Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit
asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju
maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga
berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup
tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma
merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis
asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-
jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini
kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan
pengobatan tidak adekuat. Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan
keluarga, karena asma pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus
yang berkaitan dengan kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik
pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007 ). Asma merupakan
suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan
dengan manifestasi mengi kambuhan, sesak nafas, dan batuk terutama pada
malam hari dan pagi hari. Asma merupakan penyakit yang umumnya
mempengaruhi orang-orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi
psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penyakit ini
pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak (Wong, 2009).
Menurut Wong ( 2009 ) dampak penyakit kronis dan ketidakmampuan
pada anak cukup luas. Anak mengalami gangguan aktivitas dan gangguan
perkembangan. Serangan asma menyebabkan anak dapat tidak masuk sekolah
berhari-hari, berisiko mengalami masalah perilaku dan emosional, dan dapat
menimbulkan masalah bagi anggota keluarga lainnya, orang tua sulit membagi
waktu antara kerja dan merawat anak, masalah keuangan, fisik dan

1
emosional.Keadaan ini berdampak pada pola interaksi orang tua dan anak serta
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas hidup
anak.
Global initiative for asthma (GINA) memperkirakan 300 juta penduduk
dunia menderita asma (GINA, 2011). Prevalensi asma pada anak di Amerika
Serikat mencapai 9,4% (National Center for Health Statistics, 2008). World
Health Organization (WHO) memperkirakan angka ini akan terus bertambah
hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi total asma di dunia
diperkirakan 6% pada dewasa dan 10% pada anak (Depkes RI, 2009).
Menurut Depkes (2009) angka kejadian asma pada anak dan bayi sekitar
10-85%. Departemen Kesehatan juga memperkirakan penyakit asma termasuk
10 besar penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di Rumah Sakit
serta diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita asma.
Apabila tidak dilakukan pencegahan prevalensi asma akan semakin meningkat
pada masa yang akan datang (Depkes RI, 2009).
Woolcock dan Konthen pada tahun 1990 di Bali mendapatkan prevalensi
asma pada anak dengan hiperreaktivitas bronkus 2,4% dan hiperreaktivitas
bronkus serta gangguan faal paru adalah 0,7%. Menurut data SKRT tahun
2007 menunjukkan prevalensi asma di Propinsi Bali 2,3% dan berdasarkan
data RSUP Sanglah, prevalensi asma tahun 2013 adalah 2%.
Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter
tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-
anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini.
Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota.
Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di Negara
kita Indonesia maka kami dari kelompok mencoba membahas mengenai asma
yang terjadi pada anak ini, sehingga orang tua dapat mengetahui bagaimana
pencegahan dan penatalaksanaan bagi anak yang terserang asma.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengetian dari penyakit Asma?
2. Bagaimanakah klasifikasi dari penyakit Asma?
3. Bagaimanakah etiologi dari penyakit Asma?
4. Bagaimanakah manifestasi klinis dari penyakit Asma?
5. Bagaiamanakah patofisiologi dari penyakit Asma?
6. Bagaiamanakah pohon masalah dari penyakit Asma?
7. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik dari penyakit Asma?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan medis dari penyakit Asma?
9. Bagaimanakah pengkajian kegawatdaruratan untuk penyakit Asma?
10. Apasajakah diagnosa kegawatdaruratan yang muncul dari penyakit Asma?
11. Bagaimanakah intervensi keperawatan untuk penyakit Asma?
12. Bagaimanakah implementasi keperawatan untuk penyakit Asma?
13. Bagaimanakah evaluasi untuk penyakit Asma?
14. Bagaimanakah contoh kasus kegawatdaruratan pada Asma Akut ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengetian dari penyakit Asma
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit Asma
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Asma
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Asma
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Asma
6. Untuk mengetahui pohon masalah dari penyakit Asma
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit Asma
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Asma
9. Untuk mengetahui pengkajian kegawatdaruratan untuk penyakit Asma
10. Untuk mengetahui diagnosa kegawatdaruratan dari penyakit Asma

3
11. Untuk mengetahui intervensi keperawatan untuk penyakit Asma
12. Untuk megetahui implementasi keperawatan untuk penyakit Asma
13. Untuk mengetahui evaluasi untuk penyakit Asma
14. Untuk mengetahui contoh kasus kegawatdaruratan pada Asma Akut.

D. Manfaat Penulisan
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa mampu memahami konsep dasar
dari Asma Akut , konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada anak
dengan Asma Akut, dan contoh kasus asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
anak dengan Asma Akut.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR ASMA AKUT


1. Pengertian Asma
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas
dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya
bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2010).
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu
(Smeltzer&Bare, 2009).
Asma akut adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan
penurunan ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 1997).
Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napas obstruktif
yang disebabkan oleh berbagai stimulan, yang ditandai dengan spasme otot polos
bronkiolus.

5
2. Klasifikasi Asma
Asma dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu /;
a. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang
secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko kematian
bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan
ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saaat penderita
sedang tidur.
Derajat Asma
Pembagian derajat asma menurut GINA adalah sebagai berikut :
1) Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/minggu dan serangan singkat
2) Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
3) Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
4) Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
Pembagian derajat asma menurut Phelan, dkk adalah sebagai berikut :
1) Asma episodic jarang
2) Ditandai oleh adanya episode <1x/ tiap 4-6 minggu, mengi setelah aktivitas
berat

6
3) Asma episodic sering
4) Ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih sering dan timbul mengi pada
aktivitas sedang. Gejala kurang dari 1x/minggu
5) Asma persisten
6) Ditandai oleh seringnya episode akut, mengi pada aktivitas ringan terjadi lebih
dari 3x/minggu.

7
Tabel. 1 Pembagian derajat asma menurut Pedoman Asma Anak Indonesia, adalah sebagai
berikut :
Parameter klinis,
kebutuhan obat Persisten Ringan Persisten Sedang Persisten Berat
dan faal paru
1. Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
2. Lama serangan < 1 minggu ≥1 minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
3. Diantara Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
serangan malam

4. Tidur dan Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu


aktivitas
5. Pemeriksaan Normal Ada kelainan Tidak pernah
fisik diluar normal

serangan
6. Obat Tidak perlu Nonsteroid/steroid Steroid
pengendali hirupan dosis hirupan/oral
rendah
(anti infalami)
7. Uji faal paru PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 >60- PEF/FEV1 <60%
(di luar 80% variabilitas 20-
30%
serangan
8. Variabilitas Variabilitas >15% Variabilitas >50%
faal paru (bila
ada serangan)
Sumber : PNAA 2004 (Buku Ajar Respirologi Anak, 109)

8
3. Etiologi Asma
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obat-obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, seperti : perhiasan,
logam dan jam tangan.
2) Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah

9
pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
4) Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/aktivitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

4. Manifestasi Klinis Asma


a. Gejala awal berupa :
1) Batuk terutama pada malam atau dini hari
2) Sesak napas
3) Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya
4) Rasa berat di dada
5) Dahak sulit keluar.
6) Belum ada kelainan bentuk thorak
7) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
8) BGA belum patologis.
b. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa atau
disebut juga stadium kronik. Yang termasuk gejala yang berat adalah :
1) Serangan batuk yang hebat
2) Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
3) Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
4) Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk

10
5) Kesadaran menurun
6) Thorak seperti barel chest
7) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
8) Sianosis
9) BGA Pa O2 kurang dari 80%
10) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2009) manifestasi klinis dari asma,
diantaranya :
a. Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi. Serangan asma
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai
dengan pernapasan lambat, mengi dan laborius.
b. Sianosis karena hipoksia
c. Gejala retensi CO2 : diaforesis, takikardia, pelebaran tekanan nadi.
Adapun beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi asma secara umum
adalah sebagai berikut :
a. Kenalkan alergen-alergen yang dapat memicu timbulnya gejala asma
b. Sedapat mungkin kurangi atau singkirkan faktor pemicu
c. Gunakan alat penyaring udara dan penyejuk ruangan (AC)
d. Bersihkan rumah sekurang-kurangnya seklai seminggu
e. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul setelah diobati dengan
kortikosteroid oral atau inhalasi
f. Jika serangan timbul anjurkan penderita untuk segera beristirahat dan segera
menggunakan obat asma yang diresepkan dokter
g. Gunakan obat asma secara teratur
h. Lakukan olahraga secara teratur sekurang-kurangnya 30 menit setiap hari
i. Beri penjelasan tentang jenis obat dan cara pemakaiannya
j. Istirahat yang cukup
k. Hindari asap rokok dan berhenti merokok.

11
Tabel.2 Diagnosis banding anak umur 2 bulan-5 tahun yang datang dengan batuk
dan atau kesulitan bernapas menurut Buku Saku pelayanan Kesehatan di RS
halaman 85 adalah sebagai berikut :

No Diagnosis Gejala yang ditemukan


1. Pneumonia - Demam
- Batuk dengan napas cepat
- Crackles (ronki) pada auskultasi
- Kepala terangguk-angguk
- Pernapasan cuping hidung
- Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
- Merintih
- Sianosis
2. Bronkioitis - Episode pertama wheezing pada anak umur <2 tahun
- Hiperventilasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
- Kurang/tidak ada respon terhadap bronkodilator
3. Asma - Riwayat wheezing berulang, kadang tidak
berhubungan dengan batuk dan pilek
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Berespons baik terhadap bronkodilator
4. Gagal jantung - Peningkatan tekanan vena jugularis
- Denyut apeks bergeser ke kiri
- Irama derap
- Bising jantung
- Crackles/ronki di daerah basal paru
- Pembesaran hati
5. Penyakit - Sulit makan atau menyusui
jantung bawaan - Sianosis
- Bising jantung
- Pembesaran hati
6. Efusi/empisema - Bila massif terdapat tanda pendorongan organ intra
toraks
- Pekak pada perkusi
7. Tuberkolosis - Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
(TB) - Uji tuberculin positif (≥10 mm, pada keadaan
imunosupresi ≥5mm)
- Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun
- Demam (≥ 2 minggu)
- Batuk kronis (≥ 3 minggu)
- Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal
yang spesifik. Pembengkakan tulang/sendi punggung,

12
panggul, lutut, falang
8. Pertusis - Batuk paroksimal yang diikuti dengan whoop, muntah,
sianosis atau apneu
- Bisa tanpa demam
- Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap
- Klinis baik diantara episode batuk
9. Benda asing - Riwayat tiba-tiba tersedak
- Stridor atau distress pernapasan tiba-tiba
- Wheeze atau suara pernapasan menurun yang bersifat
fokal
10. Pneumotoraks - Awitan tiba-tiba
- Hipersonor pada perkusi di satu sisi dada
- Pergeseran mediastinum

Tabel. 3 Penilaian derajat serangan asma pada anaka menurut GINA 1006 (Buku
Ajar Respirologi Anak (hal : 112-113))

Parameter Berat
klinis, fungsi
Ringan Sedang Tanpa ancaman Ancaman henti
paru,
laboratorium henti nafas nafas
Sesak Berjalan Berbicara Istirahat
(breathless) Bayi menangis Bayi : Bayi : tidak mau
keras - Tangis minum/makan
pendek dan
lemah
- Kesulitan
menyusu dan
lemah
Posisi bisa berbaring Lebih suka Duduk bertopang
duduk lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Kesadaran Mungkin iritable Biasanya Biasanya iritable Kebingungan
irritable
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Mengi Sedang, sering Nyaring, Sangat nyaring, Sulit/tidak
hanya pada akhir sepanjang terdengar tanpa terdengar
respirasi ekspirasi ± stetoskop
inspirasi sepanjang
ekspirasi dan
inspirasi

13
Penggunaan otot Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradox
bantu torako-
respiratorik abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang, Dalam, ditambah Dangkal/hilang
interkostal ditambah retraksi nafas cuping
suprasternal hidung
Frekuensi nafas Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea

Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :


Usia frekuensi nafas normal
<2 bulan <60/menit
2-12 bulan <50/menit
1-5 tahun <40/menit
6-8 tahun <30/menit
Frekuensi nadi Normal Takikardi takikardi bradikardi

Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak :


Usia frekuensi nafas normal
2-12 bulan <150/menit
1-2 tahun <120/menit
3-8 tahun <110/menit
Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda
paradoksus <10 mmHg 10-20 mmHg >20 mmHg kelelahan otot
(pemeriksaan napas
tidak praktis)
PEFR atau FEV1
(% nilai
prediksi/% nilai
terbaik)
- Pra- >60% 40-60% <40%
bronkodilator
- Pasca- >80% 60-80% <60%
bronkodilator Respon <2 jam
SaO2% >95% 91-95% <90%

PaO2 Normal (biasa >60 mmHg <60 mmHg


tidak diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg

14
5. Patofisiologi Asma
Suatu serangan akut asma akan disertai oleh banyak perubahan dijalan nafas
yang menyebabkan penyempitan : edema dan peradangan selaput lendir,
penebalan membran basa, hipersekresi kelenjar mucus dan yang lebih ringan
kontraksi otot polos. Perubahan histologi yang sama dapat dijumpai pada keadaan
tanpa serangan akut akibat pajanan kronik derajat rendah ke satu atau lebih pemicu
asma. Melalui berbagai jalur, zat-zat pemicu tersebut merangsang degranulasi sel
mast dijalan nafas yang menyebabkan pembebasan berbagai mediator yang
bertanggung jawab untuk perubahan yang terjadi. Mediator yang terpenting
mungkin adalah leukotrien C, D dan E tetapi terdapat bukti bahwa histamine, PAF,
neuropeptida, zat-zat kemotaktik, dan berbagai protein yang berasal dari eosinofil
juga berperan penting dalam proses ini. Obstruksi menyebabkan peningkatan
resistensi jala nafas (terutama pada ekspirasi karena penutupan jalan nafas saat
ekspirasi yang terlalu dini), hiperinflasi paru, penurunan elastisitas dan frekuensi-
dependent compliance paru, peningkatan usaha bernafas dan dispneu serta
gangguan pertukaran gas oleh paru.
Obstruksi yang terjadi tiba-tiba besar kemungkinannya disebabkan oleh
penyempitan jalan nafas besar, dengan sedikit keterlibatan jalan nafas halus, dan
biasanya berespon baik terhadap terapi bronkodilator. Asma yang menetap dan
terjadi setiap hari hampir selalu memiliki komponen atau fase lambat yang
menyebabkan penyakit jalan nafas halus kronik dan kurang berespon terhadap
terapi bronkodilator saja.
Eosinofil diperkirakan merupakan sel efektor utama pada pathogenesis
gejala asma kronik, dimana beberapa mediatornya menyebabkan kerusakan luas
pada stel epitel bronkus serta perubahan-perubahan inflamatori. Walaupun banyak
sel mungkin sitokin (termasuk sel mast, sel epitel, makrofag dan eosinofil itu
sendiri) yang mempengaruhi diferensiasi, kelangsungan hidup, dan fungsi
eosinofil, sel T type TH2 dianggap berperan sentral, karena sel ini mampu
mengenali antigen secara langsung. Obstruksi pada asma biasanya tidak sama, dan
defek ventilasi-perkusi menyebabkan penurunan PaO2. Pada eksaserbasi asma

15
terjadi hiperventilasi yang disebabkan oleh dispneu. Pada awalnya banyak keluar
dan PaCO2 mungkin rendah namun seiring dengan semakin parahnya obstruksi,
PaCO2 meningkat karena hipoventilasi alveolus. Efek obstruksi berat yang timbul
mencakup hipertensi pulmonaris, peregangan ventrik.

16
6. Pohon Masalah Asma

Mengeluarkan Permeabilitas Edema mukosa,


Faktor pencetus Antigen yang terikat
mediator kapiler sekresi produktif,
(alergen, stress, IGE pada permukaan
histamin pratelet meningkat kontriksi otot polos
cuaca) sel mast atau basofil
bradikinin, dll meningkat

Spasme otot polos Konsentrasi oksigen


sekresi kelenjar Hiperkapnea Gelisah => ansietas dalam darah menurun
bronkus meningkat

Suplai oksigen ke otak


Koma Hipoksemia
Penyempitan/obstruksi meningkat
proksimal dari bronkus
pada tahap ekspirasi
dan inspirasi Suplai darah dan
Gangguan Asidosis metabolik oksigen ke jantung
Pertukaran Gas
berkurang
Mucus berlebih, batuk,
wheezing, sesak napas
Suplai oksigen ke Penurunan kardiak
jaringan menurun Perfusi jaringan perifer
output
Tekanan partial
oksigen alveoli
meningkat
Penyempitan jalan Penurunan Curah Tekanan darah
pernapasan Jantung menurun

Kelemahan dan
keletihan

Peningkatan kerja otot Nafsu makan Kebutuhan oksigen


Hiperventilasi
pernapasan menurun meningkat

Ketidakefektifan Ketidakefektifan Retensi oksigen Asidosis respiratorik


Bersihan Jalan Napas Pola Napas

17
7. Pemeriksaan Diagnostik Asma
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal, terdengar
bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak
lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas).
Pemeriksaan Fungsi Paru
b. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat
tergantung kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang
jelas dan kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai
tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai
VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti asma, yaitu
adanya perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator
(uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau
setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.Pemeriksaan spirometri
tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan.
c. Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi. Selain
itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan perbaikan nilai APE >
15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-
14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang
berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%. Cara pemeriksaan
variabilitas APE :
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari
untuk mendapatkan nilai tertinggi.

18
APE malam – APE pagi
Variabilitas harian = ------------------------------------- x 100%
½ (APE malam + APE pagi)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
d. Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
e. Pemeriksaan Darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada
penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus.

8. Penatalaksanaan Medis Asma


Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan, seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1

19
jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan
dextrose 5% diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera
atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat
berat.

20
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ASMA AKUT
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
1) Airway : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
kontrol
servikal. Adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan
penyumbatan jalan napas sehingga asma memperlihatkan kondisi pasien yang
sesak karena kebutuhan akan O2 semakin sedikit yang dapat diperoleh. Pada
anak dengan kasus asma biasanya menunjukkan tanda pada airway yaitu
peningkatan sekresi pernafasan dan bunyi nafas crackles, ronchi, wheezing.
2) Breathing : mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasi adekuat. Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan
bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan
oleh tubuh. Namun pada kasus asma, pasien mengalami nafas lemah hingga
adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien
tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat
sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas,
atau kesulitan dalam bergerak. Selain itu, adapun hal-hal yang perlu dikaji pada
anak dengan kasus asma yaitu :
a) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan tujuan
mempertahankan saturasi oksigen >92%
b) Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji PaO2
dan PaCO2
c) Kaji respiratory rate (pada anak dengan asma RR > 30x/menit)
d) Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan
e) Periksa system pernapasan – cari tanda:
(1) Diaforesis dan cyanosis
(2) Deviasi trachea
(3) Kesimetrisan pergerakan dada
(4) Retraksi dinding dada

21
(5) Pernapasan cuping hidung
(6) Takipneu/bradipneu
(7) Penggunaan otot aksesoris pernafasan
f) Dengarkan adanya:
(1) Wheezing
(2) Pengurangan aliran udara masuk
(3) Silent chest
g) Lakukan thorak photo untuk mengetahui adanya pneumothorak
3) Circulation : mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan. Adanya
usaha yang kuat untuk memperoleh oksigen maka jantung berkontraksi kuat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi lebih dari 120 x/menit. Terjadi pula penurunan
tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE )
kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau
kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan
sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini. Selain itu, ada beberapa hal lain
yang perlu dikaji pada circulation dan yang lazim dialami oleh anak dengan
asma akut adalah:
a) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi.
b) Sakit kepala.
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah.
d) Papiledema.
e) Urin output meurun
f) Kaji denyut jantung dan rhytme
g) Catat tekanan darah
h) Kaji hasil EKG
i) Kaji intake output.

22
4) Dissability : mengecek status neurologis.
a) Kaji status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran
dengan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain, ketahui tanda Unresponse),
b) Reaksi pupil.
c) Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan pasien
membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsive
5) Exposure : environmental control, buka baju penderita tapi cegah hiportermia.
Pada saat pasien stabil dapat di tanyakan riwayat dan pemeriksaan lainnya.
b. Pengkajian Sekunder
1) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan.
Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu
sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada
sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Pengkajian sekunder gawat darurat menggunakan metode SAMPLE yaitu
tanyakan :
a) Sign and symptom / tanda dan gejala yang dialami
b) Alergi
c) Medical/pengobatan
d) Penyakit penyerta yang diderita
e) Last meal/makanan yang terakhir dikonsumsi
f) Environment/lingkungan
Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
menurut Gordon:
a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Orang tua penderita yang sudah remaja biasa menganggap sebagai penyakit
yang serius karena muncul sesak napas yang menggangu aktivitas.

23
b) Pola metabolik nutrisi
Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen
jaringan gastrointestinal. Anak biasanya mengeluh badannya lemah karena
penurunan asupan nutrisi, terjadi penurunan berat badan.
c) Pola eliminasi
Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eleminasi baik buang air besar
maupun buang air kecil.
d) Pola tidur-istrahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena
sesak nafas. Penamapilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah,
anak juga sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan
tersebut.
e) Pola aktivitas-latihan
Anak nampak menurun aktivitas da kelemahan fisik. Anak tampak lebih
banyak minta digendong orang tuanya atau bedrest.
f) Pola kognitif-presepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya
sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen ke otak. Pada saat
dirawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru yang
disampaikan.
g) Pola presepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak
suka bermain, ketakutan terhadaporang lain meningkat.
h) Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun
yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan
terdekat (orang tua).

24
i) Polaseksualitas-reproduktif
Pola kondisi sakit dan anak kecil sering msih sulit terkaji. Pada anak yang
sudah mengalami purbetas mungkin mengalami gangguan menstruasi pada
wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.
j) Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering
menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah
tersinggung dan suka marah.
k) Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk dapat
sumber kesembuhan dari Allah SWT.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status penampilan kesehatan : Lemah.
2) Tingkat kesadaran : Compos mentis atau apatis.
3) Tanda-tanda vital
a) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
b) Frekuensi pernapasan: Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernapasan.
c) Suhu tubuh :Suhu tubuh pasien asma biasanya masih batas normal 36-37 oC.
4) Berat badan dan tinggi badan : Kecenderungan berat badan anak mengalami
penurunan.
5) Integumen
a) Warna : pucat sampai sianosis
b) Suhu :Pada hipertermi kulit teraba panas akan tetapi setelah hipertermi
teratasi kulit anak akan teraba dingin.
6) Kepala dan Mata
Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada: Thorax dan
paru-paru.
a) Inspeksi : Frekuensi irama : kedalaman da upaya bernapas anatara lain:
takipnae, dispnea progresif, pernapasan dangkal.

25
b) Palpasi : Adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada
daerah yang terkena.
c) Perkusi : Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani
(terisi udara) resonansi.
d) Auskultasinya : Suara prnapasan yang meningkat intensitasnya:
(1) Suara mengi (whezing)
(2) Suara napas tambahan ronkhi
d. Pemeriksaan penunjang
Pemerksaan radiologis memberi gambaran bervariasi : Bercak konsolidasi pada
bronkus.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan produksi mucus
b. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon diaksoda
c. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontakbilitas dan volume sekuncup
jantung
d. Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernafasan dan deformita dinding
dada

26

Anda mungkin juga menyukai