SINDROM GERIATRI
Oleh:
Pipit Kurniatul Laila
NIM: 160070301111027
Kelompok 18
Teori stochastic
1. Error teori
Dalam error teori sel yang tua akan mengalami perubahan secara alami pada asam
deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA) (Black dan Hawks, 2005 dalam
Meiner dan Lueckenotte, 2006). Pada DNA terjadi kesalahan transkrip yang mengakibatkan
kesalahan dalam reproduksi enzim atau protein dan bersifat menetap.Akbatnya terjadi
kerusakan pada aktivitas sel sehingga sistem tidak dapat berfungsi secara optimal
(Syerniah, 2010).
Perubahan sel ini bersamaan dengan proses menua. Proses penuaan dan kematian
organisme dapat disebakan oleh kejadian ini (Sonneborn, 1979, dalam Meiner dan
Lueckenotte, 2006; Ebersole, et al., 2005). Berdasarkan prinsip error teori ini lansia
mengalami kerusakan pada sistem organ yang akan mempengaruhi aktivitas kehidupannya.
Lansia menjadi ketergantungan dengan orang lain dalam perawatan dirinya karena adanya
penurunan fungsi organ tersebut. ketergantungan lansia dengan orang lain dalam
pemenuhan kebutuhan dirinya ini merupakan stressor psikologis dan lansia dapat
mengalami ketidakberdayaan dan keputusasaan dalam Syerniah, 2010
2. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan dasar dari aktivitas metabolisme dalam tubuh dan dapat
meningkat akibat polusi lingkungan seperti ozon, pestisida, dan radiasi. Radikal jika tidak
dinetralisis oleh aktivitas enzim atau antioksidan alami dapat menyerang molekul lain di
dalam membran sel. Hal ini akan menurunkan funngsi membran sel dan akhirnya merusak
membran sel sehingga sel menjadi mati (Haflick, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006).
Teori ini memberikan kejelasan bahwa kerusakan bahkan kematian sel pada individu dapat
disebabkan oleh radikal bebas yang berdampak pada kerusakan organ dan mengakibatkan
penurunan fungsi fisik sehingga aktivitas fisik lansia terbatas. Keterbatasan fisik dapat
menimbulkan keputusasaan, ketidakberdayaan dan mengisoloasi diri dari orang lain
(Syerniah, 2010).
3. Teori rantai silang (cross linkage theory)
Bahwa dikatakan protein dalam proses menua mengalami peningkatan penyilangan
(pertautan) atau saling mengikat dan akan menghambat proses metabolisme yang akan
mengganggu sirkulasi nutrisi dan produk sisa di antara kompartemen intra sel dan ekstra sel
(Meiner dan Lueckenotte, 2006; Matteson dan McConnel, 1998). Akibat proses ini adalah
ikatan kolagen semakin kuat tetapi transportasi nutrisi dan pengeluaran produk sisa
metabolisme dari sel menurun sehingga menurunkan fungsi strukturnya. Perubahan ini
tampak pada kulit dimana kulit kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya (Bjorkstein, 1976;
Hayflick, 1996, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006).Teori rantai silang ini juga
menjelaskan bahwa sistem imun menjadi kurang efisien sehingga mekanisme pertahanan
tubuh tidak dapat merubah ikatan rantai silang.Lansia menjadi rentan mengalami penyakit
infeksi.Kondisi psikologis ini merupakan fenomena yang sering ditemukan pada masalah
keperawatan harga diri rendah, keputusasaan, dan isolasi sosial yang meruapakn tanda
depresi lansia (Syerniah, 2010).
4. Teori pemakaian dan rusak
Sel yang digunakan dalam waktu lama secara terus menerus akan mengakibatkan
kerusakan jaringan karena kelelahan dan tidak mengalami peremajaan. Proses menua
dalam teori ini merupakan suatu proses yang diprogram yang mempunyai resiko untuk
mengalami stress atau akumulasi injuri atau trauma yang pada akhirnya akan mempercepat
kematian (Haflick, 1996 dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006). Beberapa gangguan yang
dialami oleh lansia adalah kehilangan gigi, penurunan fungsi indera penglihatan,
pendengaran, dan pegecap, penurunan fungsi sel otak dan penurunaan kekuatan otot
pernafasan (Nugroho, 2006, dalam Syerniah, 2010).
Teori nonstochastic
Ada teori program dan teori imunitas
1. Teori diprogram
Hayflick dan Moorehead (1996, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006) menyatakan
bahwa pembelahan sel normal dibatasi oleh waktu yang mengartikan bahwa harapan hidup
setiap orang telah diprogramkan.Pembatasan kerja sel ini tampak pada penurunan fungsi
hormon khususnya hormon reproduksi.Pada wanita penurunan sekresi estrogen dan
progesterone mengakibatkan wanita mengalami menopause (Meiner dan Lueckenotte,
2006; Fortinash dan Worret, 2004; Matteson dan McConnel, 1998, dalam Syerniah, 2010).
2. Teori imunitas
Proses menua menurunkan pertahanan tubuh terhadap kuman patogen. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya insiden penyakit infeksi dan produksi autoantibodi yang mengarah
pada penyakit autoimun (Meiner dan Lueckenotte, 2006; Fortinash dan Worret, 2004;
Matteson dan McConnel, 1998, dalam Syerniah, 2010).
Teori psikologis
Menurut Birren dan Cunningham (1985, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006)
mekanisme adaptasi lansia adalah memori, kemampuan belajar, perasaan, fungsi intelektual
dan motivasi untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas. Pada aspek psikologis proses
menua tidak hanya terjadi perubahan pada perilaku tetapi juga aspek perkembangan yang
berhubungan dengan kehidupan dewasa tua (Syerniah, 2010).
1. Teori hirarki kebutuhan dasar manusia Maslow
Motivasi individu digambarkan sebagai suatu hirarki kebutuhan yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan semua individu yang ditujukan sebagai partisipasi aktif
dalam hidup dan kerja keras untuk aktualisasi diri (Crason dan Arnold, 1996 dalam Meiner
dan Lueckenotte, 2006). Lansia juga mempunyai kebutuhan dasar yang akan memotivasi
lansia untuk melakukan aktivitas. Pada lansia yang mengalami perasaan putus asa dan
tidak mempunyai harapan akan menurunkan motivasi lansia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Lansia akan mejadi lamban dalam beraktivitas bahkan dapat menjadi apatis
(Syerniah, 2010).
2. Teori individualism oleh Carl Jung
Jung (1960, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006) mengemukakan suatu teori
perkembangan kepribadian melalui kehidupan usia anak, remaja, dan remaja akhir, usia
pertengahan dan usia tua. Kepribadian individu merupakan komponen dari ego, keadaan
individu yang tidak disadari dan kumpulan keadaan yang tidak disadari.Kepribadian
seseorang dilihat sebagai sesuatu yang diorientasikan pada lingkungan eksternal atau
pengalaman internal yang bersifat subjektif.Keseimbangan antara dua kekuatan ini harus
ada pada setiap individu dan merupakan hal yang penting bagi kesehatan mental. Dengan
menurunnnya tanggung jawab dan tuntuatan dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering
terjadi pada lansia, maka orang akan menjadi lebih introvert (Jung, dalam Stanley, Blair dan
Beare, 2005). Lansia yang sehat mental mempunyai pandangan positif tentang diri sendiri
dan nilai-nilai yang dimilikinya, tanpa melihat kepada keterbatasan fisik yang dialaminya
maupun kehilangan yang telah dialami.Masa lalu dipandang positif dan memberikan
kepuasan bagi dirinya dan kehidupannya. Lansia yang tidak mempunyai pandangan positif
tentang perubahan yang dialaminya pada masa tua akan merasa putus asa dan
meminimalkan interaksi dengan orang lain. Perasaan putus asa dan menghindari kontak
sosial merupakan gejala depresi lansia (Syerniah, 2010).
3. Teori delapan tingkatan hidup menurut Erikson
Tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan
yang dijalani dengan integritas Stanley, Blaire, dan Blair, 2005) Pada lansia yang tidak
mampu mencapai integritas ini akan mengalami rasa penyesalan atau putus asa. Tugas
perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai masa tua yang sukses.Setiap
individu mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan setiap tahapan dengan
sukses.(Meiner dan Lueckenotte, 2006, dalam (Syerniah, 2010).
4. Ekspansi peck teori Erikson
Peck (1998) Tahapan delapan tugas perkembangan erikson, yaitu ego versus
keputusasaan menjadi tiga tahapan, yaitu perbedaan ego versus preokupasi peran kerja,
trancedence tubuh versus preokupasi tubuh dan transcendence ego versus preokupasi ego
(Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair dan
Beare, 2005, dalam Syerniah, 2010).
Pada tahapan perbedaan ego versus preokupasi peranan kerja, tugas lansia adalah
mencapai identitas dan perasaan berharga dari sumber lain selain dari peran kerjanya.
Akibat pension dan penghentian bekerja telah menurunkan perasaan nilai (harga) diri
lansia.Sebaliknya lansia dengan perbedaan ego yang baik dapat menggantikan peranan
kerjanya dengan aktivitas dan peran baru sebagai sumber utama untuk harga dirinya
(Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair dan
Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010).
Tahapan kedua; transcendence tubuh versus preokupasi tubuh mengarah pada
pandangan bahwa kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik.Tugas lansia
pada tahap ini melalui interksi interpersonal dan aktivitas psikososial lansia dapat mencapai
esejahteraan meskipun mengalami kemunduran fisik (Ignatavius dan Workman, 2005,
dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair dan Beare, 2005, dalam (Syerniah,
2010).
Tahap ketiga; transcendence ego versus preokupasi ego melibatkan penerimaan
tentang kematian individu. Hal ini melibatkan secara aktif bagi setiap individu bahwa
kematian adalah sesuatu yang telah ditetapkan dan akan mencapai transcendence ego
(Ignatavius dan Workman, 2005, dalam Meiner dan Lueckenotte, 2006; Stanley, Blair dan
Beare, 2005, dalam (Syerniah, 2010).).
Berdasarkan teori ini lansia dapat mencapai kesejahteraan melalui interksi dengan orang
lain ataupun aktivitas psikososial yang baru meskipun mengalami perubahan fisik yang
menurunkan kemampuan fungsi tubuhnya (Syerniah, 2010).
2. Pencegahan (Preventif)
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat
faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis pelayanan
pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling, berhenti merokok dan
minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah,
manajemen stres, penggunaan medikasi yang tepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara
klinis dan mengindap faktor risiko. Jenis pelayan pencegahan sekunder antara
lain adalah sebagai berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker,
screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
c. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan
cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan dengan
perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka
panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Setiati, S. 2013. Geriatric Medicine, Sarkopenia, fraility dan Kualitas Hidup Pasien Usia
Lanjut: Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan Pelayanan Kedokteran di
Indonesia. Jurnal Kedokteran Indonesia ; (1) 3: 234-242.
Syarniah. 2010. Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscene terhadap Depresi pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan.Tidak
diterbitkan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.
Tamher, S., Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Won, C.W., Yoo, H.J., Yu, S.H., Kim, C.O., Dumlao, L.C.I., Dewiasty, E., et al. 2013. List of
Geriatric syndromes in the Asian Pasific geriatric Societies. Journal European
Medicine, 2013; 2013 (4): 335-338.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
PENGKAJIAN DASAR
1) Temperatur
- Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
- Lebih teliti diperiksa di sublingual.
2) Pulse (denyut nadi)
- Kecepatan, irama, volume.
- Apikal, radial, pedal.
3) Respirasi (pernapasan)
- Kecepatan, irama, dan kedalaman.
- Tidak teratutnya pernapasan.
4) Tekanan darah
- Saat baring, duduk, berdiri.
- Hipotensi akibat posisi tubuh.
5) Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6) Tingkat orientasi.
7) Memori (ingatan).
8) Pola tidur.
9) Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang menjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di tes depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata
5. Sensori deprivation (gangguan sensorik)
6. Ketajaman pendengaran
Apakah menggunakan alat bantu dengar.
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
7. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
b. Auskultasi denyut nadi apikal
c. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
d. Pusing
e. Sakit
f. Edema
Sistem Gastrointestinal
a. Status gizi
b. Pemasukan diet
c. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
d. Mengunyah dan menelan
e. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
f. Auskultasi bising usus
g. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
h. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
a. Warna dan bau urine
b. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
c. Frekwensi, tekanan, desakan
d. Pemasukan dan pengeluaran cairan
e. Disuria
f. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Kulit / Integumen
a) Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
Perubahan pigmen
b) Adanya jaringan parut
c) Keadaan kuku
d) Keadaan rambut
e) Adanya gangguan-gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
1) Kontraktur
o Atrofi otot
o Mengecilkan tendo
o Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2) Tingkat mobilisasi
o Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
o Keterbatasan gerak
o Kekuatan otot
o Kemampuan melangkah atau berjalan
3) Gerakan sendi
4) Paralisis
5) Kifosis
Psikososial
a. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
b. Fokus-fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan
dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
atau adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
2. Sediakan cukup penerangan
- Penerangan alam lebih baik
- Hindarkan cahaya yang menyilaukan
- Penerangan malam sepanjang waktu di kamar mandi dan ruangan
3. Tingkatkan rangsangan panca indra melalui :
Buku-buku yang dicetak besar
Perubahan lingkungan
Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
4. Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
Kalender atau penanggalan
Jam
Saling mengunjungi
5. Berikan perawatan sirkulasi :
o Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
o Ubah posisi
o Berikan kehangatan dengan selimut pakaian
o Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
o Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama
perpindahan
o Lakukan penggosokan pada waktu mandi
6. Berikan perawatan pernapasan :
Bersihkan nostril atau kotoran hidung
Lindungi dari angin
Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti
Bernapas dalam (deep breathing)
Latihan batuk
Latihan menghembuskan napas
Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya
ditandai dengan :
- Gelisah
- Keringat berlebihan
- Gangguan pengelihatan
- Kejang otot
- Tekanan darah renda (hipotensi)
- Kerja otot menurun
7. Berikan perawatan pada alat pencernaan :
Ransangan nafsu makan
Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
Berikan makanan yang menarik
Bisa minum anggur bila dibolehkan
Sediakan makanan yang hangat-hangat
Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
Cegah terjadinya gangguan pencernaan
Berikan sikap fowler waktu makan
Pertahankan keasamn lmbung
Berikan makanan yang tidak membentuk gas
Cukup cairan
Cegah konstipasi / sembelit
Jamin kecukupan cairan dalam diet
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
Fasilitas gerakan usus dalam mencerna
Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal
Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
8. Berikan perawatan genitorinaria :
o Cukup cairan masuk 2000-3000 ml per hari
o Cegah ankontinensia
o Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam
o Pertahankan penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh
o Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari
o Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur
9. Seksualitas :
Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap keinginan
seksual
Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan
10. Berikan perawatan kulit :
Mandi
Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2x
seminggu untuk mencegah kekeringan kulit
Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk
menambah kesehatan kulit
Potong kuku kaki jika tidak ada kontra indikasi, missal : ada jamur dikuku atau
adanya gangguan medic atau bedah
11. Berikan perawatan muskuluskeletal :
- Bergerak dengan keterbatasan
- Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati
- Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan menberikan latihan
- Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau pada waktu
waktu tertentu
- Berikan arah dan latihan gerak pada sendi 3x.
- Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien
contohnya membiarkan klien duduk tanpa dibantu
12. Berikan perawatan psikososial :
Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar
tercipta suasana normal
Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas
Fasilitas pembicaraan
Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna
dalam menetapkan atau memelihara kepercayaan.
Berikan penghargaan dan rasa empathi
13. Pelihara Keselamatan :
Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
Tempat tidur dalam posisi rendah
Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi.
Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6. Jakarta
: EGC.
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC.