Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. G dengan, Dengue Hemorragic Fever,
diruangan Gabungan lantai II RSUD Kabupaten Bekasi. Maka pada Bab ini penulis akan membahas
tentang kesenjangan antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi proses dari
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan
evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan dimana penulis berusaha
mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek bio-psiko-sosio dan spiritual. Hasil pengkajian
berupa data dasar, data khusus, data penunjang, pemeriksaan fisik, membaca catatan medic dan
catatan keperawatan. Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Dalam penatalaksanaan medis terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori untuk
pemeriksan diagnostic klien dengan DHF harus dilakukan pemeriksaan darah, urine, sumsum tulang,
pemeriksaan serologi, foto thorak, USG, sedangkan dikasus klien hanya dilakukan pemeriksaan
darah.

Faktor pendukung tersedianya buku referensi yang mendukung dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini, faktor penghambat dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini klien kurang terbuka dalam
memberikan keterangan dan alternative yang digunakan penulis adalah melakukan pendekatan lagi
kepada klien dan keluarga klien.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada teori terdapat Sembilan diagnose keperawatan, yaitu : peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit (viremia), nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit, gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia, kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma, gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, resiko
terjadinya syok hivopolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh, resiko infeksi
berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darah, kecemasan berhubungan dengan
kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami klien.

Sedangkan pada kasus ditemukan tiga diagnose keperawatan yaitu : gangguan rasa nyaman : nyeri
berhubungan dengan proses penyakit, peeningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme, cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit.
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat Sembilan diagnose keperawatan,
sedangkan dikasus terdapat tiga diagnose keperawatan. Pada kasus ditegakkan diagnose gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit, karena pada saat pengkajian klien
mengatakan nyeri di bagian ulu hati, nyeri muncul saat klien beraktivitas dan saat klien beristirahat,
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, wajah klien tampak meringis, klien ttampak lemas, skala nyeri 5.
Pada diagnose kedua yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, karena pada saat pengkajian klien mengatakan badannya panas (demam), ibu klien
mengatakan suhu tubuh anaknya naik-turun, suhu 38°C. pada diagnose ketiga yaitu kecemasan
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakitnya, karena pada saat pengakajian klien
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, dan klien mengatakan tidak mengetahui
penyebab dia sakit.

Faktor pendukung tersedianya buku referensi yang mendukung dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini, faktor penghambat dalam pembuatan karya tulis ini klien kurang terbuka dalam memberikan
keterangan dan alternative yang digunakan penulis adalah melakukan pendekatan lagi kepada klien
dan keluarga klien.

C. Perencanaan keperawatan

Setelah diagnose keperawatan dapat ditegakkan, maka perlu penetapan rencana keperawatan untuk
mengatasi masalah keperawatan tersebut. Kegiatan peencanaan ini meliputi : memprioritaskan
masalah, merumuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan.

Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan
masalah, merumuskan masalah, meruuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan. Penulis berusaha
memprioritaskan masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar.
Perumusan tujuan pada asuhan keperawatan berdasarkan pada metode SMART (spesifik,
measurable, asureble, reality and time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi dengan
tindakan keperawatan.

Faktor pendukung terdapat kerjasama yang baik dalam melaksanakan perencanaan yang telah
dibuat antara mahasiswa dan perawat ruangan. Factor penghambat dalam menetapkan rencana
asuhan keperawatan karena kurangnya pemahaman penulis dalam membuat rencana tindakan
dalam kasus ini, pemecahan masalah penulis akan lebih giat lagi agar dapat menetapkan masalah
sesuai dengan rencana.

D. Pelaksanaan keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara dependent yaitu
memberikan terapi injeksi ranitidine, dan drip neurosanbe pada Tn. G. pada kasus, rencana
keperawatan pada ketiga diagnose dapat dilaksanakan dalam waktu yang telah dilakukan.

Faktor pendukung dari tindakan keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dan
perawat ruangan dalam melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat dalam
melakukan tindakan keperawatan kurang kooperatifnya klien. Solusi untuk mengatasi hal tersebut,
penulis lebih melakukan pendekatan kepada klien serta melakukan pencatatan tindakan yang telah
dilakukan, dan bekerjasama dengan perawat untuk melanjutkan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat dan mendokumentasikannya.

E. Evaluasi

Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
konsep.

Pada diagnose pertama gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit, tujuan
sudah tercapai maka masalah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi, pada diagnose kedua
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, dan tujuan teratasi
maka masalah peningkatan suhu tubuh teratasi, pada diagnosa ketiga cemas berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang penyakit, dan tujuan teratasi masalah kecemasan teratasi.

Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat
ruangan, faktor penghambat adalah kurangnya kooperatif klien. Alternative permasalahan adalah
melakukan pendekatan yang lebih lagi pada klien.

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Dalam penatalaksanaan medis
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori untuk pemeriksan diagnostic klien dengan
DHF harus dilakukan pemeriksaan darah, urine, sumsum tulang, pemeriksaan serologi, foto thorak,
USG, sedangkan dikasus klien hanya dilakukan pemeriksaan darah.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat Sembilan diagnose keperawatan,
sedangkan dikasus terdapat tiga diagnose keperawatan. Dalam perencanaan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan masalah, merumuskan masalah,
meruuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan. Penulis berusaha memprioritaskan masalah
berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar. Dalam tahap pelaksanaan, penulis
dapat melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara dependent yaitu memberikan terapi injeksi ranitidine,
dan drip neurosanbe pada Tn. G. pada kasus, rencana keperawatan pada ketiga diagnose dapat
dilaksanakan dalam waktu yang telah dilakukan. Dan pada tahap evaluasi pada diagnose pertama
masalah teratasi, pada diagnose kedua masalah teratasi, dan pada tahap ketiga masalah teratasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

Untuk institusi hendaknya menambah buku-buku referensi diperpustakaan sehingga mahasiswa


dapat melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan konsep yang ada
dibuku tersebut.

Untuk mahasiswa/I lebih banyak lagi membekali diri dengan ilmu pengetahuan supaya lebih terampil
dan professional lagi dalam memberikan asuhan keperawatan.

Untuk perawat dan rumah sakit hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program
diruangan guna meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit klien dan dapat
mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Oktri. 2008. Demam berdarah dengue ; penyakit dan cara pencegahannya. Yogyakarta :
Kanisius.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan keperawatan maternitas, anak, bedah, dan penyakit dalam.
Jogjakarta : Nuha medika.
Prasetyono, Dwi Sunar.2012. daftar tanda dan gejala ragam penyakit. Jogjakarta : FlashBooks.

Sudoyo, W. Aru, dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI.

WHO.Demam berdarah dengue. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai