Anda di halaman 1dari 9

Versi online / URL:

Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) SESUDAH SENAM KAKI DIABETES PADA


PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

The Ankle Brachial Index (ABI) after diabetes leg exercises with type 2
diabetes mellitus

Tavip Dwi Wahyuni

Poltekkes Kemenkes Malang


Jl. Besar Ijen 77C Malang 65112
e-mail: dwitavip@yahoo.com

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penelitian ini adalah penelitian
Pre-Eksperimental Design dengan rancangan one group pretest posttest design, mengetahui ankle brachial
index (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes pada penderita diabetes melitus tipe 2. Sampel
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 15 orang penderita diabetes melitus tipe 2. Pengumpulan
data menggunakan lembar wawancara dan pengukuran ABI dengan lembar observasi. Analisis secara
deskriptif dan uji statistik Wilcoxon. Menunjukkan sebelum senam kaki responden dengan ABI normal
sebanyak 7 (46,7%) responden, sedangkan sesudah dilakukan senam kaki diabetes responden dengan ABI
normal meningkat sebanyak 11 (73,3%) responden. Terdapat perbedaan yang signifikan ankle brachial index
(ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes dengan p value = 0,046. Saran untuk peneliti selanjutnya
dapat melihat pengaruh senam kaki diabetes terhadap ankle brachial index (ABI) menggunakan ultrasonografi
Doppler.

Kata Kunci : Senam kaki diabetes, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs
due to abnormal insulin secretion , insulin action or both. This study uses Pre-Experimental design with
one group pretest posttest design, The Subject obtained using a purposive sampling as many as 15 people
with type 2 diabetes mellitus. Data was collect through interviews and measurements. The data obtained
were processed and analyzed descriptively tabulation and Wilcoxon test statistics. Data was write through
interviews and measurements. The data obtained were processed and analyzed descriptively tabulation
and Wilcoxon test statistics. Showed respondents with leg exercise before normal ABI 7 (46.7%), while
after doing diabetes leg exercises respondents with normal ABI increased by 11 (73.3%). Statistical
analysis using the Wilcoxon test showed a significant results between the ankle brachial index (ABI) of
the respondents before and after diabetes leg exercises p value = 0.046. The Suggestions for further
research to see the effect of diabetes leg exercises to the ankle brachial index (ABI) using Doppler
ultrasound.

Keywords : Diabetes leg exercises, ankle brachial index (ABI), diabetes mellitus

LATAR BELAKANG diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe


2, diabetes melitus gestasional, dan diabetes
Diabetes melitus merupakan suatu melitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 2
kelompok penyakit metabolik dengan adalah diabetes yang disebabkan penurunan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi sensitivitas terhadap insulin atau akibat
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin penurunan jumlah produksi insulin (Bunner &
atau kedua-duanya (Soegondo, 2009). Suddarth, 2001;(Roden, 2004, 2012)
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi

Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 143
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Prevalensi penyakit diabetes melitus mudah mengalami gagal ginjal kronik dan 25
selalu meningkat di setiap tahunnya dan kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat
menjadi masalah yang cukup serius di negara retinopati dari pada pasien non diabetes
maju dan juga negara berkembang. Pada melitus (Soegondo, 2009).
tahun 2003, World Health Organization Komplikasi kaki adalah komplikasi yang
(WHO) dalam PB PERSADIA (2009) sering terjadi pada penderita diabetes melitus
memperkirakan 194 juta atau 5,1% dari 3,8 sekitar 15%. Selain luka kaki juga terjadi
milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun kelainan dan perubahan bentuk kaki,
menderita diabetes melitus dan pada tahun peredaran darah yang kurang juga akan
2025 meningkat menjadi 333 juta jiwa. mempengaruhi pergerakan sendi kaki.
Sedangkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Gangguan pada kaki diabetes dapat berupa
yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan aterosklerosis yang disebabkan karena
pada tahun 2008, menunjukkan prevalensi penebalan membran basal pembuluh darah
diabetes melitus di Indonesia saat itu sebesar besar maupun kecil. Sekitar 50% hingga 75%
5,7%. Menurut WHO pasien diabetes melitus dari komplikasi yang terjadi akan mengalami
di Indonesia akan mengalami kenaikan dari amputasi dan sebanyak 50% kasus amputasi
8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan menjadi tersebut diperkirakan dapat dihindari melalui
sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (PB tindakan preventif (Brunner & Suddarth,
PERSADIA, 2009). Berdasarkan data 2001).
Persadia Jawa Timur, jumlah penderita Pengelolaan diabetes melitus dapat
diabetes melitus di Jawa Timur diperkirakan dilakukan dengan terapi non farmakologis dan
mencapai 6% dari total jumlah penduduk Jawa terapi farmakologis. Pengelolaan non
Timur. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan farmakologis meliputi pengendalian berat
pada tanggal 10 Januari 2013 di Puskesmas badan, olahraga, dan diet. Sedangkan terapi
Janti Kota Malang, didapatkan data bahwa farmakologis yaitu pemberian insulin dan obat
penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 hipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jika
pada tahun 2012 sebanyak 153 orang. terapi non farmakologis tidak dapat
Pasien diabetes melitus berpotensi mengendalikan kadar glukosa darah dan
menderita berbagai komplikasi, baik dijalankan dengan tidak meningalkan terapi
komplikasi akut maupun kronis . Komplikasi non farmokologis yang telah diterapkan
akut meliputi koma hipoglikemia, ketoasidosis, sebelumnya (Soegondo, 2009).
koma hiperosmolar non-ketotik, sedangkan Latihan jasmani merupakan upaya awal
komplikasi kronik meliputi makroangiopati dalam mencegah, mengontrol, dan mengatasi
yang mengenai pembuluh darah besar pada diabetes melitus. Salah satu latihan jasmani
jantung dan otak (Brands, Henselmans, de adalah dengan melakukan latihan pada kaki
Haan, & Biessels, 2003; Picon et al., 2006). dengan cara senam kaki. Senam kaki adalah
Mikroangiopati yang mengenai pembuluh kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
darah kecil, retinopati, nefropati, neuropati, pasien diabetes melitus untuk mencegah
serta rentan terhadap infeksi seperti terjadinya luka dan membantu melancarkan
tuberkulosis paru, ginggivitis, infeksi saluran peredaran darah bagian kaki. Senam kaki
kemih dan kaki diabetes (Rogus, Warram, & dapat memperbaiki sirkulasi darah dan
Krolewski, 2002). Apabila terjadi hiperglikemi memperkuat otot-otot kecil kaki dan
dalam waktu yang lama maka penderita mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
diabetes melitus mempunyai resiko untuk Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
terjadinya penyakit jantung koroner dan betis, otot paha dan juga mengatasi
stroke 2 kali lebih besar, 5 kali lebih mudah keterbatasan pergerakan sendi (Soegondo,
mengalami ulkus atau gangren, 7 kali lebih 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

144 Juli 2013: 143 - 151


Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

Juliani Nasution tahun 2010 yang berjudul penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah
“Pengaruh senam kaki dalam meningkatkan kerja Puskesmas Janti.
sirkulasi darah kaki pada pasien diabetes di Diabetes melitus adalah suatu kumpulan
RSUP Haji Adam Malik Medan” gejala yang timbul pada seseorang yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan disebabkan oleh karena adanya peningkatan
peningkatan sirkulasi darah kaki antara kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh
Gangguan aliran darah pada kaki dapat resistensi insulin (Suyono, 2009). Komplikasi
dideteksi dengan mengukur ankle brachial kronik pada DM adalah Penyakit arteri
index (ABI) yaitu mengukur rasio dari perifer (PAP) merupakan manifestasi paling
tekanan sistolik di lengan dengan tekanan sering adanya ateroskler osis, yang
sistolik kaki bagian bawah (Nussbaumerová mempunyai karakteristik terdapat oklusi
et al., 2011; Sato et al., 2011). ABI dihitung aterosklerosis pada tungkai bawah. Gejala
dengan membagi tekanan sistolik di PAP paling sering yaitu kladikasio intermiten,
pergelangan kaki dengan tekanan darah yang dikeluhkan sebagai: rasa nyeri, kram otot
sistolik di lengan. Pemeriksaan ABI sangat atau sakit pada telapak kaki, betis atau
berguna untuk mengetahui adanya penyakit bokong. Penyebab penyakit arteri perifer
arteri perifer (PAP) (Bundó et al., 2013; Le pada usia di atas 40 tahun adalah
Faucheur et al., 2006). Penyakit arteri perifer aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri bisa
merupakan manifestasi paling sering adanya disebabkan karena hiperglikemi yang
aterosklerosis perifer yang menyebabkan menahun, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan
menurunnya sirkulasi darah pada kaki. Pada pada perokok (PAPDI, 2007).
pasien yang mengalami gangguan peredaran Tujuan penelitian ini adalah untuk
darah kaki maka akan ditemukan tekanan mengetahui ankle brachial index (ABI)
darah tungkai lebih rendah dibandingkan sebelum dan sesudah senam kaki diabetes
dengan tekanan darah lengan yang dapat pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
dilihat dari skor ABI (Pessinaba et al., 2012). wilayah kerja Puskesmas Janti.
Keadaan yang tidak normal dapat diperoleh
bila nilai ABI 0,41 – 0,90 yang diindikasikan METODE
ada resiko tinggi luka di kaki, dan pasien perlu
perawatan tindak lanjut. ABI < 0.4 Penelitian ini adalah penelitian Pre-
diindikasikan kaki sudah mengalami kaki Eksperimental Design dengan rancangan one
nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu group pretest posttest design, untuk
penanganan multi disiplin ilmu (PAPDI, 2007). mengetahui ankle brachial index (ABI)
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis sebelum dan sesudah senam kaki diabetes
simpulkan bahwa diabetes melitus ini sangat pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Alimul,
serius dan memerlukan tindakan preventif 2007; Arikunto, 2006). Dilaksanakan di
dalam menur unkan atau mencegah Puskesmas Janti pada tanggal 4 s/d 9 Juli
komplikasinya terutama komplikasi kaki 2013. Sampel diperoleh menggunakan teknik
diabetes, antara lain dengan melakukan senam purposive sampling sebanyak 15 orang
kaki. Senam kaki diabetes yang masih belum penderita diabetes melitus tipe 2.
popular di tengah masyarakat juga menjadi Pengumpulan data menggunakan lembar
alasan pentingnya permasalahan ini dijadikan wawancara dan pengukuran ABI dengan
sebagai bahan penelitian. Oleh karena itu lembar observasi. Analisis secara deskriptif
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan uji statistik Wilcoxon. Instrumen yang
tentang ankle brachial index (ABI) sebelum digunakan pada penelitian ini meliputi lembar
dan sesudah senam kaki diabetes pada wawancara dan observasi dan untuk

Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 145
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

pengukuran ABI menggunakan tensimeter Tabel 2 diketahui sebagian besar 11


digital, serta leaflet dan video (dalam bentuk (73,3%) responden adalah ibu rumah tangga;
CD) senam kaki diabetes. dimana 9 (60%) responden tidak rutin
olahraga 1x/ minggu sedangkan 2 (13,3%)
HASIL DAN PEMBAHASAN responden rutin olahraga 1x/ minggu.
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
bahwa sebagian besar 11 (73,3%) responden
berjenis kelamin perempuan dan responden
tidak merokok.

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Kelompok


Usia Responden

Gambar 1.diketahui sebagian besar Gambar 2. Distribusi Frekuensi Lamanya


responden yang menderita diabetes melitus Diketahui Menderita DM Tipe 2
tipe 2 berumur 51 – 60 tahun yaitu 53,3%.
Gambar 2 dapat diketahui bahwa
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pekerjaan dan sebagian besar responden (60%) mengetahui
Olahraga Responden
dirinya menderita diabetes melitus sekitar 1-
Olahraga 5 tahun.
Tidak
Pekerjaan Rutin Jumlah
Rutin Tabel 4. Distribusi Frekuensi Riwayat
1x/mgg
1x/mgg Hipertensi dan Kolesterol Tinggi
2 11
Ibu rumah Responden
(13,3% 9 (60%) (73,3%)
tangga
) Riwayat Ya Tidak
Buruh/ 2 Hipertensi 6 9
- 2 (13,3%)
pekerja (13,3%) (40%) (60%)
Wiraswasta - 1 (6,7) 1 (6,7) Kolesterol 4 11 (73,3%)
Pensiunan 1 (6,7) - 1 (6,7) Tinggi (26,7%)
Jumlah 3
12 (80%)
(20%) Sumber: Penelitian di Puskesmas Janti
Tabel 4 diketahui a sebagian besar
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
(60%) responden tidak mempunyai riwayat
dan Riwayat Merokok Responden
hipertensi dan sebagian besar (73,3%)
responden tidak mempunyai riwayat
Jenis
Riwayat Jumlah Total kolesterol tinggi.
Kelamin
Merokok
3 (20%)
4
Laki-laki
Tidak 1 (26,7%)
Merokok (6,7%)
Merokok -
Perempu- 11
Tidak 11
an (73,3%)
Merokok (73,3%)

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Gejala


Klaudiokasio Intermiten dan
Kesemutan Responden.
146 Juli 2013: 143 - 151
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

Gambar 3 diketahui sebagian besar Sebagian besar responden dalam


(66,7%) responden mengalami gejala penelitian ini adalah perempuan (73,3%). Hal
klaudiokasio intermiten dan kesemutan. ini sesuai dengan pernyataan Corwin (2000)
bahwa penyakit diabetes melitus dapat
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ankle Brachial menyerang laki – laki maupun perempuan
Index (ABI) Sebelum Senam Kaki dengan prosentase perempuan lebih banyak
Diabetes. dibandingkan laki – laki. Menurut Baziad Ali
Jumlah Responden (2003), wanita pada usia lanjut (saat
Keterangan
N % menopause) mengalami penurunan fungsi
ABI normal 11 73,3 hormon estrogen, penurunan pengeluaran
ABI iskemia 4 26,7 hormon paratiroid dan meningkatnya hormon
Jumlah 15 100
FSH dan LH sehingga menimbulkan
Sumber: Penelitian di Puskesmas Janti Tahun perubahan sistem pembuluh darah yang dapat
2013 menyebabkan berbagai macam penyakit,
seperti diabetes melitus, jantung koroner dan
Tabel 6 diketahui sesudah senam kaki stroke.
diabetes responden dengan ABI normal Usia responden dalam penelitian juga
sebanyak 11 (73,3%) dan responden dengan sebagian berkisar 51–60 tahun yaitu 53,3%.
ABI iskemia sebanyak 4 (26,7%). Hal ini didukung dengan pernyataan Subroto
(2006) bahwa penyakit diabetes melitus tipe
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ankle Brachial
2 biasanya muncul pada orang yang berusia
Index (ABI) Sebelum dan Sesudah
lebih dari 30 tahun. Keseluruhan responden
Senam Kaki Diabetes.
di atas menderita diabetes melitus tipe 2 yang
Ankle Brachial Index mana tidak tergantung insulin dan berkaitan
Senam (ABI) p-
Jumlah dengan usia karena diabetes melitus sering
Kaki Iskemia value
Normal muncul pada usia lanjut. Proses penuaan atau
Diabetes Ringan
N % N % n % usia lanjut dapat menyebabkan penyusunan
46, 53, sel-sel â yang progesif sehingga sekresi insulin
Sebelum 7 8 15 100
7 3 0,046
semakin ber kurang dan kepekaan
73, 26,
Sesudah 11 4 15 100 reseptornya juga menurun (Subroto, 2006).
3 7
Berdasarkan data, sebagian besar
Sumber: Penelitian di Puskesmas Janti Tahun responden (60%) mengetahui dir inya
2013
menderita diabetes melitus sekitar 1-5 tahun.
Tabel 7 diketahui sebelum senam kaki Menurut Soegondo (2008), secara
diabetes responden dengan ABI normal epidemiologis diabetes melitus seringkali tidak
sebanyak 7 (46,7%) responden, dan sesudah terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai
senam kaki diabetes responden dengan ABI terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum
normal meningkat menjadi 11 (73,3%) diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan
responden. Hasil analisis statistik mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak
menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan terdeteksi.
hasil yang signifikan antara ankle brachial Ankle brachial index (ABI) sebelum
index (ABI) responden sebelum dan sesudah senam kaki diabetes responden dengan ABI
senam kaki diabetes. Oleh karena nilai p normal sebanyak 7 (46,7%) responden dan
value = 0,046 kurang dari á = 0,05 maka H1 responden dengan ABI iskemia sebanyak 8
diterima yang berarti bahwa ada perbedaan (53,3%) responden. Menurut peneliti, pasien
ankle brachial index (ABI) sebelum dan diabetes melitus berpotensi menderita
sesudah senam kaki diabetes. berbagai komplikasi dan komplikasi kaki
adalah komplikasi yang sering terjadi yang

Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 147
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

meliputi gangguan aliran darah kaki. primer salah satunya adalah dengan
Gangguan aliran darah kaki dapat dideteksi melakukan senam kaki.
dengan mengukur ankle brachial index Pada penelitian ini, senam kaki dilakukan
(ABI) yang didapatkan dengan rutin secara bersama-sama oleh seluruh
membandingkan tekanan darah sistolik kaki responden selama 6 hari. Kegiatan senam
dan tekanan darah sistolik lengan. Bila nilai dilakukan bersama pada pagi hari pukul 08.00
ABI 0,41 – 0,90 berarti iskemia ringan-sedang WIB dan pada sore hari responden
yang diindikasikan ada resiko tinggi luka di melakukan senam kaki diabetes di rumah
kaki, sedangkan bila nilai ABI < 0,4 masing-masing dibekali dengan leaflet. Ankle
diindikasikan kaki sudah mengalami kaki Brachial Index (ABI) sesudah senam kaki
nekrotik, gangren, ulkus, borok. diabetes responden dengan ABI normal
Gangguan aliran darah yang ditandai sebanyak 11 (73,3%) r esponden dan
dengan penurunan nilai ABI dapat disebabkan responden dengan ABI iskemia sebanyak 4
karena aterosklerosis dan juga karena latihan (26,7%) responden. Dengan demikian, setelah
fisik yang kurang, sehingga aliran darah dilakukan senam kaki diabetes terdapat
terutama aliran darah pada kaki kurang lancar. peningkatan nilai ABI.
Menurut PAPDI (2007), salah satu penyebab Senam kaki merupakan kegiatan atau
gangguan aliran darah pada usia di atas 40 latihan yang dilakukan untuk mencegah
tahun adalah aterosklerosis. Aterosklerosis terjadinya luka dan membantu melancarkan
sendiri bisa disebabkan karena hiperglikemi peredaran darah bagian kaki. Senam kaki
yang menahun,hipertensi, hiperkolesterolemia, dapat memperbaiki sirkulasi darah dan
dan pada perokok. Pada penelitian ini, memperkuat otot-otot kecil kaki dan
sebagian besar 9 (60%) responden tidak mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
mempunyai riwayat hipertensi dan sebagian Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
besar 11 (73,3%) responden tidak mempunyai betis, otot paha dan juga mengatasi
riwayat kolesterol tinggi, serta hampir seluruh keterbatasan pergerakan sendi (Soegondo,
(80%) responden tidak merokok. Gangguan 2009). Pada penderita diabetes melitus yang
aliran darah juga dapat disebabkan karena mengalami gangguan aliran darah ditandai
kurangnya latihan fisik sehingga aliran darah dengan penurunan ABI bisa dimulai dari
terutama aliran darah pada kaki kurang lancar. iskemia ringan, sedang, sampai dengan berat.
Kurangnya latihan fisik didukung dengan Berdasarkan nilai ABI pada penelitian ini,
sebagian besar responden (73,3%) tidak responden dengan ABI iskemia dimulai dari
bekerja, hampir seluruh (80%) responden iskemia ringan dan tidak ada iskemia berat.
tidak rutin melakukan olahraga dan seluruh Menurut peneliti, pada penderita yang
(100%) responden tidak pernah melakukan mengalami iskemia ringan pada kaki masih
senam kaki diabetes sebelumnya. Oleh bisa dilakukan intervensi nonfarmakologis
karena itu, senam kaki diabetes sangat perlu dengan melakukan senam kaki, sedangkan
dilakukan untuk mencegah masalah kaki. untuk iskemia sedang bisa dilakukan senam
Soegondo (2009) menjelaskan, senam kaki kaki dan tindakan farmakologis yang
juga merupakan olahraga yang murah dan membantu mengurangi aterosklerosis di
mudah dilakukan karena hanya membutuhkan dalam pembuluh darah. Pada Iskemia berat
kursi, koran/ kelereng, dan tempat sampah sangat perlu penanganan multi disiplin ilmu
serta bisa dilakukan kapanpun misalnya saat karena sudah mulai terjadi gangren yang
menonton TV. Menurut PAPDI (2007), kaki memerlukan tindakan farmakologis sampai
yang memiliki resiko luka kaki dengan ditandai dengan operasi.
penurunan nilai ABI dapat dilakukan terapi Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
mulai dari terapi suportif sebagai tindakan PAPDI (2007), yang menyatakan bahwa kaki

148 Juli 2013: 143 - 151


Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

yang memiliki resiko luka kaki dengan ditandai kelompok kontrol. Desain penelitian yang
penurunan nilai ABI dapat dilakukan terapi digunakan adalah quasi ekperiment with pre
mulai dari terapi suportif, farmakolgis, test-post test design with control group.
intervensi non operasi dan operasi. Terapi Berdasarkan hasil penelitian terhadap ankle
suportif sebagai tindakan primer meliputi brachial index (ABI) diketahui bahwa
perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih terdapat peningkatan nilai ABI ekstremitas,
dan lembab dengan memberikan krem dimana sebelum perlakuan terdapat 56,7%
pelembab, memakai sandal dan sepatu yang dengan ABI baik, setelah dilakukan senam
ukurannya pas dari bahan yang halus serta kaki meningkat menjadi 90% (peningkatan
melakukan senam kaki. 33,3%). Hasil uji statistik diketahui terdapat
Hasil analisis statistik menggunakan uji perbedaan yang signifikan nilai ankle
Wilcoxon menunjukkan hasil yang signifikan brachial index (ABI) antara sebelum
antara ankle brachial index (ABI) dilakukan senam kaki dan sesudah dilakukan
responden sebelum dan sesudah senam kaki senam kaki (p=0,002). Hasil uji statistik Mc
diabetes (p value = 0,046) kurang dari ( á = Nemar, terdapat perbedaan yang bermakna
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada sebelum dan sesudah diberikan senam kaki
perbedaan yang signifikan ankle brachial (p=0,002). Dengan demikian senam kaki
index (ABI) sebelum dan sesudah senam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kaki diabetes. Hal ini sejalan dengan penelitian peningkatan nilai ABI baik pada ekstremitas.
yang dilakukan oleh Juliani Nasution tentang Penderita yang mengalami iskemia
pengaruh senam kaki terhadap peningkatan ringan pada kaki masih bisa dilakukan
sirkulasi darah kaki pada pasien diabetes intervensi nonfarmakologis dengan melakukan
melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan senam kaki, sedangkan untuk iskemia sedang
tahun 2010. Sampel dalam penelitian tersebut bisa dilakukan senam kaki dan tindakan
berjumlah 10 orang, 5 orang kelompok farmakologis yang membantu mengurangi
intervensi dan 5 orang kelompok kontrol. aterosklerosis di dalam pembuluh darah. Pada
Desain penelitian yang digunakan adalah iskemia berat sangat perlu penanganan
quasy ekperiment. Data penelitian dianalisa multidisiplin ilmu karena sudah mulai terjadi
dengan uji paired t-test yaitu t-dependent dan gangren yang memerlukan tindakan
t-independent. Senam kaki dilakukan selama farmakologis sampai dengan operasi. Oleh
3 kali/ minggu selama 4 minggu. Berdasarkan karena itu, pasien diabetes melitus perlu
hasil analisa data diketahui bahwa ada melakukan senam kaki untuk meningkatkan
perbedaan sirkulasi darah sebelum dan sirkulasi darah kaki. PAPDI (2007)
sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai menyatakan, kaki yang memiliki resiko luka
p=0,001 (p<0,05). Sedangkan pada kelompok kaki dengan ditandai penurunan nilai ABI
intervensi dan kelompok kontrol diperoleh dapat dilakukan terapi mulai dari terapi
p=0,002 (p=<0,05) yang menunjukkan bahwa suportif, farmakolgis, intervensi non operasi
ada perbedaan peningkatan sirkulasi darah dan operasi. Terapi suportif sebagai tindakan
antara kelompok intervensi dan kelompok primer meliputi perawatan kaki dengan
kontrol. menjaga tetap bersih dan lembab dengan
Penelitian yang lain dilakukan oleh memberikan krem pelembab, memakai sandal
Kirnantoro dkk, di Wilayah Kerja Puskesmas dan sepatu yang ukurannya pas dari bahan
Gamping II, Kabupaten Sleman Yogyakarta yang halus serta melakukan senam kaki.
tahun 2012 dengan judul pengaruh senam kaki Selain pengaruh dar i senam kaki
terhadap pencegahan terjadinya ulkus diabetes, ada beberapa faktor lain yang juga
diabetik. Sampel dalam penelitian tersebut 30 berpengaruh, antara lain karakteristik
orang kelompok intervensi dan 30 orang responden yaitu sebagian besar 9 (60%)

Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 149
Tavip Dwi Wahyuni JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

responden tidak mempunyai riwayat mengingat senam kaki diabetes masih belum
hipertensi dan sebagian besar 11 (73,3%) popular di masyarakat, sehingga diharapkan
responden tidak mempunyai riwayat petugas kesehatan mengajarkan kepada
kolesterol tinggi, serta hampir seluruh (80%) penderita diabetes melitus pada saat kegiatan
responden tidak merokok. Oleh karena itu, posyandu, penyuluhan, maupun saat asuhan
gangguan aliran darah pada responden keperawatan sehingga penderita diabetes
kemungkinan tidak disebabkan karena dapat mengetahui senam kaki diabetes dan
aterosklerosis. Gangguan aliran darah juga mempraktekan dalam kegiatan sehari-hari.
dapat disebabkan karena kurangnya latihan Diharapkan kepada para penderita diabetes
fisik sehingga aliran darah terutama aliran melitus tipe 2 agar selalu menerapkan
darah pada kaki kurang lancar. Kurangnya kegiatan senam kaki diabetes dalam
latihan fisik didukung dengan sebagian besar kehidupan sehari-hari untuk mencegah
responden (73,3%) tidak bekerja, hampir komplikasi kaki. Penelitian selanjutnya dapat
seluruh (80%) responden tidak r utin melakukan penelitian dengan sampel dalam
melakukan olahraga dan seluruh (100%) jumlah yang lebih besar dan juga
responden tidak pernah melakukan senam menggunakan kelompok kontrol. Selain itu,
kaki diabetes sebelumnya. Guyton & Hall diharapkan dalam pengukur an ankle
(2007) menjelaskan, pasien diabetes melitus brachial index (ABI) menggunakan
yang melakukan senam kaki akan terjadi ultrasonografi Doppler untuk memudahkan
pergerakan tungkai yang mengakibatkan peneliti dan mendapatkan hasil ABI yang lebih
menegangnya otot-otot tungkai dan menekan akurat.
vena di sekitar otot tersebut. Hal ini akan
mendorong darah ke arah jantung dan tekanan DAFTAR PUSTAKA
vena akan menurun, mekanisme ini yang
dikenal dengan pompa vena. Mekanisme ini Alimul Hidayat, Aziz. 2007. Metode
akan membantu melancarkan peredarah Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
darah bagian kaki dan memperbaiki sirkulasi
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
darah.
Penelitian Suatu Pendekatan
KESIMPULAN DAN SARAN Praktek edisi revisi V . Jakarta : Rineka
Cipta
Ankle brachial index (ABI) sebelum Baziad, Ali. 2003. Solusi Problem Wanita
senam kaki diabetes, jumlah responden Dewasa. Depok : Puspa Swara,
dengan ABI normal sebanyak 7 (46,7%) Anggota IKAPI.
responden. Sedangkan sesudah dilakukan Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar
senam kaki diabetes, jumlah responden Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
Vol. 2. Jakarta: EGC.
dengan ABI normal meningkat menjadi 11
Brands, A. M. A., Henselmans, J. M. L., de
(73,3%) responden. Hasil analisis statistik
Haan, E. H. F., & Biessels, G. J. (2003).
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai
[Diabetic encephalopathy: an
p value = 0,046 kurang dari á = 0,05 sehingga
underexposed complication of diabetes
H1 diterima yang berarti bahwa ada
mellitus]. Nederlands Tijdschrift Voor
perbedaan yang signifikan antara ankle
Geneeskunde, 147(1), 11-14.
brachial index (ABI) sebelum dan sesudah
Bundó, M., Urrea, M., Muñoz, L., Llussà, J.,
senam kaki diabetes. Hasil penelitian ini
Forés, R., & Torán, P. (2013).
disarankan bagi petugas kesehatan dapat [Correlation between toe-brachial index
digunakan sebagai dasar dalam melakukan and ankle-brachial index in patients with
intervensi keperawatan dalam melakukan diabetes mellitus type 2]. Medicina
pencegahan penyakit arteri perifer (kaki),

150 Juli 2013: 143 - 151


Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

Clínica, 140(9), 390-394. doi: 10.1016/ Roden, M. (2012). [Diabetes mellitus:


j.medcli.2012.03.012 Definition, classification and diagnosis].
Corwin, Elizabeth J. 2000.Buku Saku Wiener Klinische Wochenschrift, 124
Patofisiologi. Jakarta: EGC. Suppl 2, 1-3. doi: 10.1007/s00508-012-
Guyton & Hall. 2007. Fisiologi 0269-z
Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC. Rogus, J. J., Warram, J. H., & Krolewski, A.
Le Faucheur, A., Desvaux, B. N., Bouyé, P., S. (2002). Genetic studies of late diabetic
Jaquinandi, V., Saumet, J. L., & complications: the overlooked
Abraham, P. (2006). The physiological importance of diabetes duration before
response of ankle systolic blood complication onset. Diabetes, 51(6),
pressure and ankle to brachial index 1655-1662.
after maximal exercise in athletes is Sato, S., Masami, K., Otsuki, S., Tanaka, S.,
dependent on age. European Journal Nakayama, N., Makita, S., . . . Nohara,
Of Applied Physiology, 96(5), 505- R. (2011). Post-exercise ankle-brachial
510. pressure index demonstrates altered
Nussbaumerová, B., Rosolová, H., Ferda, J., endothelial function in the elderly.
Sifalda, P., Sípová, I., & Sefrna, F. Japanese Clinical Medicine, 2, 21-24.
(2011). [The ankle brachial index in type doi: 10.4137/jcm.s7173
2 diabetes]. Vnitrní Lékarství, 57(3), Soegondo, S. 2008. Hidup Secara Mandiri
299-305. Dengan Diabetes Mellitus Kencing
PAPDI, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Manis Sakit Gula, FKUI, Jakarta.
Dalam, Edisi IV. Pusat Penerbitan Subroto, M. Ahkam. 2006. Ramuan Herbal
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, untuk Diabetes Mellitus. Jakarta :
FKUI, Jakarta. Penebar Swadaya
PB PERSADIA. 2009. Buku Panduan Suyono, Soegondo, Subekti. 2009.
Pengelolaan Prediabetes dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Pencegahan Diabetes Tipe 2. Malang: Terpadu, balai penerbit FKUI, Jakarta.
JADE Indopratama.
Pessinaba, S., Mbaye, A., Kane, A., Guene,
B. D., Mbaye Ndour, M., Niang, K., . .
. Kane, A. (2012). [Screening for
asymptomatic peripheral arterial
occlusive disease of the lower limbs by
measuring the ankle-brachial index in the
general population (Senegal)]. Journal
Des Maladies Vasculaires, 37(4), 195-
200. doi: 10.1016/j.jmv.2012.05.003
Picon, P. X., Zanatta, C. M., Gerchman, F.,
Zelmanovitz, T., Gross, J. L., & Canani,
L. H. (2006). [Analysis of the criteria
used for the definition of metabolic
syndrome in patients with type 2
diabetes mellitus]. Arquivos Brasileiros
De Endocrinologia E Metabologia,
50(2), 264-270.
Roden, M. (2004). [Diabetes mellitus—
definition, classification and diagnosis].
Acta Medica Austriaca, 31(5), 156-
157.

Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 151

Anda mungkin juga menyukai