, darah yang keluar dan masuk ke dalam jaringan. Disebut
pendarahan yang tidak tampak.
4. Menurut sebab-sebab terjadinya pendarahan
Penyebab dari pendarahan yang tidak normal bisa terjadi karena mekanik atau
biokemis.
a. Pendarahan mekanik
b. Pendarah spontan atau pendarahan biokemis adalah pendarahan yang terjadi
akibat kelainan atau gangguan mekanisme hemostatis, karena tidak normalnya
elemen darah atau system vascular yang dapat mencegah terjadinya pembuluh
darah yang normal. Kelainan ini dapat terjadi pada :
o Pembuluh darahnya (vascular)
o Trombosit (jumlah dan fungsinya)
o Mekanisme pembekuan darah
o Gangguan pembekuan darah
Pendarahan terjadi karena dari dinding pembuluh darah. Sehingga dengan adanya
tekanan intravaskuler atau ekstravaskuler yang lebih besar dibandingkan dengan
retensi didnding pembuluh darah. Factor penyebab :
a. Faktor congenital.
b. Kelainan trombosit
c. Pendarahan oleh gangguan pembekuan
Perkiraan kecenderungan perdarahan adalah dengan menguasai berbagai macam
bahaya perdarahan sebelum melakukan tindakan pemudahan. Seorang operator harus
mengetahui riwayat kesehatan dan perawatan pasien atau apakah ada anggota keuarga
yang mepunyai kecenderungan pendarahan seperti mimisan. Selain itu sebelum
melakukan tindakan pembedahan harus diketahui apakah pasien sudah mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang cukup. Apabila pasien tidak memiliki asupan gizi yang
cukup maka operator harus mengintruksikan pada pasien untuk mengkonsumsi buah-
buahan dan sayur-sayuran.
Untuk memperkirakan waktu perdarahan dapat diambil contoh darah dari jari pasien
dengan menggunakan Lanset. Darah harus keluar dengan bebas tanpa ditekan. Setelah
setengah menit, darah yang keluar dihapus dengan kertas filter dan sebisa mungkin
tidak menyentuh kulit. Waktu perdarahan normal biasanya antara 1- 2 menit.

II.7. Faktor Pembekuan Darah


Faktor Peranan pada Pembekuan Darah Tes
I. Fibrinogen Prekursor fibrin PT
II. Protrombin Proenzim diaktifkan oleh tromboplastin PT
III. Tromboplastin Diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi -
thrombin
IV. Kalsium Diperlukan pada semua tahap PT
V. Proaccelerin Prlukan untuk pembentukan tromboplastin PT
VI. Tidak lagi digunakan - -
VII. Proconvertin Diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi PT
thrombin
VIII. Faktor anti hemofilik Diperlukan untuk pembentuknan tromboplastin PTT
(AHF)
IX. Komponen plasma Diperlukan untuk pembentukan tromboplastin PTT
trombo plastin
X. Faktor Stuart-prower Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin dan PT
perubahan dari protrombin menjadi trombin
XI. Anteseden tromplastin Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin PTT
plasma
XII. Faktor Hageman Mengawali proses pembekuan darah in-vitro PTT
XIII. Faktor stabilisasi Mengubah fibrin menjadi polimer fibrin PTT
fibrin
Ada dua reaksi kimia yang terlibat dalam proses pembekuan darah yaitu:
1. Prothrombin + Thromboplastin + Kalsium = Thrombin
2. Thrombin + Fibrinogen = Fibrin
Fibrin tidak larut dalam air sehingga dapat menahan aliran darah. Hal ini dapat dilihat dari
reaksi di atas yang melibatkan empat komposisi yang esensial untuk mekanisme pembekuan:
(1) Prothrombin,(2) Thromboplastin,(3) Kalsium dan (4) Fibrinogen.

II.8. Kontrol Lokal untuk Perdarahan


Suction dan penerangan yang baik merupakan persyaratan utama bagi control local untuk
perdarahan. Apabila bagian yang mengalami perdarahan sudah ditemukan, lakukan anastetesi
local supaya perawatan tidak menyakitkan. Bekuan darah yang ada dibersihkan dan bagian
tersebut dikeringkan dan diperiksa. Apabioa perdarahan berasal dari dinding tulang, maka
alveolus diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi (Gelfoam) atau sponge kolagen
mikrofibrilar.
Sebelum melakukan prosedur pembedahan oral, sangat penting untuk memahami berbagai
faktor yang berpengaruh di dalam mengontrol perdarahan. Tubuh manusia sendiri memiliki
beberapa mekanisme untuk mengontrol perdarahan. Ketika dilakukan pemotongan maka
pembuluh kapiler yang kecil cenderung untuk berkontraksi sehingga menutup aliran darah.
Kemampuan darah untuk mengalami koagulasi adalah faktor yang sangat penting,sehingga
bekuan darah dapat menyumbat ujung pembuluh yang dipotong. Efek faso kontriksi seperti
adrenalin,suprarenin,atau epinefrin atau faso kontriktor yang lain berpengaruh dengan proses
pembukuan darah.

II.9. Hematom
Hematom adalah perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat.
Kadang-kadang perdarahan sesudah pencabutan dengan tang atau pencabutan gigi dengan
pembedahan berlangsung internal, yaitu meluas sepanjang dataran fasial atau periosteum.
Perdarahan bisa diatasi dengan tampon (terbentuknya tekanan ekstravaskular local dari
tampon), pembekuan atau keduanya. Hematom biasanya bermula sebagai pembengkakan
rongga mulut atau fasial atau keduanya, yang sering berwarna merah atau ekhimotik. Dengan
berjalannya waktu akan berubah menjadi noda memar berwarna biru dan hitam.
II.10. Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi
Dapat berupa:
 Primer – terjadi sewaktu pencabutan.
 Reaksioner – terjadi jika arteriole membesar sewaktu efek adrenalin dalam anastesi
local hilang.
 Sekunder – sebagai akibat dari infeksi. Hanya infeksi virulen yang menyebabkan
perdarahan dalam waktu 24 jam setelah pencabutan gigi. Soket yang tidak infeksi
biasanya tidak mengalami pendarahan selama 48 jam.
Atau mungkin ada faktor-faktor lokal yang lain, seperti :
 Peradangan gingival yang sudah ada akan menyebabkan pasokan darah meningkat
pada pembuluh yang membesar.
 Gingiva terkoyak. Pembuluh yang terkoyak tidak bisa mengecil dan retraksi.
 Fraktur processus alveolar (tuberositas). Sebagian disebabkan oleh koyaknya
pembuluh darah, dan sebagian lagi disebabkan mobilitas pada bagian yang fraktur.
 Fraktur rahang (jarang).
 Tumor yang tidak dikenal (sangat jarang).
Perdarahan adalah salah satu komplikasi pencabutan yang harus diperhatikan oleh dokter
gigi ketika melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu, pencegahan perdarahan sangat perlu
untuk dikuasai oleh seorang dokter gigi. Dalam hal ini pasien harus dianamnesis terlebih
dahulu apakah pada pencabutan sebelumnya pernah terjadi perdarahan. Jika ada sejarah
perdarahan post ekstraksi yang ditemukan, maka sangat penting untuk memastikan dalam
berapa lama perdarahan terjadi dan bagaimana menghentikan perdarahan.
BAB III
PEMBAHASAN

Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter gigi harus bisa menganamnesis
dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat pendarahan
sebelaum melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal seorang dokter gigi,
yaitu:
· Periksa tekanan darah
· Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
· Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
· Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan
dilakukan.
Jika pasien memiliki riwayat pendarahan setelah pencabutan, sangatlah bijaksana untuk
membatasi jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan pertama, melakuka penjahitan
pada jaringan lunak, dan mengamati perkembangan pasca bedah.

III.1. Perdarahan Pasca Pencabutan


Apabila terjadi perdarahan, maka ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengontrol perdarahan :
 Tekanan adalah tindakan segera,baik tekanan dengan tangan atau tekanan tidak
langsung dengan perban.
 Menutupnya dengan sepon kasa atau Gelfoam bertekanan
 Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh darah
 Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol perdarahan dari pembuluh yang sulit
diikat.
 Elektrokauterisasi, untuk pendarahan dari pembuluh yang kecil atau rembesan
 Bahan-bahan hemostatik:
 Spon gelatine penyerap (Gelfoam) yang menyerap darah dengan aksi kapiler dan
menimbulkan beku darah.
 Selulosa yang dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepat pembekuan darah.
 Haemostat kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat) yang memicu agregasi platelet.
 Thrombin hewan topical (trombinar, thrombostat) yang membekukan fibrinogen
dengan segera.
Jika terjadi perdarahan, maka ada beberapa golongan obat-obatan yang perlu untuk diingat
dan diperhatikan, antara lain :
 Antikoagulan. Beberapa pasien menggunakan obat antikoagulan karena berbagai alas
an; pada wanita muda untuk thrombosis vena dalam yang berulang, pria usia
pertengahan untuk infark miokardium atau penggantian katup jantung, orang tua
untuk menghindari stroke. Periksa riwayatnya.
 Aspirin adalah antikoagulan ringan. Beberapa pasien mendapat dosis aspirin yang
teratur untuk mengurangi agregasi platelet dan menghindari thrombosis. Dosis ini
demikian kecil sehingga tidak membuat perbedaan yang nyata pada pendarahan dari
lesi di dalam mulut. Contohnya, dosis besar yang diberikan pada penderita arthritis
rumatoid, akan memberikan efek yang nyata dalam memperpanjang waktu bekuan.
Pasien yang kesakitan bisa saja meminum dosis yang lebih besar dari dosis yang
disarankan, dan tidak menyadari kandungan preparat analgesiknya. Periksa riwayat
penyakit.
 Hemofilia atau penyakit Crismas. Bila kondisi ini cukup parah sehingga menimbulkan
perdarahan spontan dari dalam mulut, pasien kemungkinan besar telah mengetahui
bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Namun, bentuk yang ringan, dapat
disamarkan oleh perdarahan dari pencabutan gigi dan umumnya timbul berupa
perdarahan reaksioner.
 Kelainan darah. Leukimia dan trombositopenia dapat menyebabkan perdarahan
spontan dari gingival atau perdarahan yang membingungkan sehabis pencabutan gigi.
Umumnya, ada tanda-tanda lain dari penyakit ini dan jarang sekali pasien dating ke
dokter gigi tanpa mengetahui keberadaan penyakit ini. Walaupun demikian, rembesan
darah dari gingival yang terus menerus, sebaiknya dipertimbangkan dengan serius dan
semua tindakan bedah ditunda sampai kondisi medis pasien yang sebenarnya
diketahui.
 Pasien menjadi sangat cemas karena mengalami perdarahan dalam mulut. Hal ini
sendiri dapat menaikkan tekanan darah dan membantu terjadinya perdarahan. Selain
itu, rasa cemas meningkatkan kadar fibrinolisin. Yang lebih penting lagi, mencuci
mulut berulang-ulang, gangguan dari lidah, atau pertemuan dengan pasien atau
kerabat yang mengalami perdarahan soket gigi dapat membuat perdarahan sulit
berhenti.
III.2. Penatalaksanaan Pasien yang Mengalami Perdarahan
Tindakan local adalah dasar dari seluruh perawatan pada perdarahan pasca pencabutan
walaupun terdapat penyebab sistemik. Segala usaha harus dilakukan untuk membuat kondisi
setempat yang ideal bagi proses pembekuan darah. Sebaiknya dipakai teknik pencabutan
yang hati-hati, tetapi walaupun sudah sangat berhati-hati tetap saja bisa terjadi luka pada
gingival.
Bereaksilah dengan tenang dan percaya diri dan ambil alih situasi. Umumnya pasien
sebaiknya dipisahkan dari kerabat atau teman. Sebaiknya dudukkan pasien di kursi klinik di
bawah penerangan yang baik dengan bantuan dari asisten kompeten. Aspirator harus selalu
tersedia, bersama dengan seluruh instrument yang diperlukan (contohnya, kaca mulut, ujung
aspirator kecil, tang cabut, gunting jaringan, penjepit jarum, dan benang yang kuat).
 Periksa luka itu – beri pasien larutan kumur dan buang semua beku darah pada daerah
perdarahan dengan menggunakan aspirator.
 Letakkan kasa yang lembab di atas luka dan minta pasien menekannya dengan cara
menutup mulutnya. Kasa tersebut haruslah terbuat dari bahan tenun dan dilipat agar
ukurannya tidak lebih dari dua kali ukuran gigi yang dicabut, sehingga memberi
tekanan pada tepi gingival. Masukkan kasa secara hati-hati di atas soket, dan bila
diperlukan, instruksikan pasien untuk menggigitnya selama 20 menit tanpa
pemeriksaan selanjutnya. Jika perdarahan masih terjadi maka kasa harus diganti. Jika
perdarahan terus berlangsung, ulangi hal ini. Jika berlanjut terus, maka lakukan:
 Infiltrasi sekeliling daerah soket dengan anastesi local yang mengandung
adrenalin, dan tunggu selama dua sampai tiga menit. Sekarang dibutuhkan
bantuan seorang asisten. Buang darah beku yang berlebihan dan periksa tepi-
tepi luka. Apabila perdarahan berasal dari luka koyak atau insisi, eksisi tepi
luka yang bergerak, atau yang pasokan darahnya meragukan (sianotik dan
dengan pedikel sempit). Buat jahitan yang dalam pada jaringan melalui daerah
yang koyak atau bagian yang diinsisi, tempat asal perdarahan, dan ikat dengan
kencang untuk menekan jaringan tersebut. Tarik mukosa melalui soket dengan
menggunakan matres horizontal, bilamana mungkin ikat jahitan dengan
kencang sampai jaringan gingival memutih. Letakkan kasa pada soket,
instruksikan pasien untuk memberikan tekanan selama 5 menit dan periksa
kembali luka tersebut.
 Tutupi soket dengan kasa. Baik apakah anastesi local masih efektif atau tidak,
infiltrasikan anastesi local yang mengandung adrenalin di sekeliling tepi-tepi
luka sekali lagi. Buka jahitan dan ganti, tetapi jangan disimpul. Suatu cara
yang cukup membantu adalah dengan mengaitkan benang jahitan melewati
soket ke gigi di dekatnya sehingga bisa ditempatkan kasa pada soket. Kasa
dapat terbuat dari bahan yang bisa diserap maupun tidak, dengan konsistensi
yang dapat ditekankan ke luka, misalnya surgicel atau kasa ribbon yang tidak
diserap yang direndam dalam varnish white head. Jangan gunakan sponge
yang bisa diserap. Lepaskan ikatan benang pada gigi tetangga dan tempatkan
di atas kasa. Ikat jahitan tersebut.
Hanya sedikit dokter gigi yang tidak berhasil melakukan hal ini. Jika mukosa luka sangat
parah, mungkin disertai dengan kerusakan pada tepi-tepi soket, lakukan hal seperti di atas
tetapi tempatkan jahitan jauh dari soket dan letakkan 2-3 lapis surgicel pada soket. Luka
distabilisasikan oleh bentangan benang jahit yang menyilang dari jahitan itu.
Pada kasus yang sangat jarang, yaitu jika titik perdarahan yang bisa dilihat, jahit kembali
dengan jahitan kecil atau dengan pola seperti angka delapan. Bila tahap terakhir akan
dilaksanakan pertimbangkan untuk memberikan obat penenang pada pasien. Pada bedah
mulut, diazepam 5-10 mg atau temazepam 10 mg sudah cukup, walaupun pasien yang sangat
gugup membutuhkan dosis sampai 3 kali lipat. Diazepam akan diberikan secara intramuscular
atau intravena 5-10 mg asalkan pasien tidak mempunyai penyakit pernapasan bagian atas.
Sebagai pilihan lain adalah midazolam 5-10 mg. Semua pasien yang menerima obat
penenang harus ditemani, dan tidak boleh mengendarai mobil, menjalankan mesin, atau
memakai peralatan dapur selama 24 jam.

BAB IV
PENUTUP

IV. 1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebelum mengadakan suatu tindakan terhadap pasien harus selalu dicurigai mengenai
akan terjadinya komplikasi pendarahan. Seorang dokter gigi harus bisa
menganamnesis dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau
riwayat pendarahan sebelaum melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan
awal seorang dokter gigi, yaitu:
a. Periksa tekanan darah
b. Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
c. Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
d. Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan
dilakukan
2. Pendarahan pasca ekstraksi gigi dapat berupa : pedarahan primer, sekunder, dan
reaksioner.
3. Bila terjadi perdarahan, seorang dokter gigi harus bisa bertindak dengan benar,
mempertimbangkan keadaan apa yang harus dilakukan untuk mencegah perdarahan
yang banyak dengan menggunakan tindakan sebagai berikut: tutup luka dengan
menggunakan perban atau kain, jepit dengan haemostat atau klem, tutup luka dengan
gelfoam yang menyerap perdarahan,dan berikan tindakan penjahitan bila diperlukan

IV. 2. Saran
Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi sederhana bisa saja
mengahadapi kondisi komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, pengetahuan akan faktor yang
menyebabkan dan cara menanggulanginya menjadi suatu hal yang penting dalam menghadapi
kondisi seperti di atas.
http://gigiku-gigiku.blogspot.com/2009/04/perdarahan-pasca-ekstraksi-gigi_04.html

Anda mungkin juga menyukai