OLEH :
BUKITTINGGI
TA 2016/2017
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Sianida
Kalium sianida merupakan senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis
racun yang paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian dalam
waktu beberapa menit (akut). Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam
bentuk cair dikenal dengan asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida adalah
cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. Bersifat
volatile dan mudah terbakar.
Hidrogen sianida dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen
sianida sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan. Bentuk lain ialah
sodium sianida dan potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang.
Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor , dan makanan seperti bayam,
bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa
produk sintetik. Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam
seperti natrium, kalium, atau kalsium sianida. Sianida yang digunakan oleh militer NATO
( North American Treaty Organization ) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik
( HCN ).
Paparan sianida bisa melalui saluran pernapasan, melalui mata dan kulit, serta saluran
pencernaan. Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam, mulai dari
rasa nyeri pada kepala, mual muntah, sesak napas, dada berdebar, selalu berkeringat, sampai
korban tidak sadar dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan
kematian.
Pertolongan pertama untuk korban yang menghirup atau meminum racun sianida.
Kalau korban berada ditempat yang penuh dengan gas sianida yang juga akan
membahayakan, tetaplah ditempat anda. Tunggu sampai ruangan sudah bebas dari gas
racun tersebut atau tunggu pertolongan tim ahli datang.
Kalau korban kesulitan bernafas atau bahkan berhenti bernafas lakukan cardio
pulmonary resuscitation ( CPR ) sesuai dengan usia korban.
Jangan sampai anda memegang kulit korban yang terkena sianida, karena rawan sekali
anda juga terkontaminasi oleh racun sianida tersebut. Hubungi tim medis secepatnya
Letakkan lensa kontak korban di plastik darurat khusus untuk dibuang oleh personel
tim medis. Jangan buang langsung ke tempat sampah karena bisa mengontaminasi
orang lain.
Kaca mata yang digunakan korban bisa dipakai lagi setelah kaca mata dicuci dengan
sabun dan air
Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah;
(1,2,9)
• Asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000 mg•min/m3
• Sianogen klorida sekitar 11,000 mg•min/m3.
• Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
• Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg.
• Perkiraan dalam bentuk oral 1,52mg/kg
• Ada juga yang melaporkan kematian bisa terjadi pada dosis 200-300 ppm. Dosis
110-135 ppm bisa mengakibatkan kefatalan setelah terpapar 30-60 menit, sedangkan
pada konsentrasi 45-54 ppm sianida masih bisa ditoleransi oleh tubuh.
Sekarang ini, Amerika Serikat mendukung penggunaan kombinasi nitrit dan tiosulfat
untuk pengobatan pada keracunan sianida. Natrium nitrit (10 ml pada larutan 3%)
digunakan secara intravena dan dilanjutkan dengan pemberian natrium tiosulfat (50 ml
pada larutan 25%) secara intravena. Natrium nitrit seharusnya diberikan 2,5-5 ml
permenit hingga 2-3 menit. Natrium tiosulfat harus diberikan secara cepat setelah
natrium nitrit dengan dosis 12,5 mg pada larutan 25% hingga 10 menit (Meredith, 1993).
b. Amil nitrit.
c. Natrium nitrit.
Merupakan obat yang paling sering digunakan untuk keracunan sianida. Dosis awal
standart adalah 3% larutan natrium nitrit 10 ml, memerlukan waktu kira-kira 12 menit
untuk membentuk kira-kira 40% methemoglobin. Dosis awal untuk natrium tiosulfat
adalah 50 ml. Penggunaan natrium nitrat tidak tanpa risiko karena bila berlebihan dapat
mengakibatkan methemoglobinemia yang dapat menyebabkan hipoksia atau hipotensi,
untuk itu maka jumlah methemoglobin harus dikotrol. Penggunaan natrium nitrit tidak
direkomendasikan untuk pasien yang memiliki kekurangan glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6DP) dalam sel darah merahnya karena dapat menyebabkan reaksi
hemolisis yang serius (Meredith, 1993). d. 4-DMAP. Merupakan senyawa pembentuk
methemoglobin dengan efek yang cepat saat melawan sianida. 4-DMAP merupakan
antidot yang lebih cepat dari pada nitrat dan toksisitasnya lebih rendah. Pada manusia,
injeksi intravena dengan dosis 3 mg/kg dapat memproduksi 15% methemoglobin dalam
waktu 1 menit (Meredith, 1993). Gambar 2. 4-DMAP (4-dimethylaminophenol) 4-DMAP
harus digunakan dengan tiosulfat untuk mengubah ikatan sianida dengan methemoglobin
menjadi tiosianat. 4-DMAP dapat menyebabkan nekrosis pada area yang diinjeksi setelah
pemberian secara IM dan dapat 33 menyebabkan nyeri, demam, dan meningkatkan
enzim-enzim otot. Terapi menggunakan 4-DMAP dapat menyebabkan hemolisis meskipun
pada dosis terapi, tetapi lebih sering terjadi pada pengobatan yang overdosis.
Pengobatan dengan 4-DMAP dikontraindikasikan pada pasien yang kekurangan G6DP
(Meredith, 1993). Senyawa lain yang juga merupakan pembentuk methemoglobin adalah
paminoheptanoilfenon (PAHP), p-aminopropiofenon (PAPP), dan paminooktanoilfenon
(PAOP). PAHP merupakan fenon yang paling aman. Senyawa-senyawa tersebut mengurangi
jumlah sianida dalam sel darah merah. Efek PAPP secara khusus dapat meningkat dengan
adanya tiosulfat (Meredith, 1993).
Natrium tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida. Antidot ini
diberikan sebanyak 50 ml dalam 25 % larutan. Tidak ada efek samping yang
ditimbulkan oleh tiosulfat, namun tiosianat memberikan efek samping seperti gagal
ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak
didasarkan pada berat badan (Meredith, 1993).
METODE PENELITIAN
Alat : Spuit 1 cc
Jarum sonde
Timbangan hewan
NaNO2 0,2 %
Na2S2O3 0,2 %
NaCl fisiologis
Hewan : Mencit
2. Cara Kerja
a. Hasil
Antidotum sianida
1. Pembentukan methemoglobin
2. Detoksifikasi sulfur
3. Kombinasi langsung
Dengan penambahan antidotum maka kematian mencit menjadi lebih lama daripada
tanpa antidot.
Mencit dengan antidot hanya mati dalam waktu 2-7 menit, sedangkan dengan antidot
kematiannya 8-15 menit.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjdpqmtsrL
VAhWJNY8KHYD2B60QFggpMAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.permataindonesia.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2015%2F07%2F03.-
Jurnal-PI_Evi-Chinthia-
Trisna.pdf&usg=AFQjCNH5kvkJ1EtZ7KRWMg5v9WKfXTN5WA
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjdpqmtsrL
VAhWJNY8KHYD2B60QFgg6MAM&url=https%3A%2F
%2Ftintusfar.files.wordpress.com%2F2008%2F09%2Flibertus-tintus-
h.pdf&usg=AFQjCNG8XNtky4t79UiMn6jaBbISNwVW5A