Anda di halaman 1dari 3

1.

Etika Guru Terhadap Anak Didik

Pendidikan sekolah merupakan lanjutan dari pendidikan yang berlangsung di dalam


rumah tangga, dan berperan dalam sekolah ialah guru. Guru adalah sebagai pendidik dan orang
dewasa, maka dan tingkah laku dan perbuatannya akan berkesan di hati anak, dan akan
diusahakanya untuk mencontoh dan meniru guru tersebut.

Anak menganggap bahwa segala perbuatan dan tingkah laku guru adalah baik, maka ia
suka untuk mencontoh perbuatan atau tingkah laku tersebut. Kepribadian dapat dianggap sebagai
keseluruhan karakteristik (tingkah laku) dan ciri-ciri dari kepribadian seseorang. Kepribadian
meliputi tingkah laku, kecerdasan, sikap, minat kecakapan, pengetahuan, tabiat, dan sebagainya
yang merupakan perwujudan tingkah laku.

Fungsi guru sebagai seorang pemimpin dan contoh teladan bagi anak, maka ia harus
memiliki tingkah laku yang utama (kepribadian utama), seorang guru tidak hanya menunjukkan
kata-kata “itulah” beginilah norma-norma” dan sebagainya. Akan tetapi, guru harus
mempraktekkannya (guru itu menjadikan sifat-sifat terpuji sebagai keseluruhan dari
kepribadiannya).[1]

Hubungan guru dengan siswa / anak didik di dalam proses belajar-mengajar merupakan
faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan,
bagaimanapun sempurnanya metode yang dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan
siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapay menciptakan suatu yang tidak
diinginkan.

Tanggung jawab seorang pendidik sangatlah penting bagi anak didik, karena anak
membutuhkan bantuan atau pertolongan dari pendidik. Sifat tergantung ini dijumpai dalam
hubungan kodrat antara orang tua dengan anak atau dengan yang bertanggungjawab atas
perkembangannya.[2] Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui perkembangan kejiwaan anak
tersebut agar lebih mudah dilaksanakan pendidikan. Di samping itu perlu dikembangka sikap
demokratis dan terbuka dari para guru, perlu ada keaktifan dari pihak siswa, guru harus bersikap
ramah sebaliknya siswa juga harus bersifat sopan, SALING hormat menghormati, guru lebih
bersifat manusiawi, masing-masing pihak bilamana perlu mengetahui latar belakang baik guru
maupun siswa.

Apabila hal-hal tersebut dapat dipenuhi maka akan tercipta suatu komunikasi yang
selaras antara guru dan siswa, memang untuk itu ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan :

1. perlu dedikasi yang penuh dikalangan guru yang disertai dengan kesadaran akan
fungsinya sebagai pemompong bagi anak didiknya.
2. Menciptakan hubungan yang baik antara sesama sikap pengajar dan pimpinan, sehingga
mencerminkan pula hubungan baik antara guru dan siswa.
3. Sistem pendidik dan kurikulum yang mantap.
4. Adanya fasilitas ruangan yang memadai bagi para guru untuk mencukupi kebutuhan
tempat bertamu antara guru dan siswa.
5. Rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan didikan dan
hubungan secara baik.
6. Perlu adanya kesejahteraan guru yang memandai sehingga guru tidak terpaksa harus
mencari hasil sampingan.[3]

Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen


belajar-mengajar. Tetapi di samping komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar
mengajar, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu soal
hubungan antara guru dan siswa. Yang perlu diperhatikan antara hubungan guru dengan siswa
adalah :

1. Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri teladan bagi anak
didiknya.
2. Di dalam melaksanakan tugas harus dijiwai dengan kasih sayang.
3. Guru wajib menjungjung tinggi harga diri setiap murid.
4. Guru sebaiknya mencegah usaha-usaha atau perbuatan yang menurunkan martabatnya.
5. Guru sebaiknya tidak memberi pelajaran tambahan kepada muridnya sendiri dengan
memungut bayaran.
6. Setiap guru dalam pergaulan dengan murid-muridnya tidak dibenarkan mengaitkan
persoalan politik yang dianutnya baik secara langsung maupun tidak langsung.[4]

Sehubungan dengan itu maka guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode
etik guru agar terhindar dari segala penyimpangan. Adapun kode etik guru terhadap anak didik
adalah :

1. Niat ikhlas

Hendaklah guru mengajarkan ilmu yang dimilikinya dengan penuh keikhlasan hati karena
mengharapkan keridhaan Allah.

(‫ﺍﻨﻤﺎ ﺍﻼ ﻋﻤﻞ ﺑﺎ ﺍﻠﻧﻳﺎ ﺖ ﻭﺍ ﻧﻣﺎ ﻠﻛﻝ ﺍﻣﺭﻱ ﻣﺎ ﻨﻭﺍ )ﺮﻭﺍﻩﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ‬

Artinya : “Hanyalah pekerjaan itu (tergantung) kepada niat, dan sesungguhnya setiap manusia
memperoleh menurut apa yang diniatkannya”.

2. Kasih sayang

Hendaklah seorang guru merasa diri sebagai orang tua yang memandang murid-muridnya
seolah-olah sebagai anaknya sendiri.

(‫ﻤﻥ ﻻ ﻴﺭﺣﻢ ﺍﻠﻨﺎ ﺱ ﻻﻳﺭﺣﻣﻪ ﺍﷲ )ﻤﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ‬


Artinya :”Siapa yang tidak mempunyai rasa kasih sayang kepada manusia niscaya tidak pula
dikasihi oleh Allah”.

3. Hikmah kebijaksanaan ; yang berarti guru harus berlaku bijaksana dalam mengajar
hendaknya memilih suatu sistem dan media didaktik yang tepat.
4. Memilih waktu yang tepat ; untuk menjaga kebosanan murid haruslah guru mengadakan
jadwal pelajaran.
5. Memberi teladan ; guru tidak hanya mengajar dalam bentuk lisan, namun yang terlebih
penting ialah guru harus memberikan contoh perbuatan (teladan) yang baik yang mudah
ditiru oleh murid-muridnya.[5]

Kode etik yang mempedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat diperlukan, karena
dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah baik.

Anda mungkin juga menyukai