Anda di halaman 1dari 9

ISSN: 1693-1246 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160

Juli 2012
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpfi

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA


BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN PEMAHAMAN KONSEP
MAHASISWA

P.S. Mariati*
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan (UNIMED), Indonesia

Diterima: 13 Mei 2012. Disetujui: 13 Juni 2012. Dipublikasikan: Juli 2012

ABSTRAK

Telah dikembangkan suatu model pembelajaran fisika berbasis problem solving yang dapat meningkatkan
kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep mahasiswa. Model ini dikembangkan dengan metode
R and D melalui langkah-langkah 4-D, yaitu: define, design, develop, and disseminate. Subyek dalam im-
plementasi model adalah mahasiswa pendidikan fisika pada salah satu perguruan tinggi di Medan tahun
ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 50 orang. Metode yang digunakan dalam implementasi model adalah
kuasi eksperimental dengan desain randomized control group pretest-postest design. Data kemampuan
metakognisi dikumpulkan dengan tes berbentuk uraian dan data pemahaman konsep dikumpulkan dengan
tes berbentuk pilihan berganda. Data dianalisis dengan menggunakan nilai gain yang dinormalisasi, N-gain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis problem solving dapat meningkatkan kemam-
puan metakognisi dan pemahaman konsep mahasiswa pada topik Kinematika Partikel, termasuk dalam
kategori sedang.

ABSTRACT

A problem solving based physics learning model can enhance students’ metacognition ability and concep-
tual understanding has been developed. This model was developed by using R and D method consisting of
4-D steps: define, design, develop and disseminate. The research subjects were physics education students
at one of the universities in Medan in academic year of 2010/2011 that consists of 50 students. Method used
was quasi-experimental: randomized control group pretest-postest design. The metacognition ability data
were collected by essay test and conceptual understanding ones were collected by multiple-choice test.
Data were analyzed by using normalized gain score. Results of this research showed that problem solving
based learning model can enhance students’ metacognition ability and conceptual understanding of particle
kinematics topics in middle category.

© 2012 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang

Keywords: problem solving based learning model; metacognition; conceptual understanding

PENDAHULUAN bangan rekayasa, desain, perencanaan, tek-


nologi dan mempunyai peran penting dalam
Fisika Dasar merupakan salah satu ma- berbagai disiplin serta mengembangkan daya
takuliah wajib bagi mahasiswa calon guru fisi- pikir manusia. Namun demikian, Fisika Dasar
ka di LPTK dan matakuliah yang diberikan di merupakan salah satu matakuliah yang diang-
semester pertama karena matakuliah tersebut gap sulit oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan
merupakan syarat untuk matakuliah selanjut- Fisika Dasar membutuhkan matematika yang
nya. Matakuliah ini juga mendasari pengem- rumit (AAPT, 2009); materi yang terlalu ba-
nyak dan membutuhkan kegiatan laboratorium
*Alamat Korespondensi: (Sheppard & Robin, 2009 dan Heller & Heller,
E-mail: mariati_ps@yahoo.co.id
Mobile Phone: 081331864158
1999); dan sering terjadi miskonsepsi (Ander-
son & Nashon, 2006). Hal ini juga diami oleh
P.S. Mariati - Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving 153

mahasiswa pada salah satu universitas di Su- mencontoh apa yang dialaminya daripada
matera Utara. membuat sendiri. Pengalaman langsung yang
Berdasarkan studi pendahuluan, hasil diperoleh akan mereka terapkan dan kembang-
belajar mahasiswa ditinjau dari kemampuan kan di lapangan ketika mereka sudah menjadi
metakognisi dan pemahaman konsep pada guru. Hal ini sesuai dengan Permendiknas no-
matakuliah Fisika Dasar masih rendah. Ren- mor 16 tahun 2007 tentang standar kompeten-
dahnya pemahaman konsep mahasiswa se- si profesional, salah satunya guru harus kreatif
jalan dengan temuan penelitian sebelumnya dan inovatif dalam penerapan dan pengem-
(Saleh 2011; Gaigher, et al., 2007; dan Baser, bangan bidang ilmu fisika dan ilmu-ilmu terkait.
2006). Kompetensi ini dielaborasi lebih lanjut dalam
Berdasarkan hasil pengamatan di lapan- Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang
gan, proses belajar mengajar di kelas cende- standar proses, bahwa dalam kegiatan elabo-
rung bersifat analitis dengan menitikberatkan rasi, dosen memberikan kesempatan kepada
pada penurunan rumus-rumus fisika mela- peserta didik untuk dapat memahami, meran-
lui analisis matematis. Mahasiswa berusaha cang bagaimana pemecahannya, mengetahui
menghapal rumus namun kurang memaknai bagaimana cara dan mengapa pemecahannya
untuk apa dan bagaimana rumus itu digunakan. demikian, menganalisis, mengevaluasi, dan
Metode ceramah dan tanya jawab merupakan mengembangkan pemahaman konsepnya.
metode yang biasa digunakan oleh dosen de- Standar tersebut menunjukkan pentingnya ke-
ngan urutan menjelaskan, memberi contoh, mampuan metakognisi dikembangkan.
bertanya, latihan, dan memberikan tugas. Pengembangan kemampuan metakog-
Soal-soal lebih menekankan manipulasi secara nisi dalam perkuliahan merupakan suatu upa-
matematis sehingga mahasiswa yang kurang ya yang sangat penting dilakukan. Hal ini se-
mampu dalam matematika akan merasa sulit suai dengan salah satu tujuan dari pendidikan
untuk belajar fisika dan soal-soal yang dilatih- tinggi, yaitu mentransformasikan dan mengem-
kan sangat jauh dari dunia nyata mahasiswa bangkan kemampuan mahasiswa, termasuk
sehingga pembelajaran Fisika Dasar menjadi untuk merancang apa yang akan dilakukan,
kurang bermakna bagi mahasiswa itu sendiri. melaksanakan apa yang sudah direncanakan,
Fakta berdasarkan hasil studi penda- memonitor dan mengevaluasi apa yang se-
huluan menunjukkan masih perlu diupayakan dang dan sudah dilakukan, sehingga mereka
pembenahan terhadap perkuliahan Fisika Da- menjadi kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya
sar. Mahasiswa hendaknya diberi kesempa- diri, dan bertanggung jawab (Peraturan Peme-
tan untuk menggali pemahaman, membangun rintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelo-
konsep, mengembangkan kemampuan berpikir laan dan penyelenggaraan pendidikan).
dan keterampilan proses sains. Hal ini sesuai Metakognisi adalah pengetahuan, kesa-
dengan National Science Teacher Association daran, dan kendali atas proses kognisi (Matlin,
(NSTA) yang menyatakan bahwa guru fisika 2009; Anderson et al., 2001; dan Schraw & Mo-
harus memiliki pengetahuan yang luas dan shman, 1995) membagi metakognisi menjadi
kuat untuk: (1) memahami hakekat dan peran dua komponen, yaitu: pengetahuan dan kete-
inkuiri ilmiah dalam fisika serta menggunakan rampilan metakognisi. Pengetahuan metakog-
keterampilan-keterampilan dan proses-proses nisi didefinisikan sebagai pengetahuan dan pe-
inkuiri; (2) memahami fakta-fakta fundamental mahaman pada proses berpikir. Keterampilan
dan konsep-konsep utama dalam fisika; (3) da- metakognisi didefinisikan sebagai pengenda-
pat membuat jalinan konseptual dalam disiplin lian pada proses berpikir. Tiga komponen pe-
fisika sendiri maupun antar disiplin sains, dan ngetahuan metakognisi: deklarasi, prosedural,
(4) mampu menggunakan pemahaman dan dan kondisional. Empat komponen keterampi-
kemampuan ilmiah bila berhadapan dengan lan metakognisi: memprediksi, merencanakan,
isu-isu personal dan sosial (National Research memonitor, dan mengevaluasi.
Council, 2000). Metakognisi dapat dibangun ketika ma-
Dosen LPTK sebagai salah satu yang hasiswa melaksanakan pemecahan masalah
berperan dalam meningkatkan mutu pendi- (problem solving). Selama proses problem
dikan terhadap calon guru, dituntut untuk da- solving, kesadaran kognisi mahasiswa da-
pat memadukan pengetahuan konten dan pat ditumbuhkan karena memberikan arahan
pengetahuan pedagogis (pedagogical conten agar mahasiswa bertanya pada dirinya apa-
knowledge (PCK)) dalam pembelajaran kare- kah memahami apa yang sedang dipelaja-
na mahasiswa akan lebih mudah belajar dan ri atau dipikirkan. Mahasiswa dipandu untuk
154 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160

dapat menyadari apa yang diketahui dan apa kembangkan. Pengumpulan berbagai infor-
yang tidak diketahui serta bagaimana peme- masi ini dilakukan dengan studi pendahuluan
cahan masalahnya, membuat perencanaan melalui studi literatur dan studi lapangan. Studi
pendekatan pemecahan masalah, membuat literatur berkaitan dengan studi dokumen dan
tahap-tahap pemecahannya, memberi alasan materi lainnya yang mendukung pembuatan
mengapa melakukan demikian, memonitor rancangan produk. Studi literatur dilakukan
proses pemecahan masalah dan kemajuan ke untuk menganalisis kompetensi seorang guru
arah tujuan saat melaksanakan rencana, dan fisika serta peran perkuliahan Fisika Dasar, ke-
mengevaluasi apa yang sudah dilakukan. Hal mampuan metakognisi, pemahaman konsep
ini sesuai dengan Garrett & Mazzocco (2006) dan teori-teori serta temuan-temuan penelitian
yang menyatakan bahwa metakognisi dapat dasar untuk merancang draft pengembangan
dikembangkan dalam suatu lingkungan pem- MPFD-PBS. Hasil-hasil yang diperoleh pada
belajaran problem solving. Pembelajaran ini studi literatur dan studi lapangan digunakan
menawarkan dan melatih strategi problem sol- sebagai bahan untuk merancang produk awal,
ving yang membuka peluang mahasiswa untuk berupa MPFD-PBS dan perangkat pembelaja-
memonitor, mengoreksi dan menilai strategi ran yang mendukung model yang dikembang-
problem solving mereka sendiri. kan. Pengembangan produk dilakukan dengan
Kemampuan metakognisi yang dimiliki validasi pakar, ujicoba terbatas, dan ujicoba
memungkinkan mahasiswa dapat mengem- skala luas.
bangkan pemahaman konsep karena dengan Metode yang digunakan dalam peneliti-
kemampuan metakognisi, mahasiswa dapat an ini adalah kuasi eksperimental
������������������������
dengan de-
mengkonstruksi pengetahuan, mengaplikasi- sain randomized control group pretest-postest
kan konsep-konsep fisika, dan memperdalam design. Subyek penelitian adalah mahasiswa
konsep-konsep fisika sehingga melahirkan ja- calon guru fisika, sebanyak 50 orang pada
waban ilmiah yang merepresentasikan pema- tahun ajaran 2010/2011 pada salah satu per-
haman. guruan tinggi di Medan. Tes yang dikembang-
Mencermati pentingnya kemampuan kan untuk mengukur kemampuan metakogni-
metakognisi dan pemahaman konsep, se- si berbentuk uraian yang terdiri dari delapan
hingga problem solving layak dikembangkan, item/butir (14 sub-butir) pada topik Kinematika
maka pada penelitian ini dikembangkan model Partikel. Tes ini mencakup indikator-indikator
pembelajaran Fisika Dasar berbasis problem metakognisi dalam komponen prediksi, peren-
solving yang dapat meningkatkan kemampuan canaan, pemonitoran, evaluasi, deklarasi, pro-
metakognisi dan pemahaman konsep maha- sedural, dan kondisional (Schraw & Moshman
siswa. Proses problem solving dalam konteks (1995). Tes yang dikembangkan untuk mengu-
ini dilakukan melalui penyelidikan berbasis kur pemahaman konsep dalam bentuk pilihan
eksperimen dan masalah yang disajikan beru- berganda yang terdiri dari 40 butir pada topik
pa masalah kontekstual. Mahasiswa meme- Kinematika Partikel. Tes ini mencakup indika-
cahkan masalah dengan melakukan penyelidi- tor-indikator pemahaman konsep dalam aspek
kan melalui eksperimen yang direkam dengan menginterpretasi, mencontohkan, memban-
menggunakan video dan hasil rekaman diana- dingkan, mengklasifikasi, menjelaskan, dan
lisis dengan bantuan software tracker. menyimpulkan (Anderson, et al., 2001).
Efektivitas penerapan MPFD-BPS dalam
METODE mengembangkan kemampuan metakognisi
dan pemahaman konsep ditentukan berdasar-
Metode yang digunakan dalam pen- kan rerata skor gain yang dinormalisasi, N-gain.
gembangan model pembelajaran Fisika Da- Tinggi rendahnya N-gain dapat diklasifikasikan
sar berbasis problem solving adalah R and D sebagai berikut: (1) jika N-gain > 70%, maka
(research and development) melalui langkah- N-gain yang dihasilkan dalam kategori tinggi;
langkah 4-D, yaitu: define, design, develop (2) jika 30% ≤ N-gain ≤ 70%, maka N-gain yang
and disseminate (Thiagarajan, et al.,1974). dihasilkan dalam kategori sedang; dan (3) jika
Prosedur penelitian dan pengembangan model N-gain < 30%, maka N-gain yang dihasilkan
pembelajaran Fisika Dasar berbasis prolem dalam kategori rendah (Hake & Richard, 2002).
solving (MPFD-BPS) pada tahap pendefinisi- Sintaks MPFD-BPS yang berhasil dikem-
an dilakukan dengan menganalisis kebutuhan bangkan diadaptasi dari arens (2004). Adapun
dengan mengumpulkan berbagai informasi fase-fase model pembelajaran berbasis ma-
yang berkaitan dengan produk yang akan di- salah ini, yaitu: mengorientasikan mahasiswa
P.S. Mariati - Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving 155

pada masalah, mengorganisasikan mahasis- bahwa penerapan MPFD-BPS pada topik Ki-
wa untuk belajar, membimbing penyelidikan in- nematika dapat lebih efektif meningkatkan ke-
dividual dan kelompok, mengembangkan dan mampuan metakognisi mahasiswa dibanding-
menyajikan hasil penyelidikan, dan penguatan kan dengan penggunaan model pembelajaran
dan penyelidikan. konvensional.
Persentase N-gain kemampuan me-
HASIL DAN PEMBAHASAN takognisi dapat dijabarkan pada setiap indikator
komponen kemampuan metakognisi (penge-
Pengujian efektivitas MPFD-BPS dalam tahuan dan keterampilan metakognisi) antara
meningkatkan kemampuan metakognisi meng- kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
gunakan jumlah mahasiswa masing-masing 25 seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasar-
orang pada kelompok eksperimen dan kelom- kan Gambar 1, tampak bahwa % N-gain untuk
pok kontrol. Kemampuan metakognisi dinyata- tiap komponen pengetahuan metakognisi (dek-
kan oleh % N-gain pada topik Kinematikal Par- larasi, prosedural, dan kondisional) yang dica-
tikel. Hasil uji normalitas, uji homogenitas, dan pai kelompok eksperimen berturut-turut sebe-
uji beda dua rerata % N-gain antara kelompok sar 63%, 72%, dan 59% sedangkan % N-gain
eksperimen dan kelompok kontrol pada topik yang dicapai kelompok kontrol berturut-turut
Kinematika ditunjukkan pada Tabel 1. 45%, 38%, dan 55%. Perbandingan % N-gain
Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa % berdasarkan indikator tiap komponen kete-
N-gain kemampuan metakognisi mahasiswa rampilan metakognisi (prediksi, perencanaan,
pada topik Kinematika Partikel, baik pada ke- pemonitoran, dan pengevaluasian) yang dica-
lompok eksperimen maupun kelompok kontrol pai kelompok eksperimen berturut-turut sebe-
berdistribusi normal dan variansnya homogen. sar 66%, 71%, 66%, dan 62% sedangkan %
Karena % N-gain kemampuan metakognisi N-gain kelompok kontrol berturut-turut sebesar
kedua kelompok berdistribusi normal dan vari- 53%, 32%, 44%, dan 52%. Berdasarkan Gam-
ansnya homogen, maka signifikansi perbedaan bar 1, dari perbandingan % N-gain yang dica-
% N-gain peningkatan kemampuan metakog- pai, tampak bahwa penerapan MPFD-BPS
nisi antara kedua kelompok menggunakan uji pada topik Kinematika Partikel lebih efektif
beda (uji-t). Hasil uji beda menunjukkan bahwa meningkatkan setiap komponen kemampuan
MPFD-BPS secara signifikan dapat mening- metakognisi dibandingkan dengan penggu-
katkan kemampuan metakognisi mahasiswa. naan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui Berdasarkan Gambar 1, apabila ditinjau
bahwa % N-gain kemampuan metakognisi berdasarkan indikator dalam setiap komponen
pada topik Kinematika yang dicapai kelompok metakognisi, ternyata N-gain kemampuan me-
eksperimen sebesar 64%, termasuk dalam takognisi tertinggi untuk topik Kinematika Par-
kategori sedang, sedangkan yang dicapai ke- tikel terjadi pada komponen prosedural dan
lompok kontrol sebesar 52%, termasuk dalam perencanaan dan berada pada kategori tinggi.
kategori sedang. Berdasarkan Tabel 1, dapat Hal ini dimungkinkan karena dalam tahap-ta-
diketahui bahwa perolehan kemampuan me- hap pemecahan masalah melalui eksperimen,
takognisi yang dicapai kelompok eksperimen mahasiswa dituntut untuk dapat merancang
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berdas- apa yang akan dilakukan dalam penyelidikan.
arkan % N-gain yang dicapai kelompok ekspe- Untuk dapat merancang eksperimen, mahasis-
rimen dan kelompok kontrol dapat disimpulkan
wa ditantang dan didorong untuk berpikir ten-

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan beda dua rerata % N-gain Kemampuan
Metakognisi yang dicapai Kedua Kelompok pada Topik Kinematika Partikel
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Varians %
Distri- Distri- N-gainEks
Rerata Rerata N- Rerata Rerata N- dengan p
busi busi
Tes Tes gain Tes Tes gain % N-
% N- % N-
Awal Akhir (%) Awal Akhir (%) gainKont
gainEks gainKont
0,000
17,43 70,43 64 normal 17,50 60,64 52 normal homogeny (signifi-
kan)
Keterangan: Skor maksimum = 100
156 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160

Kemampuan Metakognisi Berdasarkan Indikator

Gambar 1. Perbandingan N-gain untuk Indikator Setiap Komponen Metakognisi antara Ked-
ua Kelompok pada Topik Kinematika. Indikator M1=deklarasi, M2=prosedural, M3=kondisional,
M4=prediksi, M5=perencanaan, M6= pemonitoran, dan M7= pengevaluasian

tang setiap tahap prosedural yang dilakukan yang dilakukan adalah membuat prediksi ter-
dan tujuan dari masing-masing tahap tersebut. lebih dahulu sebelum melakukan penyelidikan
Untuk itu mahasiswa dituntut untuk mengum- lebih lanjut.
pulkan informasi dari berbagai sumber yang Mahasiswa terampil dalam merencana-
mendukung serta berdiskusi secara kolabora- kan, karena setelah membuat prediksi, maha-
tif tentang ide-ide mereka untuk memecahkan siswa dituntut untuk dapat merancang sendiri
masalah dalam merancang eksperimen. Hal ini eksperimen yang akan dilakukan. Dalam hal
sejalan dengan pernyataan Kipnis dan Hofs- merancang eksperimen, mahasiswa mem-
tein (2007), bahwa dengan merancang eks- persiapkan apa yang akan dilakukan, memilih
perimen, akan melatih dan mengembangkan data/informasi yang relevan yang mendukung
keterampilan metakognisi mahasiswa, khusus- penyelidikan yang akan dilakukan berdasarkan
nya dalam perencanaan dan mahasiswa juga data/informasi yang diberikan, dan memilih
didorong untuk berpikir tentang setiap tahap alat yang tepat dan efisien dari alat percobaan
prosedural dan tujuan dari masing-masing ta- yang disediakan. Dengan merancang sendiri
hap tersebut. eksperimen, mahasiswa akan tertantang dan
Pengetahuan metakognisi dapat dikem- termotivasi untuk mengumpulkan informasi
bangkan melalui penerapan MPFD-BPS ka- dari berbagai sumber untuk dapat memecah-
rena mahasiswa dipandu untuk dapat menya- kan masalah yang dihadapi.
dari apa yang diketahui dan apa yang tidak Mahasiswa terampil memonitor melalui
diketahui. Mahasiswa dituntut untuk dapat penerapan MPFD-BPS karena mereka dituntut
mengaitkan antara konsep yang satu dengan untuk mengoreksi kembali tahap-tahap penye-
konsep yang lainnya dan menghubungkan lidikan yang sudah dilakukan apakah sesuai
konsep-konsep yang baru dipelajari dengan dengan rancangan yang dibuat sebelumnya.
pengetahuan mereka sebelumnya. Pengeta- Dari hasil analisis dengan bantuan video dan
huan prosedural dapat dikembangkan karena software, mahasiswa dituntut untuk mengo-
dalam melakukan eksperimen, mahasiswa ha- reksi hasilnya apakah sudah tepat dan benar,
rus mengetahui bagaimana prosedur peme- mereka akan mempertimbangkan ketepatan
cahan masalahnya. Pengetahuan kondisional hasil analisis apakah sudah sesuai dengan
dapat dikembangkan karena mahasiswa ha- yang diharapkan. Mahasiswa terampil dalam
rus mengetahui alasan mengapa pemecahan mengevaluasi melalui penerapan MPFD-BPS
masalahnya demikian dan mengetahui kapan karena mereka dituntut untuk menilai apakah
menggunakan strategi yang tepat dan sesuai. hasil analisis sesuai dengan teori, menilai kete-
Selain pengetahuan metakognisi, mela- patan prosedur yang digunakan, dan membuat
lui penerapan MPFD-BPS, keterampilan me- kesimpulan setelah melakukan penyelidikan.
takognisi dalam hal memprediksi, merencana- Berdasarkan uraian di atas dapat di-
kan, memonitor, dan mengevaluasi juga dapat simpulkan bahwa melalui problem solving,
dikembangkan. Mahasiswa terampil mempre- metakognisi mahasiswa dapat dibangun. Hal
diksi karena salah satu tahap problem solving ini sesuai dengan Winert dan Kluwe, (1987)
P.S. Mariati - Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving 157

Tabel 2. Persentase N-gain Kemampuan Metakognisi Berdasarkan Konsep pada Ked-


ua Kelompok
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Konsep Rerata Rerata
N-gain Kate- Rerata Tes Rerata Tes N-gain Kate-
Tes Tes
(%) gori Awal Akhir (%) gori
Awal Akhir
GLB 12,33 70,00 66 sedang 16,00 63,67 52 sedang
GLBB 21,71 71,14 63 sedang 20,43 59,43 49 sedang
GV 14,00 67,00 58 sedang 15,00 57,00 44 sedang
GJB 12,00 77,00 71 tinggi 11,00 67,00 57 sedang
GP 15,00 67,00 56 sedang 13,00 61,00 53 sedang
KM Total 17,43 70,43 66 sedang 17,50 60,64 52 sedang
Keterangan: Skor maksimum = 100; GLB = Gerak Lurus Beraturan; GLBB = Gerak Lurus
Berubah Beraturan; GV = Gerak Vertikal; GJB = Gerak Jatuh Bebas; GP = Gerak Peluru; KM =
Kemampuan Metakognisi

yang menyatakan bahwa pembelajaran me- Kinematika Partikel ditunjukkan pada Tabel 3.
lalui upaya penyadaran dan pengendalian Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa % N-gain
proses berpikir mahasiswa melalui problem pemahaman konsep mahasiswa, baik pada ke-
solving merupakan pembelajaran dengan pe- lompok eksperimen maupun kelompok kontrol
ngembangan metakognisi. Hal ini juga didukung berdistribusi normal dan variansnya homogen.
oleh Garrett & Mazzocco (2006) dan Holling- Karena % N-gain pemahaman konsep kedua
worth & McLoughlin (2002) yang menyatakan kelompok berdistribusi normal dan variansnya
bahwa metakognisi dapat dikembangkan da- homogen, maka signifikansi perbedaan % N-
lam suatu lingkungan pembelajaran problem gain peningkatan pemahaman konsep antara
solving. Melalui pendekatan pembelajaran ini kedua kelompok menggunakan uji beda. Ha-
menawarkan dan melatih strategi problem sol- sil uji beda menunjukkan bahwa penerapan
ving yang membuka peluang mahasiswa untuk MPFD-BPS secara signifikan dapat mening-
memonitor, mengoreksi dan menilai strategi katkan pemahaman konsep mahasiswa pada
problem solving mereka sendiri. topik Kinematika Partikel.
Persentase N-gain kemampuan me- Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui
takognisi dijabarkan berdasarkan konsep pada bahwa % N-gain pemahaman konsep pada
topik Kinematika Partikel (gerak lurus beratu- topik Kinematika Partikel secara berturut yang
ran, gerak lurus berubah beraturan, gerak ver- dicapai kelompok eksperimen sebesar 61%
tikal, gerak jatuh bebas, dan gerak peluru) se- dan 63%, termasuk dalam kategori sedang,
perti ditunjukkan pada Tabel 2. Perbandingan sedangkan yang dicapai kelompok kontrol se-
% N-gain kemampuan metakognisi yang dica- besar 44% dan 39%, termasuk dalam kategori
pai kelompok eksperimen berturut-turut sebe- sedang. Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui
sar 66%, 63%, 58%, 71%, dan 56% sedangkan bahwa perolehan pemahaman konsep yang
% N-gain yang dicapai kelompok kontrol ber- dicapai kelompok eksperimen lebih tinggi dari-
turut-turut sebesar 52%, 49%, 44%, 57%, dan pada kelompok kontrol. Berdasarkan % N-gain
53%. Berdasarkan Tabel 2, untuk topik Kine- yang dicapai kelompok eksperimen dan kelom-
matika Partikel bahwa peningkatan % N-gain pok kontrol dapat disimpulkan bahwa penera-
kemampuan metakognisi paling tinggi pada pan MPFD-BPS pada topik Kinematika dapat
kelompok eksperimen terjadi pada konsep ge- lebih efektif meningkatkan pemahaman konsep
rak jatuh bebas 71% pada kategori tinggi. Ber- mahasiswa dibandingkan dengan penggunaan
dasarkan Tabel 2, dari % N-gain yang dicapai, model pembelajaran konvensional.
tampak bahwa penerapan MPFD-BPS lebih Gambar 2 menunjukkan perbandingan
efektif meningkatkan kemampuan metakognisi % N-gain pemahaman konsep yang dijabarkan
pada setiap konsep pada topik Kinematika Par- pada setiap indikator aspek pemahaman (me-
tikel dibandingkan dengan penggunaan model nginterpretasi, mencontohkan, membanding-
pembelajaran konvensional. kan, menjelaskan, dan meyimpulkan) antara
Hasil uji normalitas, uji homogenitas, dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
uji beda dua rerata % N-gain pada kelompok Berdasarkan Gambar 2, tampak bahwa % N-
eksperimen dan kelompok kontrol pada topik gain tiap aspek pemahaman konsep (mengin-
158 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan beda dua rerata % N-gain Pemahaman Konsep
pada Kedua Kelompok pada Topik Kinematika Partikel
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Varians %
Distri- Distri- N-gainEks
Rerata Rerata N- busi Rerata Rerata busi P
N-gain dengan
Tes Tes gain Tes Tes
(%)
Awal Akhir (%) % N- Awal Akhir % N- % N-gain
Kont
gainEks gainKont
28,00 71,90 61 Normal 29,20 60,70 44 Normal Homogen 0,000 (sig-
nifikan)

0,000 (sig-
28,00 73,69 63 Normal 30,49 58,04 39 Normal Homogen nifikan)
Keterangan: Skor maksimum = 100

Pemahaman Konsep berdasarkan Indikator

Gambar 2. Perbandingan % N-gain Pemahaman Konsep Berdasarkan Indikator Setiap


Aspeknya antara Kedua Kelompok. Indikator P1=menginterpretasi, P2=mencontohkan,
P3=membandingkan, P4=mengklasifikasikan, P5=menjelaskan, dan P6=menyimpulkan

terpretasi, mencontohkan, membandingkan, menyimpulkan 72% termasuk dalam kategori


mengklasifikasikan, menjelaskan, dan me- tinggi. Pemahaman konsep dalam hal menyim-
nyimpulkan) yang dicapai kelompok eksperi- pulkan mahasiswa lebih tinggi dibandingkan
men berturut-turut sebesar 52%, 64%, 67%, dengan pemahaman konsep pada komponen
62%, 62%, dan 72% sedangkan % N-gain yang lain dimungkinkan karena dalam tahap-
yang dicapai kelompok kontrol berturut-turut tahap pemecahan masalah melalui eksperi-
sebesar 37%, 54%, 43%, 40%, 50%, dan 45%. men berbasis video yang analisisnya dibantu
Berdasarkan Gambar 2, dari % N-gain, tam- dengan menggunakan software, mahasiswa
pak bahwa penerapan MPFD-BPS pada topik dapat menganalisis hasil eksperimennya lebih
Kinematika Partikel dapat lebih efektif mening- akurat, mereka dapat menemukan dan me-
katkan setiap aspek pemahaman konsep di- ngembangkan konsep serta memberi kesim-
banding dengan penggunaan model pembela- pulan dari apa yang ditemukan. Selain itu, jika
jaran konvensional. ditinjau dari soal yang mengukur pemahaman
Berdasarkan Gambar 2, untuk topik Ki- konsep dalam aspek menyimpulkan sangat
nematika Partikel bahwa peningkatan % N- berkaitan dengan hasil eksperimen mereka di
gain pemahaman konsep paling tinggi pada kelas.
kelompok eksperimen terjadi pada aspek Untuk kelompok kontrol peningkatan %
P.S. Mariati - Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving 159

Tabel 4. Persentase N-gain Pemahaman Berdasarkan Konsep pada Kedua Kelompok


Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Konsep Rerata Rerata N-gain Rerata Rerata N-gain
Kategori Kategori
Tes Awal Tes Akhir (%) Tes Awal Tes Akhir (%)
GLB 27,50 69,00 56 sedang 35,50 61,50 36 sedang
GLBB 32,94 70,12 54 sedang 32,71 60,00 35 sedang
GV 13,60 74,40 68 sedang 36,00 66,40 43 sedang
GJB 24,00 74,00 66 sedang 8,00 62,00 54 sedang
GP 28,00 76,50 65 sedang 16,50 57,50 43 sedang
KM total 28,00 71,90 61 sedang 29,20 60,70 44 sedang
Keterangan: Skor maksimum = 100; GLB = Gerak Lurus Beraturan; GLBB = Gerak Lurus
Berubah Beraturan; GV = Gerak Vertikal; GJB = Gerak Jatuh Bebas; GP = Gerak Peluru; KM =
Kemampuan Metakognisi

N-gain pemahaman konsep paling tinggi yang takognisi yang dimiliki melalui proses peme-
dicapai terjadi pada aspek mencontohkan 54% cahan masalah, memungkinkan mereka me-
termasuk dalam kategori sedang. Peningka- nyadari bagaimana merancang, memonitor,
tan % N-gain pemahaman konsep yang paling serta mengontrol tentang apa yang diketahui,
rendah untuk kelompok eksperimen maupun apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan
kelompok kontrol terjadi pada aspek mengin- bagaimana melakukannya, menitikberatkan
terpretasi, masing-masing 52% dan 37%. Hal pada aktivitas belajar mahasiswa, membantu
ini dapat terjadi karena memang pekerjaan me- dan membimbing mahasiswa jika kesulitan,
nginterpretasi memiliki tingkat kesulitan yang dan membantu untuk mengembangkan pema-
lebih dibandingkan dengan mencontohkan, haman konsep saat belajar fisika, baik dalam
membandingkan, mengklasifikasi, dan menje- menginterpretasi, memberi contoh, memban-
laskan. Hal ini juga dipengaruhi dari soal yang dingkan, menjelaskan, mengklasifikasi, dan
mengukur pemahaman konsep dalam aspek menyimpulkan.
menginterpretasi, jika dianalisis lebih lanjut ma- Melalui proses pemecahan masalah,
sih bersifat umum, kurang berkaitan langsung mahasiswa lebih mudah mengkonstruksi pe-
dengan hasil eksperimen mahasiswa di kelas. ngetahuan, menggali ide-ide yang berkaitan de-
Persentase N-gain pemahaman dapat ngan konsep-konsep esensial, memperdalam
dijabarkan berdasarkan konsep pada topik Ki- konsep-konsep sehingga ide-ide yang muncul
nematika Partikel (gerak lurus beraturan, gerak dapat dikembangkan. Hal ini disebabkan ka-
lurus berubah beraturan, gerak vertikal, gerak rena pengetahuan metakognisi membimbing
jatuh bebas, dan gerak peluru yang dicapai mahasiswa menyusun lingkungan belajar dan
kelompok eksperimen berturut-turut sebesar memilih strategi yang tepat, mahasiswa men-
56%, 54%, 68%, 66%, dan 65%, sedangkan % jadi semakin percaya diri dan menjadi pebe-
N-gain yang dicapai kelompok kontrol berturut- lajar yang mandiri, menyadari bahwa mereka
turut sebesar 36%, 35%, 43%, 54%, dan 43%. dapat memenuhi kebutuhan intelektual sendi-
Untuk semua konsep, baik pada kelompok ri, menemukan banyak informasi oleh tangan
eksperimen dan kelompok kontrol, peningka- mereka sendiri, dan menyadari bahwa disaat
tan % N-gain termasuk dalam kategori sedang mereka menghadapi masalah akan mencoba
Berdasarkan Tabel 4, peningkatan % N- mencari jalan keluar. Hal ini sesuai dengan Tan
gain pemahaman konsep paling tinggi yang di- (2004) yang menyatakan bahwa dengan peny-
capai kelompok eksperimen terjadi pada kon- ajian masalah, maka rancangan pemecahan
sep gerak vertikal 68% dan untuk kelompok masalah dan tahapannya membantu peserta
kontrol pada konsep gerak jatuh bebas 54%. didik mengembangkan rangkaian hubung-
Berdasarkan Tabel 4, dari % N-gain yang di- an kognitif. Dengan mengumpulkan data dan
capai, tampak bahwa penerapan MPFD-BPS informasi lebih banyak untuk menyelesaikan
dapat lebih lebih efektif meningkatkan pema- masalah, peserta didik menerapkan kemampu-
haman pada setiap konsep Kinematika Parti- an berpikir analitis, seperti merepresentasikan,
kel dibandingkan dengan penggunaan model membandingkan, mengklasifikasikan, dan me-
pembelajaran konvensional. nyimpulkan. Peserta didik akan menentukan
Mahasiswa dengan kemampuan me- strategi belajarnya serta membandingkannya
160 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160

serta berkolaborasi dengan teman lain dalam ton: McGraw Hill.


usaha untuk memecahkan masalah. Kesada- Baser, M. 2006. Effect of Conceptual Change Ori-
ran atas pemikiran sendiri untuk mengarah- ented Instruction on Students’ Understanding
kan, membandingkan, dan membagi strategi of Heat and Temperature Concepts. Journal
Maltese Education Research, 4, 1, 64-79.
belajarnya menunjukkan bahwa peserta didik
Gaigher, E., Rogan J. M. & Braun, M. W. H. 2007.
terlibat dalam belajar bagaimana belajar akan “Exploring the Development of Conceptual
mengembangkan metakognisinya (Tan, 2004). Understanding through Structured Problem-
Hal ini didukung oleh Hollingword ����������
&���������
McLough- solving in Physics”. International Journal of
lin (2002) yang menyatakan bahwa�����������
dengan����
ke- Science Education. 29, (9), 1089–1110.
mampuan metakognisi yang dimiliki, membim- Garrett, A.J. & Mazzocco, M.M.M. 2006. Develop-
bing mahasiswa menyusun lingkungan belajar ment of the Metacognitive Skills of Prediction
dan memilih strategi untuk memperbaiki kinerja and Evaluation in Children With or Without
kognisi pada masa yang akan datang dan ke- Math Disability. Learning Disabilities Re-
search & Practice, 21(2), 77-87.
mampuan metakognisi yang dimiliki dapat me-
Hake & Richard, R. 2002. Relationship of Individual
ningkatkan hasil belajar, khususnya daya ingat Student Normalized Learning Gains in Me-
dan pemahaman. Hal ini juga didukung oleh chanics with Gender, High-School Physics,
Anderson & Nashon (2006) yang menyatakan and Pretest Scores on Mathematics and
bahwa kemampuan metakognisi yang dimiliki Spatial Visualization.
mahasiswa dapat meningkatkan kapasitas be- Heller, K., & Heller, P. 1999. Problem-Solving Labs.
lajar yang penuh makna dan membentuk serta Introductory Physics I Mechanics. Coopera-
mempengaruhi untuk mengkonstruksi pema- tive Group problem-solving in physics.
haman. Hollingworth, R. & McLoughlin 2002. The Develop-
ment of Metacognitive Skilss among Firts
Year Science Student.
PENUTUP Kipnis, M. & Hofstein, A. 2007. “The Inquiry Labora-
tory as a Source for Development of Meta-
Telah dikembangkan model pembela- cognitive Skilss”. International Journal of Sci-
jaran fisika yang cocok dengan karakteristik ence and Mathematics Education.
ilmu fisika, yang diberi nama model pembela- Matlin, M.E. 2009. Cognitive Psychology. Seventh
jaran Fisika Dasar berbasis problem solving. Edition. International Student Version. Jhon
Hasil ujicoba skala luas pengembangan mo- Wiley and Sons, Inc.
del dalam pembelajaran Fisika Dasar, didapat National Research Council, 2000. Inquiry and the
National Science Education Standards: A
bahwa penerapan model pembelajaran Fisika
Guide for Teaching and Learning.
Dasar berbasis problem solving secara signi- Saleh, S. 2011. The Level of B.Sc.Ed Students’
fikan dapat menghasilkan N-gain kemampuan Conceptual Understanding of Newtonian
metakognisi dan pemahaman konsep pada to- Physics. International Journal of Academic
pik Kinematika dalam kategori sedang. Hasil- Research in Business and Social Sciences,
hasil ini menunjukkan bahwa penerapan model October 1,(3), 2222-6990.
pembelajaran fisika dasar berbasis problem Schraw, G. & Moshman, D. 1995. Metacognitive
solving dapat lebih efektif meningkatkan ke- Theories. Educational Psychology Review.
mampuan metakognisi dan pemahaman kon- Sheppard, K. & Robbins, D.M. 2009. The “First
Physics First” Movement, 1880-1920. The
sep mahasiswa.
Physics Teacher, 47, 46-50.
Tan, O. S. 2004. Enhanching Thinking Problem
DAFTAR PUSTAKA Based Learning Approached. Singapura:
Thomson.
AAPT. 2009. Building a stronger foundation in the Thiagarajan, S., Semmel, D.S. & Semmel, M.
knowledge and understanding of science, 1974. Instructional Development for Training
American Association of Physics Teacher. Teachers of Exceptional Children. Source
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (eds). 2001. A Book. Bloominton: Center for Innovation on
Taxonomy for Learning Teaching and As- Teaching the Handicapped.
sessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy Weinert, F. E. & Kluwe, R. H. 1987. Metacognition,
of education Objectives. New York: Addisin Motivation, and Understanding. The Psycho-
Wesley. ligy of education and Instruction. Lawrence
Anderson, D. & Nashon, S. 2006. “Predators of Erlbaum Associates, Publishers Hillsdale,
Knowledge Construction: Interpreting Stu- New Jersey, London.
dents’ Metacognition in an Amusement Park
Physics Program”. Wiley InterScience
Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. 5th Ed. Bos-

Anda mungkin juga menyukai