Anda di halaman 1dari 4

AKURASI DIAGNOSIS NEONATAL SEPSIS MENURUT STANDAR PELAYANAN

KESEHATAN IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) 2004

Prevalensi kasus neonatal sepsis yang dirawat tinggi. Di Negara maju, sepsis menjadi
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada waktu neonatus. Prevalensinya antara 8.8%
hingga 30.3% dengan kematian antara 11.5% hingga 49.9%. Diagnosis dini sangat penting
karena prognosisnya tergantung dari deteksi dan penanganan dini. Tidak ada gejala atau simptom
khas untuk neonatal sepsis menjadikan penyakit ini sukar didiagnosis.

Standar diagnosis neonatal sepsis adalah dengan kultur darah. Namun kultur darah
membutuhkan waktu lama, mahal dan tidak tersedia di semua fasilitas kesehatan. Pada tahun
2004, IDAI mengusulkan standar pelayanan untuk mendiagnosa neonatal sepsis. Namun tahap
akurasinya masih belum terbukti sepenuhnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tahap akurasi diagnosis klinis neonatal
sepsis menggunakan standar pelayanan kesehatan IDAI 2004.

Teknik

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tahap akurasi diagnosis klinis neonatal sepsis
menggunakan standar pelayanan kesehatan IDAI 2004. Subjek adalah neonatus yang dirawat di
bangsal perinatal RS Dr. Sardjito, Yogyakarta, Indonesia dari Juni hingga November 2010.
Kriteria yang diperkirakan ialah

1. Neonatus dengan gejala dan simptom infeksi seperti kurang sehat, nafsu makan yang
kurang, hisapan lemah, letargi, hiper/hipotermia, sesak nafas, muntah dan diare.
2. Tidak ada riwayat penggunaan antibiotik
3. Keluarga yang bersedia ikut serta dalam penelitian

Neonatus yang dikecualikan ialah :-

1. Anomali kongenital
2. Masalah operasi
3. Pengobatan antibiotik peripartum pada ibu

Standar pelayanan ini meliputi 2 kategori yaitu

 Kategori A
I. Masalah pernafasan
II. Sesak nafas
III. Kejang
IV. Penurunan kesadaran
V. Suhu tidak stabil
VI. Riwayat partus tidak steril
VII. Kondisi memburuk
 Suspek neonatal sepsis jika didapati ≥ 2 gejala dari kategori A
 Kategori B
I. Letargi
II. Kurang aktif
III. Rewel
IV. Muntah
V. Kembung
VI. Munculnya gejala selepas hari ke-4 kelahiran
VII. Mekonium dalam cairan amnion
VIII. Nafsu makan kurang
 Neonatal sepsis jika didapati ≥ 3 gejala dari kategori B

Data dikumpul menurut karakteristik dasar dari subjek seperti jenis kelamin, usia, masa
gestasi, berat lahir, penyakit kehamilan pada ibu, demam peripartum dan warna cairan amnion.
Usia ditentukan dari hari kelahiran sehingga hari munculnya sepsis. Masa gestasi pula adalah
hari pertama haid terakhir hingga masa persalinan. Berat lahir dikategorikan sebagai berat lahir
sangat amat rendah ( < 1000g ), berat lahir sangat rendah ( 1000-1499g ), berat lahir rendah (
1500-2499g ), berat lahir normal ( 2500-3999g ) dan berat lahir lebih ( >4000g )

Penyakit kehamilan yaitu diabetes melitus gestasional jika didapati intoleransi gula darah
dengan onset atau dideteksi sewaktu hamil. Hipertensi bila tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
manakala pre-eklampsia ialah hipertensi dan proteinuria yang mulai saat 20 minggu kehamilan
dan dipastikan apabila membaik selepas persalinan. Eklampsia adalah onset kejang grand mal
atau koma tanpa sebab jelas waktu hamil atau waktu post-partum pada ibu dengan pre-
eklampsia. Demam peripartum ialah demam > 38°C pada ibu waktu melahirkan. Warna cairan
amnion dipastikan daripada riwayat sebelumnya sama ada jernih, kekuningan, kental, kehijauan
atau kecoklatan.

Hasil

Diagnosis Kultur Darah


Positif Negatif
Sepsis ( + ), n 87 78
Sepsis ( - ), n 12 16
Total 99 94
Tabel 2. Hasil kultur darah untuk diagnosa sepsis menurut standar pelayanan kesehatan
IDAI 2004

Bakteri Sepsis onset awal Sepsis onset lambat Total (%)


(usia < 72 jam) (usia ≥ 72 jam)
Coagulase-negative 18 16 34 (31.2)
staphylococci
Klebsiella 14 9 23 (21.1)
pneumonia
Pseudomonas 14 5 19 (17.4)
aeruginosa
Klebsiella oxytoca 8 5 13 (11.9)
Streptococcus fecalis 4 2 6 (5.5)
Escherichia coli 2 1 3 (2.8)
Acinetobacter 1 2 3 (2.8)
calcoacon
Enterobacter 2 1 3 (2.8)
aerogenes
Serratia marcescens - 1 1 (0.9)
Staphylococcus - 1 1 (0.9)
aureus
Klebsiella sp 2 1 3 (2.8)
Tabel 3. Bakteri ditemukan dalam kultur darah

Diskusi

Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan sensitivitas 88%. Sensitivitas ini cukup
bagi screening neonatal sepsis.

Namun spesifisitasnya hanya 17%. Ini bisa menyebabkan diagnosis positif palsu
sehingga neonatus non-sepsis akan didiagnosis sepsis dan akhirnya mendapat rawatan antibiotik
yang tidak perlu.

Disebabkan terapi antibiotik pada neonatal sepsis tidak membahayakan justeru adalah
lebih baik untuk mendapat kelebihan terapi. Selain itu, pemeriksaan tambahan juga dibutuhkan
dikarenakan spesifisitasnya yang rendah.

Faktor-faktor yang bisa menjadikan hasil kultur negatif adalah terapi antibiotik
peripartum pada ibu, riwayat terapi antibiotik pada neonatus, organisma membutuhkan teknik
khas untuk diisolasi dan kesilapan sampling.

Kesimpulan
Standar pelayanan kesehatan IDAI 2004 menunjukkan sensitifitas yang tinggi. Protokol
ini diharap dapat dijadikan pedoman bagi membantu diagnosis dini neonatal sepsis
memandangkan ianya murah, dapat dilakukan cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
terutama di daerah dengan fasilitas terbatas. Namun tanpa pemeriksaan tambahan, spesifisitasnya
rendah dan terbatas sebagai pembantu diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai