Anda di halaman 1dari 4

2.

5 Kebijakan penanganan, tatalaksana pencegahan dan pengendalian penyakit

Tatalaksana pengendalian flu burung

Petugas kesehatan di pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, jika menemukan
pasien dengan gejala penyakit serupa Influenza (Influenza Like Illness/ILI) disertai adanya
kontak/berada di sekitar area dengan unggas sakit/mati mendadak dalam waktu 7 hari
sebelum sakit (Suspek Flu Burung), agar segera melapor ke (Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota).

Umum

Isolasi pasien dalam ruang tersendiri. Bila tidak tersedia ruang untuk satu pasien, dapat
menempatkan beberapa tempat tidur yang masing-masing berjarak 1 meter dan dibatasi sekat
pemisah.

Penekanan akan Standar Kewaspadaan Universal.

Pergunakan Alat Pelindung Pribadi (APP) yang sesuai: masker, gaun proteksi,
google/pelindung muka, sarung tangan.

Pembatasan jumlah tenaga kebersihan, laboratorium dan perawat yang menangani pasien.
Perawat tidak boleh menangani pasien lainnya.

Tenaga kesehatan harus sudah mendapat pelatihan kewaspadaan pengendalian infeksi.

Pembatasan pengunjung dan harus menggunakan APP.

Pemantauan saturasi oksigen dilakukan bila memungkinkan secara rutin dan berikan
suplementasi oksigen untuk memperbaiki keadaan hipoksemia.

Spesimen darah dan usap hidung-tenggorok diambil serial.

Foto dada dilakukan serial.

Khusus

Antiviral Oseltamivir dan zanamivir aktif melawan virus influenza A dan B termasuk virus
AI. Rekomendasi Terapi Menurut WHO yaitu:

Oseltamivir (Tamiflu®) merupakan obat pilihan utama


Cara kerja: Inhibitor neuraminidase (NA)

Diberikan dalam 36-48 jam setelah awitan gejala

Dosis: 2 mg/kg ( dosis maksimum 75 mg) 2 kali sehari selama 5 hari

Dosis alternatif (WHO):

≤ 15 kg : 30 mg 2 x sehari

> 15-23 kg : 45 mg 2 x sehari

> 23-40 kg : 60 mg 2 x sehari

> 40 kg : 75 mg 2 x sehari

Anak usia ≥ 13 th dan dewasa: 75 mg 2 x sehari

Modifikasi rejimen antiviral, termasuk dosis ganda, harus dipertimbangkan kasus demi kasus,
terutama pada kasus yang progresif dan disertai dengan pneumonia.

Kortikosteroid tidak digunakan secara rutin, namun dipertimbangkan pada keadaan seperti
syok septik atau pada keadaan insufisiensi adrenal yang membutuhkan vasopresor.
Kortikosteroid jangka panjang dan dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping yang serius,
termasuk risiko adanya infeksi oportunistik. Meskipun badai sitokin diduga bertanggung
jawab dalam mekanisme patogenesis pneumonia akibat A/H5N1, bukti terkini belum
mendukung penggunaan kortikosteroid atau imunomodulator lainnya dalam penanganan
infeksi A/H5N1 yang berat.

Antibiotika kemoprofilaksis tidak harus dipergunakan. Pertimbangkan pemberian antibiotika


bila diperlukan yaitu jenis antibiotik untuk community acquired pneumonia (CAP) yang
sesuai sambil menunggu hasil biakan darah.

Hindarkan pemberian salisilat (aspirin) pada anak <18 tahun karena berisiko terjadinya
sindrom Reye. Untuk penurun panas, berikan parasetamol secara oral atau supositoria.

Kriteria Pemulangan Pasien

Untuk pasien anak dapat dipulangkan jika dirawat selama 21 hari dihitung dari awitan gejala
penyakit, karena anak <12 tahun masih dapat mengeluarkan virus (shedding) hingga 21 hari
setelah awitan penyakit. Apabila tidak memungkinkan, keluarga harus dilatih tentang
kebersihan pribadi, cara pengendalian infeksi (cuci tangan, anak tetap memakai masker
muka) dan tidak boleh masuk sekolah selama masa tersebut.

Kebijakan pemerintah

Peraturan presiden No. 7 tahun 2006, ditetapkan pada tanggal 13 maret 2006 tentang
Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapagaan Menghadapi Pandemi Influenza
(Komnas FBPI). Dokumen ii merupakan dasar keberadaan Komnas FBPI sekaligus juga
menjadi dasar lingkup tugas dan fungsi serta kegiatan Komnas FBPI. Pendekatan strategis
sepertipengembangan komite daerah, panel ahli, kelompok kerja, sekretariat Komnas FBPI,
dan sebagainya didasarkan pada ketentuan dalam Perpres 7/2006.

Instruksi Prisiden RI No. 1 Tahun 2007 dikeluarkan pada tanggal 12 Februari 2007
tentang Penanganan dan Pengendalian flu burung, khususnya dari, untuk, dan oleh daerah.
Disamping itu, Inpres 1/2007 juga menegaskan perlunya Satuan Tugas Penangan Flu burung
di daerah.

Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah
Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan

b. Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar.

c. Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat.

d. Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas


produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung.

Pencegahan dalam rangka pengendalian flu burung

Terkait dengan ditemukannya kasus Avian Influenza subtipe H5N1 dengan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Sedapat mungkin menghindari kontak langsung dengan itik dan atau produknya (daging,
telur, kotoran), terutama itik/unggas lain yang sedang sakit/mati.
2. Bila terpaksa harus kontak dengan itik/unggas lain dan atau produknya maka diusahakan
selalu menggunakan Alat Pelindung Diri/APD (masker, sarung tangan, kacamata, sepatu
booth).

3. Mengisolasi serta tidak memelihara itik/unggas lain bersama dengan ayam atau unggas
lainnya berada dalam 1 kandang.

4. Pemeliharaan unggas lain (ayam) dan itik kandangnya harus berjarak sekitar 25 meter dari
rumah tempat tinggal. Kandang dibersihkan secara berkala dengan menggunakan desinfektan
dan petugas pembersih menggunakan APD.

2.6 Masalah Etik dalam penangaan

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44 Tahun 2013 tentang Penghentian Pemasukan


Unggas dan atau produk segar unggas dari Negara Republik Rakyat China ke dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan informasi resmi dari Otoritas Kesehatan
Pemerintah Republik Rakyat China, wabah flu burung yang tengah melanda negara tersebut.

Merebaknya flu burung di China berimbas tujuh orang terjangkit, dua orang
meninggal dunia dan puluhan ribu unggas dimusnahkan hingga 8 Desember 2016 lalu. Badan
Karantina Pertanian melakukan pengetatan terhadap pengawasan di pintu - pintu pemasukan
dan pengeluaran di seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut untuk mewaspadai virus flu
burung menyebar ke Indonesia. Selain itu juga pengawasan antar pulau juga perlu.

file:///C:/Users/USER/Documents/General%20Guidelines%20for%20AI%20Management%2
0KOMNAS%20(Ch%201-5)_sm.pdf

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/04/160000726/indonesia.waspadai.virus.flu.
burung.dari.china

Anda mungkin juga menyukai