Anda di halaman 1dari 11

PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

oleh
KELOMPOK E
1. Vivin Riskiyana NIM 152310101011
2. Rindyawati Kusuma Sari NIM 152310101019
3. Grace A. Pakilaran NIM 152310101039
4. Regitasari Dwi Cahyani NIM 152310101180
5. Ifa Mardiana NIM 152310101196
6. Nurdianah Fajri Ronandini NIM 152310101346

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan dengan dosen
PJMK Ns. Retno Purwandari, M.Kep

oleh

KELOMPOK E

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
A. Patient Safety
Keselamatan pasien (patien safety) di rumah sakit adalah layanan dari
sistem rumah sakit yang memberikan perawatan untuk memungkinkan pasien
menjadi lebih aman. Tujuan keselamatan pasien adalah untuk mempromosikan
peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien. Pengurangan risiko pasien yang
jatuh ke rumah sakit yang dituju perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera ketika jatuh adalah salah
satu tujuan keselamatan pasien. Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindakan lanjutannya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Keselamatan pasien merupakan langkah kritis
pertama untuk memperbaiki kualitas pelayanan. Keselamatan pasien dianggap
penting untuk kualitas perawatan kesehatan dan merupakan salah satu parameter
utama yang dipantau oleh semua organisasi perawatan kesehatan di seluruh dunia.
Perawat memainkan peran penting dalam menjaga dan mempromosikan
keselamatan pasien karena sifat pekerjaan mereka.
Keselamatan pasien dianggap penting untuk pemeliharaan kualitas
perawatan kesehatan dan telah menjadi perhatian utama bagi organisasi kesehatan
di seluruh dunia. Budaya keselamatan adalah konsep yang berkembang dan
berfokus pada pencegahan kesalahan medis dan menjaga keselamatan pasien.
budaya keselamatan pasien adalah hasil dari interaksi antara sikap, nilai,
keterampilan dan perilaku untuk berkomitmen pada manajemen keselamatan di
tempat kerja.Untuk menciptakan budaya keselamatan pasien, banyak faktor harus
hadir dan ini termasuk komunikasi yang efektif, staf yang tepat, kepatuhan
terhadap prosedur, keamanan lingkungan, keamanan lingkungan, budaya,
kepemimpinan yang mendukung, orientasi dan pelatihan, dan komunikasi terbuka
tentang kesalahan medis
Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu;
Hak pasien, Mendidik pasien dan keluarga, Keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan, Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, Peran
kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, Mendidik staf tentang
keselamatan pasien, Komunikasi bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Sasaran keselamat pasien atau Patient Safety Goals. Menurut Joint
Commission International (2013) terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu
a. Identifikasi pasien dengan benar
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan ketelitian identifikasicpasien.
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
c. Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obatyang perlu diwaspadai (high-alert)
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-
lokasi, tepat- prosedur, dan tepat- pasien.
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-
lokasi, tepat- prosedur, dan tepat- pasien.
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
tepat-lokasi, tepat- prosedur, dan tepat- pasien.
Risiko Jatuh
1) Definisi Resiko Jatuh
Resiko jatuh merupakan peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat
menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011 dalam ). Penyebab jatuh
dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang
licin). Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat
berakibat cidera.
2) Faktor-faktor Risiko Jatuh
Faktor-faktor risiko jatuh dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsic dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsic atau yang biasa disebut dengan faktor
fisiologis terdiri dari riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia atau jenis kelamin,
mobilitas, atau pergerakan, eliminasi dan obat-obatan. Faktor ekstrinsik
atau biasa disebut dengan faktor lingkungan terdiri dari staffing, lantai
yang licin, pencahayaan yang redup, penghalang tempat tidur, dan
pengaturan ruangan (National Database of Nursing Quality Indicators,
2011 dalam ).
3) Pencegahan Risiko Jatuh
Dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, Standar
Akreditasi Rumah Sakit edisi satu, ada pun sasaran risiko jatuh adalah
sebagai berikut:
a. Standar rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi risiko
membahayakan pasien akibat dari cedera jatuh;
b. Tujuan: menilai dan menilai kembali risiko secara berkala setiap pasien
untuk jatuh, termasuk potensi risiko yang terkait dengan pengobatan
pasien, dan mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko yang teridentifikasi;
c. Elemen yang dapat diukur :
a) Rumah sakit merupakan suatu proses untuk penilaian awal pasien
untuk risiko jatuh dan penilaian ulang pasien ketika ditunjukkan oleh
perubahan dalam kondisi atau pengobatan atau yang lain;
b) Langkah-langkah diterapkan mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada pengkajian dianggap berisiko jatuh;
c) Langkah tersebut dipantau untuk melihat hasil tindakan, baik
kesuksesan pengurangan cedera jatuh dan apapun yang terkait
konsekuensi yang tidak diinginkan;
d) Kebijakan dan atau prosedur terus mendukung pengurangan risiko
membahayakan pasien akibat jatuh di organisasi.

Menurut Sutoto dalam KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2013)


contoh langkah pencegahan pasien jatuh adalah:

1. Anjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan;


2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang anti slip;
3. Pastikan bahwa jalur ke toilet bebas dari hambatan dan terang;
4. Pastikan lorong bebas hambatan;
5. Tempatkan alat bantu seperti tongkat/walker dalam jangkauan
pasien;
6. Pasang penghalang tempat tidur;
7. Evaluasi tinggi tempat tidur;
8. Amati lingkungan yang dianggap berpotensi tidak aman dan segera
laporkan;
9. Jangan biarkan pasien yang berisiko jatuh tanpa pengawasan;
10.Saat pasien dibawa menggunakan brandcard/tempat tidur posisi.
Bedside dalam keadaan terpasang;
11.Informasikan dan didik pasien serta keluarga mengenai perawatan
untuk mencegah terjadinya risiko jatuh.

1. Angka kejadian resiko jatuh


Angka kejadian jatuh yang ada di Indonesia maupun di Luar negeri masih
banyak terjadi dilihat dari penelitian menurut Nadzam (2009) dari hasil survai
kejadian pasien jatuh di Amerika Serikat menghasilkan 2,3 – 7/1000 pasien jatuh
dari tempat tidur setiap hari. Berdasarkan survei dari penelitian Ganz (2013)
melaporkan data sebanyak 700.000 sampai 1.000.000 orang mengalami kejadian
jatuh setiap tahun di rumah sakit Amerika Serikat. Diantaranya ada yang
menyebabkan patah tulang dan perdarahan internal (Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Cedera Amerika Serikat, 2008).
Di Indonesia data terkait insiden pasien jatuh berdasarkan laporan dari
kongres XII PERSI pada tahun 2012 menunjukan bahwa insiden pasien jatuh
termasuk ke dalam tiga besar insiden medis rumah sakit dan menduduki peringkat
kedua setelah medicine error (Komariah, 2012). Data dari laporan tersebut
memperlihatkan bahwa sebanyak 34 kasus atau setara 14% insiden jatuh di
Rumah Sakit di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa insiden pasien jatuh masih
tinggi dan masih jauh dari standar akreditasi yang menyatakan untuk insiden
pasien jatuh diharapkan tidak terjadi di rumah sakit atau 0% kejadian
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan pada tanggal 12 Oktober 2016 – 19 Oktober 2016
menyatakan bahwa indikator angka kejadian yang pertama yaitu Pengkajian awal
risiko jatuh pada pasien rawat inap pada bulan Juli 2016 ada 100%, bulan Agustus
2016 ada 98,3 %. Data yang diperoleh dari Bulan Maret–September 2016 terdapat
6 kasus insiden pasien jatuh dari total 43 insiden keselamatan pasien. Hasil
observsi menunjukkan sebagian besar program pencegahan jatuh yang belum
dilakukan yaitu assessment risiko jatuh. Assessment risiko jatuh merupakan
langkah awal untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien, apabila tidak
dilakukan maka insiden jatuh akan terjadi.
Tidak semua perawat melakukan screening pasien risiko jatuh, dari
penelitian Budiono et al (2014) di salah satu rumah sakit hanya 26,5% perawat
yang melaksanakan screening risiko jatuh. Perawat yang tidak melakukan
screening, intervensi terkait risiko jatuh hanya memperkirakan keadaan pasiennya.
Selain itu ada juga perawat yang tidak mempermasalahkan risiko jatuh pasiennya,
tidak dilakukan screening dan tidak ada intervensi. Disalah satu rumah sakit
jumlah perawat lulusan SI lebih banyak, 85% perawat melakukan penilaian MFS.
Kepatuhan perawat dalam pelayanan yang sesui standart dipengaruhi oleh usia,
pendidikan, masa kerja, dan jenis kelamin (Setyarini et al, 2012).

2. Standar Operasional Prosedur


JUDUL SOP :

Pencegahan Risiko Jatuh


PSIK

UNIVERSITAS
JEMBER
NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :
I
TANGGAL DITETAPKAN OLEH :
PROSEDUR TERBIT :
TETAP Ketua Fkep
Universitas Jember

1. PENGERTIAN Prosedur kegiatan untuk menilai dan


mengevaluasi ulang serta
mengambil tindakan pada pasien
yang memiliki risiko jatuh di
berbagai fasilitas layanan kesehatan
rumah sakit.

2. TUJUAN 1. Menciptakan budaya


keselamatan pasien
2. Meminimalisasi kejadian cedera
akibat jatuh pada pasien
3. Mengoptimalisasi penggunaan
assessment jatuh untuk
menentukan kategori risiko jatuh
4. Mendeskripsikan kebutuhan
tentang pemahaman faktor risiko
jatuh, pencegahan dan
penanganan untuk meningkatkan
kepuasan pasien dan
mengefektifkan biaya perawatan.

3. PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan identitas klien.


2. Kaji kondisi klien
3. Jelaskan pada klien mengenai
prosedur tindakan yang akan
dilakukan
4. Jaga privasi klien dan keluarga

4. PERSIAPAN ALAT 1. Walker


2. Tongkat
3. Gelang identifikasi
4. Karpet/tikar anti licin
5. Tempat tidur rendah
6. Gelang identifikasi risiko jatuh
5. CARA BEKERJA :
Tahap PraInteraksi
1. Mencuci tangan
2. Periksa nama pasien, dan catatan keperawatan
3. Menyiapkan alat

Tahap Orientasi
1. Mengucapakna salam terapeutik
2. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka
3. Merumuskan kontrak (waktu, tempat, pertemuan, dan topic
pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kembali kontrak yang telah disepakati
bersama.
4. Menanyakan persetujuan atau kesiapan (inform concent) pasien
maupun keluarga
5. Memberikan privasi kepada pasien.

Tahap Kerja
1. Berikan gelang warna kuning pada klien sebagai identifikasi risiko
jatuh
2. Posisikan kamar tidur atau tempat tidur berdekatan dengan nurse
station
3. Lakukan orientasi ruangan pada klien
4. Nilai ulang kemandirian pasien setiap hari
5. Posisikan bel panggilan, pispot dan pegangan tempat tidur berada
dalam jangkauan klien
6. Posisikan tempat tidur tidak terlalu tinggi (sebaiknya 63,5 cm) dan
pastikan roda terkunci
7. Pastikan kedua sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik
8. Menggunakan alas kaki tidak licin
9. Pastikan pencahayaan adekuat
10. Posisikan benda-benda pribadi berada dalam jangkauan klien
11. Bantu pasien ke kamar mandi
12. Evaluasi efektifitas obat-obatan yang meningkatkan risiko jatuh
pada klien (sedasi, diuretic, benzodiazepine)
13. Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada
pasien dengan gangguan keseimbangan, gaya berjalan dan
penurunan fungsional
14. Gunakan alat bantu (tongkat, walker) jika diperlukan
15. Posisikan alat bantu jalan dalam jangkauan
16. Berikan edukasi mengenai teknik pencegahan jatuh kepada klien
dan keluarga
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil
2. Berikan reinforcement positif
3. Kontrak waktu pertemuan selanjutnya
4. Salam
6. HASIl :
Risiko jatuh pada pasien dapat tertangani
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Kondisi pasien ketika diruang perawatan (IGD, ruang rawat, ICU)
2. Kemampuan perawat dalam mencegah risiko jatuh pada pasien

8. Referensi :
Budiono, Sugeng, Arief Alamsyah dan Wahyu. (2014). Pelaksanaan Program
Manajemen Pasien dengan Resiko Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, Vol. 28
Hirza, Aini Nur et all. 2017. Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh di Rumah
Sakit.Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. vol 5(2).123-133

9. Pengesahan Pembimbing :
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Arief, A., dan Tri, W. S. 2014. Pelaksanaan Program Manajemen Pasien
dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit.
Indra Dwi Prasetyo, Bagus et all. 2017. Gambaran Upaya Pencegahan Risiko
Jatuh Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten
Pekalongan.Program Studi Ners : Stikes Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan
Hirza, Aini Nur et all. 2017. Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh di Rumah
Sakit.Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. vol 5(2).123-133
Sanjaya, P. D., Elsye, M. R., dan Maria, U. 2017. Evaluasi Penerapan Pencegahan
Pasien Beresiko Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat .Vol(11)2.105-113.
Setyarini, E. A. dan Lusiana, L. H. 2012. Perawat Melaksanakan Standar Prosedur
Operasional: Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Gedung Yosef 3 dan
Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus.
Hutauruk, Arini Clara. 2017. Pelaksanaan Pencegahan Risiko Jatuh yang
Dilakukan Perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Sumatera Utara: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai