“TITRASI ARGENTOMETRI”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Kimia Analitik Dasar
Disusun Oleh:
Rombel 3
Pendidikan Kimia 2014
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Titrasi Argentometri“ dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
baginda Rasul Muhammad SAW yang kita nantikan syafaat-Nya di akhirat kelak. Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia Analitik Dasar.
Makalah ini berisi tentang titrasi argentometri. Argentometri merupakan salah satu
cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan makalah kami. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................................ 2
1. Definisi.................................................................................................................... 4
3. Reaksi...................................................................................................................... 4
1. Definisi.................................................................................................................... 6
3. Reaksi...................................................................................................................... 6
1. Definisi.................................................................................................................... 7
3. Reaksi...................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi argentometri?
2. Bagaimana cara titrasi metode Mohr?
3. Bagaimana cara titrasi metode Fajans?
4. Bagaimana cara titrasi metode Volhard?
1
C. Tujuan penulisan
1. Mampu memahami definisi titrasi argentometri
2. Mampu memahami cara titrasi metode Mohr
3. Mampu memahami cara titrasi metode Fajans
4. Mampu memahami cara titrasi metode Volhard
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini bagi pembaca adalah dapat menambah wawasan
tentang definisi titrasi argentometri. Selain itu juga dapat mengetahui cara titrasi
metode Mohr, Fajans, Volhard. Lebih jauhnya lagi, penulis berharap bahwa apa yang
disajikan dalam makalah ini mampu menjadi motivasi untuk sama – sama lebih
mengenal tentang titrasi argentometri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Argentometri
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO4- dimana dengan
indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
Beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard,
metode Fajans.
3
B. Metode Mohr
1. Definisi
Metode ini mula pertama dikemukakan oleh Mohr (1856), sehingga akhirnya
dikenal sebagai “metode Mohr”. Metode Mohr yaitu metode titrasi untuk penetapan kadar
ion Klorida (Cl-) atau ion bromida (Br-). Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH
antara 6 – 10. Dalam larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan
asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit
sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat :
4H+ + 4CrO42- 2HCrO4 + Cr2O72- + H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion
perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut.
Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan juga
ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion
iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan
menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik
kesetaraan melarut kembali dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida
standar secara berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator
kromat.
2. Indikator dan Larutan Standar yang Digunakan
Metode mohr menggunakan indikator Kalium Kromat (K2CrO4). Sedangkan larutan
standar yang dipakai ialah larutan AgNO3. Prinsip penetapannya larutan klorida atau bromida
dalam suasana netral atau agak alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3)
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida (Cl-) telah habis diendapkan oleh ion
perak (Ag+), maka ion kromat (CrO₄2-) akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan
perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir titrasi.
4
4. Penentuan Titik Akhir dan Titik Ekivalen
Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna
indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi pada metode
mohr terjadi saat perubahan warna pada endapan putih menjadi merah coklat (Ag2CrO₄).
Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat
merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana
netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59.
Titrasi harus dilakukan pada suasana netral atau sedikit alkalis karena:
1) Dalam suasana asam endapan Ag2CrO₄ akan larut karena terbentuk perak dikromat
(Ag₂Cr₂O₇)
2) Dalam suasana basa perak nitrat akan bereaksi dengan ion hidroksida membentuk
endapan perak hidroksida
Hal yang harus dihindari: cahaya matahari langsung atau sinar neon karena larutan perak
nitrat peka terhadap cahaya (reduksi fotokimia).
1. Suatu larutan garam NaCl akan dititrasi menggunakan AgNO3 dengan indicator
CrO42-. Pada saat titik akhir titrasi besarnya [Cl-] = 1,0 x 10-6 M. Berapa konsentrasi
ion kromat yang digunakan? Diket: Ksp AgCl = 1,2 x 10-10 ; Ksp Ag2CrO4 = 1,7 x
10-12
Jawab:
1,2 𝑥 10−10
+
[Ag ] = = 1,2 x 10-4 M
1,0 𝑥10−6
2. Titrasi 50,0 mL 0,100 M NaCl dengan larutan AgNO3 0,100 M. Konsentrasi ion Cl-
dihitung pada saat-saat tertentu selama titrasi ini berlangsung dan dibuat kurva
titrasi dengan cara mengalurkan pH Cl terhadap mL AgNO3. Ksp AgCl = 1,0 x 10-10
Penyelesaian:
1 mmol : 5 mmol : :
4 𝑚𝑚𝑜𝑙
[Cl-] = 60 𝑚𝐿
= 0,067 M
= 6,7 x 10-2 M
= 2 – 0,826
= 1,174
6
r: 4,99 mmol : 4,99 mmol : 4,99 mmol : 4,99 mmol
0,01 𝑚𝑚𝑜𝑙
[Cl-] =
99,9 𝑚𝐿
= 10-4 M
pH Cl- = 4
titik ini tercapai bila 50,0 ml AgNO3 telah ditambahkan. Tidak terdapat berlebih ion Cl-
atau Ag+
[Ag+] = [Cl-]
pH = 5,00
e) penambahan 60 ml AgNO3
konsentrasi ion Ag + berlebih
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
6 mmol : 5 mmol : :
1 𝑚𝑚𝑜𝑙
[Ag+] = 110 𝑚𝐿
= 9 x 10-3 M
7
pH Ag+ = 3- log 9
= 3- 0,95
= 2,05
= 7, 95
Perhitungan di atas bisa digambarkan menjadi kurva titrasi seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Kurva titrasi dari NaCl dan NaI 50 mL 0,1 M yang dititrasi dengan AgNO3 0,1 M
8
C. Metode Volhard
1. Definisi
Metode Volhard yaitu metode titrasi untuk penetapan kadar ion Klorida (Cl-), ion
bromida (Br-), ion iodida (I-), dan ion tiosianat (SCN-). Pada prinsipnya, penentuan titik akhir
ditandai dengan pembentukan senyawa berwarna yang larut. Perak dapat ditetapkan secara
teliti dalam suasana asam dengan larutan baku kalium atau ammonium tiosianat yang
mempunyai hasil kali kelarutan (Ksp) 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara
jelas dengan garam besi (III) nitrat sebagai indikator yang akan membentuk warna merah dari
kompleks besi (III) – tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N.
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi(III) akan diendapkan
menjadi Fe(OH)3. Jika suasananya basa, titik akhir tidak dapat ditunjukkan. pH larutan harus
di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7-1% sebelum titik ekuivalen. Untuk
mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan dicapai titik akhir, titrasi dikocok kuat-kuat
supaya ion perak yang diadsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan
tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan iodide
dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan,
kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat.
Ag+ + X- ----> AgX ; X = Cl, Br, I ; dimana Ksp AgCl = 1,2 x 10-10
9
Ag+ + SCN- ----> AgSCN (putih) ; Ksp AgSCN = 7,1 x 10-13
Titik akhir titrasi pada metode volhard terjadi saat terbentuknya endapan AgSCN dan
larutan berwarna merah yang merupakan ion kompleks dari ferri tiosianat. Metode ini dapat
diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam.
𝑚𝑚𝑜𝑙
(50 𝑚𝐿 𝑥 0,1 −15 𝑚𝐿 𝑥 0,08 𝑚𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿). 79,9 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑚𝐿
= x 100 %
1000 𝑚𝑔
= 30,36 %
D. Metode Fajans
1. Definisi
Metode Fajans digunakan untuk menitrasi larutan garam klorida, bromide,iodide, dan
tiosianat dengan AgNO3 mengunakan indikator fluoresein. Pada titik ekivalen, indikator
teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan,
tetapi pada permukaan endapan.
10
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga sedapat
mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak
harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer
karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna
indikator tidak jelas. Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion
indikator harus tidak teradsorbsi lebih dulu sebelum titik ekuivalen tercapai.
Titik akhir titrasi pada metode Fajans terjadi saat terbentuknya endapan merah Agfl.
Pada titik ekuivalen, indikator diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi
suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka
11
dinamakan indikator adsorpsi. Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti
warna deret flouresein misalnya flouresein dan eosin yang digunakan sebagai garam
natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion
flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu.
𝑚𝐿 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑀 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐴𝑟 𝐶𝑙
% Cl- = x 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑚𝑜𝑙
31,5 𝑚𝐿 𝑥 0,105 𝑚𝐿 𝑥 35,453 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
= x 100 %
1000 𝑚𝑔
= 11,13 %
12
Uraian dari ketiga metode tersebut dapat kita ringkas dalam bentuk Tabel 1.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam melakukan titrasi argentometri haruslah memperhatikan metode-metode apa
yang kita gunakan tersebut dan memperhatikan titik akhir titrasi yang seharusnya terjadi saat
melakukan titrasi argentometri.
14
Daftar Pustaka
Fernando, Quintus dan Michael D. 1997. Kimia Analitik Kuantitatif. Yogyakarta : Andi.
Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik 1. Malang : Universitas Negeri Malang.
Mudjiran. 2002. Kimia Analitik Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Winarni. 2003. Dasar Kimia Analitik. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
15