Subduksi di bawah Jawa akan selalu terjadi selama pulau ini duduk di tepi aktif
lempeng yang saling berkonvergen atau bertemu. Jawa duduk di batas selatan
lempeng benua Eurasia dan batas utara lempeng samudra Hindia. Kedua lempeng
ini saling bertemu dan lempeng Hindia dalam pertemuan itu menekuk di bawah
Jawa. Maka selama kedua lempeng saling berkonvergen dan selama Jawa ada di
situ maka subduksi terjadi terus. Subduksi bukan dua kali terjadi tetapi menerus
selama sejarah geologi dengan kondisi tektonik yang sama. Dua kali itu adalah
umur busur magmatiknya, bukan umur subduksinya.
(2) Subduksi tak akan berhenti sebagai subduksi, tetapi akan diiikuti oleh akresi
kerak2 tambahan hasil subduksi yang berjalan terus. Ini menyebabkan tepi benua
makin melebar atau benua semakin meluas oleh tambahan kerak baru hasil akresi.
Maka, jalur2 subduksi berikutnya pasti akan semakin mundur ke arah lautan.
Bagaimana pola akresi time 0, akan mempengaruhi arah subduksi time 1, pola
akresi time 1 akan mempengaruhi arah subduksi time 2, dst.
Pola anjakan di Jawa, terutama sejak Paleogen Atas sampai saat ini memang
banyaknya ke utara, migrasi jalur anjakan di Jawa Barat ke arah utara semakin
muda pernah dibahas oleh Pak Sujono Martodjojo (1982) dan itu benar. Kemudian,
pola anjakan di bagian timur Jawa Tengah dan seluruh Jalur Kendeng dari sekitar
Cepu sampai Selat Madura memang ke utara juga (lihat paper2 saya di proceedings
IAGI 2004, 2005, proceedings IPA 2004, 2007 tentang RMKS, deepwater Jawa,
dan tektonik Jawa Tengah). Pola anjakan di Pegunungan Selatan yang dikonsepkan
oleh Pak Budianto saya pikir bernalar juga sebab bisa dibilang sekitar 3/4 pola
anjakan di Jawa terjadi ke utara, 1/4-nya lagi memang ke selatan dan ini hanya di
Zone Rembang. Mengapa sebagian besar ke utara ? Karena, principal stressnya
(orde I) memang ke utara yaitu karena subduksi kerak samudra Hindia di selatan
Jawa.
Subduction roll back adalah gejala terlalu curamnya sudut Benioff jalur
penunjaman, sehingga seolah-olah jalur subduksi sebelum roll back dan saat roll
back berguling balik (roll back) ke arah samudra (dari landai ke curam, dari time 0
ke time 1) yang menyebabkan kerak transisi di tepi benua ikut retak akibat tarikan
ke belakang/gulingan balik jalur penunjaman. Akibatnya retakan ini telah
menyebabkan pola2 block faulting di tepi benua, inilah yang kemudian menjadi
cekungan akibat roll back. Hubungannya dengan Pegunungan Selatan, harus dicek
dulu. Kerak samudra di selatan Jawa yang menyebabkan roll back itu umur berapa
? Kalau seumur atau sedikit lebih tua dari Pegunungan Selatan yang Oligo-Miosen,
maka kerak samudra roll back yang curam itu telah menyebabkan jalur magmatik
Old Andesite Pegunungan Selatan di dekatnya. Tetapi saya tak yakin itu
berhubungan, sebab kerak roll back di selatan Jawa yang diperkirakan adalah yang
berumur Eosen, dan itu tak membentuk jalur magmatik. Maka, tak ada hubungan
antara roll back subduction di selatan Jawa pada Eosen dengan jalur magmatik
Pegunungan Selatan yang Oligo-Miosen - terlalu jauh gap umurnya.