Anda di halaman 1dari 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

SDM
Sumber daya manusia kesehatan merupakan faktor penting yang menjadi
aktor dari pelayanan kesehatan. Mereka yang menjadi tonggak kesehatan mulai
dari preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif. Jumlah, sebaran dan kualitas
tenaga kesehatan merupakan masalah krusial SDM Kesehatan. Kekurangan
berbagai jenis tenaga kesehatan terdeteksi di sejumlah fasilitas pelayanan
kesehatan. Dari 9.550 Puskesmas, ada 9,8 persen puskesmas tanpa dokter, 2.194
puskesmas tanpa tenaga gizi dan 5.895 puskesmas tanpa tenaga promkes. Masalah
kekurangan tenaga kesehatan diperparah oleh distribusi yang tidak merata.
Sumber daya manusia kesehatan masih terpusat di beberapa provinsi yang padat
penduduknya.
Tantangan dan upaya kedepan adalah bagaimana pemerintah:
1. Menjamin kecukupan tenaga kesehatan dengan meningkatan keselarasan
antara produksi, penyebaran dan penempatan,serta kualitas dan kinerja
tenaga kesehatan;
2. Memenuhi jumlah tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan,
3. Meningkatkan perekrutan dan penyebaran tenaga kesehatan.
Distribusi geografis tenaga kesehatan sudah lama menjadi tantangan bagi
Indonesia, 30 dari 33 provinsi di Indonesia tidak memiliki rasio tenaga kesehatan
yang disarankan WHO, yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk. Indonesia telah
menerapkan sistem dual practice, dimana tenaga kesehatan bisa bekerja pada
fasilitas kesehatan pemerintah dan fasilitas kesehatan swasta pada waktu yang
bersamaan, dan ini diharapkan untuk bisa mengurangi beban anggaran
pemerintah, tapi di saat yang sama hal ini menjadi faktor yang turut berkontribusi
pada maldistribusi tenaga kesehatan, khususnya pada dokter spesialis. Distribusi
geografis perawat dan bidan lebih baik daripada distribusi dokter, walaupun
masih terdapat ketimpangan-ketimpangan.
Distribusi yang kurang merata tenaga kesehatan, pada DTPK ( Daerah
Terpencil Perbatasan Kepulauan ) memerlukan perhatian khusus. Sampai saat ini
belum ada kebijakan khusus untuk SDMK pada DTPK, dan kebijakan distribusi
tenaga kesehatan belum mempertimbangkan kebutuhan daerah-daerah khusus ini.
Padahal daerah – daerah terpencil sangat membutuhkan tenaga kesehatan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan di daerah tersebut. Beberapa kebijakan inovatif
yang telah teridentifikasi bisa membantu memperbaiki distribusi tenaga kesehatan
secara geografis. Menempatkan satu tenaga spesialis, misalnya ahli bedah pada
DTPK yang tidak memiliki tenaga anestesi akan mengurangi efektifitas, efisiensi
dan kemauan ahli bedah tersebut pada tempat tersebut. Menempatkan satu tim
yang bekerjasama dan saling melengkapi bisa menjadi strategi yang lebih tepat
untuk meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan pada DTPK. Harus ada
pertimbangan untuk membuat kebijakan khusus atas penempatan tenaga
kesehatan di Indonesia Timur.

Anda mungkin juga menyukai