H311 15 517
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Keadaan bahan secara keseluruhan, secara mudah dapat dibagi menjadi zat
padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya,
terendah. Fluida yang berbeda secara umum mempunyai sifat yang berbeda pula,
begitu juga dengan beberapa zat-zat kimia juga memiliki sifat-sifat khas yang
berbeda. Dari sifat inilah kita dapat mengidentifikasi zat-zat kimia tersebut.
Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian, salah satunya yaitu
sifat ekstensif dan sifat intensif. Sifat ekstensif adalah suatu sifat yang besarnya
tergantung pada jumlah beban yang sedang diselidiki. Dimana massa dan volume
merupakan contoh dari sifat ekstensif ini. Sedangkan sifat intensif adalah suatu sifat
yang tergantung pada jumlah bahan tersebut. Salah satu contoh sifat intensif yaitu
Perbedaan kerapatan suatu zat terkadang dapat pula dilihat dari kemampuannya
untuk bercampur.
Karena itu, telah banyak alat yang dibuat untuk memudahkan kita dalam
mengukur bobot jenis dan kerapatan zat. Bobot jenis zat dapat diukur dengan
menggunakan berbagai jenis alat ukur untuk di antaranya yakni piknometer dan
neraca Westphal. Karena sangat penting bagi kita untuk mengetahui cara penggunaan
1. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis dari akuades, metanol, dan
2. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis dari akuades, metanol, dan
cara penentuan kerapatan dan bobot jenis zat dengan menggunakan beberapa metode
pengukuran.
1. Menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol, dan benzene dengan
2. Menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol, dan benzene dengan
menggunakan piknometer.
kerapatan dan bobot jenis dari akuades, metanol, dan benzena dengan menggunakan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran
Hasil pengukuran selalu mengandung dengan dua hal, yakni: kuantitas atau
nilai dan satuan. Sesuatu yang memiliki kuantitas dan satuan tersebut dinamakan
besaran. Berbagai besaran yang kuantitasnya dapat diukur, baik secara langsung
maupun tak langsung, disebut besaran fisis, misalnya panjang dan waktu. Tetapi
Besaran panjang yang merupakan jarak antara 2 titik dapat di ukur dengan
alat ukur seperti mistar, jangka sorong, atau dapat pula dengan menggunakan
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi;
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara
lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih
Kerapatan adalah suatu sifat intensif yang tidak bergantung pada jumlah massa yang
sehingga perbandingan kedua besaran itu tetap sama untuk bahan tertentu. Satuan
turunan-SI untk kerapatan adalah kilogram per meter kubik (kg/m3), gram per
massa menempati volume yang luas pada suhu tinggi dibandingkan pada suhu
rendah. Jadi, pada prinsipnya kerapatan menurun dengan naikya temperatur. Salah
satu hal yang berhubungan erat dengan kerapatan adalah bobot jenis. Bobot jenis
merupakan perbandingan massa dari sejumlah volume air pada temperature yang
dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu,
khususnya sifat cairan dan zat berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan
Bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat di ubah
menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu
zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4 oC atau temperatur lain yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting
untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per
satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa
dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan
abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap
sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00.
Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25, artinya bobot gliserin 1,25
kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81, artinya bobot
jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara (Ansel, 2006).
METODELOGI PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca Westphal, neraca
analitik, piknometer 25 mL, termometer 100 ºC, labu semprot, gelas kimia 100 mL,
gelas ukur diisi dengan akuades secukupnya sampai batas skala atas. Kemudian
diukur suhu akuades dengan menggunakan termometer, lalu dicatat suhunya. Lalu
Selanjutnya, lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga penyelam kurang lebih 2
dinding gelas ukur. Kemudian anting-anting diletakkan pada skala lengan tunggal
sedemikian rupa sehingga neraca westphal setimbang. Kemudian angka skala pada
anting-anting, dibaca mulai dari anting yang terbesar sampai anting yang terkecil.
Skala itu menunjukkan bobot jenis dari zat. Setelah itu, penyelam dan gelas ukur
dibersihkan dan dikeringkan dengan tissue. Dilakukan hal yang sama dengan
3.4.2 Piknometer
diisi dengan akuades sampai penuh kemudian diimpitkan (ditutup). Lalu, piknometer
ditimbang dengan mengunakan neraca analitik dan dicatat bobotnya. Suhu akuades
diukur dan dicatat. Setelah itu, piknometer dibersihkan dan dikeringkan dengan
1 Akuades 9 9 8 8 31°C
2 Benzena 8 6 1 1 31°C
3 Metanol 7 8 - - 24°C
Bobot (gram)
No Nama Contoh Suhu (°C)
Pik. Kosong Pik + Contoh Contoh
4.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini kita menggunakan alat yaitu neraca Westphal dengan
menggunakan anting I, II, III, dan IV dengan melihat perbandingannya massa pada
anting yang digunakan secara berurut yaitu 0,1; 0,01; 0,001; 0,0001 gram.
Data yang diperoleh dari hasil tersebut adalah anting I (akuades) pada skala
9, anting II pada skala 9, anting III pada skala 8 dan pada anting ke IV pada skala 8.
Bobot jenis akuades adalah 0,9988 pada suhu 31oC, akuades memiliki kerapatan
0,9643 g.cm-3. Pada benzena Anting I pada skala 8, Anting II pada skala 6, Anting III
pada skala 1 dan Anting IV pada skala 1. Bobot jenis bezena 0,8611 pada suhu 31oC,
kerapatan benzena 0,8571 g.cm-3 . Dan pada metanol Anting I pada skala 7, Anting
II pada skala 8. Bobot jenis metanol adalah 0,7800 pada suhu 24 oC, kerapatan
kerapatan sebesar 1,0000 g/cm3 pada suhu 4 oC, Benzena memiliki kerapatan sebesar
0,8675 g/cm3 pada suhu 31 oC, serta massa jenis metanol yaitu 0,7886 g/cm3 pada
suhu 24 oC. Dari hasil percobaan tersebut dibandingan dengan teori terdapat
perbedaan. Hal ini dikarenakan terjadi tekanan atau suhu pada saat pengukuran, atau
pada saat pembacaan skala serta alat yang mempengaruhi perberdaan tersebut.
Pada percobaan kali ini menggunakan alat Piknometer, diperoleh hasil data
sebagai berikut: akuades memiliki nilai Sgt = 1,000 dan dt4 = 0,9965 g/cm3 pada suhu
27 oC, benzena memiliki nilai Sgt = 0,8956 dan dt4 = 0,8907 g/cm3 pada suhu 32 oC
dan metanol memiliki nilai Sgt = 0,8106 dan dt4 = 0,6362 g/cm3 pada suhu 28 oC.
Dikarenakan pada percobaan ini terjadi kesalahan pada pengukuran atau karena
perbedaan tekanan ataupun suhu dan dapat pula dipengaruhi oleh penggunaan alat
yang tidak sesuai dengan prosedur serta kesalahan pada saat pembacaan dan
5.1 Kesimpulan
bahwa:
akuades sebesar 0,9643 g/cm3 pada suhu 31 oC dan bobot jenisnya sebesar
0,9988, untuk benzen nilai kerapatannya sebesar 0,8571 g/cm3 pada suhu 31 oC
dan bobot jenisnya sebesar 0,8611, dan untuk metanol nilai kerapatannya
sebesar 0,7779 g/cm3 pada suhu 24 oC dan bobot jenisnya sebesar 0,7800.
akuades sebesar 0,9965 g/cm3 pada suhu 27oC dan bobot jenisnya sebesar
dan bobot jenisnya sebesar 0,8956, dan untuk nilai kerapatan pada metanol
sebesar 0,6362 g/cm3 pada suhu 28 oC dan bobot jenisnya sebesar 0.8106.
5.2 Saran
diperiksa kembali baik kondisinya sehingga ketika digunakan saat praktikum, alat