Anda di halaman 1dari 5

Daftar Istilah Terkait Pengendalian

Kebakaran Hutan Dan Lahan


Oleh : Tantia Shecilia

Beberapa pengertian dan istilah terkait pengendalian kebakaran hutan, kebun dan lahan
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Kebun adalah hamparan lahan yang digunakan untuk mengusahakan tanaman


semusim dan/atau tanaman tahunan yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya
ditetapkan sebagai tanaman perkebunan.

3. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang peruntukannya untuk usaha
dan atau kegiatan ladang dan atau kebun bagi masyarakat, yang ditujukan untuk fungsi
produksi, fungsi konservasi dan fungsi lindung.

4. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

5. Ekosistem gambut adalah tatanan unsur gambut yang merupakan satu kesatuan
utuh menyeluruh yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas
dan produktivitasnya.

6. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan
hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

7. Perkebunan adalah kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait
tanaman perkebunan.

8. Pembukaan lahan adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyiapan dan
pembersihan lahan untuk kegiatan budidaya maupun non budidaya.

9. Pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) adalah suatu cara pembukaan lahan pertanian,
perkebunan dan atau kehutanan tanpa melakukan pembakaran, baik yang dilakukan oleh
pelaku usaha maupun oleh masyarakat.

10. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit , serta mempertahankan dan menjaga hak-
hak Negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi
serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
11. Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut adaah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi Ekosistem Gambut dan mencegah
terjadinya kerusakan Ekosistem Gambut yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.

12. Titik panas atau hotspot adalah ukuran sebuah pixel yang memiliki nilai temperatur di
atas ambang batas (threshold) tertentu dari hasil interpretasi citra satelit yang dapat
digunakan sebagai indikator kebakaran hutan.

13. Titik api atau firespot adalah titik api kebakaran yang terlihat secara visual.

14. Kebakaran hutan, kebun dan lahan, yang selanjutnya disebut Karhutbunia adalah
suatu keadaan terbakarnya hutan, kebun dan atau lahan, baik secara alami maupun oleh
perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan, kebun dan atau haasil hutan
dan kebun yang menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya dan politik.

15. Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan adalah daerah yang diidentifikasi
mempunyai tingkat kejadian kebakaran hutan dan lahan.

16. Peta rawan kebakaran hutan dan lahan adalah peta yang menggambarkan tingkat
kerawanan daerah terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

17. Pola pembakaran adalah tampilan hasil pembakran yang dapat dilihat pada areal
bekas terbakar.

18. Intensitas kebakaran adalah laju dimana suatu kebakaran menghasilkan energi
panas dan selalu digambarkan dalam bentuk panas (kalori)atau tenaga (watt).

19. Karakteristik bahan bakar adalah sifat-sifat bahan bakaran yang perlu diketahui
dalam rangka pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan.

20. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah segala upaya dan kegiatan yang
meliputi pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan.

21. Sistem peringkat bahaya kebakaran adalah sistem yang dikembangkan untuk
membantu para pengelola kebakaran untuk mengurangi kerusakan akibat kebakaran untuk
mendukung pengaturan kegiatan dengan resiko tinggi penyebab kebakaran dan penerapan
sumberdaya pemadaman kebakaran secara efektif berdasarkan observasi meteorology
harian dan tutupan vegetasi.

22. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi


bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

23. Pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi atau menghilangkan risiko kebakaran hutan dari lahan, baik melalui
pengurangan ancaman kebakaran hutan dan lahan maupun kerentanan pihak yang
terancam kebakaran hutan dan lahan yang meliputi upaya prediksi, monitoring sampai pada
pemadaman awal.

24. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera


mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang; terdapat 2 (dua) alat utama sistem
peringatan dini, yaitu: peta rawan kebakaran dan Fire Danger Rating System (FDRS).
Penentuan FDRS dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung melalui
pengamatan dan perhitungan komponen cuaca harian secara langsung, dan metode tidak
langsung menggunakan analisa data berbasis teknologi informasi citra satelit.

25. Deteksi dini adalah kegiatan untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kebakaran
hutan dan atau lahan misalnya melalui informasi hotspot atau melalui menara pengawas api
atau alat seperti tersebut, agar langkah-langkah pengendalian dapat diambil dengan tepat
dan dapat dilaksanakan segera, sebelum api melanda areal yang lebih luas. Terdapat 2 (dua)
cara atau metode utama sistem deteksi dini, yaitu : berdasar data monitoring hotspot
menggunakan analisa data berbasis teknologi informasi citra satelit, serta
menggunakan metode deteksi taktis secara langsung di lapangan. Deteksi taktis secara
langsung di lapangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode, yaitu melalui sistem patroli
terintegrasi, dan monitoring kejadian kebakaran atau firespot melalui informasi seluruh
sumberdaya (narasumber) yang ada di dalam dan di sekitar wilayah sasaran.

26. Pemadaman dini kebakaran adalah upaya/kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mencegah terjadinya kebakaran yang lebih besar saat ditemukan titik api agar kerugian yang
diderita dan dampak yang ditimbulkan tidak meluas dan membesar.

27. Monitoring adalah kegiatan pemantauan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
penyelenggaraan pelaporan kegiatan pengendalian kebakaran hutan, kebun dan lahan,
meliputi kegiatan pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program dan
memantau perunahan.

28. Evaluasi adalah kegiatan penialian terhadap penyelenggaraan sistem pelaporan


kegiatan pengendalian kebakaran hutan, kebun dan lahan, dan memberikan rekomendasi
perbaikan.

29. Pengawasan atau supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan
untuk memastikan bahwa proses pekerjaan dilakukan dengan seharusnya.

30. Patroli adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh unit reaksi cepat dan semua
pihak dalam rangka pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan, kebun dan lahan.

31. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

32. Masyarakat adalah kesatuan sosial yang terdiri atas warga negara Republik Indonesia
yang tinggal dan bermukim di salam dan/atau di sekitar areal kerja pemanfaatan hutan dan
usaha perkebunan yang memiliki komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian
yang bergantung pada potensi dan aktivitas yang dapat berpengaruh terhadap
keberlangsungan usaha pemanfaatan hutan dan usaha perkebunan.

33. Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun
bermukim di wilayah geografis tertentu karena danya ikatan pada asal usul leluhur, adanya
hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan
pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum, dan telah terdaftar/diakui secara resmi oleh
Pemerintah Daerah setempat.

34. Masyarakat Peduli Api yang selanjutnya disebut MPA adalah masyarakat yang
secaraa sukarela peduli terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang telah
dilatih atau diberikan pembekalan serta dapat diberdayakan untuk membantu pengendalian
kebakaran hutan dan lahan. pengawasan yang dilakukan oleh unit reaksi cepat dan semua
pihak dalam rangka pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan, kebun dan lahan.

35. Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) adalah sejumlah perkebun yang telah memperoleh
pelatihan tentang pengendalian kebakaran lahan dan kebun yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang.

36. Pemegang izin usaha adalah badan usaha dan perorangan yang diberikan izin di
kawasan hutan, perkebunan dan atau lahan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

37. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi
pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari, meliputi hutan
produksi, lindung dan konservasi.

38. Manggala Agni adalah organisasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan
pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi pencegahan, pemadaman dan penanganan
pasca kebakaran, dukungan evakuasi dan penyelamatan serta dukungan manajemen yang
dibentuk dan menjadi tanggung jawab Menteri terkait.

39. Daerah Operasi (Daops) adalah organisasi pelaksana tugas teknis Manggala Agni di
lapangan yang dipimpin oleh Kepala Daops.

40. Crisis center merupakan organisasi pencegahan kebakaran hutan, kebun dan lahan
yang dibangun/dibentuk dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas Daops Manggala
Agni yang sudah ada di wilayah tertentu, dengan tugas dan fungsi pokok monitoring
terhadap kegiatan peringatan dini dan deteksi dini serta fungsi aksi pemadaman dini
berdasarkan permintaan baik pada kawasan izin usaha maupun pada kawasan bukan izin
usaha perkebunan dan kehutanan. Crisis center juga dapat berfungsi sebagai pusat
informasi dan basis data tentang segala hal yang berhubungan dengan upaya-upaya
pencegahan dan penanganan karhutbunla, pusat komando tindakan pencegahan dan
penanggulangan karhutbunla, serta pusat riset dan pengembangan pengetahuan serta
teknologi tindakan pencegahan dan penanggulangan karhutbunla.

41. Sarana dan prasarana (sarpras) adalah peralatan dan fasilitas yang digunakan untuk
mendukung pencegahan kebakaran hutan, kebun dan lahan.
42. Audit Pencegahan Karhutbunla adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan para pihak terkait yaitu Pemerintah Daerah, Perusahaan Pemegang Izin Usaha
Perkebunan dan Kehutanan, dan masyarakat/desa.

Artikel ini dipublikasikan di http://www.riaubiru.com/2017/05/daftar-istilah-terkait-


pengendalian-kebakaran-hutan-dan-lahan.html pada tanggal 04 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai