Anda di halaman 1dari 39

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI KLASIK

KELOMPOK : 5
1). Misfah Fazariani
2). Nela Permata Sari Lubis
3). Siti Khadijah Siregar
4). Tuti Herda Jayanti Nasution
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan

System ekonomi yang dianut oleh suatu bangsa tergantung dari doktrin, mazhab, atau aliran
pandangan ekonomi, yang pada gilirannya juga dipengaruhi oleh seperangkat nilai (set of value)
yang dianut oleh bangsa tersebut (seperti kebiasaan, kepercayaan, ideology, dll)

Setiap kelompok masyarakat di suatu tempat menganut aliran ekonomi yang berbeda.
Variasinya sangat banyak, mulai dari doktrin ekonomi yang dikembangkan pada masa Yunani
kuno, aliran Fisiokrat, Klasik, Neo Klasik, Sosialisme, sampai yang terakhir Ekonomi Klasik
Baru (New Classical Economics). Akan tetapi,jika suatu saat timbul masalah baru dikemudian
hari maka akan diperlukan teori-teori dan konsep-konsep yang baru pula.

Sejarah pemikiran-pemikiran ekonomi secara sederhana merupakan salah satu cabang ilmu
ekonomi yang khusus mempelajari perkembangan pemikiran-pemikiran ekonomi sejak awal
peradaban manusia hingga masa sekarang seperti Keynesian, monetaris, sisi penawaran dan
Ratex.

Pemikiran-pemkiran tentang ekonomi sudah sangat berkembang pada abad ke-XV, saat
terjadi revolusi pertanian di Eropa. Akan tetapi pengakuan terhadap ilmu ekonomi sebagai
cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada abad ke-XVIII, setelah Adam Smith muncul dalam
percaturan ekonomi. Adam Smith (1729-1790) tidak disangsikan lagi merupakan tokoh utama
aliran ekonomi yang di kenal sebagai aliran klasik.

Aliran atau mazhab yang dikembangkan Adam Smith disebut mazhab klasik sebab gagasan-
gagasan yang ia tulis sebetulnya sudah banyak dibahas dan dibicarakan oleh pakar-pakar
ekonomi jauh sebelumnya. Misalnya, soal paham individualisme tidak banyak berbeda dengan
paham hedonisme yang dikembangkan oleh Epicurus masa Yunani kuno. Begitu juga dengan
pendapatnya agar pemerintah melakukan campur tangan seminimal mungkin dalam
perekonomian (Laissez faire laissez passer) sudah dibicarakan oleh Francis Quesnai sebelumnya.
Karena gagasan-gagasan Smith banyak yang sudah klasik, oleh musuh bubuyutannya, Karl
Marx, aliran yang dikembangkan kembali oleh Smith ini disebut sebagai mazhab klasik.
Adam Smith sebagai pendiri paham Klasik hidup pada tahap awal revolusi industri di
Inggris. Pandangan-pandangannya yang optimis tentang kekayaan bangsa-bangsa tidak orisinal,
tetapi dia telah berhasil mengutuhkan berbagai pandangan yang relevan dengan pembahasannya.
Pembahasan teori ongkos produksi, upah, laba, dan sewa lebih utuh dan terkait dibicarakan. Di
samping itu, teori pembangunannya telah memperhitungkan pertumbuhan penduduk, pembagian
kerja dan akumulasi modal.

Pada generasi berikutnya pandangan-pandangan ekonomi klasik cenderung bersifat pesimis.


Hal ini berkaitan dengan teori penduduk dari Malthus dan teori upah, laba, dan sewa lahan dari
Ricardo. Hal ini disusul pula oleh berbagai kritik yang tajam terhadap pemikiran-pemikiran
ekonomi klasik. John Stuart Mill seorang tokoh ekonomi yang hidup di ujung masa aliran klasik,
pembahasan-pembahasannya versifat eklektik (eclectic). Sumbangannya yang terkenal terhadap
pemikiran ekonomi antara lain adalah hukum produksi dan distribusi, dasar teori perdagangan
internasional, dan mengembangkan metodologi ekonomi.

 Manfaat mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Klasik

Perubahan dalam dasar-dasar pandangan ekonomi bisa berlangsung smooth dan kerapkali
bias berlangsung secara revolusi melalui suatu perubahan yang radikal. Yang paling perlu
mendapat perhatian di sini adalah runtuhnya Uni Soviet, kemudian diikuti oleh Negara-negara
sosialis lain di Eropa Timur. Yang lenih penting lagi bagi kita ialah krisis ekonomi yang melanda
bangsa-bangsa Asia sejak pertengahan tahun 1997, dimulai dari Thailand, kemudian Filiphina,
Malaysia, Indonesia, bahkan juga merambat ke Singapor, Hongkong dan Korsel.
Dalam keadaan tidak menentu tersebut orang sering mempersalahkan pendekatan
ekonomi yang digunakan/dijadikan sebagai dasar kebijaksanaan pembangunan. Dengan
mempelajari sejarah pemikiran ekonomi dan system-sistem perekonomian tersebut, kita akan
mengetahui teori-teori ang digunakan dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi tertentu,
kebaikan dan kelemahan dari tiap pendekatan yang digunakan.
 Ruang Lingkup Ekonomi Klasik

a). Kemerdekaan Alamiah.


Landasan pandangan ekonomi klasik adalah kepentingan-pribadi dengan
kemerdekaan alamiah. Kemerdekaan pribadi sedemikian sempurnanya, sehingga setiap orang
tahu apa yang perlu, apa yang menguntungkan bagi dirinya. Pada sekitar tahun 1776,
kepulauan Inggris masih dalam tahap transisi. Dunia perdagangan baik di dalam maupun
keluar negeri telah berkembang, sedangkan sektor industri dan pertanian mulai
menampakkan perbaikan. Dengan pandangan-pandangannya itu sebenarnya Smith
menentang arus, oleh karena arus pemikiran Merkantilis masih berkembang, yang
menekankan peranan negara dalam kegiatan ekonomi. Namun demikian terlihat dengan jelas
kesinambungan alur pemikiran Fisiokrat dengan dasar pemikiran ekonomi klasik.
Pendekatannya, bila dibandingkan dengan pemikiran-pemikiran paham sebelumnya,
lebih terpadu, konsisten, mendalam, dan bersifat lebih umum. Membicarakan kekayaan
sangat penting, karena itulah subyek pengkajian ekonomi. Dia menantang pandangan kaum
Merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan itu terdiri dari uang dan logam-logam mulia.
Perdagangan internasional bukan semata-mata untuk mendapatkan logam-logam mulia tetapi
untuk pertukaran komoditi yang diperlukan, memperluas pasar dan hal ini akan
meningkatkan pembagian kerja.

b). Pemikiran yang pesimistik


Revolusi industri pada abad ke 19 di inggris, selain menjadikan negara tersebut
menjadi negara industri yang maju juga mendatangkan hal yang kurang menyenangkan
seperti kemiskinan, pengangguran, tenaga kerja anak-anak dan tekanan-tekanan baru dalam
kehidupan, baik di kota maupun pedesaan. Dalam keadaan demikian, Thomas Robert
Malthus (1766-1834), membahas tentang jumlah penduduk yang bertambah lebih cepat dari
pada pertumbuhan bahan makanan. Bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of
Population as it Affects the Future Improvement of Society, terbit pada tahun 1798. Malthus
menolak pandangan William Godwin dan Condorcet dan pandangan-pandangan yang
optimistik pada abad ke 18.
Selanjutnya Ricardo (1783-1823) datang juga dengan teori distribusi. Yang lebih
tajam yang mengandung pertentangan antara tuan-lahan, pemilik modal dan tenaga kerja.
Selain itu sewa lahan akan meningkat karena lahan-lahan subur semakin langka. Ricardo
mengembangkan lebih lanjut teori nialai kerja dan memberi penjelasan lain tentang
perdagangan internasional bila dibandingkan dengan pandangan kaum Merkantilisme.
John Stuart Mill (1806-1873), salah satu intelektual, filsuf, pemikir ekonomi dan
politik menulis buku Principles of Political Economy, With Some of Their Application to
Social Philosophy. Buku ini menguasai ajaran-ajaran ekonomi tidak hanya di Inggris, tetapi
juga di negeri-negeri yang menggunakan bahasa Inggris. Pemikirannya sangat dipengaruhi
oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Pemikiran-pemikiran yang terdapat pada buku ini pada
umumnya merupakan pengulangan berbagai teori yang telah dibicarakan oleh ahli-ahli
sebelumnya, tetapi dua sumbangannya yang terkenal adalah permintaan timbal balik dalam
perdagangan internasional dan membedakan hukum-hukum produksi dan distribusi. Mill
menyetujui prinsip-prinsip ekonomi sosialis, sehingga ada anggapan bahwa Mill telah
meninggalkan ekonomi dengan dasar individu yang merdeka. Anggapan ini sampai sekarang
menjadi kontroversi. Namun demikian dalam bukunya Mill masih melanjutkan tradisi
ekonomi klasik, namun pada masanyalah kritik-kritik itu memuncak bersamaan dengan
munculnya pembahasan-pembahasan ekonomi sosialis yang lebih tajam.

c). Individu dan Negara


Kritik mereka yang tajam terhadap pemikiran ekonomi klasik diajukan pada dasar
pemikirannya, yakni tentang semboyan Laissez-faire. Ini berarti mereka menolak pandangan
tertib-alamiah dan kemerdekaan alamiah, ataupun pemikiran ekonomi yang atomistik. Para
pengriktik ini bertolak dari prinsip-prinsip bahwa peran negaralah yang lebih tama, yang
lebih berorientasi kepada dasar-dasar ekonomi sosialis. Selain itu, kritik-kritik tersebut
diajukan pula terhadap metodologi dan kelembagaan yang bersifat politis, sosiologis dan
historis. Karl Marx pula yang memberi nama faham ekonomi yang dipelopori Adam Smith
itu dengan sebutan ekonomi klasik, yakni pemikiran ekonomi yang sudah tua. Namun
demikian, pemikiran-pemikiran ekonomi yang tua dan kuno itu sampai sekarang masih
mempunyai tradisi yang kuat.
PETA KONSEP

Pemikiran
Ekonomi Klasik

Thomas
Jean Baptist David
Adam Smith Robert
Say Richardo
Malthus
 Tokoh Aliran Ekonomi Klasik

1). Adam Smith (1729-1790)

Smith lahir di Kirkcaldy kota kecil dekat Eddinburg, Scotlandia tahun 1723. Ayahnya
adalah pengacara dan pengawas keuangan bea nasabah. Ayahnya meninggal tak lama setelah
Smith lahir, sehingga ia debesarkan ibunya dan dijaga orang kepercayaan ayahnya. Smith
memasuki Glasgow University pada usia 14 tahun setelah meneruskan studinya di Kirkcaldy. Di
Universitas ini Smith mempelajari ilmu etika hukum-alamiah dan ekonomi dari Francis
Hutcheson (1694-1746). Mereka berasal dari daerah yang sama yaitu Scotlandia. Hutcheson
sebagai guru besar dalam filsafat moral mengajarkan bahwa individu sendirilah yang dapat
menentukan apa yang baik menurut etis bagi dirinya, tanpa memperoleh pengetahuan terlebih
dulu dari Tuhan, dan kebahagiaan individu merupakan ukuran tentang kebaikan. Sebagai perintis
gagasan itu, Hutcheson mendapat tuduhan subversi doktrin gereja. Dia mendapatkan hukuman
dari Dewan Gereja lokal, tetapi kemudian dibebaskan dan diijinkan untuk melanjutkan
ajarannya. Sewaktu itu, Smith menjadi salah seorang muridnya. Selanjutnya, Smith melanjutkan
studinya ke Oxford University dengan besiswa selama 6 tahun (sampai tahun 1746).

Di sini, Smith mengenal David Hume (1711-1776) melalui kelompok intelektual


Eddinburg karena ia mengajar di Eddinburg University (1748-1751). Hume adalah seorang filsuf
dan ekonom yang melanjutkan ajaran John Locke, yang bersifat empirik tentang sebab dan
akibat. Melalui Hume, pendekatan Smith tentang konsep hukum-alamiah berubah. Hume pula
yang merangsangsangnya untuk melakukan generalisasi tentang perilaku manusia dengan
mempelajari sejarah. Pada tahun 1751 hingga 1763 Smith kembali mengajar di Universitas
Glasgow. Dia guru besar dalam filsafat moral menggantikan Hutcheson. Materi pengajaran yang
diberikan pada setiap kuliah itulah yang menjadi sumber dua buah bukunya yang terkenal yaitu,
pertama The Theory of Moral Sentiment(1759) yang banyak menghubungkan masalah ekonomi
dan moral. Buku ini serta bahan-bahan kuliah yang diberikan di Universitas Glasgow menjadi
sumber utama penulisan buku yang kedua, An Inquiry in to the Nature and Causes of The
Wealth of Nations (1776). Buku yang ditulis oleh Smith tersebut dianggap sebagai pancangan
pertama tonggak sejarah perkembangan ilmu ekonomi, oleh sebab itu ia diberi gelar “Bapak Ilmu
Ekonomi”. Smith juga merupakan pendiri Glasgow Literary Society danPolitical Economy
Club. Pendiri lain David Hume dan James Watt dengan anggota para guru besar lainnya dan para
pengusaha lokal.

I. Sumber Pemikiran

Paham filsafat naturalis merupakan landasan pemikiran Smith. Tetapi Smith tidak mulai
dari nol, rantai panjang telah merangkai landasan tersebut. Dalam aliran ini ditemukan nama-
nama Stoic dan Epicturus dalam filsafat alamiah Yunani kuno. Dalam kerajaan Romawi juga
tercatat nama-nama besar, seperti Cicero, Seneca dan Epictitus. Selanjutnya dalam kurun waktu
Renaissance dan Reformasi aliran ini kembali mengalami modifikasi dalam karya-karya Bacon,
Hobbes dan Locke. Aliran Pisiokrat mengembangkannya lebih lanjut dan pada masa Adam
Smith sepenuhnya mekar dalam pemikiran ekonomi. Seperti dikatakan Eric Roll:

“Its claims that all that wise social organizatin need do is to act as nearly a possible in
harmony with the dictates of the natural order. … Their common characteristic, however, is the
principle from which they claim authority: the superiority of natural over man-made law.”

Berbagai teori yang dibahas oleh Smith berutang budi kepada nama-nama yang telah
terkenal sebelumnya. Teori tentang uang, Smith mengembangkan pendapat Hume dan Locke,
bahkan uga Steurt. Karangan-karangan Petty, Steurt dan Cantillon merupakan perintissebelum
Smith membicarakan teori nilai. Seperti telah diutarakan sebelumnya, teori pembagia kerja
berasal dari Plato, Aristotles, dan Xenophon.bahkan contoh yang dibuat Smith tentang
pembagian kerja dalam pabrik jarum telah dimuat dalam sebuah Encyclopedie yang terbit tahun
1775 di Perancis. Seorang guru besar di Universitas of Edinburgh yang bernama Adam Ferguson
(1723-1816), telah menulis hal yang sama, sehingga timbul saling tuduh menuduh siapa
memplagiat siapa.

Pemikiran utama yang ditulis Smith meliputi Filsafat sosial dan politik dan pemikiran
ekonomi diturunkan dari filsafat itu; kedua, hal-hal yang mengandung ekonomi teknis.

II. Filsafat Sosial dan Politik

Masalah yang dibahas Adam smith dalam bukunya meliputi produksi, distribusi dan
pertukaran yang pernah dilakukan sebelumnya pada berbagai negeri, kemudian melakukan
perbaikan dengan mengintegrasikan teori-teori tersebut dalam lingkupan yang bersifat makro.
Pengarang The Wealth Of Nations ini menyatakan bahwa pada hakekatnya perilaku manusia
mempunyai enam motif. Keenam motif itu adala cinta diri sendiri (self-love), simpati, keinginan
untuk merdeka, mempunyai sopan santun (sense of propriety), senang bekerja dan cenderung
untuk saling menukar, barter dengan barang-barang lain. Dengan dasar dan motif ini manusia
bebas mempertimbangkan dan memperoleh apa yang dia rasa patut untuk kepentingan dirinya.
Mencintai diri sendiri saling berkaitan dengan motif-motif lainnya, terutama dengan motif
simpati dengan motif ini akan dicapai keseimbangan alamiah perilaku manusia, yang katanya
diatur oleh invisible hand. Konsekuensi dari motif tersebut adalah campur tangan pemerintah
yang terlalu jauh yang akan bersifat negatif. Tiga tugas utama pemerintah adalah: pertama, tugas
pertahanan dan keamanan; kedua, menjamin tegaknya keadilan; dan ketiga,
mempersiapkan public works dan hal-hal yang bersifat kelembagaan yang tidak dapat dilakukan
secara individu, atau kelompok individu dan tidak cukup menguntungkan. Menjamin kedamaian
dalam dan luar negeri, keadilan, pendidikan dan prasarana minimum untuk kegiatan usaha
masyarakat seperti, jalan-jalan raya, pelabuhan, jembatan, kanal-kanal. Inilah tugas pemerintah,
di luar itu diatur oleh tangan yang tersembunyi.

Pandangan tersebut mendapat tantangan yang kuat dari penentangnya, baik dari para ahli
ekonomi maupun dari pihak pemerintah yang berkuasa pada waktu itu. Smith senantiasa
menekankan bahwa kepentingan pribadi itu saling berkaitan dengan kepentingan masyarakat.
Oleh karena seorang individu adalah dari suatu masyarakat, yang senantiasa menolong orang
lain, tetapi adalah percuma untuk selalu mengharapkan kebajikan orang lain.

Inilah pendapatnya yang tampaknya sangat angkuh:

“it’s not from the benevolence of the buthcer, the brewer, or the baker, that we expect our
dinner, but from their regard to their own interest.”

Selanjutnya, pertukaran akan mendatangkan kepuasan serentak bagi dua kepentingan


individu. Setiap orang menghasilkan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya dan
dipertukarkan dengan orang lain. Ini berarti, pembuatan barang atau jasa telah
mempertimbangkan kepentingan orang lain.

Smith tidak hanya melihat sektor pertanian sebagai sektor yang produktif, tetapi
mempelajari lebih luas hubungan perdagangan, industri dengan pertanian. Dengan mendorong
investasi ke sektor industri akan mengembangkan sektor pertanian dan menimbulkan kegiatan
pertukaran. Ini berarti memajukan perdagangan. Merupakan suatu kebijakan bagi setiap
keluarga, jika membuat barang-barang yang harganya lebih murah. Sebaliknya, jika harga barang
itu lebih mahal jika dibuat sendiri, maka lebih baik membeli.

Tantangan tidak kecil. Mengoperasionalkan naturalisme dalam kebijaksanaan ekonomi,


harus terlebih dulu berjuang mengurangi pengaruh merkantilisme dalam perdagangan, peraturan
dan retriksi dalam dunia industri dan perdagangan yang telah bercokol lama sejak seabad
sebelumnya. Disamping itu, struktur monopoli yang kuat dan hak-hak istimewa dari beberapa
kelompok orang-orang kaya dan bangsawan masih berkuasa. Kebijaksanaan yang sangat
didominasi negara pada waktu itu (di Inggris) adalah menyangkut perdagangan luar negeri
dengan kontrol yang sangat tepat, proteksi perdagangan. Demikian juga bidang yang
menyangkut tenaga kerja seperti upah, latihan, dan semua aspek produksi mendapat perhatian
dari Smith. Semuanya memerlukan perombakan. Smith berpendapat bahwa kelangsungan
persaingan bebas perlu dijamin.inilah tugas kebijaksanaan ekonomi yang utama yang
diprioritaskan. Peranan pemerintah sangat minimum. Hanya dengan persaingan yang demikian,
yang konsisten dengan kemerdekaan alamiah, yang mendorong kemajuan. Setiap orang dapat
memperoleh hasil dari usahanya dan memberikan sumbangan penuh untuk kepentingan bersama.

Hasil-hasil yang dicapainya luar biasa. Pemikirannya sangat berpengaruh kepada para
usahawan dan politisi. Dia berbicara dengan para industrialiawan, yang memang menginginkan
pasar bebas. Pandangan-pandangannya senantiasa menentang pengaturan ekonomi oleh negara
dan sangat tidak setuju dengan monopoli serta hak-hak istimewa yang dimiliki oleh sekelompok
orang. Ini harus ditiadakan jika ekonomi masyarakat ingin dikembangkan, sehingga kepuasan
seluruh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dapat ditingkatkan.

III. Teori Nilai

Teori nilai tidak kurang dari dua ratus tahun sebeluim buku Smith yang terkenal itu terbit,
ahli-ahli ekonomi senantiasa mencari sumber akhir kekayaan suatu bangsa. Seperti telah
diutarakan pada uraian aliran pemikiran ekonomi, merkantilisme mengandalkan sumber
kekayaan pada perdagangan luar negeri. Sedangkan aliran fisiokrat melihatnya dari sektor
pertanian dan pertukaran. Adam Smith melanjutkan pemikiran-pemikiran yang telah ada
sebelumnya yakni yang telah dikemukakan oleh Petty dan Chantillon. Smith melihat bahwa
tenaga kerja adalah sumber dari kebutuhan hidup. Menurut Smith, kekayaan suatu bangsa
tergantung pada: Pertama, tingkat produktivitas tenaga kerja dan kedua, jumlah penggunaan
tenaga kerja, yakni tenaga kerja produktif yang terpakai.

Membicarakan hal pertama, menyangkut pembagian kerja (division of labour),


pertukaran (exchange), uang dan distrisbusi. Ke dalam hal kedua, termasuk pembahasan model.
Smith memulai pembahasan pembagian kerja karena hal ini menyangkut dasar terjadinya
transformasi dari bentuk tenaga kerja yang konkrit dan produktif yang menghasilkan barang-
barang (nilai guna) menjadikan tenaga kerja sebagai suatu unsur sosial. Secara abstrak, inilah
yang menjadi sumber kekayaan (nilai tukar). Pembagian kerja adalah dasar untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.

Smith mungkin keliru, dengan mengatakan bahwa tidak mungkin ada pertukaran tanpa
pembagian kerja. Tetapiyang dimaksud Smith adalah nahwa ada kaitan antara pasar dengan
produktivitas, sedangkan perdagangan harus belangsung dengan bebas untuk pengembangan
kekuatan-kekuatan prodktif. Kekuatan0kekuatan produktif inilah yang menghasilkan kekayaan
bangsa. Kekayaan bangsa bagi Smith adalah bukanlah hanya emas da perak, tetapi haruslah
barang dan jasa. Hal ini bergantung pada produktivitas tenaga kerja dan bagian tenaga kerja yang
terpakai. Smith mempunyai andaian bahwa keadaan ekonomi senantiasa dalam keadaan full
employment. Sebenarnya, dengan membicarakan hal ini, secara langsung mengingatkan kita
pada kurva transformasi (sering juga disebut production possibility curve).

Selanjutnya, faktor-faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja adalah


pembagian kerja. Artinya, dengan spesialisasi dan pembagian kerja produktivitas dapat
meningkat. Hal ini ada benarnya, tetapi di pihak lain terjadi kerugian sosial karena pekerjaan
yang berulang-ulang dan menonton. Malahan manusia berperilaku sebagai mesin dalam proses
produksi, kurang manusiawi, dan pekerja relatif cepat bosan dengan pekerjaannya.

Setelah diuraikan dasar teori nilai yang merupakan sumber dari kekayaan bangsa-bangsa,
maka sekarang timbul pertanyaan yang menyangkut aspek teknis. Pertama, apa pengukur nialai
yang terbaik; kedua, faktor-faktor apa yang menentukan bahwa suatu barang mempunyai nilai;
ketiga, faktor-faktor apa yang menetukan tingkat harga umum? Secara singkat pertanyaan ini
dapat dijelaskan bahwa jawaban yang pertama menyangkut cabang ilmu ekonomi tentang
kesejahteraan (welfare economics), yang kedua, mengenai faktor yang menentukan harga relatif,
dan yang ketiga menyangkut pembahasan ekonomi makro.

Dalam pembahasannya tentang ketiga hal itu, Smith kurang tajam membedakan, bahkan
sering meragukan. Karena membicarakan welfare economics relatif subyektif, dan kadang-
kadang Smithkembali kepada aliran Skolastik, maka uraian selanjutnya yang lebih terinci adalah
pertanyaan yang menyangkut harga relatif. Ada tiga penjelasan yang dapat digunakan untuk
menerangkan teori harga relatif.

Pertama, melalui ongkos produksi; Kedua, teori utilitas margina, dimana harga relatif
ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Ekonomi klasik pada umumnya menggunakan
penjelasan pertama walaupun kadang-kadang Smith menggunakan aspek permintaan. Penjelasan
harga relatif melalui ongkos produksi dapat juga dari sisi penawaran. Uraian lebih lanjut adalah
tingkat harga relatif yang ditentukan ongkos produksi.

Menurut Smith, harga alamiah (natural price) dalam keseimbangan jangka panjang
ditentukan oleh ongkos produksi. Pembahasannya adalah sektor industri manufaktur dan
pertanian. Dalamjangka pendek, baik manufaktur maupun pertanian kurva permintaanya turun
sedangkan kurva penawaran nauik. Tetapi dalam jangka panjang, sektor pertanian mempunyai
kurva penawaran yang juga naik karena ongkos produsi meningkat. Selanjutnya, ada sektor
manufaktur, kurva penawaran jangka panjang horizontal, karena mencapai ongkos tetap
(cnstante cost), sedangkan ada bagian lain adalah kurva penawaran yang menujrun, karena
ongkos yang menurun. Jadi ada dua jenis kurva penawaran pada sektor manufaktur yakni, dalam
jangka panjang kurva elastis sempurna dimana harga relatif tergantung ongkos produksi,
kemudian kurva menurun karena harga alamiah ditentukan permintaan dan penawaran.

Terjadi ketidaktaatan dari uraian Smith, ada pendapan yang menyatakan hal ini karena
penulisan The Wealth of Nation yang menggunakan waktu lama. Para ahli sependapat,
pandangan Smith yang dominan adalah melihat harga alamiah ditentukan ongkos produksi
jangka panjang jadi bersifat ekonomi penawaran (supply side economi).

Telah diutarakan arti nilai bagi Smith adalah nilai guna dan nilai tukar. Namun ada
persoalan yang tidak diselesaikan oleh Smith dan juga para ahli ekonomi klasik yaitu Diamond
Water Paradox. Nilai guna barang tinggi tetapi tidak mempunyai atau kecil nilai tukarnya.
Sebaliknya, barang mempunyai nilai tukar yang tinggi tetapi tidak atau sedikit nilai gunanya.
Contohnya Intan mempunyai nilai guna yang relatif langka tapi kuantitas tinggi dibanding nilai
tukar barang lain. Air nilai gunanya tinggi tapi nilai tukarnya rendah.

Smith menyatakan nilai tukar adalah kekuatan suatu barang untuk membeli barang lain.
Inilah harganya sebagai ukuran objektif dalam pasar.

Teori harga relatif dari Smith dapat dijelaskannya melalui: Pertama, teori ongkos tenaga
kerja, Kedua, teori jumlah tenaga kerja; dan Ketiga teori ongkos produksi. Smith terlebih dahulu
membedakan dua keadaan ekonomi primitif dan maju. Tahap pertama, teori pertama dan kedua
sesuai. Kedua teori ini mengabaikan akumulasi modal dan nilai lahan, jadi ongkos produksi
ditentukan tenaga kerja. Dalam teori ongkos tenaga kerja jika ongkos menangkap seekor berang-
berang dua kali ongkos menagkap seekor menjangan, maka pertukaran di pasar, seekor berang-
berang harus ditukarkan dua ekor menjangan. Contoh tadi tanpa modal, tanpa lahan dan kedua
binatang itu bersifat alamiah bebas diburu. Jika si B dan Si A bekerja satu hari tujuh jam, B
menghasilkan dua satuan barang, sedangkan A membuat satu-satuan barang yang sama.
Andaian Cateris Paribus dapat digunakan namun terlihat keterampilan kerja, kerajinan, kerapihan
dan kejujuran. Jika kualitas barang yang dihasilkan sama, berapa harga barang tersebut
persatuan?

Secara singkat, jawabannya bukan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
memproduksi barang tersebut, tetapi barang itu mempunyai nilai sama dengan upah yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Dalam teori ekonomi, harga alamiah tersebut dinamakan juga
harga keseimbangan jangka panjang. Disamping harga keseimbangan tersebut Smith mempunyai
pula harga pasar atau keseimbangan jangka pendek. Jika harga berang-berang meningkat,
misalnya, maka dengan sendirinya dalam kaitan ini, harga menjangan turun. Akibatnya, para
pemburu menjangan kurang bergairah, dan motivasi unntuk berburu berang-berang lebih tinggi.
Tetapi ada dua cara untuk mendapatkan menjangan. Pertama, secara langsung dengan memburu
menjangan; Kedua, dengan cara tidak langsung, memburu dan menangkap berang-berang,
kemudian menukarkannya dengan menjangan di pasar. Dalam hal ini dengan jumlah berang-
berang yang sedikit dapat memperoleh seekor menjangan. Katakanlah, bahwa seekor berang-
berang dapat ditukar dengan 4 ekor menjangan. Rangsangan harga ini akan meningkatkan
penawaran berang-berang di pasar, dan dapat berakibat harga berang-berang menurun,
sedangkan penawaran menjangan menurun dan harganya pun dapat meningkat. Jadi, kalau
semula perbandingannya 1:2 kemudian menjadi 1:4, harga menjadi tidak seimbang, tetapi
kemudian mekanisme pasar mendorong harga menjangan kembali naik, maka tingkat harga
cenderung kembali ke tingkat keseimbangan semula. Dari uraian itu teramati, dengan andai-
andaian semual, proses perubahan harga pasar ke harga alamiah.

Andaian yang lain perlu dilengkapi adalah: pertama, pemburu benar-benar rasional dalam
perhitungan yang didorong oleh self-interest. Kedua pasar dalam struktur persaingan sempurna.
Pemburu sebagai pengusaha sebagai price taker tidak seorangpun dari mereka yang dapat
mempengaruhi tingkat harga. Ketiga, bahwa berapapun berang-berang dan menjangan
dibutuhkan ada tersedia dengan ongkos rata-rata tidak berubah (constant-cost). Model
mekanisme harga Smith ini sering disebut model statis komparatif.

Selanjutnya, tingkat harga relatif barang berdasarkan teori jumlah tenaga kerja (labor
command theory) ditentukan oleh jumlah tenaga kerja. Dalam hal ini dapat dijabarkan dalam
jumlah jam kerja. Jadi menurut contoh tadi, waktu yang diperlukan untuk menangkap berang-
berang dua kali lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk menangkap seekor menjangan.
Kedua teori ini mempunyai persamaan, tetapi lebih relevan teori ongkos tenaga kerja dalam
bentuk ekonomi yang relatif lebih modern. Hanya saja dalam tahap ekonomi yang lebih modern
telah terjadi akumulasi modal, sedangkan lahan tidak lagi sebagai barang bebas. Dalam hal ini
mulai diperhitungkan laba untuk pemilik modal dan sewa untuk tuan lahan. Dalam hal ini mulai
terlihat variabel baru, yakni intensitas modal dalam proses produksi. Dengan demikian, rasio
tenaga kerja dengan modal (T/M) berlainan untuk setiap industri. Semakin intensif modal suatu
industri cenderung laba juga relatif semakin tinggi. Untuk lahan tingkat kesuburannya berbeda-
beda. Dalam hal ini muncul pembahasab baru, yakni distribusi pendapatan secara fungsional.

Penjelasan harga relatif barang melalui teori ongkos produksi adalah sebagai usaha
mengatasi kesulitan yang ditemui pada dua teori yang telah dijelaskan tadi. Ada kesulitan yang
timbul dengan menggunakan teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) dalam tahap ekonomi
yang telah maju. Dalam teori ongkos produksi harga relatif ditentukan oleh semua pembayaran
yang dikeluarkan untuk semua faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal, bahan baku, lahan,
dan lain-lain. Dalam pengertian Smith, laba termasuk tingkat bunga. Jadi kalau kita kembali pada
contoh perburuan kedua jenis binatang tadi, maka ongkos total untuk menangkap berang-berang
(OTb) dan ongkos total untuk menangkap menjangan (OTm) menjadi patokan harga relatif,
yakni = OTb : OTm. Ongkos total boleh diganti dengan ongkos rata-rata untuk masing-masing
barang. Dalam hal ini tingkat harga alamiah sama dengan ongkos produksi.

IV. Teori Modal dan Distribusi

Pada uraian tadi telah disampaikan bahwa pada ekonomi yang lebih modern, telah terjadi
akumulasi modal dan lahan dimiliki tuan lahan, sedangkan pemilik modal mendapat laba.
Dengan demikian terjadi pergeseran arti teori nilai yang semula dikemukakan Smith, yang
dianggap berlaku pada masyarakat dengan ekonomi yang primitif. Dengan demikian, nilai nyata
suatu barang sama dengan ongkos produksi. Jadi sumber nilai bukan hanya tenaga kerja, tetapi
juga lahan dan pemilik modal.

Timbul pertanyaan lain: dari mana nilai surplus itu berasal? Smith menolah pendapat
yang menyatakan bahwa surplus berasal dari barang yang dijual dengan tingkat harga di atas
nilainya. Nilai itu katanya mengandung dua bagian yakni, kepada tenaga kerja di satu pihak dan
pemilik modal (termasuk lahan). Di pihak lain tampaknya pengertian ini bergandengan dengan
paham Fisiokrat, yang dsebut dengan produit net. Tetapi Fisiokrat berpendapat bahwa terjadi
nilai tambah (value added) sebagai hasil tenaga kerja, bukan hadiah dari alam. Dengan demikian
sulit mengatakan bahwa sumber nilai satu-satunya adalah tenaga kerja. Hal ini akan berangkai
dengan pandangan Ricardo dan Marx, dalam konsep nilai lebih. Namun, penjelasan Smith
sebagian menyangkut teori distribusi yakni hasil dari setiap golongan masyarakat. Pertama,
kelompok kerja subsisten, dan kedua, hasil dari pemilik lahan, dan pemilik modal. Inilah yang
membuat teori ongkos produksi lebih relevan dari teori ongkos tenagba kerja.

Dengan demikian, laba merupakan bagian dari nilai barang yang dihasilkan merupakan
milik kapitalis. Hubungan upah dan laba berlawanan. Peningkatan persediaan modal karena
persaiangan berakibat tingkat laba menurun sedangkan permintaan tegnaga kerja meningkat.
Keadaan terakhir ini akan meningkatkan pula tingkat upah. Tingkat laba menurut Smith adalah
sekitar jumlah modal yang hilang dalam proses produksi ditambah jasa pemilik modal.

Tingkat laba memang berfluktuasi tetapi dengan kemajuan masyarakat, tingkat laba
cenderung turun. Akumulasi modal meningkatkan persaiangan dan negeri semakin banyak
penduduknya sedangkan lahan yang kurang subur akan digunakan semakin meluas. Berkenaan
dengan hal yang terfakhir ini, Smith mengemukakan teori tentang rente sebagaimana juga laba
dan upah bagian dari nilai barang. Tetapi efeknya terhadap harga barang tidak seperti efek laba
dan tingkat upah. Tinggi rendahnya laba dan upah menyebabkan tinggi rendahnya tingkat
barang. Smith berpendapat bahwarente tidak termasuk penentu tingkat harga. Rente bukanlah
sebab tetapi akibat, maka jika tingkat harga barang meningkat maka rente ikut meningkat. Jika
harga hasil pertanian hanya cukup untuk menutupi ongkos-ongkos kapitalis, maka lahan tidak
terkena beban sewa, tetapi jika tingkat harga meningkat, maka tuan lahan menjadi monopolis.
Sebenarnya, dari pandangan ini terlihat terjadi ketidakazasan teori rente. Dari sini Ricardo
memulainya.

Apapun yang telah menjadi kelemahan teori yang dikemukakan Smith, telah
mendatangkan sumbangan besar terhadap teori ekonomi waktu itu. Semangat itu, dengan jelas
terlihat pada teori nilai yang dikaitkan dengan teori distribusi. Kaitan antara variabel modal,
tenaga kerja, tingkat bunga, upah dan laba menjadi terintegrasi. Laba, sewa dan upah adalah tiga
dan dan pertumbuhan penduduk akan diikuti peningkatan kekayaan masyarakat. Tetapi semakin
tinggi pula nilai barang yang dihasilkan ke tangan tuan lahan. Di lain pihak, peningkatan
penduduk meningkatkan permintaan dan tingkat harga, meningkat pula hasil-hasil pertanian
dengan demikian makin bertambah modal yang digunakan di sektor pertanian. Dengan terjadinya
perbaikan teknologi pertanian, tidak banyak lagi tenaga kerja digunakan, sebagian tenaga kerja
digantikan modal. Sebagian hasil kembali kepada tuan lahan.

Jika dikaitkan dengan pembagian kerja yang telah dibicarakan telebih dahulu, maka
pembagian kerja dan spesialisasi membutuhkan modal. Penduduk bertambah meningkatkan
permintaan. Kaitan ini merupakan teori pertumbuhan ekonomi klasik. Semakin luasnya pasar,
maka pembagian kerja pun semakin berkembangan. Peningkatan produktivitas pun diperlukan.
Tetapi Smith pun membedakan tenaga kerja yang produktif dan tenaga kerja yang tidak
produktif. Tenaga kerja produktif adalah yang menciptakan nilai dan surplus untuk pengusaha.
Bagi Smith, tenaga kerja sektor jasa termasuk tenaga kerja tidak produktif.

Kekuatan-kekuatan pertumbuhan ekonomi dirangkaikan menjadi teori pertumbuhan.


Kekuatan-kekuatan itu adalah jumlah penduduk yang mendorong permintaan; peningkatan
permintaan mendorong perluasan pasar yang didukung efisiensi. Efisiensi menjadi operasional
dengan adanya spesialisasi dan pembagian kerja. Namun demikian pertumbuhan memiliki
kendala. Kemakmuran yang makin meningkat makin mendorong pertumbuhan penduduk. Ini
berarti penawaran tenaga kerja meningkat, oleh karena itu, tingkat upah turun. Kenapa turun?
Smith mempunyai teori dana upah. Dana ini disediakan pengusaha dalam jumlah tetap. Tingkat
upah adalah sama dengan jumlah dana upah dibagi jumlah tenaga kerja. Turunnya tingkat upah
tenaga kerja mendatangkan kesulitan, para pekerja dengan tingkat upah rendah untuk membiayai
kebutuhan keluarga yang relatif besar kurang terpelihara, sakit, dan banyak kematian. Dengan
begitu terjadi penyesuaian jangka panjang dan alamiah. Semakin itu, tingkat laba turun,
akumulasi turun, sewa tanah naik. Dalam situasi demikian sampailah suatu negara
dalam stationari state.

Itulah teori-teori utama yang dikemukakan Smith lebih dari 200 tahun yang lalu. Para
penafsir kadang-kadang sulit membahas teori tersebut karena ada pendapat Smith yang kurang
dan tidak taat azas. Namun tidak mengurangi kebesarannya dalam menyusun teori-teori secara
terintegrasi yang lebih maju dari sebelumnya.

2). Thomas Robert Malthus (1766-1834)

Thomas Robert Malthus adalah seorang tokoh yang paling kontroversial dalam sejarah
ilmu ekonomi. Ia terkenal karena doktrin populasinya yang kini dihubungkan dengan nama
Malthus. Berlawanan dengan pandangan abad ke-XVIII yang menyatakan bahwa ada
kemungkinan meningkatkan standar hidup, Malthus justru berpendapat bahwa perkembangan
semacam itu menyebabkan populasi bertambah dan menurunkan keuntungan. Ia juga
mengatakan ilmu ekonomi seharusnya ilmu yang empiris ketimbang ilmu deduktif. Ia juga
menentang perdagangan bebas dan bantuan pemerintah terhadap pihak miskin.

Malthus lahir tahun 1776 di kota Wotton, Surrey. Pada usia 18 tahun ia masuk ke Jesus
College di Cambridge belajar matematika dan filsafat.

Sumbangan yang sangat berarti terhadap pemikiran ekonomi klasik setelah Adam Smith,
datang dari David Ricardo. Namun pemikiran yang demikian dikemukakan oleh Thomas Robert
Malthus dalam bukunya An Essay on The Principle Of Population As It Affects The Future
Improvement Of Society tidak dapat dilangkahi. Ricardo memperdalam kajian terhadap teori
distribusi fungsional, memperbaiki teori nilai yang telah diutarakan Smith sebelumnya dan
pemikirannya tentang perdagangan Internasional. Buku Ricardo yang terkenal Principle of
Political Economi and Taxation terbit 19 tahun setelah buku Malthus.

James Stuart Mill hidup dan berkarya dalam masa transisi, di satu pihak dia
mempertahankan persaingan sempurna dan kemerdekaan individu tetapi di pihak lain Mill
menghadapi berbagai kritik terhadap pemikiran ekonomi klasik. Mill terpengaruh oleh pemikiran
sosialis, maka uraian tentang Mill digabungkan dengan pemikiran sosialis. Pada uraian yang
berikut akan terlihat variasi pemikiran tokoh ekonomi klasik yang juga disebut Pemikir Ekonomi
Ortodoks.

I. Malthus yang Pesimis

Pemikiran-pemikiran Smith seperti telah diuraikan sebelumnya penuh optimisme.


Penduduk bertambah, permintaan meningkat. Berarti pasar di dalam dan luar negeri meningkat
serta pembagian kerja dan spesialisasi berkembang. Semua ini bermuara dalam kekayaan
bangsa-bangsa yang meningkat. Dalam jangka panjang semua ini akan sampai pada stationary
state.

Dengan terbitnya buku Malthus tahun 1798 pemikiran yang optimis mengalami
goncangan dimulai dengan debat Malthus dengan orang tuanya sendiri tentang pendapat seorang
ahli politik Inggris dan penulis Perancis William Godwin dan Marquis de Condorcet yang
berpaham utopia yang menyatakan sifat manusia bukan karena diwariskan tapi ditentukan
lingkungan dimana mereka hidup. Pernyataan ini didasarkan pada berbagai kesengsaraan dan
kemiskinan manusia yang ada di lingkungan kehidupannya. Yang bertanggung jawab atas
keadaan ini adalah pemerintah. Untuk mengubah keadaan ini diperlukan pembaruan
kelembagaan. Godwin dituduh menganut falsafah anarki. Daniel Malthus, ayah Thomas Robert
Malthus menyetujui pendapat itu tetapi Malthus muda menolaknya. Ayah Robert adalah seorang
Liberal sahabat David Hume dan pernah berkenalan dengan pemikiran Perancis Rousseau.

Malthus muda membantah pendapat itu, setelah membaca teori penduduk yang
ditemukannya pada beberapa tulisan sebelumnya, termasuk Wealth of Nations hukum hasil lebih
yang berkurang (the law of diminishing returns) yang pernah dikemukakan oleh Turgot. Dengan
menggabungkan pemikiran-pemikiran ini, Malthus membantah pandangan Godwin dan
Condorcet. Dasar pemikiran Malthus muda sederhana, dengan andaian bahwa nafsu seks
manusia dan kebutuhan makanan mempunyai hubungan. Jumlah penduduk meningkat tidak
seimbang dengan kenaikan persediaan kebutuhan pokok hidup. Bilamana kemampuan lahan
untuk menghasilkan kebutuhan manusia menurun, maka peningkatan bahan pangan tidak dapat
mengimbangi jumlah pertambahan penduduk. Bahkan secara khusus tesisnya dinyatakan bahwa
penduduk cenderung meningkat secara deret ukur (1, 2, 4, 8, 16,…), sedangkan bahan kebutuhan
pokok meningkat menurut deret tambah (1,2,3,4,…).

Sebenarnya, tesis dengan menggunakan deret ukur dan deret hitung itu digunakan sebagai
ilustrasi, tetapi justru inilah yang mendapat kritik berlebihan. Malthus engan pernyataan itu
dikelompokkan menjadi orang yang pesimis. Dengan kritik-krtik yang dilancarkan terhadap tesis
Malthus yang deduiktif itu. Mendorong Malthus umtuk melengkapi bukti-bukti secara induktif.
Pada tahun 1803, terbitlah edisi kedua. Pada penerbitan ini, terlihat bahwa buku itu tidak lagi
semata-mata untuk membantah pendapat Godwin dan Condercet tetapi telah disusun sedemikian
rupa sebagai tulisan ilmiah. Dengan demikian, Malthuslah yang pertama menyusun teori
pertumbuhan penduduk. Memang, diakui bahwa bukan Malthus yang pertama mempunyai
pandangan tentang masalah-masalah demografis, tetapi kelebihan Malthus adalah menyusun
teorinya yang terintegrasi dengan pemikiran ajaran ekonomi klasik.

Ramalan Malthus yang menggambarkan keadaan yang pesimis itu di Eropa Barat,
ternyata tidak benar. Apa lagi tidak ada bukti yang menyokong tesis tentang jumlah penduduk
dan jumlah bahan pangan yang masing-masing bertumbuh menurut deret ukur dan deret tambah.
Kenyataan dalam revolusi industri yang disokong oleh kemajuan teknologi luput dari
pembahasan Malthus. Kenyataan memang menunjukkan menjelang berakhirnya abad ke 18 di
Inggris terjadi ledakan penduduk tetapi jika dilihat dari kurun waktu yang lebih panjang tingkat
pertumbuhan penduduk di negeri itu (sejak 1680) ternyata rendah. Terjadinya ledakan penduduk
di Inggris waktu itu karena menurunnya tingkat kematian sedangkan tingkat kelahiran semakin
meningkat. Kejadian itu berkaitan dengan perbaikan sanitasi, gizi, dan perumahan penduduk.

Pemikiran Malthus yang kontroversial waktu itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Pertama, kita perlu melihat latar belakang tentang alasan Malthus berpendapat demikian
sehingga dia mencoba dengan segala macam upaya membantah pendapat Godwin dan Condorcet
tentang kesempurnaan manusia. Manusia pada kelahirannya adalah baik, dan lingkunganlah yang
menyebabkan manusia itu jahat, jadi miskin dan papa. Malthus melihat pada waktu itu: (1)
menjelang tahun 1790, Inggris dalam keadaan swasembada pangan tetapi pada tahun itu Inggris
harus mengimpor bahan pangan; (2) terjadi proses pemiskinan penduduk yang berpendapatan
rendah dengan berlangsungnya revolusi industri Inggris semakin menuju masyarakat kota, diman
produksi yang dibuat dalam rumah tangga beralih ke pabrik-pabrik. Dalam proses yang demikian
terjadi peningkatan jumlah penduduk yang miskin di kota-kota.

Kedua, dalam bukunya yang terbit pada edisi pertama, dia mengemukakan dua dasar
utama sebagai andaian, pertama, untuk kehadiran manusia diperlukan bahan pangan; kedua,
nafsu sex antar kelamin merupakan kebutuhan yang tidaka akan berubah. Dengan andaian ini,
maka disimpulkannya peningkatan penduduk lebih cepat daripada pertumbuhan bahan pangan,
peningkata variabel pertama menurur deret ukur, sedangkan yang kedua menurut deret hitung,
inilah yang menyebabkan kemiskinan dan menjadi kikir. Malthus menentang pula undang-
undang subsidi kepada orang miski (poor laws). Dalam edisi pertama, tidak ada bukti statistik
untuk mendukung pendapat itu, bahkan belum dikemukakan hukum hasil lebih yang berkurang,
tetapi dinyatakan lahan yang terbatas. Karena itu, Malthus mengemukakan cara mengatasinya
yakni dengan melakukan pembatasan (check). Dalam buku yang pertama, Maltuhs mengajukan
dua cara pembatasan, yakni pengendalian positif dan negatif. Pengendalian positif (positive
check) adalah perang, kelaparan dan penyakit, sedangkan pengendalian negatif dengan menunda
perkawinan. Tetapi dengan menunda perkawinan dapat menimbulkan krjahtan sexual, seperti
hubungan sex sebelum kawin dan perkosaan. Untuk mengatasi ini tidak mungkin dengan
meniadakan struktur kelembagaan yang ada, karena kejahatan dan kemiskinan dalam masyarakat
disebabkan oleh kebutuhan pangan dan sex yang kuat.

Ketiga, pendapat Malthus yang menjadi kontroversi dan mendapat kritik keras dari
penentangnya mendorong Malthus menyempurnakan bukunya yang kemudian terbit untuk kedua
kalinya pada tahun 1803. Dalam buku ini, baik tujuan dan metodologi, maupun kesimpulannya
mengalami perubahan. Seperti telah diutarakan sebelumnya metodologi yang digunakan Malthus
semata-mata deduktif telah dilengkapi dengan metode induktif pada edisi kedua. Misalnya, dua
cara pembatasan pertumbuhan penduduk telah menjadi tiga cara, yakni dengan melakukan
kendali moral (moral restraint). Maksud kendali moral adalah menunda perkawinan tanpa
melakukan hubuangan sex sebelumnya. Buku Malthus terbit sampai dengan tujuh edisi dengan
tidak banyak lagi mengalami perubahan. Isi edisi inilah yang mantap sampai sekarang.
Keempat, beberapa kritik yang dikemukakan terhadap pemuikiran Malthus adalah
kelemahan yang dikemukakan dalam tulisannya. Antara lain Malthus tidak membedakan naluri,
kebutuhan sex dengan keinginan manusia mempunyai keturunan, dan cara pembatasan yang
dikenal sekarang, yakni melalui kontrasepsi. Selanjutnya, kemampuan kemajuan teknologi dalam
peningkatan bahan pangan yang berasal dari sektor pertanian. Namun hal terakhir ini tidak adil
bila menyalahkan Malthus. Para pemikir ekonomi pada waktu itu mengabaikan hal pengaruh
teknologi terhadap kemajuan ekonomi.

Anehnya, dan ini dapat dilihat dewasa ini tesis Malthus yang sangat relevan bukan di
dunia Barat tetapi di negeri dunia ketiga, seperti Asia, Afrika, dan amerika Latin. Masalah
kependudukan telah dikaitkan pula dengan masalah lingkungan. Dengan demikian, kembali para
ahli ekonomi mengkaji pemikiran Malthus dan mencoba untuk melakukan revisi, di negeri-
negeri maju, memang bukanlah masalah pertumbuhan penduduk yang utama, tetapi kepadatan
penduduk dan industrialisasi telah memperburuk lingkungan kehidupan manusia.

Pengembangan dasar teori kependudukan dari Malthus tidak hanya dalam pemikiran
ekonomi selanjutnya tetapi juga digunakan oleh Charles Darwin untuk menjelaskan teori
evolusinya. Darwin berutang budi kepada Malthus. Hal ini di luar perkiraan Malthus bahwa
teorinya digunakan untuk menjelaskan teori evolusi. Teori kependudukan yang dikemukakan
Malthus sangat besar sumbangannya dalam pembahasan pembangunam ekonomi. Teori ini
bergabung dengan teori dana upah dari Smith dan teori teori hasil lebih yang berkurang,
merupakan model pembangunan ekonomi klasik. Model ini banyak mendapat kritik yang
selanjutnya dibicarakan lagi dalam pemikiran David Ricardo. Begitu juga, sumbangan Malthus
dalam perbedaan rente lahan lebih tajam dikembangkan oleh Ricardo. Sebenarnya, sumbangan
yang besar dari Malthus terhadap teori ekonomi adalah terjadinya keseimbangan penawaran
dengan permintaan yang terkenal dengan theory of geluts, yakni penawaran tergantung pada
permintaan. Hal ini ditentang oleh Ricardo.

3). David Ricardo (1772-1823): Pemikir Deduktif

David Ricardo lahir di London pada tahun 1722 dari keluarga Yahudi yang kaya.
Pendidikannya disiapkan untuk membuat dirinya mengikuti jejak ayahnya dalam dunia
perdagangan dan keuangan. Sesuai dengan harapan usia 14 tahun Ricardo memasuki perusahaan
perdagangan perantara milik ayahnya. Ia diakui sebagai negosiator yang ahli dan mahir dalam
operasi-operasi sulit seperti arbitrage atau jual beli mata uang.

Pada masa Ricardo dan Malthus, pemikiran ekonomi menghadapi perjuangan nyata, tidak
lagi dalam debat tulisan tetapi bersambung dengan perjuangan politik dalam usaha ikut serta
pengambila keputusan kebijakan ekonomi. Dalam hal tertentu, ricardo tidak sependapat dengan
Malthus, tetapi teori kependudukan Malthus memberi sumbangan besar pada Ricardo sehingga
berpengalaman dalam dunia perbankan dan praktek bisnis. Hal ini mempertajam logikanya.
Semasa Ricardo dan sesudahnya pemikiran ekonomi klasik menjelma menjadi keputusan politik
dalam bentuk berbagai revormasi perundangan.

Ricardo disamping sebagai tuan lahan menjadi anggota parlemen yang kemudian disusul
oleh Jhon Stuart Mill. Ricardo kenal dengan James Mill ayah J.S Mill dan juga melalui James
Mill, Ricardo berkenalan dengan Jeremay Bentham. Dengan demikian Ricardo memasuki
filsafah ekonomi radikal. Ketika Jen Baptise Say ke Inggris tahun 1814 dia berkenalan dengan
Ricardo. Tahun 1817 terbit bukunya Principle of Political Economy Taxation.

Posisis Ricardo sebagai ahli teori dan kebijaksanaan ekonomi sangat dominan. Dilihat
dari rekomendasinya sebelum dan selama menjadi anggota parlemen. Dalam suatu seri
pendapatnya dimuat dalam morning choricle tahun 1809 bahwa Bank of England terlalu banyak
mengeluarkan uang kertas, sehingga inflasi meningkat dan nilai mata uang turun. Perubahan
dalam jumlah uang beredar mengakibatkan perubahan dalam tingkat harga umum, bukan tingkat
harga relatif. Pandangan ini sangat berbeda dengan apa yang dirumuskan dalam kebijaksanaan
waktu itu. Oleh karena itu, terjadi bullion controversy yakni uang kertas terlalu banyak beredar
menyebabkan nilainya jatuh terhadap emas. Cara mengatasinya dengan mencabut restriction
act 1797, mengurangi cadangan emas yang berakibat mengurangi uang beredar dan tingkat harga
barang turun. Pandangan Ricardo ini didasarkan pada teori kuantitas uang. Namun salah satu
pemikiran pokok pada ekonomi klasik dalam moneter adalah jumlah uang beredar tidak akan
mengubah real economy.Konsekuensinya untuk mengubah kekuatan real dalam distribusi dan
harga relatif tidak dapat dengan campur tangan moneter dalam jangka panjang. Seandainya
dilakukan hanya dalam jangka pendek, tapi mendatangkan ketidakpastian dan menghalangi
investasi. Bullion Controversy inilah yang membawa Ricardo semakin terkenal dalam
pembahasan teori dan kebijaksanaan ekonomi.
Dua sumbangan utama Ricardo yang mendapat bagian dalam uraian ini adalah teori
distribusi dan teori perdagangan internasional. Teori distribusi ini merupakan model Ricardo
yang mencakup tiga kelompok utama yakni pemilik modal, tenaga kerja dan tuan lahan. Pada
sumbangannya yang kedua menyangkut keuntungan komparatif dan kaitannya dengan
kemampuan untuk diperdagangkan ke pasaran luar negeri.

I. Teori Distribusi

Lingkupan Ilmu ekonomi menurut Smith agak berbeda dengan lingkungan ilmu ekonomi
menurut Ricardo. Lingkungan ilmu ekonomi Smith melanjutkan lingkupan ilmu ekonomi
Merkantilisme, yakni kajian sebab-sebab tentang kekayaan bangsa-bangsa. Ricardo melanjutkan
teori distribusi Smith dan mengemukakan dalam bukunya:

“ to determine the laws which regulate this distribution (of income), in the principle problem in
political economy: much as the science has been improved by the writings of Turgots, Stuart,
Smith, Say, Sismondi, and others, they afford very little satisfactory information respecting the
natural course of rent, profit and wages.”

Pengertian distribusi upah (pendapatan) menurut Ricardo adalah distribusi fungsional,


karena pendapatan masing-masing kelompok faktor produksi yang mendapat perhatiannya. Hal
ini sering dikaitkan dengan pembahasan teori ekonomi makro, seperti mengaitkannya dengan
fungsi produksi.

Penjelasan distribusi fungsional ini makin penting dengan adanya undang-undang


gandum (corn laws), yang mengatur penawaran padi-padian melalui tarif impor. Smith
membahas pembagian fungsional dalam keadaan statis, sedangkan Ricardo melihatnya dalam
jangka panjang. Terjadi pertentangan kepentingan antara ketiga kelompok tadi. Pemilik modal,
menurut Ricardo mendapat bagian karena sumbangannya dalam alokasi sumber ekonomi dalam
pasar persaingan, sehingga pengorbanan sosial konsumen menjadi rendah, pemilik modal juga
telah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan berlangsungnya proses tabungan menjadi
investasi.

Tingkat upah nyata pekerja adalah jumlah dana upah dibagi dengan jumlah tenaga kerja.
Jadi masih mengambil rumusan dana upah dari Simth. Dana upah ini tergantung pada
pembentukan modal dan jumlah tenaga kerja yang dijelaskan dalam teori kependudukan
Malthus. Dana upah dapat meningkat dalam jangka pendek. Peningkatan upah nyata
menyebabkan peningkatan jumlah penduduk, tapi dalam jangka panjang dengan jumlah tenaga
kerja semakin banyak, tingkat upah kembali ke tingkat subsisten. Menurut Ricardo, tuan lahan
merupakan parasit. Tuan lahan mendapat bagian hasil dari produksi karena dia sebagai faktor
produksi bukan sebagai pelaksana fungsi sosial untuk masyarakat. Dia mengecam pembelanjaan
kaum tuan lahan yang bersifat konsumtif, tidak dalam pembentukkan modal.

Andaian-andaian yang utama dalam teorinya adalah: Pertama, menggunakan teori ongkos
tenaga kerja; Kedua, uang adalah netral; Ketiga, dalam produksi terjadi koefisien yang tetap
antara penggunaan modal dan tenaga kerja; Keempat, dalam industri manufaktur, dianggap
persentase peningkatan masukan sama dengan persentase peningkatan hasil (constan returns),
sedangkan ada sektor pertanian terjadi hasil yang menurun; Kelima, penggunaan faktor produksi
terpakai sepenuhnya (full employment); Keenam, pasar barang dan pasar tenaga kerja dalam
persaiangan sempurna; ketujuh, para pelaku ekonomi, baik produsen maupun konsumen adalah
rasional (economic man). Masing-masing kelompok faktor tadi secara rasional dengan demikian
dalam pasar persaingan sempurna baik upah maupun laba dan sewa adalah homogen. Terakhir,
yaitu kedelapan, pada model distribusi Ricardo berlaku tesis Malthus tentang kependudukan
bersama dengan doktrin dana upah.

Dengan adanya kontroversi corn laws, maka Ricardo, Malthus dan Torrens merumuskan
kembali hukum lebih yang berkurang, yang ditemukan oleh Turgot pada tahun 1765. Hukum ini
menyatakan jika suatu faktor produksi penggunaannya meningkat, sedangkan yang lainnya
dianggap tetap, maka hasil total akan terus meningkat sampai di suatu keadaan kemudian
menurun. Dalam hal ini faktor yang tetap adalah lahan, sedangkan yang berubah-ubah
(meningkat) adalah tenaga kerja atau modal, atau kedua-duanya. Kalau pada pemikiran
Psisiokrat, adanya sewa lahan adalah karena lahan itu sumber produktif, tetapi pada pemikiran
Ricardo adalah karena lahan adalah kekuatan awal yang tidak dapat dibinasakan. Lahan
mempunyai kesuburan yang langka dan padanya berlaku hukum lebih yang berkurang. Kalau
kita anggap ada tiga petak lahan sama luasnya, tetapi berbeda tingkat kesuburannya yakni petak
A, B. C, maka dengan meningkatnya modal dan tenaga kerja satu satuan, kemudian diperoleh
produksi marjinal sebagaimana dicantumkan pada Tabel 3.1. Secara horizontal terjadi marjin
eksentif, sedangkan menurut kolom ke bawah dapat diperhatikan perubahan angka-angka yang
memberi arti terjadinya marjin-intensif.

Tabel 3.1.
Marjin intensif dan Marjin eksentif
Pada tiga jenis lahan yang kesuburannya berbeda

Marjin eksentif lahan


Modal dan Tenaga Kerja
A B C

Marjin intensif: 1 200


160
2 180 140
140
3 160

Lahan A yang paling subur, sedangkan lahan B tingkat kesuburannya sedang, dan lahan
C tidak subur. Lahan a diusahakan secara intensif, dengan menambah satuan modal dan tenaga
kerja, maka jumlah produk marginal adalah 540 satuan produk, tetapi kalau masing-masing paket
satuan modal dan tenaga kerja digunakan pada ketiga jenis lahan itu maka jumlah produk
marjinal diperoleh 500 satuan produk. Berapakah sewa lahan? Untuk lahan A sewa lebih tinggi,
yakni 60 sataun produk = (200-160) + (180-160). Lahan B membayar sewa 29 satuan produk =
(160-140), sedangkan lahan C tidak membayar sewa = (140-140). Jika lahan A diusahakan
dengan menggunakan satu satuan modal dan tenaga kerja, maka produk marjinalnya = 200,
sedangkan lahan B = 160. Dan lahan C = 140 satuan produk. Interpretasi ini adalah jika kita
ingin menggunakan 3 satuan modal dan tenaga kerja pada lahan A, produl marjinalnya = lahan B
yang menggunakan satu satuan tenaga kerja dan modal. Jika sekiranya, kita mempunyai 3 satuan
modal dan tenaga kerja dan digunakan pada lahan B yang lebih intensif maka produk
marjinalnya adalah 140. Lahan tidak subur lagi, dimana produk marjinalnya sama dengan lahan
C.

Dari segi ongkos produksi juga dapat dijelaskan. Pada lahan yang mulai tidak subur,
ongkos marjinal meningkat sehingga hasil marjinal menurun. Secara rasional petani ingin
menywa lahan yang ongkos marjinalnya lebih rendah agar dapat bersaing di pasar barang.
II. Teori Nilai Tenaga Kerja

Jika Smith telah beralih dari teori ongkos tenaga kerja dalam menjelaskan harga relatif
yang statis, Ricardo mempertahankan teori ini. Ricardo menjelaskan harga relatif yang dinamis.
Ricardo juga menemui kesulitan menjelaskan teori nilai dengan adanya modal sebagai faktor
produksi. Maksud Ricardo dalam mengukur harga relatif dari waktu ke waktu harus ada tolak
ukur nilai yang tidak berubah dari waktu ke waktu.

Dalam kasus Corn Laws Malthus membantah bahwa dengan penongkatan tarif impor
pangan akan lebih bermanfaat bagi Inggris sedangkan Rocardo menyanggah bahwa hal itu akan
merugikan pembangunan Inggris. Katanya, peningkatan tarif akan mengurangi laba, dan
berakibat turunnya akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi menjadi rendah.

Dari sini pula Ricardo menemukan teori nilai Adam Smith tidak dapat menjelaskan.
Smith cenderung memakai ukuran ongkos produksi. Dengan ongkos produksi. Peningkatan tarif
tidak akan menurunkan laba. Namun para pembela proteksi dan Ricardo sependapat bahwa
proteksi akan menghasilkan upah uang yang lebih tinggi. Perselisihan pendapat terjadi pada
pengaruh tarif terhadap laba dan sewa. Pihak yang membela proteksi mempunyai hipotesis
bahwa jika tingkat tarif dinaikan maka terjadi perluasan pertanian ke lahan yang kurang subur
dan intensifikasi usaha pada lahan yang telah ditanami. Pembela proteksi menjelaskan pula
bahwa dengan penurunan tarif berakibat harga pangan dan upah uang turundan ini dapat
berakibat tingkat harga umum jatuh lalau timbul depresi.

Ricardo menjelaskan bahwa efek yang sangat tajam dari Corn laws adalah terhadap
distribusi pendapatan, sedangkan teori distribusi yang ada belum dapat menjelaskan hal ini.
Semua teori nilai yang ada telsh mencoba untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan yang
menentukan harga relatif pada saat tertentu, sedangkan Ricardo ingin menjelaskan kekuatan-
kekuatan yang menentukan harag relatif untuk kapan saja. Dalam tujuan itu, Ricardo mencari
kembali ukuran nilain yang tidak beruabah sepanjang waktu. Ricardo kembali ke teori nilai
tenaga kerja. Nilai suatu barang atau jumlah barang lain yang dapat dipertukarkan dengnnya
tergantung pada jumlah relatif tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut,
bukan besar kecilnya jumlah upah yang dibayarkan pada tenaga kerja. Tapi teori nilai ini hanya
berlaku untuk barang-barang yang dapat diproduksi kembali dengan bebas, diproduksi dalam
kondisi pasar persaingan sempurna.

Sebagai mana juga kesulitan yang dihadapi Smith, Ricardo juga mengalaminya yakni :
pertama, pengukuran kuantitas tenaga kerja; kedua, tenaga kerja dengan keterampilan yang
berbeda-beda; ketiga, perhitungan kapital dalam menentukan harga; keempat, perhitungan lahan
sebagai faktor produksi yang ikut menentukan harga; kelima, perhitungan laba dalam penentuan
harga.

Persoalan keterampilan yang berbeda-beda dapat diwakili oleh perbedaan upah. Ricardo
mempunyai andaian bahwa perbandingan tingkat upah yang berbeda-beda merupakan koefisien
yang tetap pada setiap waktu. Sekarang timbul persoalan, bagaimana dengan peranan modal
dalam harga barang? Ricardo menjelaskan hal ini dapat dihitung dengan penggunaan modal
dalam proses produksi (depresiasi), sedangkan di dalam modal telah ada kandungan tenaga kerja
sewaktu pembuatannya. Jika demikian dapat pula dengan menjumlah keseluruhantenaga kerja
yang telah terpakai untuk memproduksi modal, ditambah dengan depresiasi barang dalam proses
produksi.

Dengan teori nilai tenaga kerja, bagaimana pula mengulur faktor harga dalam harga
relatif? Tingkat laba bukan merupakan persentase yang tetap dari harga barang. Jumlah modal
berbeda-beda dalam setiap satuan hasil tetapi tingkat laba relatif tinggi pada barang-barang yang
diproduksi relatif padat modal. Industri yang mempunyai turn over modal lebih tinggi akan
mempunyai rasio laba harga yang lebih rendah pada turn over yang relatif lambat.

III. Keuntungan Komparatif.

Adam Smith telah membicarakan perdagangan internasional dengan mengemukakan: jika


suatu negara dapat menghasilkan suatu barang dengan ongkos yang lebih rendah dari negara lain
sedangkan negaraf lain dapat berbuat demikian untuk barang lain maka kedua negeri itu dapat
melakukan perdagangan. Dalam hal ini, terjadi spesialisasi. Sumbu vertikal menggambarkan
satuan produksi marjinal, sedangkan sumbu horizontal mewakili variabel yang berubah-ubah,
dalam hal ini tenaga kerja atau gabungan keduanya. Garis GF adalah tingkat upah subsisten. Segi
empat OBHG adalah jumlah dana upah sedangkan segi tiga DEC sama dengan jumlah sewa
untuk tuan lahan. Laba merupakan residu.
Garis EF merupakan kurva produk fisik marginal (marginal physical product). Dengan
demikian, tingkat laba adalah GD, sedangkan tingkat upah subsisten adalah OG dan tingkat sewa
adalah DE. Karena dana upah dapat meningkat dengan akumulasi modal sedagkan sewa lahan
semakin meningkat oleh karena semakin langka lahan subur, maka tingkat laba turun. Jadi dalam
gambar garis DC dapat turun ke bawah ataupun garis GF naik ke atas.

Tetapi beberapa nama yang terkenal memberi sumbangan terhadap keuntungan


komparatif (comparative advantage) adalah Ricardo dan Robert Torrens dan James Mill, yang
kemudian juga dikembangkan oleh J.S.Mill. namun demikian, nama Ricardo lebih terkenal
dalam pembahasan teori ini.

Pada pembahasannya, Ricardo membedakan tiga jenis barang, yakni barang-barang


dalam negeri untuk konsumsi dalam negeri, barang-barang produksi dalam negeri untuk ekspor,
dan barang-barang mewah yang di impor. Jenis barang kedua dan ketiga mendapat perhatian
lebih lanjut untuk perdagangan internasional. Pertanyaan yang akan dijawab adalah apa sebab
terjadinya perdagangan antar negara? Secara singkat, penjelasannya dalah karena terjadi
spesialisasi dalam membuat barang-barang sehingga suatu negara lebih efisien dalam
memproduksi barang.

Ricardo menjawab pertanyaan itu melalui hukum perbandingan ongkos (law of


comparative cost). Ricardo membahas teori ini tersendiri karena mobilitas faktor-faktor produksi
di dalam negeri dan antara negara berbeda, sedangkan teori nilai tenaga kerja tidak dapat
terpakai. Ingat kembali andaian Ricardo sebelumnya, akibatnya, tingkat laba tidak homogen
antar negara. Ricardo menjelaskan tiga rasio ongkos untuk dua macam barang yang diproduksi
masing-masing negarfa pada tabel 3.2.

Rasio pertama, perbedaannya sama, kedua, perbedaannya bersifat absolut, dan ketiga,
perbedaan yang komparatif. Andaian penting disini adalah yang berdagang dua negara, dan pada
masing-masing negara diperlihatkan jumlah jam kerja. Rafsio pertama memperlihatkan tidak ada
kemungkinan untuk berdagang, komoditi tersedbut antara Inggris dan Portugal, walaupun
Portugal gapat menghasilkan kedua komoditi itu lebih efisien. Masalahnya tidak ada perangsang
untuk masing-masing negara.
Ricardo berpendapat bahwa jika masing-masing negara mempunyai keuntungan dalam
perbandingan ongkos secara absolut, barulah terjadi perdagangan. Keadaan ini dipenuhi oleh
kasus rasio ongkos absolut yang berbeda. Semua barang tidak harus dihasilkan di dalam negeri
walaupun ongkos produksinya adalah yang terendah dibandingkan dengan negeri-negeri lain.
Negeri ini juga perlu mengimpor dari negeri lain. Kasus ketiga, dengan ukuran perbedaan
komparatif, Portugal mempunyai keuntungan komparatif dalam memproduksi anggur karena
perbedaan ongkos lebih besar pada anggur daripada pakaian.

Tabel 3.2.
Jam Kerja yang Diperlukan untuk Memproduksi
Satu-satuan Anggur dan Pakaian.

Perbedaan Perbedaan Perbedaan


Sama Absolut Komparatif
NEGARA
Anggur Pakaian Anggur Pakaian Anggur Pakaian
Pa/Pp Pa/Pp Pa/Pp

60 100 120 100


Inggris 88 100 0,88
0,6 1,2

80 90 80 90
Portugal 80 99 0,88
0,88 0,88
Sumber: Lihat Mark Blaug, 1978

Dengan demikian, lebih menguntungkan bagi Portugal mengekspor anggur ke Inggris


karena satu-satuan anggur ditukarkan 1,2 satuan pakaian daripada sat-satuan anggur dengan 0,88
satuan pakain. Jadi terdapat batas rasio. Jika satu-satuan pakain di Inggris ditukarkan dengan 1,2
satuan anggur portugal, maka semua keuntungan diperoleh Portugal. Portugal untuk 2 komoditi
tersebut mengorbankan jam kerja hanya 186 jam kerja sedangkan di Inggris 244 jam kerja. Dasar
perhitungan jam kerja yang diperlukan masing-masing komoditi di Portugal. Tapi sekarang
terjadi perdagangan maka secara keseluruhan terjadi penghematan ongkos dari 390 jam
(100+120+90+80), menjadi 360 jam (2×80+2×100). Maksudnya setelah terjadi pengangguran,
semua anggur dari Portugal, sedangkan pakaian diproduksi di Inggris. Artinya dengan jumlah
ongkos yang sama, jumlah barang ditingkatkan.persoalan 30 jam kerja kemana? Ingatlah bahwa
andaian disini masih tetap full employment.
Masih ada persoalan bagaimana keuntungan itu bagi masing-masing negeri yang
berdagang. Hal ini tergantung tidak hanya pada ongkos produksi tapi tergantung juga aspek
permintaan. Ricardo hanya menjawab lewat ongkos pekerja yang konstan dengan satu faktor
produksi. Berarti tingkat harga di dalam negeri ditentukan oleh sisi penawaran. Persoalan dapat
diselesaikan dengan bantuan kurva transformasi dunia untuk anggur dan pakaian yang
diperdagangkan.

4). Jean Baptiste Say

Jean Baptiste Say berasal dari Prancis. Seperti halnya David Ricardo, dia juga berasal
dari kalangan pengusaha, bukan dari kalanngan akademis. Ketertarikannya dengan
perkembangan teori-teori juga berlangsung pada waktu ia memasuki masa senja, mendekati usia
50 tahun. Ia sangat memuja pemikiran Adam Smith.

Sebagai pendukung yang loyal, ia sangat berjasa dalam menyusun kodifikasi terhadap
pemikiran-pemikiran Adam Smith secara sistematis. Hasil kerjanya di rangkum dalam bukunya
“traite d’Economie Politique” (1903). Apa yang dilakukan oleh Batiste saay ini sangat mebnatu
dalam memahami pemikiran-pemikiran adam smith dalam bukunya “the wealth of nations”,
yang bahasanya relatif sulit di cerna oleh orang awan.

Kepercayaan terhadap kemampuan mekanisme pasar semakin menguat ketika seorang


ekonom Prancis ini, (1767-1832) mematangkan pemikiran Adam Smith yang melontarkan
pendapat yang sekarang di kenal sebagai hukum Say (say’s law), ...” supply creates it’s own
demand...” dalam bukunya. Maksud dari perenyataan tersebut adalah bahwa barang dan jasa
yang di produksi pasti terserap oleh permintaan sampai tercapai keseimbangan pasar.

Kaum Klasik berpendapat bahwa dalam perekonomian tidak akan timbul masalah
kekurangan permintaan agregat, semua barang yang di hasilkan oleh perekonomian pasti akan di
beli oleh masyarakat. Substansi hukum Say adalah memperkuat keyakinan bahwa pasar mampu
menjadi alat alokasi sumber daya yang efisien lewat proses pertukaran (exchange economics).
Keyakinan terhadap keampuhan mekanisme pasar boleh dikatakan mencapai puncaknya
ketika Leon Walras (1834-1910) berhasil menyusun model ekonomi keseimbangan pasar
simultan, yang menjadi dasar analisis model keseimbangan umum (general equilibrium model).
Model Walras adalah penerjemah secara matematis terhadap keyakinan Adam Smith, Say dan
ekonom-ekonom yang lain tentang keampuhan mekanisme pasar.

Kontribusi Say yang paling besar terhadap aliran Klasik ialah pandanganya yang
mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Hukum Say ini
didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Setiap ada
produksi, akan ada pendapatan yang besarnya persis sama denagn nilai produksi tadi. Dengan
demikian, dalam keadaan seimbang, produksi cenderung menciptakannya sendiri akan produksi
barang yang bersangkutan.

Dengan dasar asumsi seperti ini, ia menganggap bahwa peningkatan produksi akan selalu
di iringi dengan adanya peningkatan pada pendapatan, yang akhirnya akan di berpengaruh pula
pada peningkatan permintaan. Jadi, dalam perekenomian yang menganut pasar persaingan
sempurna tidak akan pernah terjadi kelebihan penawaran (excess supply). Kalaupun terjadi
demikian, sifatnya hanya sementara.

Pasar lewat “tangan tak kentara” atau invisible hand, sebagaimana yang di kemukakan
oleh Adam smith dalam buknya “The Wealth of Nations” akan mengatur dirinya kembali ke arah
keseimbangan. Misalnya, kalau penawaran terlalu besar di banding permintaan, stok barang akan
naik, dan harga-harga di pasar akan turun. Turunnya harga ini, menyebabkan produsen tidak mau
melakukan produksi barang, sehingga jumlah barang yang di tawarkan kembali sama dengan
jumlah barang yang diminta.

Pendapat Say bahwa “produksi akan selalu menciptakan permintaannya sendiri” menjadi
pedoman dasar dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi selama kurung waktu seratus tahun.
Pada perkembangannya, kebijaksanaan-kebijasaannya itu kemudian di krtik sangat keras sebagai
pangkal tolak terjadinya depresi besar-besaran tahun 1930. Hal ini telah di bahas dan di telaah
oleh pemikiran-pemikiran Keyness pada pemikiran ekonomi selanjutnya.

Selain terkenal dengan hukum supply it’s own demand di atas, Say sebetulnya dapat di
katakan sebagai orang pertama yang berbicara tentang enterpreneur. Begitu juga ia adalah oarang
pertama yang berjasa mengklasifikasikan faktor-faktor produksi atas tiga bagian, yaitu: tanah,
labor dan kapital (land, labor, and capital). Namun teori-teorinya tersebut kalah tenar di
bandingkan hukum Say. Teori ini paling sering di kritik oleh Keynes sebagai pangkal sebab
terjadinya depresi besar-besaran tahun 1930-an kemudian.

Para ekonom yang percaya terhadap keampuhan mekanisme pasar dikelompokkan


sebagai ekonomi Klasik (Economy Classic). Sedangkan teori-teori ekonominya dikenal sebagai
Teori Ekonomi Klasik (Classical Economics Theory). Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah
mengapa para ekonom Klasik begitu yakin akan keampuhan mekanisme pasar? Jawabannya
terletak pada asumsi-asumsi yang melatar belakangi model mekanisme pasar tersebut.

Ketika membahas teori ekonomi mikro, beberapa asumsi pokok mekanisme pasar telah di
bahas. Asumsi-asumsi tersebut adalah strukur pasar merupakan persaingan sempurna, informasi
sempurna dan simetris, input dan output adalah homogen, para pelaku ekonomi bersifat rasional
dan bertujuan memaksimunkan kegunaan dan keuntungan. Untuk lebih memperdalam pengertian
Teori Ekonomi Klasik (Teori Klasik), ada dua asumsi penting yang harus di tambahkan.

Asumsi pertama adalah proses penyesuaian lewat mekanisme pasar dapat tercapai
seketika itu juga. Kita dapat mengabaikan kendala waktu dan tempat dalam menganalisis proses
pertukaran antar para pelaku ekonomi. Artinya, dalam proses pertukaran, individu-individu yang
terlibat tidak terbatasi oleh waktu dan tempat (timeless and placeless). Dengan demikian pasar
adalah institusi yang tidak terbatasi oleh waktu dan tempat.

Asumsi kedua adalah fungsi uang semata-mata sebagai alat transaksi (medium of
exchange). Tidak ada penggunaan uang untuk tujuan spekulasi. Karenanya, uang tidak dapat
mempengaruhi jumlah output yang di produksi para pelaku ekonomi. Yang dapat dipengaruhi
oleh uang hanyalah tingkat harga. Bila jumlah uang beredar bertambah, harga barang dan jasa
naik. Begitu juga sebaliknya.

Asumsi kedua tersebut di atas di kenal sebagai asumsi netralitas uang (money neutrality)
yang mempunyai konsekuensi harga bersifat fleksibel, dapat berubah seketika itu juga (price
flexibility). Asumsi tersebut juga di kenal sebagai pemisahan antara sektor moneter dengan
sektor riil oleh Teori Klasik (Classicaldichotomy).
Asumsi-asumsi Klasik mempunyai konsekuensi bahwa proses pertukaran adalah satu-
satunya cara untuk saling berinteraksi. Akibatnya fokus pembahasan Klasik adalah analisis
perilaku individu (produsen dan konsumen) dalam rangka mencapai keseimbangan. Sebab jika
setiap individu dalam perekonomian telah mencapai keseimbangan, maka perekonomian secara
total mencapai keseimbangan.

Itulah sebabnya teori Klasik identik dengan teori ekonomi mikro. Karena permintaan
relatif tidak terbatas berdasarkan hukum Say, maka masalah sentral perekonomian adalah
penawaran, baik penawaran input maupun output. Karena itulah juga ilmu ekonomi Klasik di
kenal sebagai ilmu ekonomi yang sangat menekankan pada sisi penawaran (supply side
economics).

Say menganalisis hipotetis "equillibrium" yaitu: kondisi di mana produksi sama dengan
konsumsi, yaitu upah harga sama. Kuantitas uang menengahi pertukaran antara upah dan harga.
Ada juga sebuah kesetaraan antara pekerja dan produksi, karena jumlah produksi berasal dari
jumlah tenaga kerja. Karakteristik deflasi akhir Abad 19 Amerika. Juga, perhatikan bahwa untuk
peningkatan produksi datang dari kuantitas yang sama tenaga kerja, produktivitas harus
meningkat, yaitu menghasilkan tenaga kerja lebih banyak barang untuk usaha yang sama.

Nilai riil uang (dan nilai riil upah) dengan demikian meningkat, karena uang mencakup
lebih banyak transaksi. Segala sesuatu yang lain hanyalah sebuah variasi dari ini, terutama
karena variasi independen dalam jumlah uang beredar. Orang pertama yang berpendapat bahwa
uang itu netral dalam efeknya pada perekonomian. Uang tidak dikehendaki demi dirinya sendiri,
tetapi karena apa yang bisa membeli. Peningkatan jumlah uang yang beredar akan meningkatkan
harga barang-barang lain dalam bentuk uang (menyebabkan inflasi), tapi tidak akan mengubah
harga relatif barang atau kuantitas yang dihasilkan. Ide ini kemudian dikembangkan oleh para
ekonom ke teori Kuantitas uang.

Hukum alam mendukung perilaku ekonomi sehingga teratur, dapat diprediksi, dan
universal. Dia menekankan peran akal dalam analisis ekonomi, penciptaan kekayaan, dan
menghasilkan keuntungan. Melihat ekonomi sebagai suatu disiplin yang mampu mencapai
kebenaran universal, metode ekonomi-nya adalah bahwa seorang esensialis dan seorang realis.
Dia tidak menyukai teori menara gading, tapi buta juga skeptis empirisisme dan
akumulasi statistik matematika dan fakta-fakta tanpa teori yang berkaitan mereka. Dia
menekankan pengamatan fakta-fakta realitas pada saat yang sama ia dipecat rasionalisme. Untuk
melakukan hal ini ia diturunkan hukum-hukum ekonomi oleh induksi. Dia percaya bahwa
ekonomi harus dimulai dengan alasan dan pengalaman pribadi manusia dari pada dengan abstrak
matematika dan analisis statistik. Setelah hukum dan teori-teori itu dirumuskan, ia percaya. Dia
kemudian mengujinya dengan pengamatan dan fakta. Kemudian menyampaikan gagasan
ekonomi yang tepat dan sederhana dengan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti.

Menciptakan istilah "pengusaha" dan menekankan peran vital dan kreatif dari pengusaha
dalam perekonomian sebagai peramal, proyek juru taksir, dan pengambil risiko. Dia melihat
bahwa pengusaha yang efektif harus memiliki kualitas moral penghakiman dan ketekunan, dan
juga memiliki pengetahuan tentang dunia. Dia menyadari bahwa kekayaan pada dasarnya dan
awalnya metafisik dan hasil kreativitas, ide, imajinasi, dan inovasi. Dengan demikian ia
meletakkan peran pengusaha di pusat teori ekonomi.

Dia memahami bahwa kemajuan ekonomi memerlukan pengusaha dan akumulasi modal.
Menolak teori nilai kerja yang diselenggarakan oleh Adam Smith dan ekonom klasik lainnya, dia
menyatakan bahwa nilai dasar adalah utilitas, yaitu kemampuan barang atau jasa untuk
memenuhi beberapa keinginan manusia. Ia memelihara subjektif teori utilitas nilai dari pada teori
nilai kerja. Dia mengerti bahwa itu adalah cara dan sejauh mana pelanggan potensial nilai barang
atau jasa yang menentukan nilai dan apakah atau tidak diproduksi.

Dia mengakui bahwa harga-harga barang dan jasa mencerminkan utilitas mereka kepada
pembeli dan bahwa harga faktor produksi yang diperhitungkan dari harga barang-barang yang
diproduksi. Ia membedakan antara nilai pakai dan nilai tukar, tapi seperti Aristoteles keliru
menyimpulkan bahwa semua transaksi pertukaran harus melibatkan pertukaran nilai sama.
Dengan demikian pemikiran ekonomi dari Austria, seperti Carl Menger, yang mengakui
pentingnya positive-sum transaksi melalui yang baik pembeli dan penjual mendapatkan utilitas.
Selain itu, dia orang yang cerdas, tapi agak pendek menemukan teori utilitas marjinal.

Dia melihat bahwa produksi adalah sumber atau penyebab konsumsi, pasokan atas
permintaan yang ditempatkan dalam hierarki ekonomi. Sebuah kemampuan seseorang untuk
permintaan barang dan jasa dari orang lain hasil dari pendapatan yang dihasilkan oleh tindakan
sendiri produksi. Tingkat produksi Nya menentukan kemampuannya untuk permintaan. Produk
menuntut memerlukan agar mempunyai uang yang pada gilirannya, memerlukan tindakan
sebelumnya pasokan.

Produksi barang menyebabkan pendapatan yang harus dibayar kepada mereka yang
memproduksi. Dengan kata lain, seseorang menjual jasa tenaga kerja atau aset untuk uang yang
kemudian digunakan untuk permintaan produk. Pada akhirnya, ketika pertukaran telah
dilakukan, akan ditemukan bahwa seseorang telah membayar untuk barang dan jasa dengan
barang dan jasa lainnya. Permintaan untuk setiap komoditi adalah fungsi dari pasokan komoditas
lain. Kebutuhan untuk menawarkan baik untuk permintaan baik lainnya jelas dalam
perekonomian barter, tetapi juga berlaku dalam pertukaran uang atau tidak langsung pada
perekonomian.

Kekayaan diciptakan oleh produksi dan bukan oleh konsumsi. Konsumsi benar-benar
akan menggunakan utilitas atau kekayaan. Permintaan (yaitu, konsumsi) mengikuti dari produksi
kekayaan. Orang menciptakan permintaan dari kekayaan produksi mereka diciptakan. Apa
tuntutan seseorang didasarkan atas apa yang dia suply. Demikian diakui bahwa semua manusia
baik produsen dan konsumen dan bahwa jika seseorang ingin mendapatkan yang baik, ia harus
memberikan sesuatu sebagai balasan yang diinginkan yang lain.

Uang adalah sarana yang diperlukan untuk memperoleh barang-barang yang satu keinginan.
Namun, dalam rangka untuk mendapatkan uang, seseorang harus terlebih dahulu memproduksi
suatu barang atau jasa yang akan ditukar dengan uang. Tidak seorang pun dapat secara sah
menuntut sesuatu sebelum pertama menyediakan produk atau layanan yang bernilai kepada
orang lain. Itu adalah mungkin untuk memiliki surplus atau kekurangan komoditas tertentu.
Produksi dapat menjadi salah arah dan terlalu banyak dari beberapa produk dapat diproduksi
yang ada tidak mencukupi permintaan.
Dia mengatakan bahwa produksi gluts tidak terjadi melalui produksi berlebih umum, tetapi
melalui kelebihan produksi barang-barang tertentu dalam proporsi kepada orang lain yang
underproduced. Ia mengakui bahwa ada dapat jangka pendek gluts komoditi tertentu. Pasar, kiri
ke perangkat sendiri, izin ketidakseimbangan seperti itu harus diperbaiki melalui penyesuaian
harga dan biaya.

Setiap ketidakseimbangan dalam perekonomian ada hanya karena proporsi internal output
berbeda dari proporsi disukai oleh konsumen, bukan karena produksi yang berlebihan dalam
agregat. Maka Hukum Katakanlah sekali tidak berarti bahwa semua produk pada akhirnya akan
menuntut di pasar. Pasokan yang baik tidak menjamin akan menjadi permintaan efektif oleh
produsen yang baik untuk barang-barang lain.

Jika persediaan tidak menjual, harga akan dipotong sampai, dan jika, memang. Karena
itu, harga yang lebih rendah dari beberapa barang berarti bahwa orang memiliki lebih banyak
uang untuk membeli barang dan jasa lainnya. Melalui sistem harga penawaran dan permintaan
pasar menyesuaikan dan jelas apakah sistem pasar dibiarkan bebas untuk melakukan fungsi
keseimbangan dan proporsi.

Ini adalah melalui perubahan harga yang saat ini pasokan dijatah antara yang meminta
hari ini. Harga membawa proporsi yang tepat dan harga berkomunikasi sinyal informasi untuk
masa depan keputusan alokasi dan pasokan. Penghematan adalah Orang tidak menghabiskan
semua kekayaan yang produksi mereka diciptakan. Permintaan terhadap barang dan jasa saat ini
gagal untuk mencocokkan nilai dari apa yang telah diproduksi sebagai orang memilih untuk
memegang beberapa di antaranya dalam bentuk moneter.

Menurut Say, tabungan yang bermanfaat dan lebih baik daripada konsumsi karena
digunakan dalam produksi barang modal atau produksi tambahan. Sebaliknya, konsumsi tidak
memberikan rangsangan untuk kekayaan. Ketika konsumsi melebihi produksi, perbedaan adalah
tabungan yang pergi ke arah barang-barang investasi produksi dan investasi merupakan dasar
untuk pertumbuhan di masa depan. Seperti proses reinvestment didorong oleh pengusaha. Jika
uang disimpan dalam bentuk uang yang diciptakan bank seperti rekening giro, yang diadakan
kembali daya konsumsi akan ditransfer ke peminjam dari bank yang menciptakannya.
Dengan kata lain, kekuatan untuk mengkonsumsi dialihkan kepada peminjam. Tidak akan
ada kekurangan dalam permintaan agregat selama sistem perbankan bebas untuk melaksanakan
proses transformasi deposan tabungan ke peminjam 'pengeluaran. Selama tabungan
diinvestasikan kembali dalam produktif menggunakan secara agregat ada perlu ada penurunan
pendapatan, produksi, atau konsumsi. Katakanlah berpendapat bahwa penghematan mencari
keuntungan dengan cepat masuk ke dalam investasi untuk produksi.

Tabungan lebih tinggi membawa tingkat lebih tinggi dari pertumbuhan berikutnya output
agregat. Hal ini terjadi karena orang lain meminjam uang yang akan menghasilkan jumlah yang
lebih besar barang. Maka, orang perlu insentif untuk bekerja, menabung, investasi, dan
pengambilan risiko. Ia mengatakan bahwa wawasan adalah bahwa pendapatan selalu benar-benar
dihabiskan untuk komoditas memuaskan keinginan saat ini (yaitu, konsumsi) atau pada masa
depan komoditas memuaskan keinginan (yakni, akumulasi tabungan) dan tabungan sangat
penting jika ekonomi tumbuh. Permintaan demikian berasal dari penawaran kapan pun Anda
membutuhkannya.

Orang-orang menabung untuk memperluas produksi atau hidup pada saat tabungan
mereka dan saat mereka membutuhkannya. Tabungan membeli waktu bagi orang untuk
melakukan lebih dari sekadar bekerja. Bisa dikatakan bahwa konsumsi adalah penyebab akhir
produksi dan bahwa tabungan adalah penyebab efisien produksi. Ia mengajarkan bahwa
pendapatan tidak ditujukan untuk konsumsi akan dibelanjakan untuk investasi dan bahwa pasar
akan secara otomatis dan cukup cepat kembali ke arah equilibrium.

Say berpendapat bahwa uang adalah mekanisme yang netral penawaran agregat berubah
menjadi permintaan agregat. Dia memandang uang sebagai perantara baik atau saluran yang
memungkinkan orang untuk membeli. Dia menggambarkan evolusi spontan suatu komoditi
menjadi uang. Dalam sistem, uang berfungsi terutama sebagai alat tukar dan tidak secara
eksplisit diidentifikasi sebagai penyimpan kekayaan. Mencela manipulasi uang negara melalui
kehinaan dari nilai mata uang.

Dia mengamati bahwa manipulasi semacam nilai-nilai moneter mengacaukan sistem


harga. Dia memandang inflasi sebagai fenomena moneter bukan hasil dari kerja yang berlebihan
dan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga dipandang sebagai harga kredit. Dia mengerti yang
ditentukan oleh pasar bahwa tingkat suku bunga menjalankan fungsi dari harga kliring pasar
uang. Namun, ia tidak secara eksplisit mengakui atau membahas hubungan antara tingkat suku
bunga dan waktu preferensi seperti halnya para pemikir Austria yang kemudian.

Hukum Say, tengara pada pencapaian integrasi dalam ilmu ekonomi, merupakan fondasi
penting bagi realitas berbasis teori makroekonomi. Hal ini mencerminkan keterkaitan, realitas,
dan harmoni perilaku ekonomi manusia dalam suatu ekonomi pasar bebas. Memproduksi
membutuhkan rasionalitas dan kepentingan pribadi. Adalah tidak rasional dan bertentangan
dengan sifat manusia tidak untuk memproduksi atau untuk menghasilkan kurang dari satu
kebutuhan untuk memproduksi.

Produksi adalah penting dan utama bagi keberadaan manusia. Dengan demikian
mengakui fakta bahwa produksi yang membuka permintaan produk. Dia melihat bahwa uang
bukanlah penyebab kemakmuran tetapi adalah efeknya. Melalui Francisco wataknya d'Anconia
yang berkata: "Uang hanya dimungkinkan oleh orang-orang yang memproduksi. Ketika Anda
menerima uang pembayaran untuk usaha Anda, Anda lakukan sehingga hanya pada keyakinan
bahwa Anda akan menukarnya dengan produk dari usaha orang lain. "Katakanlah Hukum adalah
implisit seluruh uang bicara”.

Penuh kekuatan penjelas dari Hukum Pasar adalah bahwa, karena integrasi semua pasar
individu ke dalam satu sistem berfungsi, itu harus menjadi kenyataan bahwa pemerintah tidak
perlu khawatir dengan merangsang permintaan artifisial. Ada satu harmonis diri memperbaiki
sistem. Sistem seperti ini mengarah kepada stabilitas, keadilan, perdamaian, dan kemakmuran.
Hal ini tidak mengherankan bahwa banyak menganggap Hukum ini menjadi luas, paling kuat,
dan integrasi konseptual yang paling mendasar dalam disiplin ilmu ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

http://shinry.blogspot.com/2013/03/pandangan-para-tokoh-teori-ekonomi.html

http://nanxsu.blog.com/2012/03/27/teori-ekonomi-klasik/

http://thisismeandmyloyalty.blogspot.com/2013/06/aliran-pra-klasik-dan-klasik-sejarah.html

http://catatanharianslimshaldy.blogspot.com/2013/01/sejarah-pemikiran-ekonomi-praklasik.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_pemikiran_ekonomi

Anda mungkin juga menyukai