GANGGUAN KECEMASAN
Oleh:
NEIDYA KARLA 1301.1207.0047
ARIN SRI MURNINGSIH 1301.1207.0055
Preceptor:
HM Zainie Hassan AR, dr., SpKJ (K)
I. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Cemas karena tidak bisa penetrasi
V. PSIKODINAMIKA
Penderita adalah seorang laki-laki, berumur 29 tahun, Islam, suku Sunda,
pendidikan SD, sudah menikah dan bekerja sebagai karyawan pabrik. Lingkungan
sosiokultural keluarga adalah Sunda, keadaan sosioekonomi kurang (F. Predisposisi).
Lingkungan kehidupan agama Islam biasa saja.
Penderita adalah anak pertama dari 5 bersaudara dari keluarga yang harmonis.
Ibunya meninggal tahun 2007 karena penyakit ginjal. Tidak ada riwayat gangguan
jiwa pada keluarga.
Pasien punya sedikit teman karena pasien adalah orang yang pendiam, jarang
bergaul dan tertutup (F. Predisposisi). Sejak usia 15 tahun pasien sering melakukan
onani sendiri (2-3 x/minggu) (F. Predisposisi).
Pasien pernah berpacaran dengan seorang wanita selama 1 tahun. Setelah 4
bulan berpacaran, pasien mulai melakukan hubungan intim dan tidak ada keluhan
(bisa penetrasi) dengan frekuensi hubungan 1x/hari. Pasien putus karena masalah
komunikasi. 6 bulan sebelum menikah pasien berpacaran dengan wanita yang
sekarang menjadi istrinya. Pasien mengetahui bahwa pacarnya memiliki hubungan
dengan banyak lelaki sebelum berpacaran dengan pasien(F. Predisposisi). Selama
berpacaran pasien sering melakukan onani dibantu oleh pacarnya. Pasien pernah
bertengkar dengan pacarnya karena pasien melarang pacarnya merokok (F.
Predisposisi). 4 hari setelah menikah pasien mengetahui istrinya menyimpan foto
lelaki lain sehingga pasien marah dan akhirnya bertengkar tapi tidak sampai memukul
(F. Presipitasi).
VII. PENATALAKSANAAN
Umum
Jelaskan pada pasien bahwa penyakitnya terkait erat dengan
pikiran, jadi pasien harus mengubah pola fikirnya terlebih
dahulu
Hendaknya pasien melibatkan peran istri dalam menghadapi
masalah tersebut
Hendaknya pasien dan istri sabar dalam menjalani terapi dan
tidak mudah putus asa
Khusus
Alprazolam 1x1 mg/hr
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
IX. PATOFISIOLOGI
Tubuh manusia akan berusaha memelihara homeostasis sepanjang
waktu. Kejadian apapun di lingkungan yang mengganggu homeostasis tersebut
disebut sebagai stresor. Respon stress pada manusia melibatkan aktivasi
hypothalamic-pituitary-adrenal axis.
Amigdala merupakan modulator primer dalam respon terhadap
stimulus takut ataupun cemas yang menerima input dari neuron-neuron di
korteks. Takut berbeda dengan cemas. Takut menunjukkan ancaman yang
sudah pasti atau bisa kita perkirakan hasilnya (bersifat nyata). Sedangkan
cemas menunjukkan ancaman yang tidak pasti, entah kita bisa mengatasinya
atau tidak. Stimulus ini kebanyakan disadari, namun ada juga yang tidak
disadari. Ketika teraktivasi, amigdala akan merangsang daerah di midbrain dan
batang otak, menyebabkan hiperaktivitas otonom sehingga menimbulkan
gejala-gejala fisik dari kecemasan.
CRF (Corticotropin Releasing Factor) merupakan neurotransmitter
dalam SSP (Sistem Saraf Pusat) yang bekerja sebagai mediator kunci dari
respon stres otonom, behavioral, immune, dan endokrin. CRF akan
menstimulus pelepasan corticotropin yang pada akhirnya akan merangsang
pelepasan hormone stress (glukokortikoid dan epinefrin) dari korteks adrenal.
Glukokortikoid akan merangsang feedback negative di hypothalamus,
sehingga menurunkan pelepasan CRF. Glukokortikoid juga mengaktifkan
locus caeruleus sehingga menyebabkan proyeksi balik ke amigdala dengan
memakai neurotransmitter norepinefrin (NE). Selanjutnya amigdala akan
merangsang pelepasan CRF lebih banyak, menyebabkan sekresi
glukokortikoid lebih banyak dan terjadilah lingkaran setan dari umpan balik
antara respon fikiran dan tubuh.
Paparan jangka panjang SSP terhadap glukokortikoid menyebabkan
penurunan NE di locus caeruleus. NE merupakan neurotransmitter penting
yang terlibat dalam perhatian, kewaspadaan, motivasi, dan aktifitas sehingga
pada akhirnya mulailah terjadi depresi.
Serotonin sepertinya juga terlibat dalam pathogenesis kecemasan.
Gama amini butyric acid (GABA) merupakan neurotransmitter inhibisi utama
di SSP. Jumlah GABA sepertinya menurun pada korteks pasien dengan
serangan panic bila dibandingkan dengan pasien pada kelompok kontrol.
Selain itu, GABA juga menghambat pelepasan CRF.
X. FARMAKOTERAPI
Pengobatan untuk gangguan cemas melibatkan pendekatan psikofarmakologi
dan psikoterapi. Berikut beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk gangguan
cemas :
1. Benzodiazepines
Pada serangan panik, obat ini mengurangi jumlah dan intensitas serangan.
Panggunaannya dibatasi untuk menghindari ketergantungan. Aman digunakan
untuk jangka panjang dengan catatan monitoring obat harus ketat. Penghentian
obat pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan withdrawal syndrome
namun hal ini mudah diatasi.
Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini meliputi Alprazolam (Xanax),
Clonazepam (Klonopin), Diazepam (Valium), dan Lorazepam (Ativan).
Alprazolam efektif untuk gangguan panik dan kecemasan yang berhubungan
dengan depresi. Alprazolam dapat menimbulkan withdrawal syndrome setelah
penggunaan 6-8 minggu.
3. Tricyclics
Obat golongan ini menurunkan intensitas kecemasan terutama pada keadaan
obsesif kompulsif. Karena efek sampingnya yang berupa antikolinergik,
kardiotoksik dan lethal (10x dosis normal), maka obat golongan ini tidak
digunakan sebagai lini-pertama. Obat golongan ini meliputi : Imipramine
(Tofranil), Nortryptalina (Aventyl, Pamelor), dan Clomipramine (Anafranil).
4. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
Efektif untuk gangguan panik dan kecemasan namun tidak digunakan sebagai
lini-pertama karena efek sampingnya yang berupa krisis hipertensi sekunder
karena memakan makanan yang mengandung tyramine. Penggunaan obat-obatan
simpatomimetik dan opioid {terutama meperidine (demerol)} harus dihindari
karena interaksinya dengan MAOIs dapat menyebabkan kematian. Obat golongan
ini meliputi Phenelzine (Nardil), dan Tranylcypromine (Parnate).
5. Obat lain :
Adrenergic receptor antagonists (Beta-blocker)
Obat golongan ini meliputi Propanolol (Inderal), dan Atenolol (Tenormin).
Bekerja menekan tanda-tanda somatis dari kecemasan khususnya serangan
panik. Obat ini dilaporkan efektif untuk mengatasi fobia sosial (bicara
didepan umum) jika diminum dosis tunggal 1 jam sebelumnya. Efek
samping meliputi bradikardi, hipotensi, dan mengantuk. Obat ini tidak
efektif untuk gangguan kecemasan kronis kecuali disebabkan oleh keadaan
adrenergik hipersensitif. Karena memiliki efek antidepresan obat ini sering
digunakan untuk mengobati keadaan campuran dengan indikasi utama untuk
mengobati depresi.
Buspirone (Buspar)
Obat ini memiliki efek serotonergik ringan dan sangat efektif pada gangguan
cemas menyeluruh dibandingkan pada keadaan akut. Obat ini mempunyai
onset lambat dan menimbulkan efek samping pusing, sakit kepala pada
beberapa pasien.
Anticonvulsant Anxiolytics
Obat tipikal dari golongan ini adalah Gabapentin (Neurontin), Tiagabine
(Gabitril), dan Valproate (Depakene, dan Depakote). Penggunaan obat ini
hanya diterima pada serangan panik.
GANGGUAN KECEMASAN
I . PENDAHULUAN
Hampir satu abad yang lalu, Sigmund Freud memperkenalkan istilah "neurosis
kecemasan" (anxiety neurosis). Ia mengidentifikasi dua bentuk kecemasan yaitu :
1. kecemasan dihasilkan oleh libido yang terbendung.
2. rasa kekawatiran atau ketakutan yang berasal dari pikiran atau harapan yang
ter-represi
II . DEFINISI
Perilaku
Teori perilaku menvatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang
dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik.
Eksistansial
Konsep inti dari teori eksistansional adalah bahwa seseorang menjadi
menyadari adanya kehampaan yang menonjol didalam dirinya, perasaan yang
mungkin lebih mengganggu daripada penerimaan kematian mereka yang tidak
dapat dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan
eksistansi dan arti yang berat tersebut.
2. Teori Biologis
Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu
kardiovaskular (sebagai contohnya, takikardia), muskular (sebagai contohnya,
nyeri kepala). Diperkirakan bahwa kecemasan sistem saraf pusat mendahului
manifestasi perifer dari kecemasan.
Neurotransmiter
Di otak, terdapat beberapa neurotransmitter yang berperan dalam
kecemasan yaitu :
- Norepinefrin
Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa, pada pasien dengan
gangguan panik, agonis adrenergik-beta sebagai contohnya,
isoproterenol dan antagonis adrenergik-alfa2 sebagai contohnya,dapat
mencetuskan serangan panik parah dan sering. Sebaliknya, clonidine,
suatu agonis adrenergik-alfa2, menurunkan gejala kecemasan pada be-
berapa situasi percobaan dan terapetik. Temuan yang kurang konsisten
adalah bahwa pasien dengan gangguan kecemasan, khususnya
gangguan panik:, memiliki kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-
methoxy-4-hydroxyphenylgiycol (MHPG) dalam CSF dan urin yang
meninggi.
- Serotonin
Pengamatan bahwa antidepresan serotonergik memiliki efek
terapetik pada beberapa gangguan kecemasan. Beberapa laporan
menyatakan bahwa m-chlorophenylpiperazine (mCPP), suatu obat
dengan efek serotonergik dan nonserotonergik yang multipel, dan
fenfluramine (Pondimin), yang menyebabkan pelepasan serotonin,
memang menyebabkan peningkatan kecemasan.
- Gamma-aminobutyric acid (GABA)
Pengamatan bahwa antidepresan serotonergik memiliki efek
terapetik pada beberapa gangguan kecemasan. Beberapa laporan
menyatakan bahwa m-chlorophenylpiperazine (mCPP), suatu obat
dengan efek serotonergik dan nonserotonergik yang multipel, dan
fenfluramine (Pondimin), yang menyebabkan pelepasan serotonin,
memang menyebabkan peningkatan kecemasan
Penelitian genetika
Penelitian genetika telah menghasilkan data yang kuat bahwa
sekurangnya suatu komponen genetika berperan terhadap perkembangan
gangguan kecemasan. Hampir separuh dari semua pasien dengan gangguan
panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang menderita gangguan
cemas.
ETIOLOGI
Faktor Biologis
Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan
gamma-amino-butyric acid (GABA) di batang otak, sistem limbik, korteks
prefrontalis. Zat penyebab panik respirasi menyebabkan stimulasi respirasi dan
pergeseran keseimbangan asain basa yaitu karbon dioksida, Natrium laktat, dan
bikarbonat. Pencitraan otak : MRI patologi di lobus temporalis, khususnya
hipokampus, PET disregulasi aliran darah serebral (vasokonstriksi serebral)
Faktor Genetika
Peningkatan resiko gangguan panik sebesar empat sampai delapan kali lipat
pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan
dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik
lainnya. Kembar monozigotik lebih berkemungkinan sesuai untuk gangguan panik
dibandingkan dengan kembar dizigotik.
Faktor Psikososial
Teori kognitif perilaku àTeori perilaku menyatakan bahwa kecemasan
adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau
melalui proses pembiasaan klasik
Teori psikoanalitik à Teori psikoanalitik memandang serangan panik
sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls
yang menyebabkan kecemasan
KRITERIA DIAGNOSIS
Serangan Panik
Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau
lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba- tiba dan mencapai puncaknya dalam 10
menit:
1. palpitasi,jantung berdebar kuat, ataukecepatan jantung bertambah cepat
2. Berkeringat
3. gemetar atau bergoncang
4. rasa nafas sesak atau tertahan
5. perasaan tercekik
6. nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. mual atau gangguan perut
8. perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsan
9. derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri
sendiri)
10. ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. rasa takut mati
12. parestesia (mati rasa atau sensasi geli) menggigil atau perasaan panas
Agorafobia
Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan
sulit meloloskan diri (atau merasa malu) atau di mana mungkin tidak terdapat
pertolongan jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak
diharapkan atau disebabkan oleh situasi. Rasa takut agorafobik biasanya mengenai
kumpulan situasi karakteristik seperti di luar rumah sendirian; berada di tempat
ramai atau berdiri di sebuah barisan; berada di atas jembatan; atau bepergian
dengan bis, kereta, atau mobil. Catatan: Pertimbangkan diagnosis fobia spesifik
jika penghindaran adalah terbatas pada satu atau hanya beberapa situasi spesifik,
atau fobia sosial jika penghindaran terbatas pada situasi sosial.
Situasi dihindari (misalnya, jarang bepergian) atau jika dilakukan adalah
dilakukan dengan penderitaan yang jelas, atau dengan kecemasan akan
mendapatkan serangan panik atu gejala mirip panik, atau perlu didampingi teman.
Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain, seperti fobia sosial (misalnya, penghindaran terbatas pada
situasi sosial karena rasa takut terhadap situasi tertentu seperti di elevator),
gangguan obsesif-kompulsif (misalnya, menghindari kotoran pada seseorang
dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pascatraumatik (misalnya,
menghindari stimuli yang berhubungan dengan stresor yang berat), atau gangguan
cemas perpisahan (misalnya, menghindari meninggalkan rumah atau sanak
saudara).
GAMBARAN KLINIS
• Gangguan Panik
• Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat
selama 10 menit.
• Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan quatu perasaan ancaman
kematian clan kiamat.
• Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya.
• Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian.
• Tanda fisik adalah takikardia, pulpitasi, sesak nafas, dan berkeringat.
• Pasien seringkali mencoba untuk meninggalkan situasi di mana la berada
untuk mlencari bantuan.
• Serangan biasanya berlangsung selama 20 - 30 menit dan jarang lebih lama
dari satu jam
• Agorafobia
• Menghindari situasi di mana akan sulit untuk mendapatkan bantuan.
• Lebih suka disertai oleh seorang teman atau anggota keluarga di tempat-
tempat tertentu seperti jalanan yang sibuk, toko yang padat, ruang yang
tertutup,dan kendaraan tertutup (kereta, bus, dan pesawat udara).
• Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani tiap kali mereka
keluar rumah.
• Pasien yang menderita secara parah mungkin semata-mata menolak keluar dari
rumah
• Gejala Penyerta
• Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, dan
pada beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama
dengan gangguan panik.
• risiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah
lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.
• Di samping agorafobia, fobia lain dan gangguan obsesif-kompulsif dapat
terjadi bersamasama dengan gangguan panik.
DIAGNOSIS BANDING
• Gangguan Panik
1. Gangguan medis
• Penyakit kardiovaskular (Anemia, Angina, Gagal jantung kongestif)
• Penyakit neurologist (Penyakit serebrovaskular, Epilepsi)
• Penyakit endokrin (Penyakit Addison, Sindroma karsinoid, Sindroma
Cushing)
• Kondisi lain (Anafilaksis, Defisiensi B12 Gangguan elektrolit)
2. Gangguan mental
Pura-pura, gangguan buatan, hipokondriasis, gangguan depersonalisasi, fobia
sosial dan spesifik, gangguan stres pascatraumatik, gangguan depresif, dan
skizofrenia.
3. Fobia spesifik dan fobia spesial
Menggunakan pertimbangan klinisnya
TERAPI
• Farmako terapi
Obat-obat yang biasa digunakan adalah TCA, MAOI, SSRI, Benzodiazepin.
Kegagalan pengobatan : Jika obat dari satu kelas (sebagai contohnya, trisiklik)
tidak efektif, suatu obat dari kelas yang berbeda (sebagai contohnya, MAOI) harus
dicoba. Jika pengobatan dengan satu obat tidak efektif, kombinasi dapat dicoba
(benzodiazepin dan trisiklik; SSRI dan trisiklik).
b. Latihan pernafasan
• melatih pasien bagaimana mengendalikan dorongannya untuk melakukan
hiperventilasi.
• Setelah latihan tersebut, pasien dapat menggunakan teknik untuk
membantu mengendalikan hiperventilasi selama suatu serangan panik.
c. Pemaparan in vivo.
• Pemaparan in vivo digunakan sebagai terapi perilaku primer untuk
gangguan panik.
• Teknik melibatkan pemaparan yang semakin besar terhadap stimulus yang
ditakuti; dengan berjalannya waktu, pasien mengalami desensitisasi
terhadap pengalaman.
b. Psikoterapi berorientasi-tilikan
• Pengobatan memusatkan pada membantu pasien mengerti arti bawah sadar
dari kecemasan, simbolisme situasi yang dihindari, kebutuhan untuk
merepresi impuls, dan tujuan sekunder dari gejala.
• Suatu pemecahan konflik infantil away dan oedipal dihipotesiskan
berhubungan dengan resolusi stres sekarang.