Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PEMBELAJARAN EFEKTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


" Belajar Dan Pembelajaran "

Oleh :

INDRAWATY ADDAS 1625044016


WEEL HALMINA 1625044017
ISMAULIDA ULMA 1625044018

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“PEMBELAJARAN EFEKTIF” yang merupakan salah satu penyelesaian tugas
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki sungguh terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini kedepannya.

Akhirnya kami berharap semoga Tuhan YME memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan menjadi ibadah.

Makassar, 08 November 2016

PENULIS

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A.Latar Belakang ................................................................................................ 1

B.Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C.Tujuan Makalah ............................................................................................... 2

C.Manfaat Makalah ............................................................................................. 2

BAB II ................................................................... Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN ................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Definisi Dari Pembelajaran Efektif ............... Error! Bookmark not defined.

B. Prinsip Pembelajaran Efektif .......................................................................... 3

C. Ciri-Ciri Pembelajaran Efektif ........................................................................ 5

D. Metode-Metode Pembelajaran Efektif............................................................ 6

E. Model-Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013 ....................................16

BAB III ................................................................................................................. 28

PENUTUP ............................................................................................................ 28

Kesimpulan ........................................................................................................ 28

Saran .................................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Secara umum tugas pendidik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
fasilitator, dinamisator dan motivator yang bertugas menciptakan situasi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sebagai fasilitator ada
dua tugas yang harus dilaksanakan guru dalam kegiatan pembelajaran yang
efektif. Kedua tugas tersebut adalah sebagai pengelola pembelajaran
(instructor/pengajar) dan sebagai pengelola kelas (manager).
Harus diakui bahwa salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam
pembelajaran adalah kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan
sendirinya, akan tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Sebagai pengelola pembelajaran, guru bertugas untuk menciptakan
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan sebagi pengelola kelas, guru bertugas untuk menciptakan situasi kelas
yang memungkinkan terjadinya pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu kajian
materi tentang Pembelajaran Efektif akan dibahas dalam makalah ini, untuk lebih
memfokuskan diri dalam mengamati atau mendalami materi terkait dengan belajar
dan mengajar.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, rumusan masalah yang akan dijawab
dalam makalah ini dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan, antara lain :
1. Apa definisi dari Pembelajaran Efektif?
2. Bagaimana prinsip Pembelajaran Efektif ?
3. Apa saja ciri-ciri Pembelajaran Efektif ?
4. Apa saja metode-metode Pembelajaran Efektif ?
5. Apa saja model-model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013 ?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah :

1. Mampu menjelaskan pengertian pembelajaran efektif


2. Mampu menjelaskan prinsip pembelajaran efektif
3. Mengetahui apa saja ciri-ciri pembelajaran efektif
4. Mampu menjelaskan metode-metode pembelajaran efektif.
5. Mampu menjelaskan model-model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013

D. Manfaat Pembuatan Makalah


Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana cara menerapkan Pembelajaran Efektif yaitu sebagai bahan refleksi dalam
mengajar dan pembelajaran di dunia nyata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBELAJARAN EFEKTIF
Sebelum mempelajari pembelajaran efekif, terlebih dahulu kita pelajari
pengertian dari efektif. Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu kata
”effective” yang dapat diartikan mempunyai efek (akibat, pengaruh, kesan)
atau dapat pula diartikan membawa hasil, berhasil guna. Selain itu efektif
tidak hanya diorientasikan pada hasil tetapi juga proses yang ada dalam
mencapai tujuan. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran efektif adalah
pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik
setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti dalam tujuan)
Pembelajaran dinyatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
elemen berfungsi secara keseluruhan seperti: peserta merasa tenang, puas
dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana dan prasarana yang
memadai serta materi, metode dan media yang sesuai serta guru yang
professional. Juga keberhasilan proses pembelajaran banyak tertumpu pada
sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok, selain itu,
tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran dengan
tepat merupakan factor pendorong dan pemeliharaan kegiatan belajar siswa
yang produktif, efektif dan efisien.

B. PRINSIP PEMBELAJARAN EFEKTIF


Mewujudkan pembelajaran efektif bukan hal mudah bagi kebanyakan
guru, bahkan yang pernah mengajar berpuluh tahun sekalipun. Hal ini
dikarenakan efektivitas pembelajaran merupakan proses yang kompleks, baik
dipengaruhi oleh kondisi siswa, lingkungan maupun kompetensi pengajarnya.
Di antara sekian faktor penentu efektivitas pembelajaran, kemampuan
pengajar merupakan faktor paling dominan. Pada sebagian orang
pembelajaran efektif dipengaruhi oleh ketrampilan bawaan dalam mengajar.

3
Sekalipun demikian, pembelajaraan efektif merupakan ketrampilan yang dapat
dipelajari, setidaknya dengan memperhatikan beberapa prinsip berikut :
1. Pengendalian Kelas
Pembelajaran efektif pertama-tama membutuhkan kemampuan
pengajar untuk mengendalikan kelas, yaitu mengkondisikan siswa agar
dengan antusias bersedia mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti
instruksi pengajar. Pengendalian kelas merupakan kunci pertama
keberhasilan pembelajaran. Kegagalan ataupun pengendalian kelas yang
kurang maksimal akan berakibat kegagalan atau minimal keberhasilan
pembelajaran kurang optimal. Intinya, pengendalian kelas merupakan
upaya membuat siswa secara mental siap untuk dibelajarkan.
2. Membangkitkan minat eksplorasi.
Setelah siswa secara mental siap belajar, tugas guru adalah
meyakinkan siswa-siswinya betapa materi pembelajaran yang tengah
mereka pelajari penting dan mudah dipelajari, sehingga menggugah minat
mereka untuk mempelajarinya. Ibarat makan, setelah anak mandi, berganti
pakaian dan duduk di meja makan, sajian yang akan mereka santap
memang membangkitkan selera. Anak tahu makanan itu enak, bermanfaat
dan tak sabar untuk segera melahapnya.
3. Penguasaan konsep dan prosedur mempelajarinya
Seenak apapun makanan, pasti ada cara paling tepat untuk
menikmatinya. Kesalahan cara menikmati tak jarang membuat anak
kehilangan selera, misalnya makan satu ayam tetapi dari sambalnya lebih
dulu. Itu sebabnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah
memperkenalkan hakekat makanan yang akan mereka santap, serta dari
bagian mana atau dengan cara seperti apa menikmatinya. Tugas inti
seorang guru secara profesional adalah memperkenalkan konsep dasar dari
materi pelajaran yang tengah dipelajari, dimulai dari sisi termudah dan
paling menarik. Guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran pasti
menemukan banyak cara untuk membuat anak didiknya memahami materi

4
pelajaran, dan bila perlu membuat kiasan, terutama untuk materi pelajaran
yang bersifat abstrak,
4. Latihan
Pemahaman dalam sekali proses akan sangat mudah menguap oleh
berbagai aktivitas lain siswa. Memberikan latihan demi latihan baik berupa
latihan di kelas, PR atau pemberian tugas-tugas tertentu merupakan
wahana untuk memperkuat penguasaan materi yang telah dipelajari.
Pemberian tugas dan latihan mutlak diberikan agar siswa berlatih secara
terstruktur, sekalipun secara mandiri mereka mungkin saja
mempelajarinya. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian latihan
meliputi ketercakupan materi pelajaran. Itu sebabnya kisi-kisi materi
pelajaran harus disusun sejelas mungkin, sehingga dalam pemberian
latihan dan penugasa benar-benar meluas dan mendalam.
5. Kendali Keberhasilan
Tugas guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pelajaran,
tetapi lebih dari itu guru harus memastikan seluruh siswa menguasainya.
Penjajagan terhadap penguasaan materi pelajaran oleh siswa harus
dilakukan baik selama proses pembelajaran, latihan maupun penugasan.
Selama kegiatan pembelajaran guru perlu mulai menjajagi penguasaan
materi pelajaran semisal melalui kuis, snap shot, atau pertanyaan acak
lainnya. Hal yang harus diperhatikan saat memberikan kuis atau
pertanyaan penjajagan adalah jawaban siswa yang selama ini dikenal
paling lemah daya tangkapnya. Meminta siswa yang dikenal paling lemah
dan sedang daya tangkapnya menjadi indikator awal keberhasilan
pembelajaran, sebab secara otomatis dapat diperkirakan penguasaan materi
oleh siswa yang daya tangkapnya kuat.

C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN EFEKTIF


Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses
pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui ciri-cirinya. Adapun
Pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan ciri-ciri sebagai berikut :

5
1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental
ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya,
kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari
pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
2. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan
kelas menjadi hidup.
3. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi
seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
4. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan
yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa,
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai
pendapat orang lain.
5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata. Misalnya
guru memberikan materi dengan tema disiplin. Maka, guru tersebut
memberikan contoh dikehidupan nyata seperti siswa diharuskan dating
kesekolah jam 7.30 dan siswa tersebut dating tepat waktu maka seperti
itulah salah satu contoh disiplin. (contoh seperti sekarang)
6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk
mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar
pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak
menggantungkan pada diri orang lain.
7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul,
mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai
perbaikan, jika diperlukan

D. METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF


Dalam menerapkan Pembelajaran yang ekfektif maka terdapat metode-metode
dalam proses pembelajaran, diantaranya :
1. Metode Debat

6
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi
ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang.
Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua
orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik
yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut
kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat
mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua
posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan
pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang
memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka
belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk
menyelesaikan tugas. Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha
berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan
tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran
siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran
tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran
pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi
(material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor
proses belajar.

2. Metode Role Playing


Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa
yang diperankan.

7
3. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-
sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang
pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan
topik, tugas, jadwal, dll.)
 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.

8
5. Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan
dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dipelajari. Langkah-langkah:
 Guru membagi siswa untuk berpasangan.
 Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan.
 Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
 Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara
pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide
pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.
 Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
 Kesimpulan guru.
 Penutup.

6. Picture and Picture


Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Langkah-
langkah:
 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
 Menyajikan materi sebagai pengantar.
 Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan
dengan materi.
 Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang /
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
 Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

9
 Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
 Kesimpulan / rangkuman.

7. Numbered Heads Together


Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap
siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara
acak guru memanggil nomor dari siswa. Langkah-langkah:
 Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
 Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
 Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya.
 Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
 Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
 Kesimpulan.

8. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode
yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses
kelompok (group process skills). Adapun deskripsi mengenai langkah-
langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
 Seleksi topic

10
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah
umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2
hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
 Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik
dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
 Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah
b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk
menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun
di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
 Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
 Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
 Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,
atau keduanya.

11
9. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari
empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap
penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok
lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik
bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya
kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali
lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya.
Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh
siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap
seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa
dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

10. Metode Team Games Tournament (TGT)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,

12
persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada 5 komponen utama dalam
komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas
ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan
ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat
game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap
unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke
dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya

13
dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan
seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-
masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super
Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata
mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

11. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)


Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang
pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Langkah-langkah:
 Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
 Guru menyajikan pelajaran.
 Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
 Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
 Memberi evaluasi.
 Penutup.

12. Model Examples Non Examples


Examples Non Examples adalah metode belajar yang
menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar
yang relevan dengan KD. Langkah-langkah:
 Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
 Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

14
 Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan / menganalisa gambar.
 Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
 Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
 Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
 Kesimpulan.
13. Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang
yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study
sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu
proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan
jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih
efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini
meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap
perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang
dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian
mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar
terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses
pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.

15
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar
kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap
refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan
untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/
pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).

E. Model-model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013


Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil
(dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4
(empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2)
model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model
modifikasi tingkah laku.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses,
model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013
adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model
pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis
projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis
permasalahan (Problem Based Learning). Untuk menentukan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan
KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3
dan/atau KD-4.
2. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan
KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian

16
materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk
memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman
belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting
information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan
(communicating). Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran
dikaitkan dengan pendekatan saintifik (5M).
1. Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada
pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat
menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau
materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana
mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini
melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan
menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini
peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap
kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat
memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk
merumuskan suatu kesimpulan.
5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah
diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan
atau menyajikan hasil temuannya.

17
 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inquiry dengan metode Suchman menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yandiajukan kepada siswa sebagai alternative untuk
prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh
Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu :
1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan.
Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus
inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan merekaakan terampil
melakukan inkuiri
2. Lebih efektif dalam senua bidang di dalam kurikulum.
Pendekatan pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang
bersifat kognitif. Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak
(time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus
pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya. (Rusyan
,1999 : 177-178)

2. Model Discovery Learning.


Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru
memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi,
sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga
peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan
konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat
gambar.
6. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut,
peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang
dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan
pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan
masalah.
7. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik
diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang
dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang

18
dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan
kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif
mengalami kegagalan.
8. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih
peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan
pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata,
sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan
aplikatif.
9. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik
untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data,
melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman,
berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau
media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
10. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik
digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu
kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga
dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery
Beberapa keunggulan metode Discovery diungkapkan oleh Suherman,
dkk (2001: 179) sebagai berikut:
1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir
2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri
proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
lebih lama diingat;
3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat
belajarnya meningkat;

19
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan
akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks
metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Adapun kekurangan model pembelajaran discovery-inquiry ini
dikemukakan oleh Suryosubroto (2002:201) adalah:
1. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara
belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam
usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-
hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara
pengertian dalam suatu subjek, atau dalam usahanya menyusun
suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.
2. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang, karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari
bentuk kata-kata tertentu.
3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin
mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan
pembelajaran secara tradisional.
4. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan
untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

3. Problem Based Learning


Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk
belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk
memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek
pembelajaran.

20
2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian
pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan
berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini
peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data
dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik
mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data
lain dari berbagai sumber.
5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik
mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis
dan dievaluasi.
Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang
lainnya, di antaranya sebagai berikut:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya),
pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari
buku-buku saja.
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

21
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
Kekurangan Problem Based Learning (PBL) diantara :
1. Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran
Problem Based Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam
penerapannya. Kelemahan tersebut diantaranya:
2. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba
3. Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
4. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.
4. Project Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang
memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik
dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui
investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif
yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum,
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya,
dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:

22
5. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai
langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap
pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
6. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab
pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui
percobaan.
7. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.
Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan
waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
8. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta
didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
9. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan
dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
10. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk
mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek
pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek
antara lain sebagai berikut :
 Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan
penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.

23
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia
nyata.
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
 Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mengajar yang efektif berarti mencapai tujuan, siswa belajar meraih target
sesuai dengan kriteria target pada perencanaan. Mengajar yang efektif jika
siswa dapat menyerap materi pelajaran dan mempraktekannya sehingga
memperoleh keterampilan terbaiknya. Mengajar yang efektif berarti guru
dapat menggunakan waktu yang sesingkat-singkatnya dengan hasil setinggi-
tingginya. Jadi mengajar yang efektif berarti mengajar yang efisien. Jika
kebervariasian metode mengajar menjadi ciri efektifnya guru mengajar, maka
guru yang profesional harus ditandai dengan menguasai sejumlah metode dan
mampu mengaplikasikannya. Pekerjaan itu baru sempurna dinyatakan efektif
jika benar-benar memfasilitasi siswa belajar untuk menguasai kompetensi
yang diharapkan.

B. SARAN
Karena keterbatasan ilmu yang kami miliki maka didalam penyusunan
makalah ini mungkin terdapat kerancuan kata atau kalimat, ketidak hubungan
kalimat, dan kurangnya materi ataupun teori yang ada. Sehingga, kami
menyarankan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam makalah ini agar
pembaca bisa lebih mudah lagi mengerti dalam penerapan metode ataupun
teknik Pembelajaran yang efektif.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Indrayana. 2013. Pembelajaran Efektif Dengan Memfungsikan


Media Pembelajaran, (on line),
(http://www.bebenet.web.id/2013/02/makalah-tentang-
pembelajaran-efektif.html, diakses 06 November 2016).

Fajar Ibnu. 2014. Model-Model Pembelajaran Yang Sesuai Kurikulum 2013, (


on line), (https://ibnufajar75.wordpress.com/2014/05/31/model-
model-pembelajaran-yang-sesuai-dengan-kurikulum-2013/, diakses
21 Desember 2016).

Irfan Tamwifi. 2013. 5 Prinsip Pembelajaran Efektif, (on line),


(http://kampuspendidikan.blogspot.co.id/2013/08/5-prinsip-
pembelajaran-efektif.html, diakses 06 November 2016).

Rinerlis Situmorang. 2011. Pembelajaran Efektif, (on line),


(http://rinerlis.blogspot.co.id/2011/12/pembelajaran-efektif.html,
diakses 06 November 2016).

Tuti. 2012. Strategi Pembelajaran Efektif, (on line),


(https://tutial.wordpress.com/2012/01/06/strategi-pembelajaran-
efektif/, diakses 06 November 2016).

26

Anda mungkin juga menyukai