Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA ANALITIK DASAR

“TITRASI ARGENTOMETRI”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Kimia Analitik Dasar

Disusun Oleh:

1. Siti Fatimah (4301414065)


2. Putri Wismaningati (4301414088)
3. Mifta Sabelladina (4301414091)
4. Ajrina Rizqi Wulan Suci (4301414093)
5. Nurul Istiqomah (4301414097)

Rombel 3
Pendidikan Kimia 2014

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Titrasi Argentometri“ dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
baginda Rasul Muhammad SAW yang kita nantikan syafaat-Nya di akhirat kelak. Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia Analitik Dasar.

Makalah ini berisi tentang titrasi argentometri. Argentometri merupakan salah satu
cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+.

Tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan makalah kami. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih.

Semarang, 16 November 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

D. Manfaat ........................................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan .................................................................................................................. 3

A.Definisi Argentometri ................................................................................................... 3

B. Metode Mohr .............................................................................................................. 4

1. Definisi.................................................................................................................... 4

2. Indikator dan Larutan Standar yang Digunakan ..................................................... 4

3. Reaksi...................................................................................................................... 4

4. Penentuan Titik Akhir Titrasi dan Titik Ekivalen ................................................... 5

5. Contoh Analisis Kuantitatif .................................................................................... 5

C. Metode Volhard .......................................................................................................... 6

1. Definisi.................................................................................................................... 6

2. Indikator dan Larutan Standar yang Digunakan ..................................................... 6

3. Reaksi...................................................................................................................... 6

4. Penentuan Titik Akhir Titrasi dan Titik Ekivalen .................................................. 7

5. Contoh Analisis Kuantitatif .................................................................................... 7


iii
D. Metode Fajans ............................................................................................................. 7

1. Definisi.................................................................................................................... 7

2. Indikator dan Larutan Standar yang Digunakan ..................................................... 8

3. Reaksi...................................................................................................................... 8

4. Penentuan Titik Akhir Titrasi dan Titik Ekivalen .................................................. 8

5. Contoh Analisis Kuantitatif .................................................................................... 9

Bab III Penutup ........................................................................................................................ 11

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11

B. Saran ........................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari


garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi
jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir
titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya
disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Dasar titrasi argentometri adalah
pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang
banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl-dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari
reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan
kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen
mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva
titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva
titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat. Untuk
lebih jelasnya kita akan membahas lebih lanjut tentang titrasi pengendapan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi argentometri?
2. Bagaimana cara titrasi metode Mohr?
3. Bagaimana cara titrasi metode Fajans?
4. Bagaimana cara titrasi metode Volhard?

1
C. Tujuan penulisan
1. Mampu memahami definisi titrasi argentometri
2. Mampu memahami cara titrasi metode Mohr
3. Mampu memahami cara titrasi metode Fajans
4. Mampu memahami cara titrasi metode Volhard

D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini bagi pembaca adalah dapat menambah wawasan
tentang definisi titrasi argentometri. Selain itu juga dapat mengetahui cara titrasi
metode Mohr, Fajans, Volhard. Lebih jauhnya lagi, penulis berharap bahwa apa yang
disajikan dalam makalah ini mampu menjadi motivasi untuk sama – sama lebih
mengenal tentang titrasi argentometri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Argentometri

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari


garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Istilah Argentometri diturunkan dari
bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara
untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan
tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan
beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-. Dasar titrasi
argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit.
Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran
akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

AgNO3(aq) + NaCl(aq) ----> AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO4- dimana dengan
indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
Beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard,
metode Fajans.

3
B. Metode Mohr

1. Definisi
Metode ini mula pertama dikemukakan oleh Mohr (1856), sehingga akhirnya
dikenal sebagai “metode Mohr”. Metode Mohr yaitu metode titrasi untuk penetapan kadar
ion Klorida (Cl-) atau ion bromida (Br-). Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH
antara 6 – 10. Dalam larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan
asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit
sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat :
4H+ + 4CrO42- 2HCrO4 + Cr2O72- + H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion
perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut.
Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan juga
ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion
iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan
menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik
kesetaraan melarut kembali dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida
standar secara berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator
kromat.
2. Indikator dan Larutan Standar yang Digunakan
Metode mohr menggunakan indikator Kalium Kromat (K2CrO4). Sedangkan larutan
standar yang dipakai ialah larutan AgNO3. Prinsip penetapannya larutan klorida atau bromida
dalam suasana netral atau agak alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3)
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida (Cl-) telah habis diendapkan oleh ion
perak (Ag+), maka ion kromat (CrO₄2-) akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan
perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir titrasi.

3. Reaksi yang Terjadi


Reaksi berlangsungnya titrasi menggunakan metode mohr yaitu:

Cl- + Ag+ ----> AgCl

2Ag+ + CrO₄2- ----> Ag2CrO4 ( coklat kemerahan)

4
4. Penentuan Titik Akhir dan Titik Ekivalen

Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna
indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi pada metode
mohr terjadi saat perubahan warna pada endapan putih menjadi merah coklat (Ag2CrO₄).
Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat
merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana
netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59.

Penentuan titik ekivalen memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama


titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”. Selain itu dapat
dideteksi secara visual menggunakan indikator berwarna.

Titrasi harus dilakukan pada suasana netral atau sedikit alkalis karena:

1) Dalam suasana asam endapan Ag2CrO₄ akan larut karena terbentuk perak dikromat
(Ag₂Cr₂O₇)

2) Dalam suasana basa perak nitrat akan bereaksi dengan ion hidroksida membentuk
endapan perak hidroksida

AgNO₃ + NaOH ----> AgOH (endapan) + NaNO₃

Hal yang harus dihindari: cahaya matahari langsung atau sinar neon karena larutan perak
nitrat peka terhadap cahaya (reduksi fotokimia).

Contoh Analisis Kuantitatif

1. Suatu larutan garam NaCl akan dititrasi menggunakan AgNO3 dengan indicator
CrO42-. Pada saat titik akhir titrasi besarnya [Cl-] = 1,0 x 10-6 M. Berapa konsentrasi
ion kromat yang digunakan? Diket: Ksp AgCl = 1,2 x 10-10 ; Ksp Ag2CrO4 = 1,7 x
10-12

Jawab:

Reaksi yang ada

AgCl (p) Ag+ + Cl- ; berarti [Ag+][Cl-] = 1,2 x 10-10

1,2 𝑥 10−10
+
[Ag ] = = 1,2 x 10-4 M
1,0 𝑥10−6

Ag2CrO4 (p) 2Ag+ + CrO42- ; berarti [Ag+]2 [CrO42-] = 1,7 x 10-12


5
1,7 𝑥 10−12
[CrO42-] = = 1,18 x 10-4 M
( 1,2 𝑥 10−4 )2

2. Titrasi 50,0 mL 0,100 M NaCl dengan larutan AgNO3 0,100 M. Konsentrasi ion Cl-
dihitung pada saat-saat tertentu selama titrasi ini berlangsung dan dibuat kurva
titrasi dengan cara mengalurkan pH Cl terhadap mL AgNO3. Ksp AgCl = 1,0 x 10-10

Penyelesaian:

a) Sebelum penambahan AgNO3 ke dalam larutan NaCl


[Cl-] = 0,100 M
pH Cl- = 1,00
b) penambahan 10,0 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

m : 10 ml. 0,1 M : 50 ml. 0,1 M

1 mmol : 5 mmol : :

r: 1 mmol : 1 mmol : 1 mmol : 1 mmol

s: : 4 mmol : 1 mmol : 1 mmol

4 𝑚𝑚𝑜𝑙
[Cl-] = 60 𝑚𝐿

= 0,067 M

= 6,7 x 10-2 M

pH Cl- = 2 – log 6,7

= 2 – 0,826

= 1,174

c) penambahan 49,9 ml AgNO3


AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

m : 49,9 ml. 0,1 M : 50 ml. 0,1 M

4,99 mmol : 5 mmol : :

6
r: 4,99 mmol : 4,99 mmol : 4,99 mmol : 4,99 mmol

s: : 0,01 mmol : 0,01 mmol : 0,01 mmol

0,01 𝑚𝑚𝑜𝑙
[Cl-] =
99,9 𝑚𝐿
= 10-4 M

pH Cl- = 4

d) pada titik ekivalen

titik ini tercapai bila 50,0 ml AgNO3 telah ditambahkan. Tidak terdapat berlebih ion Cl-
atau Ag+

[Ag+] = [Cl-]

Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]

1,0 x 10-10 = [Cl-] [Cl-]

1,0 x 10-10 = [Cl-]2

[Cl-] = 1,0 x 10-5

pH = 5,00

e) penambahan 60 ml AgNO3
konsentrasi ion Ag + berlebih
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

m : 60 ml. 0,1 M : 50 ml. 0,1 M

6 mmol : 5 mmol : :

r: 5 mmol : 5 mmol : 5 mmol : 5 mmol

s: 1 mmol : : 5 mmol : 5 mmol

1 𝑚𝑚𝑜𝑙
[Ag+] = 110 𝑚𝐿

= 9 x 10-3 M

7
pH Ag+ = 3- log 9

= 3- 0,95

= 2,05

pH Cl- + pH Ag+ = 10,00

pH Cl- = 10,00 – 2,05

= 7, 95

Perhitungan di atas bisa digambarkan menjadi kurva titrasi seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva titrasi dari NaCl dan NaI 50 mL 0,1 M yang dititrasi dengan AgNO3 0,1 M

8
C. Metode Volhard

1. Definisi
Metode Volhard yaitu metode titrasi untuk penetapan kadar ion Klorida (Cl-), ion
bromida (Br-), ion iodida (I-), dan ion tiosianat (SCN-). Pada prinsipnya, penentuan titik akhir
ditandai dengan pembentukan senyawa berwarna yang larut. Perak dapat ditetapkan secara
teliti dalam suasana asam dengan larutan baku kalium atau ammonium tiosianat yang
mempunyai hasil kali kelarutan (Ksp) 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara
jelas dengan garam besi (III) nitrat sebagai indikator yang akan membentuk warna merah dari
kompleks besi (III) – tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N.
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi(III) akan diendapkan
menjadi Fe(OH)3. Jika suasananya basa, titik akhir tidak dapat ditunjukkan. pH larutan harus
di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7-1% sebelum titik ekuivalen. Untuk
mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan dicapai titik akhir, titrasi dikocok kuat-kuat
supaya ion perak yang diadsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan
tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan iodide
dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan,
kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat.

2. Indikator dan larutan standar yang digunakan


Metode Volhard menggunakan Fe3+ sebagai indikatornya dan AgNO3 sebagai larutan
standarnya. Larutan sampel Cl- , Br- , I-, atau SCN- dititrasi dengan larutan standar AgNO3
berlebihan, kemudian kelebihan Ag+ dititrasi menggunakan larutan standar kalium tiosianat
(KSCN) dengan indikator Fe3+ sehingga akan terbentuk endapan AgSCN dan larutan
berwarna merah karena terbentuknya ion kompleks dari ferri tiosianat.

3. Reaksi yang Terjadi


Reaksi berlangsungnya titrasi menggunakan metode volhard yaitu:

Ag+ + X- ----> AgX ; X = Cl, Br, I ; dimana Ksp AgCl = 1,2 x 10-10

Ksp AgBr = 3,5 x 10-13

Ksp AgI = 1,7 x 10-16

9
Ag+ + SCN- ----> AgSCN (putih) ; Ksp AgSCN = 7,1 x 10-13

Fe3+ + 6SCN- ----> [Fe(SCN)6]3- atau

Fe3+ + SCN- ----> Fe(SCN)2+ (larutan merah)

4. Penentuan Titik Akhir dan Titik Ekivalen

Titik akhir titrasi pada metode volhard terjadi saat terbentuknya endapan AgSCN dan
larutan berwarna merah yang merupakan ion kompleks dari ferri tiosianat. Metode ini dapat
diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam.

Penentuan titik ekivalen memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama


titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”. Selain itu dapat
dideteksi secara visual menggunakan indikator berwarna.

5. Contoh Analisis Kuantitatif


Hitung % Br- jika 1,0 gram sampel garam klorida dianalisa dengan Volhard. Pada
cara ini digunakan 50 mL 0,1 M AgNO3 sesudah semua Br- mengendap kelebihan ion
Ag+ dititrasi kembali dengan 15,0 mL 0,08 M Kalium tiosianat. (Ar Br = 79,9
mg/mmol)
Penyelesaian:

(𝑚𝐿 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑀 𝐴𝑔𝑁𝑂3 − 𝑚𝐿 𝐾𝑆𝐶𝑁 𝑥 𝑀 𝐾𝑆𝐶𝑁).𝐴𝑟 𝐵𝑟 −


% Cl- = x 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑚𝑚𝑜𝑙
(50 𝑚𝐿 𝑥 0,1 −15 𝑚𝐿 𝑥 0,08 𝑚𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿). 79,9 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑚𝐿
= x 100 %
1000 𝑚𝑔

= 30,36 %

D. Metode Fajans

1. Definisi
Metode Fajans digunakan untuk menitrasi larutan garam klorida, bromide,iodide, dan
tiosianat dengan AgNO3 mengunakan indikator fluoresein. Pada titik ekivalen, indikator
teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan,
tetapi pada permukaan endapan.

10
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga sedapat
mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak
harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer
karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna
indikator tidak jelas. Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion
indikator harus tidak teradsorbsi lebih dulu sebelum titik ekuivalen tercapai.

2. Indikator dan larutan standar yang digunakan


Pada metode ini digunakan indicator adsorbsi, senyawa yang biasa digunakan adalah
fluoresein dan eosin. Larutan standar yang dipakai ialah larutan AgNO3. Misalnya larutan
NaCl dititrasi dengan larutan standar AgNO3 menggunakan indikator fluoresein sehingga
yang semula larutan berwarna kuning hijau, kemudian akan terjadi endapan putih dari AgCl
lalu terbentuk endapan merah dari Agfl.

3. Reaksi yang Terjadi


Reaksi berlangsungnya titrasi menggunakan metode fajans yaitu:
Ag+ + X- ----> AgX ; X = Cl, Br, I, SCN
Ag+ + fl- ----> Agfl (merah)
Adapun struktur indikator adsorbsi adalah seperti gambar di bawah ini

Gambar 2. Indikator fluoresein Tetrabromo fluoresein / eosin


(kuning kehijauan) (merah)

4. Penentuan Titik Akhir dan Titik Ekivalen

Titik akhir titrasi pada metode Fajans terjadi saat terbentuknya endapan merah Agfl.
Pada titik ekuivalen, indikator diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi
suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka
11
dinamakan indikator adsorpsi. Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti
warna deret flouresein misalnya flouresein dan eosin yang digunakan sebagai garam
natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion
flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu.

Penentuan titik ekivalen memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama


titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”. Selain itu dapat
dideteksi secara visual menggunakan indikator berwarna.

5. Contoh analisis kuantitatif


Satu gram sampel larutan garam klorida dianalisis dengan cara Fayans
menggunakan dikloro fluorosein. Pada pH= 7 memerlukan 31,5 mL 0,105 AgNO3.
Hitung % klorida (Ar Cl = 35,453 mg/mmol) dalam sampel di atas.
Penyelesaian:
Cara Fajans

𝑚𝐿 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑀 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐴𝑟 𝐶𝑙
% Cl- = x 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑚𝑜𝑙
31,5 𝑚𝐿 𝑥 0,105 𝑚𝐿 𝑥 35,453 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
= x 100 %
1000 𝑚𝑔
= 11,13 %

12
Uraian dari ketiga metode tersebut dapat kita ringkas dalam bentuk Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan metode pada argentometri


Metode Indikator Suasana Metode Yang di Titik akhir
Reaksi dalam buret titrasi
Mohr K2CrO4 Netral Langsung AgNO3 Endapan
merah bata

Volhard Fe3+ Asam Tidak KCNS Larutan


langsung merah bata

Fajans Adsorpsi Netral Langsung AgNO3 Endapan


(fluorescein) merah

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Titrasi argentometri adalah titrasi yang menggunakan larutan standar AgNO3.


2. Metode Mohr adalah titrasi larutan ion Cl- atau Br- oleh larutan baku AgNO3
menggunakan indikator K2CrO4 sehingga terbentuk endapan merah.
3. Metode Volhard adalah titrasi garam halogen (Cl- , Br-, I-) dengan larutan standar
AgNO3 berlebihan, kemudian kelebihan Ag+ dititrasi menggunakan larutan standar
kalium tiosianat (KSCN) dengan indikator Fe3+ sehingga akan terbentuk endapan
AgSCN dan larutan berwarna merah karena terbentuknya ion kompleks dari ferri
tiosianat.
4. Metode Fajans adalah titrasi garam halogen (Cl- , Br-, I-) dengan larutan standar
AgNO3 menggunakan indikator fluoresein sehingga akan terbentuk endapan merah
dari Agfl.

B. Saran
Dalam melakukan titrasi argentometri haruslah memperhatikan metode-metode apa
yang kita gunakan tersebut dan memperhatikan titik akhir titrasi yang seharusnya terjadi saat
melakukan titrasi argentometri.

14
Daftar Pustaka

Fernando, Quintus dan Michael D. 1997. Kimia Analitik Kuantitatif. Yogyakarta : Andi.
Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik 1. Malang : Universitas Negeri Malang.
Mudjiran. 2002. Kimia Analitik Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Winarni. 2003. Dasar Kimia Analitik. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

15

Anda mungkin juga menyukai