Asuhan Keperawatan Gastroenteritis: 1. Faktor Infeksi Infeksi Virus
Asuhan Keperawatan Gastroenteritis: 1. Faktor Infeksi Infeksi Virus
com/asuhan-keperawatan-gastroenteritis/
seputarsehat.com
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus
disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala
diare dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai
dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang
merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi.
B. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor Infeksi
Infeksi Virus
Retavirus
o Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
o Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
o Dapat ditemukan demam atau muntah.
o Di dapatkan penurunan HCC.
Enterovirus
o Biasanya timbul pada musim panas.
Adenovirus
o Timbul sepanjang tahun.
o Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.
Norwalk
o Epidemik
o Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 – 48 jam ).
Bakteri
Stigella
o Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
o Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
o Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
o Muntah yang tidak menonjol
o Sel polos dalam feses
o Sel batang dalam darah
Salmonella
o Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
o Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
o Mungkin ada peningkatan temperatur
o Muntah tidak menonjol
o Sel polos dalam feses
o Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
o Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
Escherichia coli
o Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan entenoksin.
o Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
Campylobacter
o Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
o Kram abdomen yang hebat.
o Muntah / dehidrasi jarang terjadi
Yersinia Enterecolitica
o Feses mukosa
o Sering didapatkan sel polos pada feses.
o Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
o Diare selama 1-2 minggu.
o Sering menyerupai apendicitis.
2. Faktor Non Infeksiosus
Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,maltosa, dan sukrosa ), non sakarida (
intoleransi glukosa, fruktusa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang, output berlebih), hipoglikemia,
dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan-gerakan peristaltik dan
segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi oleh bakteri, maka pada saluran pencernaan akan
timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga
penderita selalu ingin BAB dan berak penderita encer.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh
melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar disertai elektrolit.
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio Disentri dan Entero Virus
masuk ke dalam usus, disana berkembang biak toxin, kemudian terjadi peningkatan peristaltik
usus, usus kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
E. Manifestasi Klinis
o Dehidrasi
o Renjatan hipovolemik
o Kejang
o Bakterimia
o Mal nutrisi
o Hipoglikemia
o Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
G. Tingkat Derajat Dehidrasi
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum
normal, kencing normal.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-
ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat, pernafasan
cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.
1. Pemeriksaan Tinja
o Makroskopis dan mikroskopis.
o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
o Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2) Pemeriksaan Darah
o pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor )
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
o Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3) Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.
I. Penatalaksanaan Medis
o Memberikan asi.
o Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral, dan
makanan yang bersih.
3) Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
4) Obat-obatan.
o Berikan antibiotik.
5) Koreksi asidosis metabolik.
BAB II
ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.
A. Identitas klien.
B. Riwayat keperawatan.
a. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
b. Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat
jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit
anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
E. Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
F. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
§ Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
d. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.
2. Diagnosa Keperawatan.
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Kriteria hasil :
§ Mukosa mulut.
§ Bibir lembab.
§ Cairan seimbang.
Intervensi :
§ Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 –
2500 cc per hari.
§ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
§ Intake nutrisi klien meningkat
Intervensi :
§ Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
§ Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
§ Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
Intervensi :
4. Implementasi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000 – 2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
e. Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
5. Evaluasi
1) Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta : Salemba
Medika.
Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta; EGC.
Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen
Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006.
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/
NursingBegin.com
Patofisiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa
melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan
gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.