Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMUKESEHATAN JIWA 20 Februari 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU

“Tutorial”

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN


ZAT MULTIPEL DAN PENGGUNAAN ZAT PSIKOATIF LAINNYA

Disusun Oleh:

Andi Tricilia Dwi Puspa, S.Ked (121677714151)


M Jabal Nur Bausat, S.Ked (121677714127)

Pembimbing :
dr. Patmawati ,Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RSD MADANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2017
TUTORIAL

Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat
psikoaktif lainnya

IDENTITAS PASIEN :

• Nama : Tn. S

• Umur : 25 Tahun

• Jenis kelamin : Laki-laki

• Alamat : Ds. Sengeng Raya kec. tikke

• Pekerjaan :-

• Agama : Islam

• Status perkawinan : Belum Menikah

• Tanggal pemeriksaan : 17 februari 2017

I. Deskripsi Kasus
Anamnesis (Autoanamnesis):
a) Keluhan Utama : Gelisah
b) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki-laki usia 25 tahun berkulit sawo matang perawat kulit baik, masuk rumah sakit
diantar oleh kedua orang tua yaiut ayahnya dengan keluhan gelisah yang dirasakan hilang
timbul. Sebelum gelisah yang dirasakan, pasien mengatakan bahwa ia mendengar bisikan-
bisikan seperti mengancam “kubunuh kau” sejak 1 bulan yang lalu sehingga pasien
merasakan gelisah yang dialami sudah 2 minggu. Pasien juga kadang cepat marah kepada
anak-anak disekitar rumah apabila tidak menuruti permintaan pasien seperti menyuruh
membeli rokok, menurut orang tua pasien bawha pasien pernah mengamuk dan melakukan
hal yang tidak wajar dalam rumah seperti mondar-mandir didalam rumah. Menurut orang tua
pasien bahwa pasien sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit madani bulan agustus tahun
2017 dengan keluhan yang sama dan mengalam putus obat selama 1 bulan.
a) Hendaya/Disfungsi
 Hendaya Sosial (+)
 Hendaya Pekerjaan (+)
 Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
b) Faktor Stressor Psikososial
Faktor stressor psikososial pasien adalah pasien tidak memeiliki hubungan yang
baik dengan mama tiri dan saudara tirinya.
c) Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit/gangguan sebelumnya.
Ada , pasien masuk rumah sakit dengan gangguan yang sama. Sekarang
merupakan yang ke 2 kalinya, pertama kali pada bulan agustus tahun 2017.

c) Riwayat gangguan sebelumnya


 Pasien pernah dirawat sebelumnya (gangguang pikiatri)
 Pasien tidak pernah ada riwayat kejang, cedera kepala, asma, alergi.
o Pasien mengkonsumsi obat-obatan seperti THD sejak SMP sampai sekarang
awal mengkonsumsi obat sebanyak 3 butir kemudian 6 butir, naik dosis
menjadi 10 butir dan yang terakhir menkonsumsi 15 butir. Alkohol (+) sejak
SMP , pasien minum alkohol sebanyak 7 kali dalam 1 bulan menghabiskan
alkohol awalnya ¼ gelas kecil tetapi secara bergilir. Pasien mengaku mampu
menghabiskan alkohol sebanyak 1 botol aqua besar bisa dalam satu kali
minum atau dalam sehari.
o Rokok (+) sejak 2007 sampai sekarang, awal merokok sebanyak 1 batang
perhari kemudian 2 dan lalu menjadi 3 batang. Sampai sekarang pasien
merokok sebanyak 3 batang paling banyak dalam perhari.

d) Riwayat kehidupan pribadi


1. Riwayat perinatal
Pasien lahir pada tanggal 07 November 1992, lahir normal, riwayat ibu sakit selama
kehamilan dan menggunakan obat/zat adiktif, merokok, tidak diketahui pasien
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur, tidak ada riwayat kejang, trauma.
Pasien mendapatkan kasih sayang cukup dari orang tua.
3. Riwayat masa pertengahan (4-6 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak seusianya
4. Riwayat masa kanak akhir (7-12 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak seusianya.
5. Riwayat masa remaja (13-18 tahun)
Setelah SD pasien melanjutkan sekolah sampai Sekolah Mengah Atas dikarenakan
melanjutkan untuk membantu orang tua menjadi petani disawah.

e) Riwayat kehidupan keluarga


Pasien merupakan anak 1 dari 2 bersaudara. Dalam keluarga tidak ada yang mengalami
ganguan psikis, hubungan pasien dengan orang tua dan ke saudara kandung baik
tanpa ada masalah. Akan tetapi, menurut pasien hubungan dengan mama tiri dan
saudara tiri kurang baik.

f) Situasi sekarang
Pasien merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara, dan tinggal bersama ayahnya kondisi
ekonomi pasien cukup, pasien sering membantu ayahnya disawah dan saat ini di rawat
di ruangan Srikaya RSD Madani Palu.

g) Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien merasa perlu mendapatkan pertolongan medis agar tidak merasa gelisah

II. Status Mental


A. Deskripsi Umum
a) Penampilan: Tampak laki-laki wajah sesuai dengan usia menggunakan baju berwarna
biru dengan perawat diri baik, warna kulit sawo matang dan berubuh kurus.
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Perilaku dan aktivitas Psikomotor : Tenang
d) Pembicaraan : Spontan dan Intonasi sedang, pembedahan kata baik, artikulasi jelas.
e) Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), perasaan empati, dan perhatian
a) Mood : Eutimia
b) Afek : Serasi
c) Empati : Tidak dapat dirasakan

C. Fungsi Intelektual
a) Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Pengetahuan dan kecerdasan
sesuai dengan pendidikan pasien.
b) Daya konsentrasi : baik dan tidak mudah dialihkan.
c) Orientasi (Waktu, tempat, orang) : Waktu (baik), tempat (baik), orang (baik)
d) Daya ingat : jangka panjang (baik), jangka pendek (baik), jangka segera (baik)
e) Bakat kreatif: Ada, bermain sepak bola
f) Kemampuan menolong diri sendiri : baik

D. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi : Halusinasi auditorik (+) seperti mendegar bisikan-bisikan “kubunuh kau”
Halusinasi visual (+) seperti melihat bayangan hitam dan berwujud kuntilanak mengejar
pasien.
b) Ilusi : -
c) Depersonalisasi : -
d) Derealisasi : -

E. Proses berpikir
1. Arus Pikiran
a) Produktivitas : baik
b) Kontinuitas : baik
c) Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya berbahasa
2. Isi Pikiran
a) Preokupasi : -
b) Gangguan isi pikiran : -
F. Pengendalian impuls : -

G. Daya nilai
a) Normo sosial : Terganggu
b) Uji daya nilai : baik
c) Penilaian realitas : baik

H. Tilikan (insight) : Derajat 6


I. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

III. Pemeriksaan diagnostik lebih lanjut

Pemeriksaan fisik

Status interna :

Tekanan darah : 120/60 mmHg


Nadi : 75 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 36,7º

Kepala : Anemis (-/-), ikterik (-/-), normocephali


Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Dada :
Jantung : dalam batas normal
Paru : Bunyi paru : vesikuler(+/+),Rh (-/-),wh(-/-)
Perut : Datar, ikut gerakan nafas, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
Anggota gerak : Agitas(+), akral hangat , edema (-), trauma (-)

A. Status lokalis :
GCS : E4V5M6 (15)

B. Status Neurologis :
 Meningeal sign : (-)
 Refleks patologis : (-/-)
 Refleks fisiologis : (+)
 Hasil pemeriksaan nervus cranialis : Normal
 Pemeriksaan sistem motorik : Normal
 Koordinasi gait keseimbangan ( fungsi cerebellum ) : Normal
 Gerakan-gerakan abnormal : (-)
 Vegetative : (-)

IV. Ikhtisar penemuan bermakna

Pasien laki-laki usia 25 tahun berkulit sawo matang perawat kulit baik, masuk rumah
sakit diantar oleh kedua orang tua yaiut ayahnya dengan keluhan gelisah yang dirasakan
hilang timbul. Sebelum gelisah yang dirasakan, pasien mengatakan bahwa ia mendengar
bisikan-bisikan seperti mengancam “kubunuh kau” sejak 1 bulan yang lalu sehingga
pasien merasakan gelisah yang dialami sudah 2 minggu. Pasien juga kadang cepat marah
kepada anak-anak disekitar rumah apabila tidak menuruti permintaan pasien seperti
menyuruh membeli rokok, menurut orang tua pasien bawha pasien pernah mengamuk dan
melakukan hal yang tidak wajar dalam rumah seperti mondar-mandir didalam rumah.
Menurut orang tua pasien bahwa pasien sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit madani
bulan agustus tahun 2017 dengan keluhan yang sama dan mengalam putus obat selama 1
bulan.
Pasien memiliki henday atau disfungsi seperti hendaya sosial (+), hendaya pekerjaan (+)
dan hendaya penggunaan waktu senggang (+), pasien juga memiliki faktor stressor
psikososial yaitu pasien tidak memeiliki hubungan yang baik dengan mama tiri dan
saudara tirinya.
Pasien pernah dirawat sebelumnya (gangguang pikiatri), pasien tidak pernah ada riwayat
kejang, cedera kepala, asma, alergi. Pasien mengkonsumsi obat-obatan seperti THD
sejak SMP sampai sekarang awal mengkonsumsi obat sebanyak 3 butir kemudian 6
butir, naik dosis menjadi 10 butir dan yang terakhir menkonsumsi 15 butir. Alkohol (+)
sejak SMP , pasien minum alkohol sebanyak 7 kali dalam 1 bulan menghabiskan
alkohol awalnya ¼ gelas kecil tetapi secara bergilir. Pasien mengaku mampu
menghabiskan alkohol sebanyak 1 botol aqua besar bisa dalam satu kali minum atau
dalam sehari. Rokok (+) sejak 2007 sampai sekarang, awal merokok sebanyak 1 batang
perhari kemudian 2 dan lalu menjadi 3 batang. Sampai sekarang pasien merokok
sebanyak 3 batang paling banyak dalam perhari.
Pasien merupakan anak 1 dari 2 bersaudara. Dalam keluarga tidak ada yang
mengalami ganguan psikis, hubungan pasien dengan orang tua dan ke saudara kandung
baik tanpa ada masalah. Akan tetapi, menurut pasien hubungan dengan mama tiri dan
saudara tiri kurang baik. Pasien tinggal dengan ayahnya kondisi ekonomi pasien cukup,
pasien sering membantu ayahnya disawah dan saat ini di rawat di ruangan Srikaya RSD
Madani Palu. Pasien merasa perlu mendapatkan pertolongan medis agar tidak merasa
gelisah.
Deskripsi umum Penampilan pasien adalah tampak laki-laki wajah sesuai dengan usia
menggunakan baju berwarna biru dengan perawat diri baik, warna kulit sawo matang dan
berubuh kurus. Kesadaran dengan Compos Mentis, Perilaku dan aktivitas Psikomotor
Tenang Pembicaraan dengan spontan dan Intonasi sedang, pembedahan kata baik,
artikulasi jelas. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif, Keadaan Afektif (Mood), perasaan
empati, dan perhatian mood : eutimia, afek : serasi, empati : tidak dapat dirasakan.
Fungsi Intelektual pasien adalah taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan :
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai dengan pendidikan pasien. Daya konsentrasi : baik
dan tidak mudah dialihkan, orientasi (Waktu, tempat, orang) : Waktu (baik), tempat
(baik), orang (baik), daya ingat : jangka panjang (baik), jangka pendek (baik), jangka
segera (baik), bakat kreatif: Ada yaitu bermain sepak bola dan kemampuan menolong
diri sendiri : baik.
Gangguan persepsi pada pasien untuk halusinasi ada didapatkan Halusinasi auditorik (+)
seperti mendegar bisikan-bisikan “kubunuh kau” Halusinasi visual (+) seperti melihat
bayangan hitam dan berwujud kuntilanak mengejar pasien. Tidak didpaatkan ilusi,
depersonalisasi dan derealisasi. Proses berpikir pasien, pasien memeiliki produktivitas
yang baik, kontinuitas yang baik dan tidak ada hendaya berbahasa. Isi pikiran pasien
tidak didapatkan adanya peokupasi, gangguan isi pikiran dan pengendalian impuls. Daya
nilai pasien seperti normo sosial terganggu, uji daya nilai baik dan penilaian realitas baik.
Tilikan (insight) padapasien didapatkan derajat 6 ( menyadari sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan), taraf dapat dipercaya.

Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa?


Gangguan jiwa adalah sindrom atau prilaku atau psikologik seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau
hendaya ( impairment/disability) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia.

2. Bagaimana criteria diagnosis gangguan jiwa?


a. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa:
- Sindrom atau pola prilaku
- Sindrom atau pola psikologik
b. Gejala klinis menimbulkan penderitaan (distress), antara lain dapat berupa; rasa nyeri,
tidak yaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh,dll.
c. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas (disability) dalam aktivitas
kehidupannya sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup ( mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri)

3. Bagaimana cara menentukan diagnosis multiaksial sesuai dengan kasus?


Aksis I : Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
a) Berdasarkan autoanamnesa adanya gejala klinis yang bermakna seperti pasien
merasa gelisah sering medengar bisikan-bisikan yang berulang, pasien cepat
marah bila tidak dituruti permintaanya. Sering mondar mandir dalam rumah.
Adanya halusinasi auditorik dan visual, gelisah dan mengamuk maka pasien
ini didiagnosis psikotik.
b) Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan kelainan
maka disebut gangguan Psikotik non organik
c) Terdapat halusinasi auditorik dan visual, cepat marah dan mengamuk makan
pasien ini masuk dalam kriteria gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zal multipel dan penggunaan lainnya F19
d) Terdapat halusinasi auditorik dan visual, cepat marah dan mengamuk maka
pasien didiagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiel dan
penggunaan zat psikoatif laiinya dengan ganngguan psikotik predominan halusinasi
dan penggunaan berkelanjutan (F19.52.25)
Aksis II : Gangguan kepribadian emosional tak stabil (F60.3)
Aksis III : Tidak ditemukan adanya kelainan organo biologik
Aksis IV : Primary support group
Aksis V : 60-51. Gejala sedang(moderate) disabilitas sedang

4. Apa definisi kelainan mental organic dan nonorganic, psikotik dan nonpsikotik?
Kelainan mental organik adalah gangguan jiwa yang berhubungan dengan disfungsi
otak ( epilepsi, hematom, demensia)
kelainan mental nonorganik tidak ditemukan adanya kerusakan / disfungsi otak
psikotik : ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita
Nonpsikotik: tidak ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita
5. Bagaimana pengaruh rokok pada kasus ini?
Nikotin adalah zat adiktif dalam tembakau.Nikotin merupakan stimulansia yang bekerja
pada reseptor nikotin pada susunan saraf pusat. Nikotin juga mempunyai efek pada system
kardiovaskuler, gastrointestinalis, respiratorius dan endokrin.
Tanda dan gejala klinis
 Reaksi panik : sering terjadi pada perokok yang sebelumnya telah memiliki factor
predisposisi. Serangan panic dapat dipicu oleh kenaikan tekanan darah dan perubahan
denyut jantung akibat merokok.
 Intoksikasi nikotin : Pada intoksikasi ringan sampai sedang akan timbul gejala mual,
salivasi, nyeri abdomen, diare, mintah, nyeri kepala, pusing, menurunnya denyut jantung
dan kelemahan. Pemakaian dosis yang lebih tinggi akan menyebabkan pusing yang
menimbulkan kejang dan meninggal karena kegagalan pernafasan.
 Sindrom putus nikotin : muncul beberapa jam setelah berhenti merokok. Keluhan yang
paling sering dikemukan adalah ‘craving’, iritabel, anxietas, sulit konsentrasi dan gelisah.
Penanganan secara tapering off akan menimbulkan craving yang lebih intens disbanding
dengan putus secara mendadak.
Sindrom ketergantungan nikotin : Ketergantungan nikotin dapat terjadi pada pemakaian
lama. Akan terlihat sebagai tiga gambaran; a) penghentian pemakaian nikotin menimbulkan
gejala putus zat yang mencapai puncaknya dalam 24-48 jam, b) merokok merupakan
kebiasaan perilaku sebagai respons terhadap stress atau rasa bosan, c) perubahan kadar
nikotin yang cepat di dalam otak akibat merokok menimbulkan ‘pengalaman menyenangkan.

6. Bagaimana rencana terapi pada pasien ini?


o Farmakoterapi :
1. Risperidone tab 2mg 2 dd 1
Indikasi penggunaan jika ada sindrom psikosis yang ditemukan berupa :
o Hendaya berat dalam menilai realitas, bermanifestasi dalam gejala (kesadaran
diri yang terganggu, daya nilai norma yang terganggu, dan daya tilikan diri
terganggu.
o Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala positif
(inkoherensi, waham, halusinasi, gangguan perasaaan tidak sesuai dengan
situasi, perilaku yang tidak terkendali, dan gejala negatif (gangguan
perasaan,afek tumpul dan respon emosi minimal, gangguan hubungan social
seperti menarik diri, pasrah dan apatis), gangguan proses piker yang lambat
atau terhambat, isi pikiran yang stereotipi.
Dimana mekanisme kerja obat golongan atipikal disamping berafinitas terhadap
“Dopamine D2 Reseptor” juga berperan terhadap “Serotonin-dopamine antagonists”
sehingga efektif untuk gejala positif dan negatif.
Dimana efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
o Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan menurun,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)
o Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatilitik : mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung)
o Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akatshia, sindrom Parkinson :
tremor, bradikinesia, rigiditas)
o Gangguan endokrin ( amenorrhea, ginekomastia), metabolic (jaundice),
hematologic (agranulositosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang
Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan
ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan
penderitaan pasien. Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai
adalah “optimal response with minimal side effects” , efek samping dapat juga
irreversible : tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada
lidah,wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala
tersebut menghilang), biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi
pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut.
2. Diazepam tab 2 mg 1 dd 1

Gejala sasaran adalah sindrom anxietas,dimana butir-butir diagnostic sindrom


anxietas adalah :
o Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap 2 atau lebih hal
yang dipersepsikan sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak
mampu istirahat dengan tenang (inability to relax), dimana tedapat gejala-gejala
berikut ketegangan motorik (otot tegang/kaku/pegal linu, tidak bisa diam, mudah
menjadi lelah), hiperaktivitas otonomik (napas pendek/terasa berat, jantung berdebar-
debar, telapak tangan basah dan dingin, kepala pusing/rasa melayang, buang air kecil
sering), kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang ( perasaan jadi peka,
mudah terkejut/kaget, sulit konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung).

Mekanisme kerja obat anti-anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya


(benzodiazepine reseptor) akan meng-reinforce “the inhibitory action of GABA-ergic
neuron”, sehingga hiperaktivitas tersebut diatas mereda.

Efek samping obatanti-anxietas dapat berupa :


o Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah).
o Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah)
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, oleh karena “at
therapeutic dose they have low re-inforcing properties”. Potensi menimbulkan
ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis
terakhir, berlangsungsangat singkat. Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan
gejala putus obat (rebound phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia,
tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll.
Hal ini berkaitan dengan penurunan kada benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat
benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya clobazam sangat minimal dalam
menimbulkan gejala putus obat). Ketergantungan relative lebih sering terjadi pada individu
dengan riwayat peminum alcohol, penyalahgunaan obat atau unstable personalities. Oleh
karena itu obat benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut.

7. Bagaimana prognosis pada kasus ini?

No Ciri-ciri prognosis baik Ceklist

1 Onset lambat

2 Faktor pencetus jelas

3 Onset akut

4 Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang


baik
5 Gangguan mood

6 Mempunyai pasangan

7 Riwayat keluarga dengan gangguan mood

8 Sistem pendukung yang baik +


(Pasien memiliki motivasi sembuh)

9 Gejala positif +

No Prognosis baik Checklist

1 Onset usia muda +

2 Faktor pencetus tidak jelas +

3 Onset perlahan-lahan dan tidak jelas

4 Riwayat social, seksusal, pekerjaan premorbid +


yang jelek

5 Perilaku menarik diri dan autistik

6 Tidak menikah, janda, cerai +

7 Riwayat keluarga skizofren

8 Sistem pendukung yang buruk +


Pasien memiliki riwayat putus obat)

9 Gejala negatif +

10 Tanda dan gejala neurologis

11 Tidak ada remisi selama 3 tahun


12 Terjadi banyak relaps

13 Riwayat trauma perinatal

Dari faktor diatas maka prognosis dari pasien ini

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam

DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik : Tidak ada
b. Psikologis : Sering berdebat dengan mama tiri dan saudara tiri, sehingga
mereka tika mempunyai hubungan yang baik.
c. Sosial : Terdapat hendaya social yang berat sehingga pasien
membutuhkan terapi farmakologi dan psioterapy.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, B.J., Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. ECG.
Jakarta.
2. Elvira, S.D., Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan penerbit FKUI, Jakarta.
3. Muslim. R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III, FK
Unika Atma Jaya, Jakarta.
4. Muslim. R. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Edisi Nuh Jaya :
Jakarta.
5. Gilman Dasar Farmakologi Terapi vol 1. Jakarta : EGC. 2007. 475,480-482.

Anda mungkin juga menyukai