Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

Plasenta Previa

Oleh :
Billy Gerson
112016218

Pembimbing :
dr. FX Widiarso, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI


PERIODE 16 OKTOBER – 23 DESEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
2017

1
LAPORAN KASUS
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Obstetri Ginekologi
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

Nama : Billy Gerson Tanda tangan


NIM : 11.2016.218
Dr pembimbing / penguji : dr. Fx Widiarso, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.SA Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (G3P2A0) Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SD
Alamat : Mlekang RT 005/ RW 002, Demak Masuk Rumah Sakit : 28 Oktober 2017
Pukul : 15.00 wib

Nama suami : Tn. MS


Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Mlekang RT 005/ RW 002, Demak

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal : 28 Oktober 2017
Jam : 15.30 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kencang-kencang
Keluhan tambahan :
-

2
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan perut kencang-kencang 3 hari SMRS. Pasien mengatakan
kencang-kencang tersebut muncul kadang-kadang dan hilang timbul, tapi hanya sebentar, lama
kencangnya tidak menentu.
Keluar darah dan lendir dari jalan lahir, mules, nyeri pada perut tidak ada. Mual dan muntah
tidak ada. Nyeri kepala tidak ada. Tiga hari yang lalu pasien memeriksakan diri ke puskesmas,
dan disarankan oleh bidan memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan dan serta
melakukan USG.
Pasien melakukan pemeriksaan kedokter spesialis kandungan, dokter mengatakan hasil
USG plasenta tersebut berada dibawah menutup jalan lahir. Sehingga pasien dijadwalkan untuk
melakukan secsio secaria.
Pasien mengatakan telah melakukan pemeriksaan kehamilannya secara teratur dibidan dan
tidak ada kelainan pada kehamilan. Selama kehamilan pasien mengaku tidak pernah
mengalami pendarahan atau flek-flek, keluarnya cairan, lendir, mengalami trauma dan penyakit
tertentu, serta tidak ada riwayat minum obat-obatan atau jamu selama masa kehamilan. BAK
dan BAB pasien lancar tidak ada masalah. Pasien tidak merokok dan mengonsumsi minuman-
minuman beralkohol.

Riwayat Haid
Menarche : 14 Tahun
Siklus haid : 28 hari
Lamanya : 6 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut
HPHT : 13 Januari 2017
Taksiran partus (HPL) : 20 Oktober 2017

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, selama 14 tahun

3
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil Usia Jenis Penyulit Penolong Jenis BB/TB Umur
ke kehamilan persalinan kelamin lahir sekarang
1 9 bulan P. spontan - Bidan Perempuan 3400 g/ 13 tahun
49 cm
2 9 bulan P. spontan - Bidan Laki-laki 3900g/ 7 tahun
50cm
3 Hamil ini

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Bencana)

 OS memiliki riwayat pemakaian suntik KB 3 bulanan. Terakhir penggunaan tahun 2015.

 Kehamilan ini direncanakan

Riwayat Penyakit Dahulu

 Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma

 Tidak memiliki riwayat alergi obat atau makanan.

 Pasien tidak memiliki riwayat dirawat dirumah sakit dan operasi sebelumnya

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Berat badan : 80 kg
Tinggi badan : 160 cm
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

4
Mata : udem palpebra (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : normotia, tanda radang (-), sekret (-)

Hidung : septum deviasi (-), tanda radang (-), sekret (-)

Mulut : bibir sianosis dan kering (-), lidah normal, tonsil tidak membesar

Kulit : Warna Sawo matang, turgor kulit baik, ikterus (-)

Mammae : Payudarah membesar, puting susu menonjol ke luar, areola mammae


melebar, hiperpigmentasi areola mammae.

Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)

Pulmo : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Membuncit, linea nigra (+), striae gravidarum(+) bising usus (+)
kontraksi (+), bekas operasi (-)

Genitalia : Status obstetrikus

Ekstremitas : Edema tangan dan kaki (-/-), akral hangat, sianosis tangan dan kaki (-
/-)

C. PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+), cairan dari mammae (-)
Abdomen : pembesaran abdomen (+)
striae gravidarum (+)
linea nigra (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU : 3 jari dibawah prosessus xiphoideus (32 cm)
Taksiran berat badan janin (32-12) x 155 = 3100 gram
Leopold I : Teraba bagian bulat dan lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang di sebelah kiri ibu.
5
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold IV : Belum masuk pintu atas panggul
Auskultasi
Denyut jantung janin = 148 x/menit
HIS = (+) , 1 x / 10 menit (10 detik)
Genitalia
Vulva : bersih
PPV : tidak ada

Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal: 28 Oktober 2017
USG
Hamil 40-41 minggu
Letak kepala _ , puki
Plasenta previa totalis

Tanggal : 28 Oktober 2017 Jam: 16:00


Pemeriksaan Lab
Hematologi
Paket Darah Rutin
Hemoglobin 12 g/dL
Lekosit 12,70 10^3/ul
Hematokrit 35,50 %
Trombosit 236 10^3/ ul
Golongan darah + Rhesus
Golongan darah A
Rhesus +
Hemostatis W
Pembekuan/CT 5,00 menit
W. Pndarahan/ BT 1,3 menit
6
Kimia
Gula Darah Sewaktu 73 mg/dL
Imunoserulogi
HbsAg Stik Negatif
HIV Stik Negatif
D. RINGKASAN (RESUME)
Pasien seorang wanita G3P2A0 berusia 32 tahun dengan usia kehamilan 41 minggu, datang
ke Rumah Sakit Mardi Rahayu dengan keluhan kencang-kencang sejak 3 hari yang lalu. Pasien
datang memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan dan di diagnosis plasenta previa
totalis. Sehingga pasien dijadwalkan untuk melakukan secsio caesarea. Pasien mengatakan
telah melakuakan pemeriksaan kehamilannya secara teratur dibidan. Ini merupakan kehamilan
ke tiga pasien, jenis persalinan yang pertama dan kedua dengan persalinan spontan dibantu
oleh bidan, dengan keadaan bayi dan ibu baik.

Menarche : 14 Tahun
HPHT : 13 Januari 2017
Taksiran partus (HPL) : 20 Oktober 2017
Menikah 1 kali, selama 14 tahun
Memiliki riwayat pemakaian suntik KB 3 bulanan. Terakhir penggunaan tahun 2015
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Pada pemeriksaan fisik obstetrik didapatkan inspeksi: perut membuncit, striae
gravidarum (+), linea nigra (+), tidak ada bekas operasi. Palpasi TFU : 3 jari dibawah prosessus
xiphoideus (32 cm). Taksiran berat badan janin (32-12) x 155 = 3100 gram Leopold I : Teraba
bagian bulat dan lunak, tidak melenting, Leopold II :Teraba bagian memanjang di sebelah kiri
ibu. Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting. Leopold IV : Belum masuk pintu
atas panggul. Pemeriksaan dalam tidak dilakukan. Pemeriksaan USG hamil 40-41 minggu,
letak kepala _, puki, dan plasenta previa totalis. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

7
E. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja dan dasar diagnosis
Diagnosis kerja :
G3P2A0 Umur 32 tahun, Hamil 41 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi letak kepala, belum masuk PAP, PUKI
Belum inpartu
Plasenta Previa Totalis

Dasar diagnosis:
Hasil USG

F. PENGELOLAAN:
Medika Mentosa:
D5/ RL 500cc 20 tetes per menit
Non Medika Mentosa :
Bed rest total
Puasa

G. PROGNOSIS :
Passage : ad malam
Passanger : ad bonam
Power : ad bonam

Follow Up
28 Oktober 2017 pukul 12.00 WIB

S : perut kenceng-kenceng dengan skala nyeri 2

O : keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 86 x/menit

RR : 20 x/menit

8
Suhu : 36,5°C

Mata : CA -/-, SI -/-

Thorax:- Pulmo: Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

- Cor: BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Mammae: Puting menonjol, ASI (-)

Abdomen: Nyeri tekan (-),

TFU : 32 cm

His : 1x dalam 10 menit selama ± 10 detik

DJJ : 148X/menit

PPV :-

Extremitas : Edem (-/-), sianosis (-/-), akral hangat.

A : G3P2A0 Umur 32 tahun, Hamil 41 minggu


Janin I hidup intrauterin
Presentasi letak kepala, belum masuk PAP, PUKI
Belum inpartu
Plasenta Previa Totalis
P : - Sectio Caesarea

Laporan Operasi
28 Oktober 2017 pukul 22.15 dilakukan operasi Sectio Cesarea
 Insisi linea mediana sepanjang 10 cm diatas simpisis.
 Insisi diperdalam lapis demi lapis sehingga peritoneum terbuka.
 Tampak uterus sesuai umur hamil aterm.
 Buka plika vesika uterian semilunar
 Insisi pada segmen bawah rahim ± 10cm.
 Kepala bayi diluksir, bayi dilahirkan kepala, bahu, badan
 Bayi dilahirkan, perempuan, 2850 gram, 45 cm, APGAR score 9-10-10
 Plasenta terletak pada korpus anterior meluas pada SBR, menutupi Ostium Uteri
Internum (plasenta previa totalis)
 Plasenta dilahirkan secara manual, kotiledon lengkap infrak 10%, hematom 10%

9
 Jahit SBR dengan benang Chromic catgut no 2 Jelujur terkait.
 Jahit overhecting SBR dengan benang Chromic Catgut no 2
 Kontrol perdarahan, perdarahan (-).
 Kedua adnexa dalam batas normal
 Dilakukan sterilisasi MOW dengan cara Pomeroy
 Jahit lapisan peritoneum dengan benang plain catgut no 0
 Jahit otot dengan plain catgut no. 0
 Jahit fascia dengan polysorb no 2
 Jahit subkutan dengan benang plain cat gut no 1
 Jahit kulit dengan jahitan matras,dengan benang plain catgut 2-0.
 Perdarahan selama operasi ± 300 cc
 Tindakan selesai.
Instruksi dokter post operasi :
 Infus RL 20 tpm
 Inj Cefotaxime 2 x 1
 Ketorolac 2 x 1
 Inj Alinamin F 2 x 1 amp IV
 Vit C 1x1
 Cek Hb post operasi

Follow Up Post Operasi


Tanggal 29 Oktober 2017 pukul 07.30 WIB

S : Nyeri luka bekas operasi (+) skala 3, Flatus (-), BAB (-), ASI (-)

O : Keadaan Umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/80 mmHg

Nadi :88 x / menit

RR : 22 x/ menit

Suhu :36.3o C

Mata : CA -/-, SI -/-


10
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+

Mammae : Puting menonjol, ASI (-)

Abdomen : Nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik

TFU : 2 Jari di bawah pusat

PPV :-

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

A : P3A0 umur 32 tahun post SC hari ke-1 plasenta previa totalis

P : -Infus RL 20 tpm

- Cefotaxim 2 x 1

- Ketolorac 3 x 1

- Vit C 1 x 1

Tanggal 30 Oktober 2017 pukul 08.00

S : Nyeri luka bekas operasi + skala 4, flatus (+), BAB (-), ASI (+)

O : Keadaan Umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 86 x / menit

RR : 20 x/ menit

Suhu :36,6° C

Mata : CA -/-, SI -/-

C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+

Mammae : Puting menonjol, ASI (+)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik

TFU : 2 Jari di bawah pusat

PPV :-

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

11
A : P3A0 umur 32 tahun post SC hari ke-2 atas indikasi plasenta previa

P: - Pasien direncanakan pulang

- Cefixime 2x1

- Asam mefenamat 2 x 1

- Metil ergometrin maleat 2x1

- Sulfas ferosus

12
Tinjauan Pustaka
Plasenta Previa
A.Pendahuluan
Plasenta previa, merupakan penyulit pada hampir 1 dari 200 . Plasenta previa adalah
persalinan plasenta terletak diatas atau sangat dekat dengan os internus.. Dikenali ada empat
derajat kelainmerupakan masalah besar bagi separuh lainnya karena tidak semua wanita dengan
plasenta previa dan janin prematur dapat ditangani dengan cara menunggu. Dari sudutpandang
ibu, transfusi darah yang memadai serta sesar telah banyak mengurangi angka kematian akibat
plasenta previa. yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa parsial, plasenta previa marginalis
dan plasenta letak rendah. Meskipun separuh dari wanita berada pada tahap mendekati aterm
saat pendarahan pertama kali terjadi, persalinan permatur masih.1

B.Pembahasan
Dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.
Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa
mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh
pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam
masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun
pemeriksaan digital. 1

Klasifikasi

1. Plasenta previa totalis adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
pada pembukaan 2. Plasenta previa sentralis merupakan bentuk dari plasenta totalis,
yang pusat plasenta indentik dengan sumbu kanalis servikalis pada pembukaan 2 cm.1,3

2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian osteum internum pada
pembukaan 2 cm.1,3

3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggiran ostium
internum, dengan ujungnya berada pada tepi pada pembukaan serviks sekitsr 2 cm.1,3

13
4. Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantas pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih 2 cm dari ostium
uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.1

Epidemiologi

Plasenta previa, merupakan penyulit pada hampir 1 dari 250 kehamilan. Frekuensinya
bervariasi, namun pada nulipara kejadiannya hanya 1 dari 1000 sampai 1500 kehamilan,
dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian dari 29 kehamilan. Faktor resiko yang
juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio
sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.
Lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih
sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut
mempertinggi angka kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu
kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil dengan paritas tinggi.
Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan deteksi
lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.1

Etiologi

Penyebabnya blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui


dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen
bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah
satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat
dari proses radang atau atrofi. Cacat bekas bedah sesar, perokok, hipoksemia akibat karbon
monoksida. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan,
miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko bagi terjadinya plasenta
previa.1

Faktor Resiko

Ibu dengan usia lanjut meningkatkan risiko plasenta previa. Kejadian previa meningkat
secara signifikan pada wanita usia lanjut.1,2,5 Dimana kejadian plasenta previa 1 di 1500 untuk
wanita 19 tahun atau lebih muda dan 1 dari 100 untuk wanita yang lebih tua dari 35 tahun.
14
Multiparitas juga dikaitkan dengan peningkatan risiko plasenta previa. Babinszki dan rekan
melaporkan bahwa insiden 2,2 persen pada wanita yang telah hamil 5 kali atau lebih besar
meningkat secara signifikan dibandingkan dengan wanita dengan paritas rendah. Ananth dan
rekan melaporkan tingkat plasenta previa menjadi 40 persen lebih tinggi di kehamilan
multifetal dibandingkan dengan hanya primiparitas.2
Untuk alasan yang tidak diketahui, cacat bekas sesar meningkatkan risiko plasenta
previa. Dalam sebuah penelitian terhadap 30.132 wanita dalam persalinan menjalani sesar,
Perak dan rekannya mengutip peningkatan risiko plasenta previa pada wanita yang menjalani
persalian sesar sebelumnya. Insiden itu 1,3 persen bagi mereka dengan satu kali sesar
sebelumnya dan 3,4 persen pada wanita yang menjalani enam sesar atau lebih.2
Risiko relatif plasenta previa akan meningkat dua kali lipat pada wanita yang merokok.
selain itu ada teori bahwa karbon monoksida hipoksemia menyebabkan hipertrofi plasenta
sebagai upaya kompensasi.2

Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga
lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh tinggi menjadi bagian dari uri. Dengan
melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi
disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation)
ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena
fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada placenta previa pasti akan
terjadi (unavoidable bleeding). 1
Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen
bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang
dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup
dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung
progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah
15
perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna
merah segar tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim
terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya, pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan.
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih
separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu keatas. Berhubung tempat perdarahan
terletak dekat ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan
tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa. 1

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada
dinding uterus. Lebih sering terjadi pada plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan plasenta
perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa menembus ke buli-buli dan ke rektum bersama
plasenta previa. 5 Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya
pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terjadi disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena
plasenta sukar melepas dengan sempurna (retentio placentae), atau setelah uri lepas karena
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik. 1

Diagnosis

Anamnesis

Dari anamnesi dapat membantu untuk menegakan diagnosis, keluhan utama pasien
yang paling sering adalah pendarahan segar pada kehamilan viable,tanpa disertai nyeri ataupun
kontraksi rahim. Dapat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah yang banyak. Dapat terjadinya
pendarahan secara beulang-ulang, sebelum persalinan berlangsung. Cepatnya dan jumlah darah

16
yang hilang penting ditanyakan pada pasien, karena dapat menibulkan gejala klinis tertentu
pada ibu dan janin.3,4

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan tergantung dari penggolongan kehilangan darah, yaitu kelas I s.d IV.
Jika sudah diketahui kelas kehilangan darah, dapat direncanakan cairan pengganti untuk
sementara, seperti pemberian cairan koloid. Tranfusi darah sesuai dengan kehilangan darah
atau minimal Hb mencapai 10 g %. Dapat diberikan obat simtomatik sesuai gejala penyerta
dan antibiotik profilaksis dengandosis adekuat.3

Palpasi abdomen ditemukan bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul,
mengambang karena sekitar osteum tertutup oleh jaringan plasenta. Terdapat kelainan letak
sungsang, lintang, maupun bagian terendah miring. Dinding abdomen tidak tegang atau kau
sehingga mudah melakukan pemeriksaan janin intra uteri dengan palpasi. Pemeriksaan
auskultasi dapat dilakukan dengan fundoskopi laenek, untuk mendengarkan detak jantung
janin. Pemeriksaan menggunakan doppler sehingga detak jantung janin dapat terdengar oleh
ibu. Merkam detak jantung janin dengan menggunakan CTG (kardiotografi). Hasil pemantauan
detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya kehilangan darah maternal sehingga
dapat memengaruhi sirkulasi retroplasenta yang selanjutnya akan langsung memengaruhi
nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta. Dengan demikian, pada janin didalam uterus dapat
terjadi; tidak terjadi perubahan apa pun karena terjadi pendarahan kelas I sehingga masih dapat
dikompensasi oleh ibu. Terjadi asfiksia ringan sampai berat, yang dapat direkam oleh CTG
intermiten atau terus menerus. Keadaan anemia begitu berat sehingga jannin intra uteri tidak
mungkin ditolong lagi.3

Pemeriksaan dalam, sejank penggunaan USG secara luas dalam bidang obstetri,
kehamilan dengan pendarahabn yang tidak terlalu banyak dilakukan pemeriksaan dalam.
Menghidari pemerioksaan dalam bertujuan untuk mengurangi kemungkinan bertambahnya
pendarahan. Sebelum penggunaan USG, pemeriksaan dalam merupakan tidakan yang harus
dilakukan untuk menegakan diag nosis pasti jenis dari plasenta previa.melakukan pemeriksaan
dengan spekulum sehingga keluarnya darah dari osteum uteri dapat dilihat dengan jelas.
Melakukan perabaan fornises, akan terdapat bantalan antara bagian terendah janin dengan
dinding segmen bawah rahim, yang menunjukan adanya plasenta previa. Melakukan
pemeriksaan kanalis servikalis untuk menegakkan diagosis pasti jenis plasenta previa.1,3
17
Pemeriksaan Penunjang

Plasenta previa atau solusio harus selalu dicurigai pada wanita dengan perdarahan
uterus trimester kedua kehamilan. Kemungkinan plasenta previa tidak boleh singkirkan sampai
evaluasi sonografi telah jelas membuktikan ketiadaan. Diagnosis jarang dapat ditegakan
dengan pemeriksaan klinis kecuali jari melalui serviks dan plasenta teraba. Pemeriksaan dalam
vaginal toucher tidak pernah diperbolehkan kecuali wanita itu adalah di ruang operasi dengan
semua persiapan untuk caesar bahkan pemeriksaan vaginal toucher yang lembut hati-hati
langsung dapat menyebabkan perdarahan yang deras. “double set-up examination” jarang
diperlukan karena lokasi plasenta hampir selalu dapat dipastikan oleh sonografi.2
Yang paling sederhana, paling aman, dan paling akurat untuk mengetahui lokalisasi
plasenta mengunakan sonografi transabdominal. Menurut Laing, akurasi rata-rata 96 %-98 %.
Hasil positif palsu sering merupakan akibat dari kandung kemih distensi. Oleh karena itu, harus
diulang setelah mengosongkan kandung kemih. Atau pertumbuhan plasenta yang besar di
fundus uteri dapat menyebabkan kesalahan karena plasenta yang besar dan diperpanjang ke
bawah sampai ke os serviks internal.2
Penggunaan sonografi transvaginal telah secara substansial meningkatkan akurasi
diagnostik plasenta previa. Meskipun mungkin tampak berbahaya, dengan memasukan
ultrasound probe ke dalam vagina dalam kasus suspect, teknik ini telah terbukti aman. Farine
mampu memvisualisasikan os serviks internal menggunakan teknik transvaginal, teknik
transvaginal lebih unggul dari transabdominal. Sejumlah peneliti telah menggunakan MRI
untuk memvisualisasikan kelainan plasenta, termasuk previa. Mungkin bahwa MR pencitraan
akan menggantikan scanning sonografi untuk evaluasi rutin dalam waktu dekat. MRI mungkin
berguna untuk diagnosis plasenta akreta.2

Gejala klinis

Ciri yang menonjol pada plasenta previa adarah pendarahan uterus keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri. Pendarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi
tanpa suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian terjadi tanpa sesuatu sebab yang
jelas setelah beberapa waktu kemudian, menjadi berulang.pada setiap pengulangan terjadi
pendarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak renda pendarhan
baru terjadi pada waktu mulai persalinan, pendarahan biasanya sedikit sampai banyak mirip
18
pada solusio plasenta. Pendarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian pedarahan dapat berlangsung sampai
pasca persalinan. Pendarahan juga dapat bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah
rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah
terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai
komplikasi plasenta akreta.1

Berhubungan plasenta terletak pada bagian bawah maka pada palpasi abdomen sering
ditemukan bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu merasa nyeri dan perut tidak tegang.1

Diagnosis Banding

1.Solusio Plasenta

Merupakan terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni
sebelum anak dilahirkan. Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh
permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi akan
merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput
ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina,
menyebabkan perdarahan eksternal (revealed hemorrhage).1

Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu
perdarahan melalui vagina yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), nyeri pada
perut dan uterus tegang terus-menerus mirip his partus prematur, dan pada solusio plasenta
yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG. Namun
kadang pasien datang dengan gejala perdarahan tidak banyak dengan perut tegangan tetapi
janin telah meninggal. Diagnosis pasti hanya bisa ditegakkan dengan melihat adanya
perdarahan retroplasenta setelah partus.1

Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik sesuai
dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, sedang, dan
berat5. Solusio plasenta ringan luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang
menyebutkan kurang dari 1/6 bagian.Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.
19
Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang
kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada. Solusio Plasenta sedang luas
plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai separuhnya (50%). Jumlah
darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan
tanda-tanda sudah jelas seperti nyeri pada perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi
cepat, hipotensi, dan takikardi. Solusio Plasenta Berat Luas plasenta yang terlepas sudah
melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas,
keadaan umum disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi
koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.1.

Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui , tetapi terdapat beberapa keadaan
patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio plasenta dan
dianggap sebagai faktor risiko, seperti hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu,
dan paritas yang tinggi.1

Komplikasi

Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan pendarahan yang cukup banyak dan
fatal. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta
dari tempat meletanya uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan pendarahan yang terjadi
itu tidak dapat dicegah sehingga pendeita menjadi anemia bahkan syok. Oleh karena palasenta
berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan
trofoblas dan kemampuan invasinya menembus kedalam miometrium bahkan sampai ke
peritoneum dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasentaa prekreta.
Paling ringan adalah plasenta akreata yang perletakannya lebih kuat tetapi vilinya belum masuk
kedalam miometrium.

Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau
inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang
sudah terlepas tertimbulah pendarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada
uterus yang perna seksio sesaria.1

20
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh pendarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat ber
hati-hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan
pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi pendarahan banyak yang tidak
terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti menjahit segmen bawah rahim, ligasi
arteria uterina, ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, dan ligasi arteria hipogastrika, maka
pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerktomi
total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung dari
plasenta previa.1

Kelainan letak bayi pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering di ambil tidakan operasi dengan segala konsekuensinya. Kelahiran prematur dan gawat
jani sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena tidakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dialakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosentesis untuk mengetahui kematanga paru janin sebagai upaya anti sipasi. Komlikasi
lainnya dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain masa rawat yang lebih
lama, adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta (ResikoRelatif 13,8), seksio sesaria (RR
3,9), kelainan letak janin(RR 2,8), pendarahan pascapersalinan(RR 1,7), kematian maternal
akibat pendarahan (50%), dan disseminated intravaskular coagulation 15,9%.1

Penatalaksaan

Setiap pasien hamil yang mengalami pendarahan dalam trimester 2 atau ke 3 harus
dirawat di rs. Paiesn diminta istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap
termasuk golongan darah dan rhesus jika rhesus (-) RhoGam perlu diberikan pada pasien yang
belum pernah mengalami sensitisasi.1,3Jika kemudian ternyata pendarahan tidak banyak dan
berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur diperbolehkan pulang dilanjutkan
dengan rawat jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga
agar dengan segera kembali ke rs bila terjadi pendarahan ulang walaupun tidak mencemaskan.

Dalam keadaan yang stabil tidak ada keberatan pasien di rumah atau rawat jalan.Pada
kehamilan antara 24 minggu-34 minggu diberikan steroid dalam perawtan Antenala untuk
pemtangna paru janin.Dengan rawat jalan pasien lebih bebas dan tidak stres serta biaya dapat
ditekan.Rawat inap kembali diberlakukan bila keadaan lebih serius.1
21
Hal yang perlu dipertimbangkan adalah adaptasi fisiologis perempuan hamil yang
memperlihatkan seolah keadaan klinis dan pemeriksaan fisik serta laboraturium yang masih
normal padahal bisa tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.Jika pendarahan terjadi
pada trimester ke 2 perlu diwanti-wanti karena pendarahan ulang biasanya lebih banyak.Jika
ada gejala hipovolemi seperti hipotensi dan takikardi pasien tersebut mungkin telah mengalami
pendarahan yang cukup berat.Tranfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.1,2

Pasien dalam keadaan stabil sebaiknya menghindari hubungan suami istri dan
pekerjaan rumah tangga.jika setelah pemeriksaan USG ulang dianjutkan minimal setelah 4
minggu untuk memperhatikan adanya migrasi plasenta menjauhi ostium uteri internum .Bila
hasil USG tidak demikian pasien tetap mengurangi kegiatan fisik dan berpergian ketempat jauh
sebagai antisipasi terhadap pendarahan ulang sewaktu-waktu.

Selama rawat inap mungkin perlu diberikan tranfusi darah dan terhdap pasien dilakukan
pemantauan kesehtan janin dan observasi kesehatan maternal yang ketat berhubung tidak bisa
diramalkan pada pasien mana dan bila mana perdarahan ulang akan terjadi.Pendarahan pada
plasenta previa berasal dari ibu karenya keadaan janin tidak dampak membahayakan.Sebuah
laporan menganjurkan pemeriksaan maternal serum alfa fetoprotein (MSAFP).

Dalam trimester 2 sebagai upaya mendeteksi pasien yang perlu diawasi dengan
ketat.Bila kadar MSAFP naik tinggi > 2 kali median pasien tersebut mempunyai peluang 50%
memerlukan perawtan dalam rumahsakit karena pendarahan sebelum kehamilan 30 minggu,
harus dilahrikan prematur sebelum 34 minggu hamil,dan harus dilahirkan atas indikasi
hipertensi dalam kehamilan sebelum kehamilan 34 minggu.Pada lebih kurang 20% pasien
solusi plasnta datang dengan tanda HIS dalam keadaan janin masih prematur dipertimbangakan
di beri Sulfa Magnesikus untuk menekan HIS untuk sementara waktu diberikan juga steroid
untuk mempercepat pematangan paru janin.1

Pendarahan dalam trimester ke 3 perlu pengawasan lebih ketat dengan istirhat baring
yang lebih lama dirumah sakit dan dalam keadaan yang serius cukup alasan untuk
merawatanya sampai melahirkan serangan pendarahan ulang yang banyak bisa saja terjadi
sekalipun pasien diistirhatkan.Jika pada waktu masuk terjadi pendarahan yang banyak perlu
segera dilakukan terminasi bila janin sudah viabel.Bila pendarahan tidak sampai demikian
banyak pasien diistirahtkan sampai 36 minggu dan bila pada amiosentesis menunjukan paru
janin matang,terminasi dapat dilakukan jika perlu sectio caesarea.Pada pasien yang pernah
22
sectio caesa perlu diteliti dengan USG colour,doppler dan MRI untuk melihat kemungkinan
adanya plasenta akreta,increta atau percreta.Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan baik oleh
yang ahli dan pengalaman.1

Apabila diagnosis belum pasti atau tidak terdapat fasilitas USG tranvaginal atau terduga
palsenta previa marginalis atau palsenta previa partialis dilakukan double set up examination
bila inpartu atau sebelumnya bila perlu.Pasien dengan semua klasifikasi palsenta previa dalam
trimester ke 3 yang dideteksi dengan USG tranvaginal belum ada pembukaan pada serviks
persalinannya dilakukan melalui sectio caesarea.Sectio caesarea juga dilakukan apabila ada
pendarahan banyak yang mengkhawatirkan.1-3

Kebanyakan sectio sesarea pada plasenta previa dapt dilaksana kan melalui insisi
melintang pada segmen bawah rahim bagian anterior terutama bila plasentanya terletak
dibelakang dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik. Insisi yang demikian juga
dapat dikerjakan oleh dokter ahli yang cekatan pada plasenta yang terletakanterior dengan
melakukan insisi pada dinding rahim dan plasenta dengan cepat dan dengan cepat pula
mengeluarkan janin dan menjepit tali pusatnya sebelum janin sempat mengalami pendarahan
akibat plasentanya terpotong. Anastesi regional dapat diberikan dan pengendalian tekanan
darah dapat dilakukan dengan baik. Namun pada pendarahan berat sebelum operasi, anastesi
umum lebih baik menggingat anestesia regional bisa menambah berat hipotensi yang biasanya
telah ada dan memblokir respons normal simpatetik terhadap hipovolemia.1

Prognosis

Prognosis ibu dengan plasenta previa sekarang ini lebih baik jika dibandingkan dengan
dahulu.Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG, disamping
itu ketersediaan transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir di semua rumah sakit.
Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutam bagi kasus yang perna melakukan secsio
sesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil
dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi keluarga berencana menambah
penurunan insiden plasenta previa.

23
Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Penerbit P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h. 492-513.
2. Cunningham F, Garry, dkk. Obstetri William. Edisis 23. Jakarta: penerbit ECG; 2010.
3. Manuaba. Chandranita. Fajar. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC: 2007. Hl.510-32

4. Achadiat, Chrisdiono M. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta;Penerbit Buku


Kedokteran EGC: 2005. Hl. 40-4

5. Trianingsih, Indah. Mardhiyah, Dian. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya


kejadian plasenta previa. Jakarta; Jurnal kedokteran yarsi 23: 2015. Hl103-113.

6. Ida,B.G. Pengantar kuliah Obstetri.Jakarta : EGC; 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai