Anda di halaman 1dari 18

Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No.

4 December 2013: 205-214

Stratigrafi dan Tektonika Cekungan Ketungau Timur,


Kalimantan Barat selama Paleogen
Suyono
Centre for Geological Survey, Geological Agency, Ministry of Energy and Mineral Resources
Jln. Diponegoro No.57 Bandung, Indonesia
Corresponding Author: suny_96@yahoo.com
Manuscript received: October 24, 2013, revised: November 11, 2013, approved: December 12, 2013

Abstrak
Cekungan Ketungau Timur merupakan salah satu cekungan perbatasan di Indonesia yang beberapa di antaranya
telah teridentifikasi memiliki potensi minyak dan gas, terutama di Indonesia bagian timur. Publikasi yang tersedia tentang
penelitian geologi di lapangan dan eksplorasi ekstensif di Cekungan Ketungau Timur sampai saat ini masih terbatas.
Penelitian sedimentologi dan biostratigrafi terperinci mengenai runtunan batuan sedimen akan digunakan untuk
merekonstruksi sejarah tektonika dan paleogeografi cekungan tersebut. Sedimen Kelompok Mandai terdiri atas tiga
fasies, yaitu fasies batulumpur, fasies pasir bersih, dan perselingan antara lapisan batubara tipis, serpih batubaraan, dan
fasies batulempung. Namun, setiap fasies memiliki karakteristik lingkungan pengendapan barrier-island dan sistem
asosiasi pantai-dataran.
Kata kunci: Cekungan Ketungau Timur, Paleogen, Kelompok Mandai

PENDAHULUAN penggeseran benua Asia Tenggara muncul dan


terkena bagian yang berbeda beberapa kali pada
Kalimantan barat merupakan daerah masa kenozoikum.
perbatasan bagi beberapa sumber daya alam yang Pada jurnal ini akan dijelaskan secara
konvensional maupun tidak konvensional seperti geologi, stratigrafi dan setting tektonik cekungan
mineral yang ekonomis, batubara dan hidrokarbon Ketungau Timur, daerah Kalimatan Barat pada
terutama di cekungan Ketungau dan Melawi. kurun paleogen pada data dasar sedimentologi dan
Secara geologis, bagian Kalimantan Barat bisa biostratigrafi yang terperinci. Semua sampel
terbagi menjadi beberapa bagian provinsi geologi cekungan Ketungau Timur dikumpulkan selama
yaitu cekungan Laut Cina Selatan pada bagian penelitian Pusat Survey Geologi (PSG) pada tahun
barat ke barat laut, Rajang Accretionary Prism 2009 dan 2010.
pada bagian utara dan Pegunungan Schwaner pada
bagian Selatan. Cekungan Ketungau Timur ini METODE PENELETIAN
dibatasi garis bujur 112○ 30’ ke 114○ dan 0○ to 1○
garis lintang utara (Figure1). Menyelesaikan tujuan untuk
Berikutnya sejarah rotasi Kalimantan pembelajaran, investigasi geologi secara spesifik
menyangkut pusat relatifnya merupakan masalah dan analisis laboratorium telah dilaksanakan.
debat interpretasi termasuk “tidak ada rotasi” (Lee Kemudian pembelajaran difokuskan pada analisis
and Lawyer 199), “perputaran searah jarum jam” grafis tiap-tiap anggota Mandai Group, dengan
(Rangin dkk., 1990), “(perputaran berlawanan arah bagian logging menggunakan kompas geologi dan
jarum jam” (Hailee dkk., 1978; Hamilton 1979; GPS. Pada dasarnya setiap fasies Mandai Group
Hall;196; Charlton, 2000; dan Tjia, 2012) dan terpilih secara resprsentatif, dimana didukung
“perputaran campuran” ( Briais dkk., 1993 pada dengan mengkoleksi sampel batuan untuk analisis
Hall, 1996). Pengumuman terakhir oleh Tjia laboratorium , seperti analisis pollen dan
(2012) berpendapat bahwa Kalimantan tidak foraminifera, batu eval pyrolysis dan analisis GM
mengalami perputaran searah jarum jam selama – MS agar mendapatkan umur dan lingkungan
masa cenozoikum, sedangkan penyebaran secara pengendapan pada basin Ketungai Timur. Analisis
dinamis cekungan Lauta Cina Selatan , yang secara Paleontologi yang dilakukan pada
condong tajam ke barat Lempeng Pasifik, laboratorium paleontology GSI, sementara itu dua
Samudera india – Lempeng Australia yang analisis terakhir dikerjakan di laboratorium
pergerakannya ke sebelah utara dan kemungkinan LEMIGAS dengan mengikuti prosedur standar.
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

Penelitian sedimentologi dan biostratigrafi yang Evolusi paleografik Cekungan Ketungau


terperinci mengenai runtunan batuan sedimen yang Timur antara zaman kapur akhir dan kala tersier
akan digunakan untuk merekonstruksi stratigrafi awal , dan tetap meninggalkan perdebatan seperti
cekungan Ketungau Timur yang telah cekungan tanjung (Pieters dkk. 1993) dan terkait
diperbaharui. proses subduksi (William dan Harahap, 1987).
Penulis berasumsi bahwa cekungan Ketungau
GARIS BESAR GEOLOGI Timur (cekungan Mandai) terbentuk oleh kolisi
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

antara Schwaner Arc dan Lempeng Eurasia batupasir dan batulempung dengan lapisan
selama zaman kapur akhir sampai kala tersier batubara lokal.
awal dan tertafsirkan sebagai cekungan busur Pada bagian hulu sungai Sebilit ,
muka sedngkan Pegunungan Schwaner I – tipe cekungan Ketungau Timur sedimennya didominasi
daerah granitoid merupakan busur magmatik. oleh batupasir, dan batulempung yang mewakili
Boyan Melange terletak di selatan dan Sarawak bagan bawah Mandai Group. Pembukaannya bisa
Accretionary Prism di bagian utara (akan juga ditemukan di sepanjang hulu sungai Boyan,
konsisten dengan subduksi). Pieters dkk. (1993) Mentebah dan jalan yang memotong antara sungai
menamakan pengendapan elastis yang mengisi Sebilit dan Boyan . Stratigrafi yang terperinci pada
sedimen cekungan Paleogen pada bagian utara bagian bawah fasies betulempung ditandai sebagai
Kalimantan Barat oleh Manda Group. alterasi laut dangkal abu-abu gelap, batulempung
Penelitian Mandai Group dikerjakan lanauan, dan batupasir berbutir sangat halus yang
antara 2009 dan 2010 sepanajang sungai Sebilit, terpilah baik (Figure 2a). Selain itu pda bagian
Boyan, Mentebah dan Semangut. Area fasies bawah fasies fasies batulempung didominasi oleh
batupasir dan batulempung masuk ke dalam air laminasi parallel batulanau ungu-kemerahan dan
secara perlahan pada bagian utara dan selaras pada batulempung dengan lapisan tipis karboniferus
lapisan atas Selangkai Group dan batuan dasar di (Figure 2b). Pada umumnya fasies batulempung
Putussibau dan perbatasan segi empat Sintang. mempunyai alas dip antara 15 sampai 30 derajat ke
utara dan timurlaut.
STRATIGRAFI DAN TEKTONIK Hasil analisis foraminifera, ichnofossil
dan palinologi (Table 1) didukung oleh batuan-
Stratigrafi eval pyrolysis dan GC – MS mode result (Figures
Mandai Group yang pertamakali telah 3 dan 4) yang cenderung memunjukkan
menetapkan oleh Pieters dkk.,(1993) yang terdiri pengendapan laut transisi terbuka yang terdangkal
dari batupasir berbutir sedang sampai halus, anoxic sampai sub oxic. Fasies tersebut memiliki
batulempung, batulanau dan lapisan batubara lokal ketebalan kurang lebih 150 m pada daerah hulu.
yang terdapat pada sungai Mandai. Fasies batulempung dikorelasikan pada formasi
Penelitian terakhir pada cekungan Kantu pada cekungan Ketungau Timur.
sedimen Mandai Group membagi menjadi tiga Fasies‘Pasir bersih’ ditemukan pada
fasies yaitu dari atas kebawah sebagai fasies bagian pertengahan sedimen kala paleogen Mandai
batulempung, fasies batupasir bersih dan alternasi Group, yang ditandai dengan batupasir kuarsa
putih hingga coklat, batupasir berbutir sedang
hingga kasar dengan terpilah baik ,menunjukkan
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

batupasir massive dan well bedded dengan struktur


mengkilap , stratigrafi yang memotong, muncul
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

mudrapes. Urutan ini muncul terekpos baik pada


sungai Boyan, bukit Nangapayan dan sungai
Mentebah. Bagian bawah pada fasies pasir bersih
dominnnya terkandung cross-bedding dengan jarak
dari 20-30 cm mewakilkan skala medium
(Conybeare dan Crook 1996). Pada badan pasir ini
(bar pasir) merupakan terbentuk pertamakali pada
bagian atas fasies ‘pasir bersih’. Fasies ini selaras
dengan lapisan atas fasies batulempung dan
dikorelasikan dengan batupasr Tutoop pada
cekungan Ketungau Barat. Ketebalan urutan ini
sekitar 150m pada bukit Nangapayan, Kabupaten
Simpangsuruk.
Karena terjadinya Rosalia dan Skolithos
ichnofossil (Table 1), urutan ini kemungkinan
lingkungan pengendapannya sebagai barrier bar
pada lingkungan tidal. Arah paleocurrent pada

fasies batupasir pada arah baratlaut, utara dan


timur laut. Sumber fasies pasir bersih (Figure 5)
kemungkinan granit Schwaner dan basement
metamorfik dari gunung Schwaner.
Alternasi batupasir dan batulempung
dengan serpih batubara selaras dengan lapisan atas
fasies ‘pasir bersih’ dan terbentuk pada bagian atas
sedimen paleogen Mandai Groups. Fasies ini
didominasi batupasir berbutir sedang hingga kasar
dan pada beberapa area juga ditandai dengan
adanya batulanau dan batulempung dengan
laminasi parallel dan lapisan tipis batubara (Figure
6) pada area sungai Boyan, Sebilit dan Mentebah
dan pada area rendah dekat dengan wilayah
Nangasuruk.
Bagian stratigrafi pada sisi utara sungai
Sebilit dan Boyan menunjukkan alternasi
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

batulanau abu-abu berlaminasi parallel dan tidal datar dari zona supratidal hingga intertidal.
batupasir berbutir halus laminasi planar foreset Satuan sedimentasi dikorelasikan dengan cekungan
pada lapisan bagia bawah pada urutan ini (Figure Ketungau Barat.
7). Info tambahan, struktur flaser dan lenticular Bagian atas fasies ini pre-dominannya
juga terlihat pada area yag berdekatan dengan terkandung alterasi tipis lapisan batubara, serpih
sungai Sebilit (Figure 8). Stuktur sedimentasi ini batubara dan batulempung. Urutan ini terdapat
muncul setelah terbentuk secara partikuler pada pada perbukitan yang memotong belakang sebuah
ligkungan tidal datar dan subtidal, dimana kondisi perkebunan lokal di Desa Tanjung Harapan,
aliran arus atau gerakan gelombang disebabkan Kabupatan Nangasuruk. Pada umumnya, fasies
endapan pasir yang teralternasi dengan kondisi air kumpulan batubara dan serpihan batubara
lemah ketika lumpur terendapkan (Boggs, 2010). bermacam antara 10○ – 32 ○ ke arah timur laut.
Lingkugan pengendapan pada urutan ini pada area Urutan ini dijelaskan sebagai lingkungann rawa
tidal datar sampai muara subtidal dengan
terkadang energy transport lemah.
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

Evolusi Tektonik
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

Paleografi Indonesia bagian barat pada zaman batulempung dengan lapisan tipis batubara
kapur sampai awal tersier (Figure 9) bisa (Figure10).
dijelaskan ketika gunung granitoid Schwaner dan Sedimen Mandai Group terdiri dai tiga
ophiolite terdeformasi tinggi dan batuan samudera fasies dimana setiap fasies mempunyai karakter
sebagai tektonik melange dan formasi hancur dari tipikal lingkungan pengendapan barrier-island dan
Sambas pada bagian barat dan Mangkaliat pada system asosiasi pantai- daratan. Tiga fasies bisa
bagian timur terbentuk karena subduksi bagian bergabung dengan sebgaimana :
barat lempeng Laut Cina Selatan pada bagian Fasies batulempung merupakan tipe
bawah lempeng Eurasia. laminasi parallel batulanau abu-abu kemerahan dan
Di Sintang ( Herayanto dkk., 1993) dan batulempung dengan lapisan tipis karbon dan
Putussibau (Pieters dkk, 1993) peta geologi Boyan alternasi batulempung abu-abu gelap kelanuan laut
Melange tersebar luas dari Nanga Tepuai hingga dangkal dan batupasi berbutir halus terpilah baik.
Boyan. Melange terdiri dari fragmen batupasir Urutan batuan yang kaya akan fosil jejak, pollen,
bongkah, rijang, skis, serpenit, batulempung, dan foraminifera yang menandakan lingkungan
diorite, basalt, dan batugamping yang tertanam laut dangkal terbuka sampai subtidal.
pada belahan tinggi dan chloritized yang Fasies ‘pasir bersih menjadi bagian tengah
menembus dan memotong matrik pelitik sedimen Mandai Group yag dicirikan batupasir
(Harahap, 1995). kuarsa putih hingga coklat, batupasir berbutir
Selama akhir kapur hingga awal tersier, sedang hingga kasar terpilah baik, batupasir yang
dua fase sedimen terjadi pada cekungan Ketungau menunjukkan massiv dan well bedded, dan muncul
Timur. Fase sedimen pertama yaitu sepanjang mudrapes lokal. Fasies ini terendapkan sebagai
akhir kapur ketika laut dangkal hingga dalam urutan bar barrier pada lingkungan tidal datar,
pada formasi Selangkai terisi cekungan fore-arc gerakan gelombang dan arus badai dengan
bagian barat dan timur penurunan Ketungau. terdakang energy transport yang tinggi.
Formasi Selangkai dan Kommplek Busan
dijelaskan sebagai basement cekungan Ketungau KESIMPULAN
Timur. Mandai Group bagian atas tdak selaras
dengan formasi Selangaki selama awal tersier di Cekungan Ketungau Timur terbentuk dari
cekungan Ketungau Timur , diikuti perputan akhir kapur hingga akhir eosen ketika sedimen
Kalimatan searah jarum jam 50○ (Tija., 2012) dan fore-arc pada formasi Selangkai mengisi cekungan
fase tambahan pada sisi utara. Deformasi terakhir ini. Sedimen Mandai Group yang terdiri dari
pada bagian barat Kalimantan mungkin batulempung pada bagian bawah, fasies ‘pasir
digambarkan oleh intrusi Sintang dimana bersih’ pada bagian tengah dan alternasi lapisan
didapatkan dari busur magmatisme dan dihasilkan tipis batubara, serpih batubara dan fasies
oleh kerak lelehan Laut Cina Selatan pada akhir batulempung pada bagian atas yang selaras
oligosen hingga awal miosen ( Hartono dan dengan formasi Selangkai. Tiga fasies pada group
Suyono, 2006) . ini disarakan sebagai pengendapan barrier-island
yang berasosiasi dengan sistem pantai – daratan.
DISKUSI Info tambahan, urutan stratigrafi cekungan
Ketungau Timur mempunyai kesamaan karakter
Berdasarkan data startigrafi dan sejarah dan penyebaran litologi dengan cekungan
tektonik Kalimantan Barat dari awal kapur hingga Ketungau Barat dan cekungan Melawi pada bagian
tersier disarankan pengembangan cekungan selatan. Formasi ini terdapat pada atas formasi
Ketungau Timur termasuk Ketungau Barat dan Selangkai pra- tersier selama Paleogen.
cekungan Melawi dimulai ketika Peleogen. Pada akhirnya, penelitan sedimen dan
Selama Paleogen, Formasi Kantu, geofisika lainnya pada area gunung Menyukung
batupasir Tutoop dan formasi Ketungau dibutuhkan untuk peneletian supaya bisa
terakumulasi pada bagian barat cekungan dikorelasikan stratigrafi antara cekungan Ketungau
Ketungau. Selama periode ini, bagian dominannya dan barat dan peristiwa tektonik Boyan dan Lubuk
mulai diisi oleh pengendapan sedimen Mandai Antu mélanges.
Group dengan fasies batulempung, fasies ‘pasir
bersih’ dan alternasi batupasir dan fasies Sambutan--- Tidak akan mungkin untuk menyelesaikan
jurnal ini tanpa bantuan kelompok kerja yang bertanggung
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

jawab untuk Atlas Cekungan Sedimen Indonesia, Pusat Rocks, Northwest Borneo. Australian Journal of Earth
Survei Geology and peninjau Jurnal Geologi Indonesia . Sciences, 34, p. 405-415.
Terimakasih kepada Dr. R. Sukhuyar dan Dr. Yunus
Kusumabrata utntuk izin menerbitkan jurnal ini.

Referensi
Boggs, Jr., S., 2010. Petrology of sedimentary rocks,
Second Edition. Lambridge University Press,
Cambridge, 612pp.
Charlton, T.R., 2000. Tertiary evolution of the eastern
Indonesia collision complex. Journal of Asian Earth
Sciences, 18, p.603-631.
Conybeare, C.E.B. and K.A.W. Crook., 1986. Manual of
sedimentary structures. Bureau of Mineral Resources
Australia Bulletin, 102, p.327.
Haile, N. S., 1978. ‘Reconnaissance palaeomagnetic results
from Sulawesi, Indonesia and their bearing of the
palaeogeographic reconstruction’. Tectonophysics, 46,
p.77-85.
Hall, R., 1996. Reconstructing Cenozoic SE Asia. In: Hall,
R. and Blundell, D.J., (Eds.), Tectonic evolution of
Southeast Asia, Geological Society of London, p.153-
184.
Hamilton, W. 1979. Tectonics of the Indonesian Region.
U.S. Geological Survey Professional Paper, p.345-
1078.
Harahap, B.H., 1995. The Boyan melange West
Kalimantan, origin and tectonic environment. Bulletin
of the Geological Research and Development Centre,
Bandung.
Hartono, U. and Suyono, 2006. Identification of Adakite
From The Sintang Intrusive in West Kalimantan.
Journal of Geological Resources, 16, p.173-178.
Hermiyanto, G.M. and Suyono, 2011. Organic
Geochemistry and Rock Eval Pyrolysis of Eocene fine
Sediments, East Ketungau Basin, West Kalimantan.
Indonesian Journal of Geology, p.95-104.
Heryanto, R., William, P.R., Harahap, B.H., and Pieters,
P.E., 1993. Geology of the Sintang Sheet area, scale 1 :
250.000. Geological Research and Development
Centre, Bandung.
Lee, Y. T. and Lawyer, A. L., 1995. Cenozoic plate
reconstruction of Southeast Asia. Tectonophysics, 251,
p.85-138.
Pieters, P.E., Surono, and Noya, Y., 1993. Geology of the
Putussibau Sheet area, scale 1: 250.000. Geological
Research and Development Centre, Bandung.
Rangin, C., Dahrin, Pubellier, R M., and the Tethys
working group, 1990. A simple model for the tectonic
evolution of Southeast Asia and Indonesia region for
the past 43 m.y. Geology Society of France, 6, p.889-
905.
Taylor, B. and Hayes, D.E., 1983. Origin and history of the
South China Sea Basin. The tectonic and geologic
evolution of southeast Asia Seas and island, part 2. In:
Hayes, D.E. (Ed). Geophysical Monographs of
American Geophysic Union, Washington, 27, p.23-56.
Tjia, H.D., 2012. The Paleo-Orientations of Northwestern
Borneo and Adjacent South China Sea Basin.
Indonesian Journal of Geology, 7, p.67-76.
Williams, P.R. and Harahap, B.H., 1987. Preliminary
Geochemical and Age Data From Postsubduction Intrusive
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

mudrapes lokal. Urutannya terlihat dengan urutannya (Figure 7). Tambahan, flaser dan
baik pada sungai Boyan, bukit Nangapayang dan lenticular bedding juga terlihat pada area yang
sungai Mentebah. Pada bagian bawah fasies pasir berdekatan dengan sungai Seblit (Figure 8).
bersih didominasi cross-bedding yang tersusun Struktur sedimen ini muncul telah terbentuk secara
dimulai dari 20-30 cm yang mewakili skala partikuler pada lingkunagn tidal datar dan
medium (Conybeare dan Crook, 1986). Bagian
badan pasir ini ( bar pasir) pertamakali terbentuk
pada bagian bawah fasies ‘pasir bersih’. Fasies ini subtidal, dimana kondisi aliran arus atau gerakan
selaras dengan lapisan atas fasies batulempung dan gelombang disebabkan unit pengendapan pasir
dikorelasikan dengan batupasir Tutoop di yang dikorelasikan dengan formasi Ketungau di
cekungan Ketungau Barat. Ketebalan urutan cekungan Ketungau Barat.
lapisan ini sekitar 150m pada bukit Nangapayang, Pada urutan paling bawah fasies
Kabupaten Simpangsuruk. didominasi yang berkomposisi lapisan tipis
Karena terjadinya Rosalia dan Skholithos batubara, serpih batubara, dan batulempng.
ichnofossil (Table 1 ) kemungkinan urutan Urutannya terdapat pada perpotongan bukit
pengendapannya sebagai barrier bar di lingkungan dibelakang pertenakan lokal di Desa Tanjung
tidal. Arah pelocurrent pada fasies batupasir yaitu harapan, Kabupaten Nangasaruk. Pada umunya
barat laut, utara, dan timur laut. Sumber fasies dip fasies batubara yang terikat dan serpih
batupasir bersih (figure 5) kemungkinan granit batubara bermacam-macam antara 10-32 ke timur
Schwaner dan basement metamorf dari Gunung laut. Pada bagian ini diinterprestasikan sebagai
Schwaner. rawa tidal rendah sampai lingkungan subtidal
Alternasi batupasir dan batulempung muara dengan terkadang transport energi yang
dengan lapisan batubara berbaring selaras dengan rendah.
fasies ‘pasir bersih ‘ dan membentuk bagian atas
sedimen paloegen Mandai Group. Fasies ini Evolusi Tektonik
didominasi oleh batupasir berbutir sedang hingga
sangat halus dan beberapa juga ditandai adanya Paleografi Indonesia bagian barat selama
batulanau dan batulempung dengan laminasi masa kapur sampai awal tersier ( Figure 9) bisa
parallel dan lapisan tipis batubara (Figure 6). dijelaskan kapan gunung granitioid Schwaner dan
Penyebaran urutannya sepanjang area hilir sungai deformasi tinggi opholite dan batuan samudera
Boyan, Sebilit, dan Mentebah dan di daerah sebagai tektonik melange dan merusak formasi
lembah sekitar area Nangasuruk. dari Sambas di Barat ke Mangkalhat di timur
Bagian Stratigrafi pada sisi utara sungai yang terbentuk karena subduksi bagian barat
Seblit dan Boyan menunjukkan laternasi laminasi Lempeng Laut Cina Selatan garis batas Lempeng
batulanau abu-abu gelap pada bagian bawah Eurasia.
Di Sintang ( Heryanto dkk., 1993) dan
Putussibau (Pieters dkk., 1993) peta geologi Boyan
melange terlihat luas dari Nanga Tepuai ke Boyan.
Melange terdiri dari fragmen dan balok

batupasir, rijang, skis, serpentin, batulempung,


diorite, basalt, dan batugamping yang tertanam
pada pecahan tinggi dan yang dapat menembus
yang memotong matriks politic (Harahap 1995)

Selama zaman kapur akhir sampai awal


tersier, ada dua tahap sedimentasi yang terjadi di
cekungan Ketungau. Tahap pertama sedimentasi
ialah menyajikan selama zaman kapur akhir ketika
laut dangkal dan laut dalam pada formasi
Selangkai terisi cekungan fore-arc cekungan
Ketungau Barat dan Timur. Formasi Selangkai dan
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

kompleks Busang terinprestasikan sebagai


basement cekungan Ketungau. Mandai Group
terbentuk diatas formasi Selangkai selama awal
tersier pada cekungan Ketungau Timur, diikuti
putaran 50 derajat dengan tidak searah jarum jam
Kalimantan (Tija) dan perluasan tahap pada sisi
utara. Deformasi terkahir pada bagian Barat
Kalimantan yang kemungkinan diwakilkan oleh
intrusi Sintang yang memperoleh dari sebuah
busur magmatisme dan menghasilkan lelehan Laut
Cina Selatan muda pada akhir oligosen sampai
awal miosen (Hartono dan Suryono, 2006) .

DISKUSI

Pada berdasakan data yang stratigrafi dan


sejarah tekntonik Kalimantan Barat pada kapur
awal hingga tersier menyarankan pengembangan
cekungan Ketungau Timur termasuk cekungan
Melawi yang dimulai pada saat paleogen.
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

Selama paleogen, formasi Kantu, batupasir Tutoop, membentuk bagian bawah sedimen Mandai Group.
dan cekungan Ketungau terakumulasi pada bagian Bagian ini ditunjukkan sebagai lingkungan rawa
barat cekungan Ketungau. Selama periode ini, tidal datar sampai lagoon subtidal dengan
bagian barat lebih dominan diisi oleh pengendapan terkadang transportasi energy rendah.
sedimen Mandai Group dengan fasies
batulempung, fasies ‘pasir bersih’ dan alterasi KESIMPULAN
batupasir dan fasies batulempung dengan lapisan
tipis batubara (Figure 10). Cekungan Ketungau Timur terbentuk dari
Sedimen Mandai Group terdiri dari tiga awal zaman kapur hingga akhir eosen dimana
fasies dengan setiap fasies mempunyai tipe sedimen fore-arc Mandai Group mengisi pada
karakteristik lingkungan pengendapan barrier-pul cekungan ini. Sedimen Mandai Group yang terdiri
dan asosiasi system strand-plain. Tiga fasies dari fasies batulempung pada bagian bawah fasies
tersebut bisa terjadi bersamaan dengan mengikuti : ‘pasir bersih’ di tengah dan alternasi lapisan tipis
Fasies batulempung merupakan tipe parallel batubara, serpih batubara dan fasies batulempung
laminasi batulanau abu-abu kemerahan dan pada bagian atas formasi Selangkai. Ada 3 fasies
batulempung dengan lapisan tipis yang yang disaranakan pada grop ini sebagai
mengandung karbon dan alterasi batulempung pengendapan pulau barrier yang berasosiasi
abu-abu gelap laut dangkal yang kelanauan. dengan pengedapan strand plain system.
Urutan batuan dimana kaya akan fosil jejak, pollen Info tambahan, urutan stratigrafi
dan foraminifera yang mengindikasikan cekungan Ketungau Timur mempunyai karakter
lingkungan laut dangkal terbuka sampai lagoon yang sama dan penyebaran litologi dengan
subtidal. cekungan Ketungau Barat dan cekungan Melawi
‘Fasies pasir bersih’ menjadi bagian pada bagian selatan. Formasi tersebut berada diatas
tengah sedimen Mandai Group yang dicirikan pada formasi Selangkai pra-tersier selama
batupasir kuarsa berwarna putih hingga coklat, paelogen.
batupasir berbutir sedang hingga kasar dan terpilah Akhirnya, seismic dan pembelajaran
baik yang menunjukkan batupasir massive dan geofisika lainnya tentang area Gunung Menyukung
well bedded dengan struktur scour, stratifikasi harus dikerjakan agar untuk dikorelasikan
yang memotong, dan terjadi mud rapes lokal. stratigrafinya antara cekungan Ketungau Barat dan
Fasies tersebut terendapkan sebagai urutan bar Timur dan kejadian tektonik Boyan dan Lubuk
barrier, pada lingkungan tidal datar, yang terekspos Antu Melanges.
pada gerak gelombang dan arus badai dengan
transportasi energi yang kadang-kadang tinggi .
Alternasi antara lapisan tipis batubara,
serpihan batubara, dan fasies batulempung yang
Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 4 December 2013: 205-214

Anda mungkin juga menyukai