Kimia Pernapasan
Kimia Pernapasan
Sebenarnya ada gak siiy hubungan kimia dan pernapasan? Emangnya kalo gak
ada proses kimia kita gak bisa bernapas? Mau tau jawabannya? Oke deh, selamat
mempelajari kimia pernapasan…^_^
Keseimbangan asam-basa
Telah dijelaskan di muka, bahwa pH darah tidak berpengaruh atau tetap normal
selama rasio bikarbonat:asam karbonat= 20:1. Perubahan rasio ini akan membawa
akibat berubahnya pH darah menjadi alkalosis atau asidosis. Kandungan asam karbonat
(H2CO3) darah tergantung dari pasokan CO2 respirasi. Adanya gangguan dalam
pasokan CO2 berakibat pada perubahan kadar asam karbonat. Perubahan ini disebut
sebagai respiratorik. Asidosis respiratorik terjadi akibat penumpukan asam karbonat di
darah, sedangkan alkalosis respiratorik terjadi apabila eliminasi CO2 berlebihan,
sehingga terjadi pengurangan asam karbonat darah. Perubahan pH tak terjadi bila
terjadi keseimbangan rasio bikarbonat:asam karbonat menjadi 20:1 kembali. Hal ini
disebut asidosis atau alkalosis respiratorik terkompensasi. Penyesuaian rasio pada
asidosis respiratorik dapat dilakukan oleh reabsorbsi bikarbonat oleh ginjal. Pada
alkalosis respiratorik penyesuaian dilakukan dengan ekskresi bikarbonat ke urin.
Gangguan pH juga dapat terjadi karena perubahan kadar bikarbonat plasma,
yang disebut sebagai metabolik. Asidosis metabolik terjadi jika terjadi penurunan
bikarbonat yang berlebihan tanpa perubahan pada asam karbonat, sebaliknya
alkalosis metabolik terjadi jika kadar bikarbonat berlebihan. Kompensasi dilakukan
dengan cara pengubahan asam karbonat yaitu dengan eliminasi CO2 (hiperventilasi)
pada kasus yang pertama atau retensi CO2 (depresi pernapasan) pada kasus kedua.
Kandungan CO2 plasma terlihat lebih rendah pada asidosis metabolik dan lebih tinggi
pada alkalosis metabolik. (lihat gambar 3)
Penyebab gangguan keseimbangan asam-basa dapat dikelompokkan menjadi
kelompok berikut:
1. Asidosis metabolik disebabkan oleh penurunan bikarbonat pada diabetes tak
terkontrol dengan ketosis, beberapa kasus muntah yang mengeluarkan cairan alkali,
penyakit ginjal, keracunan garam asam, kehilangan berlebihan cairan intestinal pada
diare atau kolitis, kehilangan berlebih elektrolit. Tanda penting bagi yang tak
terkompensasi adalah hiperpneu.
2. Asidosis respiratorik disebabkan peningkatan relatif asam karbonat. Terjadi pada
gagal napas seperti pneumonia, emfisema, congestive failure, asma, atau depresi pusat
napas karena keracunan morfin.
3. Alkalosis metabolik terjadi karena peningkatan bikarbonat pada keadaan ingesti
berlebihan alkali (seperti makan antasida pada kasus obstruksi pilorus), muntah
berkepanjangan, kehilangan berlebih asam lambung pada kuras lambung (disebut
sebagai hipokloremik alkalosis). Defisiensi kalium sering terjadi pada hipokloremik
alkalosis, juga pada penyakit Cushing’s, dan selama pengobatan dengan kortikotropin
atau kortison.
4. Alkalosis respiratorik terjadi pada penurunan asam karbonat. Hal ini terjadi pada
keadaan hiperventilasi (histeri, gangguana sistem saraf pusat yang mengenai sistem
pernapasan, tahap awal keracunan salisilat, penggunaan respirator) dan koma
hepatikum.
Semua keadaan alkalosis tak terkompensasi ditandai dengan pernapasan
yang dangkal dan lambat, urin mungkin alkali tapi biasanya memberi reaksi
asam meskipun bikarbonat darah meningkat. Hal ini karena defisit natrium dan
kalium yang mengikutinya.
Perhatikan kembali gambar 3. di bawah ini. Gambar ini menerangkan perubahan
rasio karbonat dan bikarbonat pada asidosis dan alkalosis. Atau secara sederhana
gangguan terhadap keseimbangan asam basa bisa diringkas dalam tabel 1. di bawah
ini.
Tabel 1. Gangguan sederhana terhadap keseimbangan asam basa
Nilai Asidosis Alkalosis
normal
Metabolik Respiratorik Metabolik Respiratorik
U C U C U C U C
pH 7,4 ↓ 7,4 ↓ 7,4 ↑ 7,4 ↑ 7,4
[HCO3-]/[CO2 terlarut] 20 ↓ 20 ↓ 20 ↑ 20 ↑ 20
[HCO3-] ( mmol/L) 25-26 ↓ ↓ 25-26 ↑ ↑ ↑ 25-26 ↓
pCO2 ( mm Hg ) 40 40 ↓ ↑ ↑ 40 ↑ ↓ ↓
CO2 total, (mmol/L) 26-27 ↓ ↓ 26-27 ↑ ↑ ↑ ↓ ↓
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Pada kebanyakan situasi ketakseimbangan asam basa yang sederhana tersebut,
fungsi normal dari paru-paru dan ginjal dapat diperkirakan. Juga kejadian simultan dari
dua gangguan primer belum ditinjau, situasi semacam ini sering ditemui. Pada kasus-kasus
seperti ini skema sederhana seperti pada table 1. di atas tidak berlaku, meski mekanisme
kompensasi bekerja pada kapasitas penuh. Evaluasi sifat dan besaran kondisi-kondisi
semacam ini memerlukan catatan-catatan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
menyeluruh bersamasama dengan analisis data laboratorium. Contoh-contoh macam-
macam gangguan tersebut diberikan dalam tabel 2. berikut.