A. PENGERTIAN
a. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehiedupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengankondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatann dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000)
b. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri(mandi,berhias,makan,toilrting (Nurjannah, 2004)
c. Defisit perawatan diri adalah gangguan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas
perawatan diri untuk diri sendiri dan aktifitas eliminasi sendiri (Herdman, 2012).
d. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter & Perry, 2005).
e. Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri, seperti mandi, berganti
pakaian, makan dan toileting (Wiikinson, 2007).
f. Menurut Herdman (2012) Defisit perawatan diri terbagi atas 4 kegiatan yaitu : Mandi
/Hygiene, berpakaian/berhias, makan dan toileting.
2. Katagori 2: Perawatan Minimal, yang meliputi: a.Aktifitas sehari-hari, Pada katagori ini,
seperti makan dan minum perlu bantuan dalam persiapannya dan masih dapat makan
sendiri. Merapikan diri, perlu sedikit bantuan. Kebutuhan eliminasi perlu dibantu ke
kamar mandi atau menggunakan urinal. Kenyamanan posisi tubuh dapat melakukan
sendiri dengan sedikit bantuan. b.Keadaan umum tampak sakit ringan, perlu pemantauan
tanda vital. c.Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan waktu
10 – 15 menit per shift, sedikit bingung/agitasi, tapi tergendali dengan obat. d.Pengobatan
1
dan tindakan, membutuhkan waktu 20-30 menit/ shift, perlu sering dievaluasi keefektifan
pengobatan dan tindakan, perlu observasi status mental setiap 2 jam.
5. Katagori 5.Perawatan intensif (total). Pada katagori ini, pemenuhan kebutuhan dasar
seluruhnya bergantung pada perawat. Keadaan umum harus diobservasi secara terus
menerus. Perlu frekuensi pengobatan dan tindakan yang lebih sering, maka klien harus
dirawat oleh seorang perawat/shift.
ADAPTIF MALADAPTIF
2
Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif,maka polaperawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masihmelakukan perawatan diri.
Kadang perawatan diri kadang tidak, swaat klien mendapatkan stressor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
Tidakmelakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor.
C. PROSES TERJADINYA DEFISIT PERAWATAN DIRI.
Stuart (2009) mendefenisikan stressor predisposisi sebagai factor resiko yang menjdai sumber
terjadinya stres yang mempengaruhi type dan sumber dari individu untukmenghadapi stress
baik yang biologis, fsikososial dan sosial cultural. Stuart membedakan stressor predisposisi
menjadi 3 meliputi: biologis, psikologis dan sosial budaya. Penjelasan secara rinci tentang ke
tiga stressor predisposisi tersebut sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi.
a. Biologis, adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari neurotrasmiternya.
Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku
mal adaptif klien (Ttownsend, 2005). Secara biologi riset neurobiological
memfokuskan pada 3 area otak yang dipercaya dapat melibatkan deficit perawatan diri
yaitu system limbic, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi di permukaan medial masing-
masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutub serebrum,fungsinya adalah mengatur
persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al,2005: Stuart; 2009). Fungsi system
limbic berikutnya adalah menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan
emosi, tempat penyimpanan memory dan pengolahan informasi. Gejala kliniknya
seperti hambatan emosi dan perubahan keperibadian, isyarat antara rangsangan dan
pengalaman masa lalu, emosi, perilaku saling mempengaruhi, adanya periode
peristiwa ketakutan, amukan, kemarahan, dan ketegangan. Berdasarkan penjelasan
tersebut disimpulkan bahwa klien dengan deficit perawatan diri mengalami gangguan
pada system limbic, sehingga tidak bisa mengontrol perilaku untuk merawat diri.
Lobus frontal, berperan penting menjasdi media yang sangat berarti dalam perilaku
dan berfikir rasional, yang saling berhubungan dengan system limbic (Suliswati,et
al,2005: Stuart; 2009). Menurut Townsend 2005, lobus frontal terlibat dalam 2 fungsi
serebral utama yaitu control motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
fikir dan control berbagai ekspresi emosi. Kerusakanpadalobus ini dapat
menyebabkan gangguan berfikir dan gangguan dalam bicara / disorganisasi
pembicaraan serta tidakmampu mengontrol emosi sehingga berperilaku mal adaptife,
yaitu tidak mampu berperilaku untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Hypotalamus, adalah bagian dari diensafalon (bagian dalam dari selebrum yang
menghubungkan otak temngah dengan hemisfer serebrum.Fungsi utamanya adalah
sebagai responb tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi
3
(Suliswati,et al,2005: Stuart; 2009) .Kerusakan hypothalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktifitas dan malas melakukan
sesuatu, sehingga mengakibatkan klientidak dapat melakukan aktivitas perawatan diri.
Selain gangguan pada struktur otak, proses terjadinya gangguan deficit perawatan diri
berdasarkan factor biologis disebabkan juga juga oleh adanya kondisi patologis dan
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter yaitu
dopamine,serotonin,norepineprin dan asetilkolin.
Serotonin adalah berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif
yaitu alam piker, afektif yaitu alam perasaan dan psikomotor yaitu perilaku (Hawari,
2001)
Norepineprin (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati, et al,2005) berfungsi sebagai untuk
kesiagaan,pusat perhatian dan orientasi, proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi
penurunan kadar norepineprin akan mengakibatkan kelemahan yang menunjukkajn
kecenderungan klien menampilkan perilaku negative yang berakibat klien mengalami
deficit perawatan diri,bherperilaku negatif seperti tidakmelakukan aktifitas mandi,
tidak berhias, tidak memperhatikan makan dan minum serta tidak melakukan aktifitas
toileting dengan benar.
Acetylcholine (Ach) (Boyd & Nihart, 1998) berperan penting untuk belajar dan
memory. Jika terjadi peningkatan kadar Acetylcholine akan menurunkan atensi dan
mood yang menyebabkan perubahan fungsi otak sebagai pusat pengatur perilaku
manusia. Salah satu dampaknya adalah deficit perawatan diri, dengan gejala kurang
perhatian untuk dirinya dan malas dalam beraktifitas.
Identitas diri terkait kemampuan seseorang dalkam mengenal siapa dirinya, dengan
segala keunikannya. Harga diri merupakan kemampuan seseorang untuk menghargai
diri sendiri serta memberikan penghargaan terhadap kemampuan orang lain.
4
Intelektualitas ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan. Menurut Potter dan fery klien dengan deficit perawatan
diri cenderung memiliki tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah.
Keperibadian, biasanya ditemukan klien memiliki keperibadian yang tertutup. Klien
tidak mudah menerima masukan dan informasi yang berkaitan dengan kebersihan diri.
Klien jarang bergaul dan cenderung menutup diri.
Moralitas, klien menganggap dirinya tidakberguna, negative terhadap diri sendiri yang
menyebabkan klien mengalami penurunan motivasi untuk melakukan aktifitas
perawatan diri.
c. Sosial Budaya, meliputi status social,umur, pendidikan, agama, dan kondisi politik.
Potter dan Fery (2005) mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi praktek
hygieni seseorang adalah citra tubuh, praktek social, status social ekonomi,
pendidikan yang rendah, pengetahuan, kultur budaya, motivasi kurang dan kondisi
fisik yang lemah.
Citra tubuh, merupakan konsep subyektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan perawatan diri. Menurut Stuard
(2009) citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari atau tidak disadari
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang
ukuran, fungsi,penampilan dan potensi. Citra tubuh yang negative menyebabkan
penurunan motivasi melakukan aktifitas perawatan diri.
Pengetahuan, pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik kebersihan diri. Semakin rendah tingkat
pengetahuan seseorang menyebabkan ketidakmampuan dalammemenuhi kebutuhan
perawatan diri.
Kultur atau budaya, kepercayaan kebudayaan klien dan nilai peribadi mempengaruhi
perawatan diri. Beberapa negara di Eropa, mandi biasa dilakukan hanya sekali dalam
seminggu.
Motivasi, setiap orang memiliki keinginan dan kebutuhan serta pilihan tentang waktu
untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut sesuai dengan kebutuhan
dalam perawatan dirinya. Jika seseorang tidak memiliki motivasi perawatan diri maka
dia tidak mampu menentukan pilihan, hal ini akan mempengaruhi terpenuhinya
kebutuhan perawatan diri.
Kondisi fisik, orang yang memiliki penyakit tertentu, seringkali kekurangan energi
fisik atau ketangkasan untuk melakukan kebersihan perawatan diri.
5
2. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mendefenisikan stressor presipitasi sebagai suatu stimulus yang
dipersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suatu kesempatan, tantangan,
ancaman/tuntutan.Stresor presipitasi bisa berupa stimulus internal maupun eksternal yang
mengancam individu. Komponen stressor presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan
jumlah stressor.
Stresor internal atau yang berasal dari diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik
tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya, merasa tidak mampu, ketidakberdayaan.
Stresor eksternal atau berasal dari luar diri seperti kurangnya dukungan keluarga,
masyarakat, kelompok, teman sebaya, dan lain-lain.
Berbagai penyebab/stressor diatas, yang meliputi stressor predisposisi dan stressor
presipitasi yang dialami oleh klien deficit perawatan diri akan memunculkan beberapa
respon. Respon-respon tersebut merupakan pikiran, sikap, tanggapan, perasaan dan
perilaku yang ditunjukkan klien terhadap kejadian yang dialami.
4. Mekanisme Koping
Medkanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart, GW, 2007)
yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Katagorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri.
5. Sumber Koping.
Menurut Herdman (2012) kemampuan individu yang harus di miliki oleh klien deficit
perawatan diri adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri dalam hal
pemenuhan kebutuhan mandi, berhias, makan dan minum serta toileting. Sedangkan
6
pada klien defisit perawatan diri biasanya didapatkan data rendahnya motivasi klien
dalam merawat diri, keterbatasan intelektual klien yang sangat mempengaruhi dalam
kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fisik serta kemampuan memanfaatkan
dukungan sosial.
D. POHON MASALAH
Intoleransi Aktivitas
Objektif:
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi
dengan benar
2. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,
pakaian tidak rapi, tidak mampu berdandan, memilih,
mengambil, dan memakai pakaian, memakai sandal, sepatu,
memakai resleting, memakai barang-barang yang perlu dalam
berrpakaian, melepas barang- barang yang perlu dalam
berpakaian.
3. Makan dan minum sembarangan, berceceran tidak
menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan
makanan, memindahkan makanan ke alat makan, memegang
alat makan, membawa makanan dan piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman menyelesaikan
makan).
4. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan
diri setelah BAB dan BAK. tidak mampu (menjaga kebersihan
toilet, menyiram toilet.) (Kemen,kes, 2012)
7
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN : Defisit Perawatan Diri
Diagnosis Medis : Skizofrenia, Depresi
8
merawat pasien
Sp4
- Evaluasi kemampuan keluarga
- evaluasi kemampuan keluarga
- Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow Up
- Rujukan
F. Intervensi Spesialis
a. Terapi Individu: Terapi Perilaku : Token Ekonomi
b. Terapi Kelompok: Supportif Group Therapy
c. Terapi Keluarga: Terapi Triangle
d. Terapi Komunitas : ACT (SAK FIK-UI, 2014)
9
DAFTAR PUSTAKA
Stuart,GW., andLaraia (2005), Principles and Practice of Psychiatric Nursing, (9th edition). St
Louis : Mosby
10