Anda di halaman 1dari 6

RechtsVinding Online

SISTEM BARU PENGADAAN TANAH DAN


TANTANGAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRESIDEN BARU
Oleh:
Chairul Umam*

Pendahuluan serta kepentingan bersama dari rakyat,


Sebentar lagi kita akan memiliki hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan
presiden baru hasil pemilihan presiden memberi ganti kerugian yang layak dan
2014. Banyak visi dan misi pembangunan menurut cara yang diatur dengan
yang telah dilontarkan dalam kampanye Undang-undang.“ Karenanya hak atas
pilpres yang lalu. Pembangunan fisik tanah dapat dicabut oleh negara untuk
infrastruktur sebagai salah satu solusi kepentingan umum sebagai wujud fungsi
yang ditawarkan guna menyelesaikan sosial, namun tentu tidak dilakukan secara
beberapa permasalahan bangsa ini adalah sewenang-wenang. Kepada pemegang hak
yang cukup santer di telinga kita semua. harus diberi ganti kerugian yang layak
Pembangunan infrastruktur di laut sebagai wujud perlindungan hak asasi
ataupun untuk udara mungkin tidak sulit manusia.
untuk langsung dilaksanakan atau Dua tahun sudah UU Nomor 2
dieksekusi. Tetapi pembangunan tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
infrastruktur di darat menimbulkan Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
banyak hambatan yang tidak mudah Umum (selanjutnya UU PTUP) disahkan
penyelesaiannya. Faktor manusia dan oleh Presiden. Beberapa peraturan
keterbatasan lahan bebas menjadi salah pelaksana dari UU PTUP juga telah
dua faktor yang perlu mendapat diterbitkan diantaranya Peraturan
perhatian. Pembangunan berbagai Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
fasilitas untuk kepentingan umum Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
memerlukan bidang tanah yang luas. Di Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
lain pihak, tanah-tanah yang dibutuhkan yang mengatur secara lebih rinci setiap
tersebut pada umumnya sudah dilekati tahap penyelenggaraan pengadaan tanah
sesuatu hak atas tanah. Hak kepemilikan bagi pembangunan untuk kepentingan
tanah selain diakui sebagai hak asasi umum. Kemudian ditindaklanjiuti dengan
manusia, juga mempunyai fungsi sosial. Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun Nasional RI Nomor 5 Tahun 2012 tentang
1960 yang disebut juga dengan Undang- Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan
Undang Pokok Agraria (UUPA) Tanah, Peraturan Menteri Dalam Negeri RI
menyatakan bahwa “semua hak atas Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya
tanah mempunyai fungsi social”. Operasional dan Biaya Pendukung
Selanjutnya di dalam Pasal 18 UUPA Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
disebutkan: “Untuk kepentingan umum, Pembangunan untuk Kepentingan Umum
termasuk kepentingan bangsa dan Negara yang Bersumber dari Anggaran
RechtsVinding Online

Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Keberadaan UU PTUP


Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor Sebagaimana diketahui, sebelum
13/PMK.02/2013 tentang Biaya diundangkannya UU PTUP, praktek
Operasional dan Biaya Pendukung pelaksanaan pengadaan tanah didasarkan
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi pada Perpres Nomor 36 Tahun 2005 yang
Pembangunan untuk Kepentingan Umum kemudian diubah dengan Perpres 65
yang Bersumber dari Anggaran Tahun 2006. Banyak substansi atau materi
Pendapatan dan Belanja Negara. dari Perpres tersebut yang kemudian
Program pembangunan diadopsi ke dalam UU PTUP. Walaupun
infrastruktur pun sudah banyak dilakukan. dalam beberapa hal terdapat perbedaan
Namun pelaksanaan pengadaan tanah yang dimasukkan sebagai substansi
yang diperuntukkan bagi pembangunan original dari UU PTUP. Diaturnya
kepentingan umum masih tetap menjadi penyelenggaraan pengadaan tanah
kendala utama. Banyak pembangunan dengan UU yang dahulunya diatur dengan
kepentingan umum yang terhenti karena Perpres membuat landasan hokumnya
proses pembebasan lahan yang tak menjadi lebih kuat. Disamping juga karena
kunjung selesai. Banyak contoh terhadap pertimbangan bahwa segala sesuatu yang
hal tersebut diantaranya pembangunan mengambil hak tertentu dari warga
Akses Tol Priok (ATP) di Kelurahan Koja negara harus diatur dengan UU karena
dan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara yang perlu mendapat persetujuan dari DPR
terbengkalai karena SPB (Surat Perintah sebagai perwakilan dari rakyat. Di dalam
Bongkar) yang tak kunjung turun dari Pasal 28H ayat (4) UUD NRI 1945
walikota akibat belum keluarnya SK dinyatakan bahwa ”Setiap orang berhak
Gubernur mempunyai hak milik pribadi dan hak
(http://poskotanews.com/2014/06/17/terken milik tersebut tidak boleh diambil alih
a-akses-tol-puluhan-rumah-akan-dibongkar). secara sewenang-wenang oleh siapapun.”
Begitu pula dalam proyek sodetan kali Diantara perbedaan yang cukup
Ciliwung yang molor karena dianggap bernas adalah redefinisi pengertian
lambannya pekerjaan tim Panitia kepentingan umum dalam Pasal 1 angka
Pembebasan Lahan (P2T) dalam tahap angka 6 UU PTUP yaitu kepentingan
inventarisir rumah penduduk, dan bangsa, negara, dan masyarakat yang
masyarakat yang sudah menolak harus diwujudkan oleh pemerintah dan
pembebasan lahan lantaran khawatir nilai digunakan sebesar-besarnya untuk
ganti rugi tak sesuai kemakmuran rakyat. Dalam Perpres 36
(http://poskotanews.com/2014/06/06/proyek Tahun 2005, kepentingan umum hanya
-sodetan-kali-ciliwung-terkendala- didefiniskan sebagai kepentingan
pembebasan-lahan). Dan masih banyak lagi sebagian besar lapisan masyarakat.
pembangunan kepentingan umum di Kemudian dalam Perpres 65 Tahun 2006,
berbagai lokasi di Indonesia lainnya yang kepentingan umum hanya diatur
terhambat akibat masalah dalam proses perubahan jenis-jenisnya saja
pembebasan lahan. sebagaimana tertera dalam Pasal 5.
RechtsVinding Online

Perumusan ulang batasan kepentingan terjadi ketidaksetujuan masyarakat


umum dalam UU tersebut sangat penting terhadap beberapa hal yang perlu
sebagai batu uji jika terdapat perbedaan disepakati dalam pengadaan tanah,
pandang mengenai istilah kepentingan seperti mengenai rencana pembangunan
umum (terkait hal tersebut telah ada dan penetapan lokasi serta bentuk dan
putusan Mahkamah Konstitusi atas besaran ganti rugi. Tidak kalah penting
Perkara Nomor 50/PUU-X/2012 mengenai juga adalah perbaikan organisasi dalam
judicial review UU No. 2 Tahun 2012). pengadaan tanah yang sudah lebih jelas
Begitu pun jika terdapat jenis baru dari pembagian kewenangannya serta lebih
cakupan kepentingan umum yang belum permanen sifatnya dibandingkan
disebutkan dalam Pasal 10 UU PTUP sebelumnya dengan mekanisme
tersebut. Rumusan kepentingan umum kepanitiaan. Tahapan pengadaan tanah
dirasakan amat penting oleh pembentuk dilakukan dalam 4 (empat) tahap yaitu
UU agar terdapat kesatuan paham perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan
mengenai kepentingan umum yang dapat terakhir adalah penyerahan.
menjadi pegangan baik bagi pemerintah
maupun masyarakat, karena selama ini Tahapan Sistem Pengadaan Tanah Dalam
penentuan obyek kepentingan umum UU PTUP
dirasakan oleh masyarakat ditentukan Tahapan perencanaan sebagai
sepihak oleh pemerintah sebagai tahap awal merupakan tahapan yang lebih
pelaksana pembangunan. Sehingga kerap bersifat intern dari instansi yang
masyarakat merasa dirugikan dengan memerlukan tanah atau bermaksud
mengatasnamakan kepentingan umum. melakukan pembangunan kepentingan
Selain itu juga, adanya rumusan umum. Masyarakat belum bisa
kepentingan umum menjadi batas yang mengetahui tentang perencanaan yang
mempertegas dengan yang bukan dibuat. Hasil akhir dari perencanaan
kepentingan umum atau kepentingan berupa dokumen perencanaan yang
swasta, dimana pengadaan tanahnya tidak kemudian diserahkan kepada pemerintah
didasarkan kepada system atau provinsi yang bersama-sama dengan
mekanisme yang diatur dalam UU PTUP. instansi yang memerlukan tanah akan
Selain daripada itu, UU PTUP melakukan persiapan pengadaan tanah
dalam beberapa aspek juga lebih nampak sebagai tahapan berikutnya. Dalam tahap
penguatan posisi tawar masyarakat persiapan inilah masyarakat yang terkena
sebagai pemegang hak atau pemegang obyek pengadaan tanah mulai dilibatkan
kuasa atas tanah yang harus dihormati. dalam kegiatan sosialisasi rencana
Penguatan tersebut tercermin dengan pembangunan, pendataan awal lokasi,
proses tahapan pengadaan tanah yang serta konsultasi publik. Tahapan persiapan
lebih jelas, terbuka, akomodatif, dan ini merupakan tahapan yang cukup krusial
memperhatikan hak-hak hukum dalam pengadaan tanah, terutama saat
masyarakat berupa peluang upaya hukum konsultasi publik. Karena dalam konsultasi
yang lebih luas yang dapat ditempuh jika publik inilah saat pihak yang berhak dan
RechtsVinding Online

masyarakat dimintai persetujuannya atas perlu diperbaiki performance dari


lokasi rencana pembangunan. Penolakan aparatur pemerintah daerah yang ditunjuk
atau keberatan terhadap lokasi yang dalam hal tingkat kehadiran maupun
sudah direncanakan dapat berujung konsistensi personilnya karena seringkali
kepada diteruskan atau tidaknya berganti orang yang mewakili jika yang
pembangunan kepentingan umum di ditunjuk berhalangan. Hal ini sedikit
lokasi tersebut, dengan dikeluarkannya banyak berpengaruh kepada tingkat
keputusan gubernur atas keberatan kelancaran proses pengadaan tanah pada
tersebut. Model pendekatan dan tahap persiapan. Hambatan birokrasi
komunikasi yang tepat dalam konsultasi semacam ini diharapkan tidak lagi terjadi.
publik turut menentukan keberhasilan Kesiapan dan profesionalitas aparatur di
dari proses ini. Dalam proses daerah pada akhirnya menjadi tantangan
musyawarah ini seringkali juga terjadi tersendiri yang harus segera dibenahi.
bukan pihak yang berhak atau Setelah tahapan persiapan dilalui,
perwakilannya yang ikut terlibat tetapi kemudian masuk ke tahapan pelaksanaan
para calo atau “mafia” tanah. UU PTUP pengadaan tanah itu sendiri yang
dalam Pasal 19 ayat (3) telah membatasi merupakan inti dari pengadaan tanah.
hanya pihak yang berhak atau Dalam tahapan ini yang dilakukan antara
perwakilannya dengan surat kuasa saja lain kegiatan:
yang dapat terlibat dalam konsultasi a. inventarisasi dan identifikasi
publik. Jika belum terjadi kesepakatan penguasaan, pemilikan, penggunaan,
dapat dilakukan konsultasi publik ulang dan pemanfaatan tanah;
dengan pihak yang masih keberatan. Jika b. penilaian ganti kerugian;
keberatan ditolak dan dikeluarkan surat c. musyawarah penetapan ganti kerugian;
keputusan penetapan lokasi oleh d. pemberian ganti kerugian; dan
gubernur, maka pihak yang keberatan e. pelepasan tanah instansi.
masih dapat melakukan gugatan ke PTUN Tahapan ini dilakukan sepenuhnya oleh
dan terus kasasi ke MA jika gugatan lembaga pertanahan atau dimaksud
ditolak di PTUN(Pasal 23 UU PTUP). Proses Badan Pertanahan nasional (BPN). Dalam
yang demikian rigid dan memakan waktu tahapan ini yang biasanya menjadi krusial
lama dalam tahap persiapan ini adalah masalah musyawarah penetapan
merupakan tantangan tersendiri bagi ganti kerugian. Banyak pelaksanaan
upaya penyediaan tanah bagi pengadaan tanah yang molor waktunya
pembangunan kepentingan umum. karena sulit tercapainya kesepakatan
Untungnya, UU PTUP telah mengantisipasi dalam tahap ini. Nilai ganti kerugian per
dengan penetapan jangka waktu untuk bidang tanah dinilai oleh penilai yang
masing-masing proses dalam tahap ditetapkan oleh lembaga pertanahan
persiapan ini. Sehingga harapan adanya dengan dasar nilai pada saat
kepastian soal waktu di satu sisi telah pengumuman penetapan lokasi oleh
dapat dipenuhi oleh UU ini. Namun di sisi gubernur dan instansi yang memerlukan
lain, dalam prakteknya pada tahap ini tanah. Hasil penilaian dari penilai ini
RechtsVinding Online

kemudian yang dijadikan dasar dalam identifikasi penguasaan, pemilikan,


musyawarah penetapan ganti kerugian. penggunaan, dan pemanfaatan tanah.
Bagi yang tidak sepakat dengan Tentu ke depan perlu dilakukan
bentuk/besaran ganti kerugian yang pembenahan ke dalam institusi BPN itu
ditetapkan dalam musyawarah tersebut, sendiri berkaitan dengan penertiban
mereka dapat mengajukan keberatan ke terhadap surat-surat tanda bukti bukti hak
pengadilan negeri (PN) dan lanjut kasasi yang beredar di masyarakat, karena dari
ke MA jika masih keberatan dengan situlah pangkal dari banyak permasalahan
putusan PN. Jangka waktu proses masing- sengketa tanah pada umumnya terjadi.
masing upaya hokum juga telah diatur dan Hal ini selain akan mempermudah tugas
ditetapkan dalam UU PTUP sehingga BPN yang berwenang dalam tahapan
meminimalisir berlarutnya proses pelaksanaan pengadaan tanah, juga akan
penggantian kerugian. Bagi yang masih mempercepat lancarnya proses
menolak pemberian ganti kerugian pengadaan tanah di kemudian hari.
berdasarkan hasil musyawarah ataupun Program-program jemput bola seperti
upaya hukum ke PN atau MA, ganti sertifikasi gratis (prona) terhadap tanah-
kerugian dititipkan ke PN setempat. tanah masyarakat perlu diperluas
Dalam tahapan ini nampak bahwa UU jangkauannya di seluruh tanah air dan
PTUP telah memberikan peluang dan diperbanyak jumlahnya.
kesempatan upaya hukum yang memadai Sebagai tahap akhir dari proses
bagi para pihak yang menolak ganti pengadaan tanah untuk pembangunan
kerugian dalam pelaksanaan pengadaan kepentingan umum adalah tahap
tanah. UU PTUP juga telah mengantisipasi penyerahan hasil pengadaan tanah
adanya tuntutan hokum atas objek kepada instansi yang memerlukan tanah
pengadaan tanah yang telah diserahkan yang akan melakukan pembangunan
pada saat menerima ganti kerugian kepentingan umum dengan terlebih dulu
dengan membebankannya menjadi mendaftarkan tanah yang diperolehnya
tanggung jawab pihak yang menerima sesuai ketentuan peraturan perundang-
ganti kerugian, termasuk terhadap undangan yang berlaku. Berdasarkan
keabsahan dan kebenaran bukti perhitungan, keseluruhan tahapan dalam
kepemilikan atau penguasaan tanah yang pengadaan tanah untuk kepentingan
menjadi objek pengadaan tanah. Hal ini umum ini jika seluruh prosesnya ditempuh
untuk mencegah terjadinya sengketa kurang lebih akan memakan waktu 442
tanah lanjutan setelah selesainya hari. Tentunya akan lebih cepat dari itu
pelaksanaan pengadaan tanah. Apalagi jika beberapa proses dilewati atau tidak
dihadap-hadapkannya penuntut atau diajukan keberatan atau upaya hokum ke
penggugat atas objek pengadaan tanah lembaga peradilan. Dalam konteks
dengan instansi yang memerlukan tanah. efisiensi waktu dan penyelesaian sengketa
Oleh karenanya lembaga pertanahan atau masalah yang muncul dalam
diharapkan cermat dan berhati-hati sekali pengadaan tanah pernah diusulkan
pada saat proses inventarisasi dan dibentuk pengadilan khusus agraria yang
RechtsVinding Online

sekaligus menjadi pengadilan yang dilakukan “spekulan/mafia” tanah pasca


menyelesaikan sengketa tanah di luar pengumuman penetapan lokasi
kasus pengadaan tanah. Namun usulan ini pembangunan.
tidak mendapatkan kesepakatan dalam Walaupun demikian, adanya UU
pembahasan UU PTUP. Begitu pula PTUP yang sekarang ini sedikitnya telah
adanya usulan pembentukan semacam memberi harapan kepada proses yang
bank tanah (Land Banking) seperti praktek lebih baik, transparan, dan lebih
di negara-negara maju (swiss, swedia) berimbang dalam pengadaan tanah untuk
dilakukan dimana pemerintah secara pembangunan kepentingan umum antara
kontinyu melakukan “pencadangan” kepentingan masyarakat dan kepentingan
tanah yang akan dipergunakan sebagai pemerintah. Jika seluruh ketentuan UU
lokasi rencana pembangunan untuk PTUP dan peraturan pelaksanaannya
kepentingan umum, dengan cara dapat dijalankan secara konsisten dan taat
pemerintah memperoleh tanah kemudian aturan (terutama soal jangka waktu pada
menyimpannya untuk persiapan rencana tiap proses) oleh para pihak dalam
pembangunan di masa yang akan datang. pengadaan tanah maka hambatan
Jadi pengadaan tanah dilaksanakan jauh masalah tanah bagi pembangunan
sebelum kebutuhan tanah untuk diharapkan akan dapat terselesaikan.
pembangunan dilaksanakan. Hal ini selain Awal Januari 2015 (setelah habis masa
berdampak pada stabilitas harga tanah, transisi sistem lama per 31 Desember
juga memastikan lahan benar-benar telah 2014 berdasarkan peraturan pelaksana)
siap karena seluruh proses pembebasan sebagai awal dimana seluruh proses
lahan telah selesai dan tidak lagi pengadaan tanah sudah harus mengikuti
“bermasalah”. UU PTUP walaupun tidak sistem yang baru berdasarkan UU PTUP
secara tegas mengadopsi konsep bank dan peraturan pelaksananya tentu
tanah, tetapi mengenal konsep land menjadi peluang yang harus ditangkap
freezing dimana setelah penetapan lokasi presiden baru sekaligus tantangan dalam
pembangunan untuk kepentingan umum upaya mempersiapkan sedini mungkin
diumumkan oleh gubernur dan instansi konsep perencanaan pembangunan yang
yang memerlukan tanah, pihak yang matang dan profesionalitas aparatur
berhak hanya dapat mengalihkan hak atas pendukung (supporting system) dalam
tanahnya kepada instansi yang pengadaan tanah seperti aparatur
memerlukan tanah melalui lembaga lembaga pertanahan, pemerintah daerah,
pertanahan (Pasal 27 ayat (3) UU PTUP). Hal termasuk para hakim yang akan memutus
ini untuk menghindari terjadinya eskalasi keberatan-keberatan yang diajukan dalam
harga tanah akibat jual beli tanah yang proses pengadaan tanah.

*
Penulis adalah Perancang Undang-undang Bidang Ekonomi dan Keuangan, Sekretariat Jenderal DPR RI.

Anda mungkin juga menyukai