Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Bronchopneumonia

Bronchopneumonia adalah peradangan bronkiolus (saluran nafas

kecil pada paru-paru). Peradangan ini biasanya pada umumnya disebabkan

oleh infeksi. Bronchopneumonia diawali oleh infeksi saluran nafas atas

bagian atas dan menyebar kebagian bawah. Pada bronchopneumonia

peradangan terjadi pada bronkiolus. (Yolanda, 2015).

Bronchopneumonia adalah radang paru paru yang mempunyai

penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di

dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Wijayaningsih, 2013).

Bronchopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru

yang disebabkan oleh infeksi, bakteri, atau virus. Penyakit ini umum terjadi

pada bayi dan anak, walaupun dapat juga terjadi pada semua usia (Arif

Mutaqin, 2012)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan,

bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau

beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak

infiltrat yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan benda asing.

1
2

2. Etiologi

Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena

disebabkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap

viruslensi organisme patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa

ditemukan adalah :

a. Bakteri : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, Streptococcus

Hemoliticus Aureus, Haemophlus Influenza, Basilus Friendlander,

Mycobacterium Tuberclosis.

b. Virus : Respiratory syntical, virus influenza, virus sitomegalik

c. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices

Dermatides, Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma

pneumonia.

d. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopneumonia adalah

- Faktor predisposisi : usia, dan genetik

- Faktor pencetus : Gizi buruk, berat badan lahir rendah (BBLR),

imuniasasi yang tidak lengkap, polusi udara, dan kepadatan

tempat tinggal.

3. Tanda dan Gejala

a) Mendadak atau didahului oleh ISPA

b) Pertukaran di paru-paru tidak lancer

c) Tubuh bayi kadang terasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu

batuk dan bernafas

d) Batuk disertai sputum kental, (Ngastiyah, 2011)


3

e) Anoreksia : Nafsu makan menurun

f) Nafas atau ada seperti ditekan

g) Batuk produktif sering terjadi pada malam hari.

h) Batuk (ronchi) yang terdengar dengan tanpa stetoskop

4. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

a. Anatomi (Arief Muttaqin, 2012)

Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pernafasan

(sumber http://www.klinikku.com jam 11.36 diambil tanggal 18 Juli 2017)

b. Sistem Pernafasan terdiri atas :

1) Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara

ke paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan


4

melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam

paru-paru.

2) Faring dan Tenggorokan

Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut

ke laring. Faring dibagi menjadi tiga: nafofaring, orofaring, dan

larofaring.

3) Laring atau Pangkal Tenggorokan

Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya

vokalisasi, melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing

dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak

suara. Terdiri atas : epiglottis, glottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,

kartilago arytenoid dan pita suara.

4) Trakea atau Batang Tenggorokan

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin dari

tulang-tulang rawan.

5) Bronkus atau Cabang Tenggorokan

Merupakan lanjutan dari trakea melewati karina, terdiri dari bronkus

kiri dan kanan,, broncus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan

kelanjutan dari trakea yang arahnya hamper vertical sebaliknya

bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan

dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus

kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
5

yang ukuranya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronchiolus

terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli,.

Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di

kelilingi oleh otot-otot polos sehingga ukuranya dapat berubah.

6) Paru-Paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung alveolidan bagian terkecil dari alveoli ialah alveolus yang

dilapisai dinding tipis atau septum. Lubang ini memungkinkan

komunikasi antar sakus alveolaris terminalis. Alveolus hanya

mempunyai satu sel lapis saja yang diameternya lebih kecil

dibandingkan diameter sel darah merah.

c. Fisiologi Sistem Pernafasan (Hidayat, 2012)

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) di

dalam tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi, dan tranfortasi.

1) Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer, dalam proses

ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, diantaranya

adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi

tempat tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian

sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal

lain yang mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraxs dan paru

pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya.


6

Adanya jalan nafas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang

terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh

sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat

menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian

kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat

menyebabkan vasokintriksi atau proses penyempitan, dan adanya

refleks batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya proses

ventilasi, adanya peran mucus cliaris yang sebagai penangkal benda

asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus. (Hidayat,

2012).

2) Difusi Gas

Merupakan pertukaran gas antara oksigen alveoli dengan kapiler paru

dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya diantaranya

(Hidayat,2012)

a) Luasnya permukaan paru

b) Tebal membran respirasi yang terdiri atas epitel alveoli dan

interstisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila

terjadi proses penebalan

c) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 , hal ini dapat terjadi seperti

O2 dari alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena

pulmonalis (masuk dalam darah secara beridifusi) dan pCO2 dalam

arteri pulmonalis juga akan berdisfusi ke dalam alveoli


7

d) Afnitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat

Hb.

3) Transportasi Gas

Merupakan tranfortasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2

jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transfortasi, O 2 akan berikatan

dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma

(3%). Kemudian pada transfortasi CO2 akan berikatan dengan Hb

membentuk karbominohemolobin (30%), dan larut dalam plasma

(3%). Kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%)

(Hidayat, 2014).

5. Patofisiologi

Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran

nafas. Mula mula terjadi edema karena reaksi jaringan yang mempermudah

proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang

terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear,

fibrin, eritrosit, cairan udema dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium

ini disebut stadium hepatisasi merah.

Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke permukaan pleura, terdapatnya

fibrin dan leukosit polimorfonuklear di alveoli dan terjadinya proses

fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu.

Akhirnya jumlah sel makrofag di alveoli meningkat, sel akan berdegenerasi

dan fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut

stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena


8

akan tetap normal. Antiobiotik yang diberikan sedini mungkin dapat

memotong perjalanan penyakit hingga stadium khas yang diuraikan di atas

tidak terlihat lagi.

Beberapa bakteri tertentu lebih sering menimbulkan gejala tertentu

bila dibandingkan dengan bakteri lain. Demikian pula bakteri tertentu lebih

sering ditemukan pada kelompok umur tertentu. Misalnya Streptococus

Pnemoniae biasanya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata

diseluruh lapangan paru, namun pada anak besar atau remaja dapat berupa

konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris).

Pneumatokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh

streptokokus aureus pada neonatus atau bayi kecil karena streptokokus aureus

menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolizin, leukosidin,

stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enxim ini menyebabkan nekrosis,

perdarahan dan kavitasi, koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan

menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin

hingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi

koagulase dan virulensi kuman stafilokokus yang tidak menghasilkan

koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumatokel dapat

menetap sampai ber bulan-bulan tetapi biasanya tidak memerlukan terapi

lebih lanjut.

Mikrobakterium Pneumoniae menimbulkan peradangan dengan

gambaran beragam pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah

atau remaja. Mikrobakterium pneumoniae cenderung berkembang biak pada


9

permukaan sel mukosa saluran nafas. Akibat terbentuknya H2O2 pada

metabolismenya maka yang terjadi adalah deskuamasi dan ulserasi lapisan

mukosa, edema dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi

saluran nafas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu relatif singkat

antara 24 – 28 jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang cukup luas

(Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).


19
Virus bakteri jamur
(penyebab)

Masuk ke alveoli

Dilatasi pembuluh darah Merusak parenkim paru


Kuman berlebih di bronkus Kuman berlebih di bronkus

Gangguan difusi dalam


Infeksi saluran pernafasan
Terjadi peradangan plasma
bawah Terjadi peradagan

Mucus bronkus Akumulasi secret berlebih di Gangguan pertukaran gas


meningkat bronkus Merangsang hipothalamus Peningkatan enzim di
lambung

Anak batuk Bersihan jalan nafas tidak


Penigkatan suhu tubuh Mengeluarkan hormon
efektif
bradikinin kembung

Nafsu makan
menurun Nyeri dada
Nafsu makan menurun

Intake kurang
Intake kurang

Asupan nutrisi
kurang dari Intoleransi aktivitas Asupan nutrisi kurang dari
kebutuhan kebutuhan
20

6. Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

Dampak Bronchopneumonia terhadap pemenuhan kebutuhan dasar

manusia adalah sebagai berikut :

a) Pemenuhan O2

Adanya peradangan saluran pernafasan bagian atas pada anak dengan ISPA

biasanya akan terjadi mukus membran alveolus mengalami penebalan

sehingga akan sehingga akan terjadi gangguan disfusi, ventilasi juga

teranggu akibat pengembangan paru-paru tidak optimal, klien akan

mengalami dyspnea, adanya penggunaan otot pernafasan seperti retraksi

intercostalis dan penafasan cuping hidung, apabila ventilasi dan difusi terus

terganggu anak akan terjadi sianosis dengan akral terasa dingin, kuku, bibir,

dan mukosa akan tampak kebiruan atau bewarna pucat.

b) Cairan Elektrolit dan Peningkatan Suhu Tubuh

Dengan adanya peradangan pada saluran pernafasan bagian atas maka

metabolism tubuh meningkat, panas tubuh meningkat, demam dan mengigil

sehingga tubuh mengalami thermoregulasi atau rasa nyaman suhu

terganggu. Dengan peningkatan suhu tubuh, semakin banyak penguapan

dan tubuh semakin banyak kehilangan cairan dan elektrolit, apabila

berlangsung lama akan terjadi gangguan cairan dan elektrolit tubuh.

c) Aktivitas

Takipneu, suplai oksigen ke paru-paru berkurang dan terjadinya edema paru

dapat menghambat difusi gas dalam paru-paru dan transportasi oksigen ke

sel dan jaringan perifer terganggu, dampaknya metabolism sel menurun,


21

pembentukan ATP atau penghasilan energy untuk aktifitas, terjadi

kelemahan dan kelelahan dampaknya terjadi intoleransi terhadap aktifitas.

d) Nutrisi

Terjadinya peradangan pada saluran pernafasan bagian atas akibat ISPA

menyebabkan tubuh memerlukan energi yang banyak untuk

mempertahankan jaringan tubuh, bahan makanan yang mengandung nutrisi

yang dibutuhkan tubuh bertambah untuk memenuhi metabolism sel yang

meningkat, suhu tubuh akan menggunakan jarigan sel sekitarnya yang sehat

dalam pemenuhan perbaikan jaringan yang rusak, apabila dalam tubuh

sudah kehilangan bahan makan siap makan yaitu nutrisi yang dimakan atau

di minum oleh klien, tubuh akan menggunakan cadangan makanan yang

tersimpan dalam hati (glikogen), lemak, dan protein.

e) Istirahat Tidur

Pada anak dengan ISPA biasanya produksi mukus yang meningkat di

saluran nafas, terjadi mekanisme tubuh untuk mengeluarkannya dengan

rangsangan batuk, mukus terus diproduksi selama infeksi, batuk terjadi

terus menerus baik produktif maupun tidak, takipneu, hiperventilasi, dan

suplai oksigen berkurang, terjadi pengkatan PO 2 dan H+ dalam arteri darah

dan penurunan PO2 merangsang inpuls pusat pernafasan di medulla

oblongata, rangsangan neuron motoric pernafasan pada lateral dan ventral

medulla spinalis .

f) Rasa Nyaman dan Nyeri


22

Terjadi iritasi dan hipersekresi sel akibat eksudat dan mukus, apabila terjadi

pergerakan cairan pleura akan bergesekan dan dapat menimbulkan nyeri

dada.

g) Psikologi

Klien mengalami oksigenasi, biasanya dirawat di rumah sakit untuk

pemenuhan kebutuhan oksigen, pemulihan kondisi klien yang lama dan

perawatan di rumah sakit yang memerlukan cukup biaya akan

menimbulkan dampak kecemasan pada keluarga. Klien akan mengalami

gangguan dalam pembentukan kasih saying orang tua dan

perkembanganya. Pada keluarga yang kopingnya kurang efektif akan

menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi klien, ketakutan terjadi pada

klien, perasaan bersalah, kebingungan berlebihan atau sedih atau perasaan

bersalah. (Hidayat, 2014)

7. Komplikasi

Menurut Arif Mansjoer, 2014. Apabila penyakit ini tidak dapat

mendapatkan penanganan yang tepat maka akan timbul komplikasi yang bisa

membahayakan tubuh anak tersebut, misalnya:

1) Gangguan pertukaran gas

2) Obstruksi jalan nafas

3) Gagal Nafas

4) Efusi Pleura

5) Abses paru

6) Meningitis bakterials
23

7) Pneumothorax

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada bronchopneumonia ( Arief Muttaqin ,2012 )

terbagi menjadi 3 :

1) Pemeriksaan Diagnostik

a) Photo Thoraks

Hasil photo thoraxs pada bronchopneumonia terdapat bercak-bercak

infiltrate pada satu atau beberapa lobus.

2) Laboraturium

a) Uji sputum, untuk mengetes gram bakteri, kultur dan sensifitas

b) Darah lengkap, khususnya untuk mengetahui nilai leukosit, biasanya

menunjukan lekositosis dapat mencapai 15.000-40.000/mm dengan

pergeseran ke kiri.

c) Kultur darah untuk mendeteksi organisme yang masuk ke pembuluh

darah

d) Urine kultur, mengetahui keadaan klien, kemungkinan terdapat

albuminuria ringan karena suhu yang naik

e) Pemeriksaan serum elektrolit, untuk mengukur elektrolit, dan kreatinin.

3) Therapy

Pengobatan biasanya diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi.

Biasanya diberikan, menurut (Cecily L. Betz, 2011 : 563)

a) Ampisilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV 4 x sehari dan kloksasilin 50 mg/kg/

24 jam IM/IV 4 x sehari. Eritromicin 50 mg/ kg/ 24 jam oral 4 x sehari


24

dan klorampenicol dosis sama dengan gentamisin 5-7 mg/kg./24 jam 2-3

x sehari

b) Pemberian O2 lembab ½ liter/menit dengan rumus

TV= BB X (10-15 cc)

MV= TV X Frekuensi Respirasi

O2 yang dibutuhkan 21% X MV = liter/menit

c) Bronchopneumonia tanpa komplikasi dapat sembuh dengan resolusi yang

sempurna dalam 1-2 minggu (Cecility L. Betz, 2011 : 563)

B. Konsep Dasar Tumbuh Kembang pada Usia Toodler (1-3 tahun)

1. Konsep Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang merupakan proses berkesinambungan yang terjadi

sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa, dan suatu manifestasi

yang kompleks dari perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi. Istilah

tumbuh kembang mencakup 2 peristiw yang sifatnya berbeda , tetapi saling

berkaitan dan sulit dipisahkan.

a. Pertumbuhan

Perubahan yang bersifat kuantitatif yaitu bertambahnya jumlah,

ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu anak tidak hanya

bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ

tubuh dan otak.

1) Berat Badan
25

Pertambahan berat badan usia toodler rata-rata 1,4 sampai 2,3 kg

pertahun ( Terry Keyle dan Susan Carman,2015).

2) Tinggi Badan

Panjang/ tinggi badan meningkat rata-rata 7,5 cm pertahun ( Terry

Keyle dan Susan Carman, 2015)

3) Lingkar Kepala

Lingkar kepala bertambah sekitar 2,54 cm sejak usia 1 dan 2 tahun,

kemudian bertambah rata-rata 1,27 cm pertahun samai anak usia 5

tahun. Fontatel anterior harus ditutup pada saat anak usia 18 bulan.

Ukuran kepala menjadi lebih proporsional terhadap sisa tubuh yang

lain saat mendekati 3 tahun (Hagan, Shaw,dan Duncan 2008)

4) Lingkar Dada

Lingkar dada normalnya melebihi lingkar kepala.

5) Gigi

Umumnya saat anak berusia 20 bulan anak memiliki gigi primer atau

gigi susu sebanyak 16 gigi

b. Perkembangan (development)

Perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah

kemampuan (Skill) strukur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan/maturasi

(Soetjiningsih,2015).

1) Gerakan Motorik Halus


26

Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik

dan koordinasi neuromuscular yang baik, fungsi fisual yang akurat dan

kemampuan intelek nonverbal. Pada umur 15 bulan sudah bisa

memegangi cangkir, masukan jari kelubang, membuka kotak, melempar

benda. (Riyadi,2011)

2) Gerakan Motorik Kasar (Gross Motor)

Perkembangan motorik kasar merupakan aspek pertimbangan lokomasi

(gerakan) dan postur (posisi tubuh). Pada umur 15 bulan sudah bisa

berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. (Riyadi, 2011)

3) Bahasa

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan

anak, karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap keterlambatan

atau kelainan pada system lainya, seperti kemampuan kognitif,

sensorimotor, psikologis, emosi, dan lingkungan. Pengendalian untuk

berbagai bunyi ucapan biasanya dikuasai lebih dulu pada awal kata-kata.

Pemahaman terhadap apa yang dibicarakan sudah sangat baik, serta

dapat membuat beberapa kalimat terdiri 3 atau beberapa suku kata, anak

mulai bertanya dengan menggunakan kata Tanya “tidak”kemudian

menggunakan kata Tanya “apa” dan akhirnya anak dapat terlihat dalam

percakapan singkat (Soetjiningsih, 2015).

4) Sosial
27

Ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan

keluarga juga mulai membentuk ikatan baru denga tema sebaya (Peer

groop ), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.

5) Hospitalisasi

Anak usia toodler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber

stressnya. Sumber stress utama adalah akibat perpisahan. Respon

perilaku anak sesuai dengan tahapanya, yaitu tahap protes, putus asa, dan

pengingkaran.. pada tahap protes, perilaku yang ditujukan adalah

menangis kuat, menjerit atau menolak perhatian yang diberikan pada

orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditujukan adalah

menangis berkurang, anak sudah tidak aktif, sedih, dan apatis. Pada

tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukan secara samar mulai

menerima perpisahan, membina hubungan dangkal dan anak mulai

terlihat menyukai lingkupnya.

C. Proses Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toodler (1-3 tahun)

Proses keperawatan adalah keperawatan adalah metode sistematik

dimana perawat bersama klien secara bersama sama menentukan masalah

keperawatan, yang selanjutnya disusun perencanan tindakan untuk mengatasi

masalah keperawatan tersebut ( Hidayat, 2012) .

Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu : pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian
28

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi

tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk

menentuan diagnosa keperawatan (Hidayat, 2012)

Dibawah ini pengkajian yang dilakukan pada penyakit

Bronchopneumonia sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

1) Identitas Klien

a) Identitas anak

b) Identitas keluarga terdiri dari ayah, ibu,wali

c) Identitas penanggung jawab mencakup : nama, umur, jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan alamat

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Keluhan utama menjelaskan keluhan yang terjadi saat

dikaji. Pada anak dengan Bronchopneumonia adalah sesak

nafas.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan menjelaskan tentang riwayat

perawatan di rumah sakit, alergi, penyakit kronis dan riwayat

operasi. Selain itu juga menjelaskan tentanag riwayat penyakit

yang pernah diderita klien yang ada hubunganya dengan


29

penyakit sekarang seperti riwayat panas, batuk pilek, atau

penyakit serupa pengobatan yang dilakukan.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga menjelaskan keadaan

kondisi anggota keluarga apakah ada yang pernah menderita

penhyakit serupa dengan klien pada periode 6 bulan terakhir,

riwayat penyakit menular, maupun penyakit keturunan

3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a) Riwayat kehamilan/persalinan

Ada penyakit bronchopneumonia tidak dipengaruhi oleh

adanya gangguan atau kelainan pada kehamilan/persalinan.

4) Riwayat Imunisasi

a) Imunisasi

Riwayat imunisasi pada usia toodler (2 tahun),

menanyakan tentang (usia klien pada saat di imunisasi, jenis

imunisasi) dan reaksi yang diharapkan dan catatan alasan anak

belum mendapat imunisasi bila ada. Catatan imunisasi yang

telah diberikan yaitu imunisasi BCG, DPT 1, DPT 2, DPT 3,

Polio 2 , Polio 3, dan Polio 4, Hepatitis B, 3x. campak, dll.

Penyakit infeksi pernafasan pada anak sebenarnya dapat dicegah

dengan imunisasi, kebanyakan kasus penyakit infeksi saluran

pernafasan belum mendapatkan imunisasi BCG dan DPT.


30

5) Riwayat Tumbuh Kembang

a) Pertumbuhan

Menilai tingkat pertumbuhan klien meliputi :

pertumbuhan yaitu tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,

lingkar lengan, pertumbuhan gigi, dan lain-lain.

b) Perkembangan

Riwayat perkembangan yang dikaji sesuai dengan

tingkat usia klien. Aspek pengkajian mencakup : personal sosial,

motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.

6) Asuhan Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan

fungsional menurut Gordon :

a) Pola Persepsi Sehat-Penatalaksanaan Sehat

Data yang muncul sering orang tua bersepsi mungkin anaknya

batuk masih menganggap belum terjadi gangguan serius,

biasanya orang tua menganggap anaknya benar-benar sakit

apabila anaknya sudah mengalami sesak nafas.

b) Pola Metabolik Nutrisi

Anak dengan bronchopneumonia sering muncul anoreksia

(akibat respon sistemik melalui control saraf pusat), mual dan

muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak

peningkatan toksik mikroorganisme).


31

c) Pola Eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat

perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.

d) Pola Tidur-Istirahat

Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur

karena sesak. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap,

mata merah, anak juga sering menangis pada malam hari karena

ketidaknyamanan tersebut.

e) Pola Aktifitas-Latihan

Anak tampak menurun aktifitas dan latihanya sebagai dampak

kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong

orang tuanya atau bedrest.

f) Pola Kognitif- Persepsi

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah

disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi

dan oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak tampak bingung

kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.

g) Pola Persepsi Diri-Konsep Diri

Tampak gambaran orang tua terhadap anaknya diam kurang

bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan, terhadap orang lain

meningkat.
32

h) Pola Peran Hubungan

Anak tampak malas untuk diajak bicara baik teman sebaya

maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu

bersama dengan orang tua.

i) Pola Toleransi Stress-Koping

Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah

anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang

dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah.

j) Pola Nilai-Keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan

untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

7) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

Keadaan umum klien diamati mulai saat pertama kali

bertemu klien, dilanjutkan sewaktu mengukur tanda-tanda vital

(tekanan darah, suhu, pernafasan, dan denyut nadi), dan sewaktu

mengukur tinggi badan, dan berat badan.

b) Tingkat Kesadaran

Kualitatif : Composmentis, apatis, somnolent, sopor,

Soporocomatus, dan koma

Kuantitatif : Pediatic Coma Scale


33

1) Eye

Membuka mata spontan :4

Rangsang Verbal :3

Dengan Nyeri :2

Tidak ada respon :1

2) Motorik

Spontan :6

Melokalisir nyeri :5

Menjauhkan dan nyeri :4

Flexi terhadap nyeri :3

Exstensi terhadap nyeri :2

Tidak ada respon :1

3) Verbal (>2tahun)

Berorientasi :5

Bingung :4

Acuh :3

Tidak komprehensif :2

Tidak Ada respon :1

c) Tanda Tanda Vital

Tekanan Darah : Normal (sistolik 75-115,

Diastolic 45-80)

Nadi : <100-160 x/menit

Respirasi : 30-40x/m
34

Suhu : >38 C

d) Pemeriksaan Head To Toe

1) Kepala

Mengamati bentuk kepala dan kesimetrisan, sutura, dan

fontanel anterior dan posterior, pertumbuhan rambut. Pada

kliem bronchopneumonia biasanya akan ditemukan rambut

mudah rontok karena kekurangan nutrisi, rambut tampak

kotor, dan lengket akibat peningkatan suhu.

2) Mata

Mengamati bentuk dan kesimetrisan antara mata kiri dan

kanan, pertumbuhan alis dan bulu mata, konjungtiva anemis

atau tidak, sclera, pupil isokor atau tidak, diameter pupil,

dan refleks pupil. Pada klien dengan bronchopneumonia

biasanya akan ditemukan kondisi konjungtiva tampak pucat

akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.

3) Telinga

Bentuk dan kesimetrisan, kebersihan lubang telinga, ada

tidaknya penumpukan serumen, membrane timpani, kajian

terhadap adanya penurunan fungsi pendengaran, palpasi

terhadap adanya nyeri tekan. Pada klien bronchopneumonia

biasanya akan ditemukan otitis media akut jika terjadi

komplikasi
35

4) Hidung

Bentuk dan kesimetrisan, adakah pernafasan dengan cuping

hidung, amati adanya perdarahan, keluar cairan/secret,

palpasi terhadap adanya nyeri tekan dan sumbatan. Pada

pasien bronchopneumonia biasanya ditemukan pernafasan

cuping hidung, penumpukan secret, adanya sianosis.

5) Mulut, lidah, dan gigi

Bentuk dan kesimetrisan, kebersihan mulut, lidah, dan

gigi,amati terhadap sianosis di bibir, keadaan lidah, ada

tidaknya perdarahan di gusi atau sariawan, kaji terhadap

kelengkapan, dan karang gigi, serta masalah dalam

tumbuhnya gigi dan terhadap adanya kesulitan menelan.

Pada klien bronchopneumonia biasanya akan ditemukan

sianosis akibat kurangnya suplai oksigen ke jaringan dan

mukosa bibir kering.

6) Leher

Inspeksi bentuk, kaji adanya nyeri menelan, pergerakan

leher, palpasi terhadap adanya nyeri, ada atau tidaknya

pembesaran thyroid dan kelenjar getah bening dan terhadap

adanya masa pembengkakan.

7) Dada dan Jantung

Inspeksi kesimetrisan dada, terdapat lesi atau tidak, adanya

retraksi dinding dada atau tidak, palpasi terhadap adanya


36

nyeri dada, kaji suara paru dengan perkusi, auskultasi bunyi

jantung, dan paru serta kaji adanya suara tambahan atau

tidak. Pada klien bronchopneumonia biasanya ditemukan

ronchi atau wheezing dan kemungkinan terdapat retraksi

dinding dada.

8) Abdomen

Inspeksi bentuk kesimetrisan, terdapat lesi atau tidak, turgor

kulit kembali kurang dari 3 detik atau tidak, auskultasi

bising usus, palpasi apakah ada pembesaran hati dan ginjal.

Pada pasien bronchopneumonia biasanya ditemukan

ekspansi kuman melalui darah yang masuk ke dalam saluran

pencernaan dan mengakibatkan infeksi sehingga terjadi

peningkatan peristaltic usus.

9) Punggung dan Bokong

Kaji kesimetrisan pergerakan dada, kaji warna kulit, adanya

luka atau tidak pada punggung dan bokong, terdapat lesi

atau tidak, kaji suara paru bagian belakang dengan perkusi,

kaji adanya suara tambahan atau tidak saat auskultasi paru.

Pada klien bronchopneumonia biasanya akan ditemukan

bunyi ronchi saat dilakukan auskultasi pada paru bagian

belakang dan ketidaksimetrisan pergerakan thoraxs saat

dipalpasi.
37

10) Genetalia dan Anus

Inspeksi terhadap kelainan bentuk, kaji terhadap adanya

iritasi pada perineal dan anus

11) Ekstremitas Atas dan Bawah

Bentuk dan kesimetrisan antara tangan kiri dan kanan serta

kaki kiri dan kanan, kelengkapan jari, kebersihan, adanya

luka atau tidak, pertumbuhan bulu, terdapat sianosis atau

tidak ada ujung jari, kaji edema, Capilliary Refill Tune

(CRT) kembali kurang dari tiga detik atau tidak, turgor kulit,

kehangatan merata atau tidak, pada klien bronchopneumonia

biasanya akan ditemukan sianosis pada ujung jari, biasanya

CRT kembali lebih dari 2 detik (Nursalam,2012)

8) Data Psikososial

Hal-hal yang perlu diperlu dikaji dalam data psikososial untuk

memudahkan dalam menentukan intervensi diantaranya:

a) Respon anak terhadap kecemasan

b) Respon anak terhadap kehilangan kendali

c) Respon anak terhadap trauma fisik

d) Mekanisme koping anak pada hospitalisasi\

e) Reaksi dan mekanisme koping keluarga terhadap hospitalisasi

anak
38

9) Analisa Data

Analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan

konsep, teori, prinsip, asuhan keperawatan yang relevan dengan

kondisi klien. Analisa data dilakukan untuk pengesahan data,

pengelompokan data, membandingkan data, menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan klien.

Tabel 2.1

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Jamur, virus, bakteri, protozoa Bersihan jalan
Orang tua klien napas tidak
mengatakan anaknya efektif
sering batuk dan tidak Masuk alveoli
mengeluarkan sekret.
DO:
- Klien tampak Kuman berlebihan di Broncus
batuk
- Sekret tidak
keluar pada Peradangan
waktu batuk
- Pada saat
diauskultasi Akumulasi sekret di broncus
terdengar
suara ronchi
- Takikardi Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. DS: Jamur, virus, bakteri, protozoa Gangguan
- orang tua klien pertukaran gas
mengatakan
anaknya sesak Masuk ke alveoli
bernapas
DO:
- Klien tampak
sesak bernapas Dilatasi pembuluh darah
- Respirasi
meningkat
- Tampak otot Gangguan difusi dalam plasma
bantu
39

pernapasan
- Saturasi
oksigen Gangguan pertukaran gas
menurun
3. DS: Jamur, virus, bakteri, protozoa Nyeri dada
- Pasien
mengeluh
dadanya sakit Masuk ke alveoli
DO:
- Pasien
meringis Merusak parenkim paru
kesakitan
- Terlihat
gerakan dada Infeksi Saluran pernapasan
terbalas saat bawah
bernafas
- Perilaku
distraksi, Merangsang hipotalamus
gelisah mengeluarkan hormon
bradikinin

Nyeri dada
4. DS : Jamur, virus, bakteri, protozoa Intoleransi
- Orang klien aktivitas
mengatakan
anaknya lemah Masuk alveoli
untuk
beraktivitas
Kuman berlebihan di Broncus
DO :
- Klien tampak
lemah Peradangan
- Aktivitas di
bantu
- Nadi teraba Akumulasi sekret di broncus
lemah
- Tekanan darah
menurun Mukus broncus meningkat
- Klien bedrest
- Bila klien
40

melakukan Anak batuk


aktivitas,
klien tampak
sesak. Nafsu makan menurun

Intake kurang

Asupan nutrisi kurang dari


kebutuhan

Intoleransi aktifitas
5. DS: Jamur, virus, bakteri, protozoa Nutrisi kurang
- Orang tua dari kebutuhan
klien
mengatakan Masuk alveoli
nafsu makan
anaknya
berkurang. Kuman berlebihan di Broncus
DO:
- Reflek rooting
lemah Peradangan
- Reflek sucking
lemah
- Mukosa mulut Proses peradangan
kering
- Jumlah intake
inadekuat Peningkatan enzim di lambung.
- Klien tampak
muntah
- Berat badan Kembung
menurun.

Nafsu makan menurun

Intake kurang

Asupan nutrisi kurang dari


kebutuhan
41

6. DS: Jamur, virus, bakteri, protozoa Peningkatan suhu


- Orang tua tubuh
klien
mengatkan Masuk ke alveoli
anaknya Panas

DO: Infeksi Saluran pernapasan


- Kien tampak bawah
demam
- Suhu tubuh
diatas batas Merangsang hipotalamus
normal
- Akral teraba
panas Peningkatan suhu tubuh

(Riyadi, dan Sukarmin 2011)

2. Diagnosa Keperawatan , Perencanaan Keperawatan

Diagnosa yang ditemukan pada penyakit Bronchopneumonia

menurut (Riyadi dan Sukarmin, 2011) yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum.

Kemungkinan dibuktikan oleh :

1) Pernafasan cepat dan dangkal (RR mungkin>35x/menit)

2) Bunyi nafas ronchi basah, terdapat retraksi dada dan penggunaan

otot bantu pernafasan

3) Pasien mengeluh sesak nafas

4) Batuk biasanya produktif dengan produksi sputum yang cukup

banyak
42

Tabel 2.2
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
No Intervensi Rasional
1 1. Dikaji frekuensi agar kedalaman 1. Takipneu pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada gerakan dada tak simetris terjadi
karena peningkatan tekanan dalam
paru dan penyempitan bronkus.
Semakin sempit dan tinggi semakin
meningkat frekuensi pernafasanya
2. Auskultsi area paru, catat area 2. Suara mengi mengindikasikan
penurunan atau taka da aliran terdapatnya penyempitan bronkus
udara oleh sputum.
3. Nafas dalam memudahkan ekspansi
3. Bantu pasien latihan nafas dan maksimum paru-paru atau jalan nafas
batuk secara efektif lebih kecil. Batuk secara efektif
mempermudah pengeluaran dahak
dan mengurangi tingkat kelelahan
akibat buruk
4. Mengeluarkan sputum secara
4. Suction secara indikasi mekanik dan mencegah obstruksi
jalan nafas

5. Merangsang gerakan mekanik lewat


5. Lakukan fisioterapi dada fibrasi dinding dada supaya sputum
mudah bergerak keluar
6. Meningkatkan hidrasi sputum, air
6. Berikan cairan sedikitnya 1000 hangat mengurangi tingkat
ml/hari (kecuali kontra indikasi), kekentalan dahak sehingga mudah
tawarkan air hangat dari pada dikeluarkan .
dingin
7. Membunuh mikrorganisme penyebab
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sehingga bisa mengurangi
peningkatan sputum yang merupakan
sebagai akibat timbulnya peradangan

b. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Peningkatan Tekanan

Kapiler Alveolus

Kemungkinan dibuktikan oleh:


43

1) Dispnea, sianosis

2) Takipnea dan Takikardi

3) Gelisah atau Perubahan Mental

4) Kelemahan Fisik

5) Penurunan Kesadaran

Tabel 2.3
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
No Intervensi Rasional
2 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan 1. Distress pernafasan yang
kemudahan bernafas dibuktikan dengan dyspnea dan
takipneu sebagai indikasi
penurunan kemampuan
menyediakan oksigen bagi
jaringan
2. Observasi warna kulit, catat 2. Sianosis kuku menunjukan
adanya sianosis pada kulit, vasokontriksi, sedangkan
kuku dan jaringan sental sianosis daun telinga,
membrane mukosa, dan kulit
sekitar mulut (membran hangat)
menunjukan hipoksemia
sistemik
3. Kaji status mental dan 3. Gelisah, mudah tersinggung,
penurunan kesadaran bingung, dan somnolen sebagai
petunjuk hipoksia atau
penurunan oksigenasi serebral
4. Awasi frekuensi jantung atau 4. Takikardia biasanya ada sebagai
irama akibat demam atau dehidrasi
tetapi dapat sebagai respon
terhadap hipoksia
5. Awasi suhu tubuh 5. Demam tinggi sangat
meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan
oksigenasi seluler
6. Kolaborasi pemberian terapi 6. Tujuan dari terapi oksigen
oksigen dengan benar adalah mempertahankan nafas
pasien agar tidak sesak

c. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru

Kemungkinan di buktikan oleh:


44

1) Pasien mengeluh dadanya sakit

2) Pasien meringis kesakitan

3) Terlihat gerakan dada terbalas saat bernafas

4) Perilaku distraksi, gelisah

Tabel 2.4
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Nyeri Dada
No Intervensi Rasional
3 1. Tentukan karakteristik nyeri, 1. Nyeri bronchopneumonia
misalnya tajam, konstan, ditusuk, mempunyai karakter nyeri dalam
selidiki perubahan karakteristik meningkat saat dibuat inspirasi dan
perubahan karakter, atau lokasi biasanya menetap.
intensitas nyeri
2. Pantau tanda-tanda vital 2. Nyeri akan meningkat mediator
persyarafan yang dapat merangsang
vasokontriksi pembuluh darah
sistemik, meningkatkan kebutuhan
oksigen jaringan

3. Berikan tindakan distraksi, misalnya 3. Mengurangi fokus terhadap nyeri


mendengarkan musik anak, menonon dada sehingga dapat mengurangi
film anak ketegangan hingga nyeri

4. Berikan tindakan nyaman, misalnya 4. Tindakan non-analgesik diberikan


pijatan punggung, perubahan posisi, dengan sentuhan lambut dapat
musik tenang, relaksasi, atau latihan menghilangkan ketidaknyamanan
nafas dan memperbesar efek terapi
analgetik
5. Kolaborasi pemberian analgesik dan 5. Obat ini dapat digunakan untuk
antitusif sesuai indikasi menekan batuk non-produktif atau
proksimal atau menurunkan
mukosa berlebihan, meningkatkan
kenyamanan atau istirahat umum

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : Ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan

gangguan pola tidur.

Kemungkinan dibuktikan oleh:

1) Laporan verbal kelemahan kelelahan, keletihan


45

2) Pasien tampak lemah, saat dicoba untuk bangun pasien mengeluh

tidak kuat

3) Nadi teraba lemah dan cepat dengan frekuensi >100 kali permenit

Tabel 2.5
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Intolerensi Aktifitas
No Intervensi Rasional
4 1. Evaluasi respon pasien terhadap 1. Menetapkan kemampuan atau
aktivitas. Catat laporan dyspnea, kebutuhan pasien memudahkan
peningkatan kelemahan atau pilihan intervensi
kelelahan dan perubahan tanda
tanda vital
2. Berikan lingkungan tenang dan 2. Menurunkan stress dan
batasi pengunjung selama fase akut rangsangan berlebihan
sesuai imdikasi meningkatkan istirahat
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam 3. Tirah baring diperlukan selama
rencana pengobatan dan perlunya fase akut untuk menurunkan
kesimbangan aktifitas dan istirahat kebutuhan metabolic,
menghemat energi untuk
penyembuhan
4. Bantu pasien memilih posisi 4. Pasien mungkin nyaman
nyaman untuk istirahat dan tidur dengan posisi tinggi, tidur
dikursi atau menunduk kedepan
meja atau bantal
5. Bantu aktifitas perawatan diri yang 5. Meminimalkan kelelahan dan
diperlukan. Berikan kemajuan membantu keseimbangan suplai
peningkatan aktivitas selama fase dan kebutuhan oksigen
penyembuhan

e. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

infeksi.

1) Pasien mengeluh lemah

2) Berat badan anak mengalami penurunan

3) Kulit tidak kencang


46

4) Nilai laboraturium Hb kurang dari 9 gr/dl (normal usia 1 tahun

keatas 9-14 gr/dl

Tabel 2.6
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kebutuhan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan
No Intervensi Rasional
5 1. Identifikasi faktor yang 1. Sputum akan merangsang
menimbulkan mual dan muntah, nervus vagus sehingga
misalnya sputum banyak, berakibat mual, dyspnea dapat
pengobatan aerosol, dyspnea merangsang pusat pengaturan
berat, nyeri di medulla oblongata
2. Berikan wadah tertutup untuk 2. Setelah tindakan aerosol dan
sputum dan buang sesering drainase postural, dan
mungkin. Berikan atau bantu sebelum makan
kebersihan mulut setelah muntah
3. Auskultasi bunyi usus, observasi 3. Bunyi usus mungkin
atau palpasi distensi abdomen menurun/tak ada bila proses
infeksi berat atau memanjang.
Distensi abdomen terjadi
sebagai akibat menelan udara
atau menunjukan pengaruh
toksin bakteri pada saluran
gastrointestinal
4. Berikan makanan porsi kecil 4. Tindakan ini dapat
meningkatkan masukan
meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk
kembali
5. Evaluasi status nutrisi umum 5. Adanya kondisi kronis seperti
PPOM atau alkoholisme atau
keterbatasan keuangan dapat
menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap
infeksi dan atau lambatnya
respons terhadap

f. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia

Kemungkinan dibuktikan dengan data :

1) Pasien tampak merah wajahnya


47

2) Suhu tubuh sama dengan atau lebih 37 C

3) Pasien menggigil

4) Nadi naik (diatas 100 kali permenit)

Tabel 2.7
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Peningkatan Suhu Tubuh
No Intervensi Rasional
6 1. Kaji suhu tubuh dan suhu tubuh 1. Untuk mengetahui tingkat
dan nadi setiap 4 jam perkembangan pasien
2. Pantau warna kulit dan suhu tubuh 2. Sianosis menunjukan
vasokontriksi atau respon
tubuh terhadap demam
3. Berikan dorongan untuk minum 3. Peningkatan suhu tubuh
sesuai perasaan menimbulkan peningkatan
IWL, sehingga banyak cairan
tubuh yang keluar dan harus
diimbangi pemasukan caairan
4. Lakukan tindakan pendinginan 4. Demam tinggi sangat
sesuai kebutuhan, misalnya : meningkatkan kebutuhan
kompres hangat oksigenasi
5. Kolaborasi pemberian antipiretik 5. Mempercepat penurunan suhu
yang diresepkan sesuai kebutuhan tubuh

3. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan keperawatan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanann juga

meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien

selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

(Nikmatur Rohimah, Saiful Wahid, 2009).

4. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan


48

tenaga kesehatan lainya. Tujuan evaluasi adalah untuk melibatkan

kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang di sesuaikan dengan kriteria

hasil pada tahap perencanaan.

Setelah perawat melakukan semua proses keperawatan dari

pengkajian sampai dengan evaluasi kepada klien, maka seluruh tindaknya

harus didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan

(Putra, 2012)

Anda mungkin juga menyukai