Anda di halaman 1dari 4

DISEMINASI

1. Pengertian
Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan
kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul
kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi
merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarannya berdasarkan sebuah
perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan baik melalui diskusi atau
forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk
melaksanakan inovasi (Ibrahim, 2008).
2. Tujuan
Adapun Tujuan diseminasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual
understanding) di dalam individu maupun suatu kelompok.
3. Proses Tahapan
Menurut Rogers dan Floyed Shoemaker (1987), proses keputusan inovasi terdiri dari 5
tahap, yaitu (a) tahap pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap
implementasi, dan (e) tahap konfirmasi.
a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi
tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri
untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu
inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif.
b. Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan
proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang
berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi
inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran.
Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan
informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi
disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik
inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi.
b. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan
yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima
inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak
akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia
mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu,
baru kemudaian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecah
menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih
cepat diterima.
c. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung keaktifan baik
mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan
dalam praktek. Pada umumnya impelementasi tentu mengikuti hasil keputusan
inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima
inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan
yang tidak tersedia. Kapan tahap implementasi berakhir ? Mungkin tahap ini
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu
sendiri.
d. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang
telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau
menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam
konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi paling tidak
berusaha menguranginya.
4. Strategi Pelaksanaan
Dalam konteks strategi penerapan diseminasi, prinsip komunikasi efektif penting untuk
tercapai common interest. Untuk itu, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan,
yaitu:
a. menentukan dan memahami tujuan.
b. mengidentifikasi pesan inti atau kunci (key messages) yang akan dikomunikasikan.
c. mehamami target audience: siapa saja yang terlibat, siapa yang dipengaruhi, siapa
yang tertarik? Informasi apa yang mereka butuhkan? Bagaimana reaksi mereka? Apa
konsern atau minat mereka?
d. menentukan media yang paling efektif.
e. memotivasi audiens untuk memberi tanggapan atau masukan.
f. frekuensi penyampaian pesan.
g. memperhitungkan dampak, baik negatif atupun positif. Dalam hal ini, ukuran sukses
sebuah program komunikasi yaitu pesan yang sampai saja, tidak cukup. Perlu
evaluasi, sejauh mana audiens memahami dengan baik pesan kunci dan menganalisis
apakah semua strategi sesuai dengan persoalan yang dihadapi atau alasan komunikasi
(Cees Leeuwis, 2006).
5. Media
Media secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga kelas utama:
a. media massa konvensional
b. media interpersonal; dan
c. media hibrida baru (new media).
Masing-masing memiliki karakteristik dasar sebagai berikut:
a. Pertama, media massa konvensional (koran, radio, televisi), bahwa seorang pengirim
dapat mencapai banyak orang dengan media tersebut tanpa terlibat dalam interaksi
langsung dengan audiens.
b. Kedua, pada media interpersonal, pertukaran berlangsung lebih langsung, dan
pengirim dan penerima dapat dengan mudah berubah peran. Kebanyakan komunikasi
interpersonal terjadi tanpa media artifisial (misalnya tanpa alat teknologi) dan
melibatkan kehadiran fisik orang.
c. Ketiga, media hibrida baru (new media) yang muncul karena perkembangan
teknologi komputer dan telekomunikasi mengkombinasikan potensi yang ditawarkan
media massa dan komunikasi interpersonal. Internet, misalnya, merupakan media
yang secara potensial mencapai audiens luas yang membiarkan aktivitas antara
penerima dan pengirim sampai taraf tertentu

Anda mungkin juga menyukai