Anda di halaman 1dari 21

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes., Sp.KJ

Oleh Dokter Muda :


Hanifah Khoirunnisa
20110310108

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 45 tahun

Alamat : Krajan, Bantul

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Belum kerja

Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa

No. RM : 27 xx xx

Lokasi dan Waktu Pemeriksaan: Poli Jiwa RSPS Bantul, 02 Oktober 2015

2. IDENTITAS PENGANTAR

Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 72 tahun

Alamat : Krajan, Bantul

Status : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pensiunan BKBN

Hubungan dengan Pasien : Ibu Kandung

Sifat Hubungan : Dekat

Lokasi dan Waktu Wawancara: Poli Jiwa RSPS Bantul. 02 Oktober 2015

1
3. ANAMNESIS PSIKIATRI

3.1 Keluhan Utama

Pasien datang bersama ibunya untuk kontrol rutin dengan keluhan tidak ada,
malas dan beraktivitas jika disuruh.

3.2 Riwayat Penyakit Sekarang (Perjalanan Penyakit)

Anamnesis sebagian besar dilakukan dengan ibunya, alloanamnesis, karena


pasien sulit untuk berkomunikasi dan hanya mengulangi apa yang dikatakan ibunya.

Saat kelas 3 SMA (tahun 1987, usia 17 tahun) pasien merasa minder, takut
dan bingung. Ibunya mengatakan bahwa akademik pasien baik, hanya kesulitan akan
mata pelajaran matematika. Pasien terbiasa dimanjakan oleh kedua orangtuanya
karena pasien adalah anak bungsu, namun dikarenakan Ujian Akhir Nasional tingkat
SMA sehingga ayahnya selalu menyuruhnya untuk belajar. Setiap belajar pasien
pusing dan muntah-muntah, hal ini sangat mengganggunya terutama berdekatan
dengan waktu Ujian Akhir Nasional. Pasien dan keluarga memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolah (tidak ikut ujian dan tidak lulus SMA).

Sebelum ini pasien dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik, juga
mempunyai teman-teman baik. Teman yang paling dekat dengannya (sahabat)
memilih untuk menjadi tentara setelah lulus SMA sehingga hubungan dengan pasien
menjadi renggang. Keadaan pasien menjadi lebih buruk.

Sejak itu pasien selalu rawat jalan dan rutin minum obat dari dokter spesialis
kejiwaan. Pasien selalu merasa takut jika melihat orang lain dan suka ngomong
sendiri. Pasien mengaku bisa melihat bayang-bayang sinis yang tidak bisa dilihat
orang lain. Bayangan tersebut adalah orang yang pasien takuti, namun tidak
mengetahui apa alasan untuk menakutinya. Pasien curiga bahwa orang lain sinis
padanya.

Setelah berhenti sekolah di SMA, pasien juga tidak bekerja. Kegiatan harian
pasien hanya di rumah, membantu orang tua jika disuruh. Sosialisasi pasien
berkurang, jarang berkomunikasi. Dalam berkomunikasi pasien sulit ditarik dan sulit
dicantum, pandangannya tetap lurus ke depan tanpa melihat lawan bicaranya, pasien
juga selalu membutuhkan waktu untuk menjawab pertanyaan, dan pembicaraannya
kurang jelas namun masih nyambung dengan pertanyaannya.

Pasien mengatakan bahwa agamanya adalah Islam, namun pasien mengaku


tidak melakukan shalat, tidak pernah ke masjid, mengaji ataupun mengikuti
pengajian. Saat SMP pasien mengalami trauma fisik dikarenakan jatuh dari sepeda

2
setelah pulang dari masjid, yang membuatnya mendapatkan jahitan pada dagunya.
Ibunya mengatakan mungkin pasien trauma akan kecelakaan tersebut.

3.2.1 Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala Klinis

Mental
Health Line
1987 2015

Fungsi Peran

3.3 Anamnesis Sistem

Sistem Saraf : demam (-), kejang (-), tremor (-), pusing (-)

Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-), nyeri dada (-), tekanan darah

(prehipertensi), riwayat keluarga (hipertensi)

Sistem Respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak (-), riwayat keluarga (sesak)

Sistem Digestiva : BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)

Sistem Urogenital : BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-)

Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri otot (-), kelemahan otot (-)

Kesimpulannya menurut autoanamnesis pasien tidak ada keluhan pada


fisiknya, dan pada pemeriksaan tekanan darah menunjukkan 120/80 mmHg
(prehipertensi).

Menurut alloanamnesis dalam hal sosialisasi, saat ini pasien jarang


beraktivitas keluar rumah. Pasien melakukan aktivitas keluar rumah hanya untuk
bersepeda dan tidak jarang tanpa tujuan dan tanpa ijin ibunya. Sesekali pasien
berkomunikasi dengan tetangga sekitar rumahnya, tapi jika ada keperluan seperti
disuruh ibunya berbelanja. Aktivitas pasien didalam rumah adalah membantu ibunya.

3
3.4 Hal-hal yang Mendahului Penyakit

3.4.1 Faktor Organik

Keluhan pusing dan muntah-muntah setiap mau belajar pada waktu


sebelum UN SMA, dan trauma fisik sekitar 3 tahun sebelumnya.

3.4.2 Faktor Psikososial

Hubungan yang renggang dengan sahabatnya setelah lulus SMA.

3.4.3 Faktor Predisposisi

Penyakit herediter gangguan jiwa disangkal oleh ibu pasien, dalam


keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa.

3.4.4 Faktor Presipitasi

Pasien selalu disuruh (dipaksa) untuk belajar oleh ayahnya yang


sebelumnya memanjakannya. Selain itu juga setelah kelulusan SMA ada
masalah dengan sahabatnya.

3.5 Riwayat Penyakit Dahulu

3.5.1 Riwayat Medis

Pasien saat SMP pernah menjalani operasi amandel dan masuk


UGD karena jatuh dari sepedanya saat pulang dari masjid lalu
mendapatkan jahitan pada dagunya.

3.5.2 Riwayat Psikiatrik

Pasien mengalami gejala serupa sejak usia 17 tahun, dan sampai


sekarang pasien masih harus rawat jalan, rutin mengkonsumsi obat dari
dokter spesialis kejiwaan.

3.6 Riwayat Keluarga

3.6.1 Pola Asuh Keluarga

Pasien merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, karena itu pasien


biasa dimanja sejak kecil. Pasien tinggal serumah dengan kedua orangtua
dan kedua kakaknya sampai kedua kakaknya menikah dan ayahnya
meninggal dunia, sekarang pasien hanya tinggal berdua dengan ibunya di
rumah. Hubungan pasien dengan kedua orangtua dan kedua kakaknya
selama ini terjalin baik, dan hubungan dengan ibunya yang terdekat.

4
3.6.2 Riwayat Penyakit

Keluarga pasien tidak memliki riwayat gangguan jiwa. Ibu pasien


mempunyai vertigo. Ayah pasien meninggal diusianya yang ke-79 pada
tahun 2012 karena riwayat hipertensi dan sesak nafas.

3.6.3 Silsilah Keluarga

Keterangan

GENOGRAM
KELUARGA TN. D

Male Female Death


1933 - 2012 1943
72
79 Marriage
Ny. M

1970 Friendship / Close


45

Tn. D
Physical or mental illness

Vertigo Heart Disease

Hypertension / High Blood Pressure

Household

3.7 Riwayat Pribadi

3.7.1 Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak dari kehamilan ibunya yang ke-3, kondisi


kehamilannya baik, kelahirannya pervaginam tanpa adanya komplikasi.

3.7.2 Usia 0-3 Tahun (Masa Kanak Awal)

Pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif karena 6 bulan pertama


usia pasien diberikan ASI dan susu formula oleh ibunya. Bersama ibunya
pasien rutin periksa ke Puskesmas, namun ibunya tidak mengingat apakah
pasien diberikan imunisasi lengkap atau tidak.

5
3.7.3 Usia 3-11 Tahun (Masa Kanak Pertengahan)

Saat kunjungan rutinnya di Puskesmas, pasien mengalami kurang


gizi di usia balita. Dalam usia balita pasien memulai pendidikannya yaitu
Taman Kanak-kanak (TK). Tumbuh kembang pasien dalam masa ini tidak
memiliki keterlambatan.

3.7.4 Masa Kanak Akhir (Pubertas – Remaja)

Ketika pasien memasuki jenjang pendidikan SMA, pasien


memiliki teman baik/ sahabat namun karena setelah kelulusan SMA
temannya memutuskan untuk menjadi tentara, hubungan mereka menjadi
renggang bahkan terputus. Selain itu pasien juga tidak lulus SMA karena
tidak dapat belajar dengan baik, pasien muntah-muntah dan merasa pusing
setiap sebelum belajar, pasien sebelumnya diharuskan ayahnya belajar
yang giat.

Setelah kejadian tersebut pasien mulai merasakan takut jika


melihat orang lain, berbicara sendiri, jalan-jalan keluar bersepeda tanpa
tujuan yang jelas, dan juga dapat melihat bayangan-bayangan sinis tanpa
suara maupun bisikan. Pasien merasa curiga dengan tetangganya yang
dianggap sinis padanya.

3.7.5 Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Setelah memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah di


SMA, pasien juga tidak mencari maupun memiliki pekerjaan.
Kegiatan sehari-harinya hanya di rumah membantu orangtuanya
jika disuruh.

b. Riwayat Pernikahan

Ibunya mengatakan bahwa pasien sejak SMP hingga


dewasa ini tidak pernah memiliki teman dekat wanita, hanya teman
biasa, oleh karena itu pasien belum pernah menikah.

c. Riwayat Militer

Pasien kelahiran tahun 1970 dan pada tahun 1970 kedepan


tidak ada situasi perang, selain itu juga asien sudah sakit sejak
SMA, sehingga tidak memungkinkan untuk pasien menjalani
kegiatan militer.

6
d. Riwayat Pendidikan

Pasien menjalani setiap jenjang pendidikan sejak TK


hingga SMP dengan nilai yang cukup baik, tidak pernah tinggal
kelas. Namun saat memasuki kelas 3 SMA pasien mulai merasa
bingung, minder, dan takut. Hal tersebut dikarenakan Ujian Akhir
Nasional SMA yang sudah dekat dan pasien diharuskan ayahnya
untuk lebih rajin belajar. Hal tersebut yang membuat pasien merasa
bingung, pusing dan muntah-muntah setiap sebelum belajar,
sehingga pasien tidak dapat lulus SMA dan memutuskan untuk
berhenti sekolah.

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien jarang beraktivitas di luar rumah, sehingga


kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasinya tidak baik, dan
pasien tidak memiliki teman. Teman yang paling dekat dengannya
(sahabat) memilih untuk menjadi tentara setelah lulus SMA
sehingga hubungan dengan pasien menjadi renggang.

Pasien tinggal bersama ibu kandungnya, sehingga untuk


kebutuhan sehari-hari pasien hanya ikut dengan ibunya.
Penghasilan yang didapatkan ibunya dari pensiunan pegawai negri
dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

f. Aktivitas Keagamaan

Pasien mengaku beragama Islam, namun pasien tidak


menjalankan shalat, membaca Al-Qur’an, mengikuti pengajian
ataupun pergi ke masjid. Sebelum gejala sakitnya muncul pasien
rajin shalat 5 waktu dan suka pergi ke masjid.

g. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal berdua bersama ibunya di rumah, pasien


hanya melakukan aktivitas di rumah, jika keluar rumah pasien
hanya berjalan-jalan tanpa tujuan dengan sepedanya.

h. Riwayat Khusus

Urusan dengan polisi (-), pengalaman seksual (-), riwayat


penggunaan alkohol (-), riwayat obat-obatan (psikofarmaka +).

7
3.8 Riwayat Perkembangan Psikoseksual

Menurut ibunya, pasien tidak pernah memiliki teman perempuan yang dekat
dengannya, hanya sebatas teman biasa saja. Setelah mengalami gangguan jiwa pasien
tidak memiliki teman karena sulit untuknya berkomunikasi dan bersosialisasi.

3.9 Fantasi, Impian, dan lain-lain

Pasien mengaku pernah bercita-cita menjadi pegawai negri (PNS). Pasien


mengaku bergama Islam namun tidak mengamalkan nilai-nilainya

3.10 Tingkat Kepercayaan Anamnesis

Alloanamnesis oleh ibu pasien dapat dipercaya karena pasien selalu dekat
dan tinggal bersama ibunya sejak lahir hingga sekarang. Autoanamnesis oleh
pasien sendiri juga dapat dipercaya namun sedikit ragu karena bicaranya yang
sedikit, harus diklarifikasi kebenarannya oleh ibunya.

3.11 Kesimpulan Autoanamnesis dan Alloanamnesis

Dihadapkan seorang pasien laki-laki usia 45 tahun, kesadaran compos


mentis, datang ke poli jiwa RSPS Bantul ditemani ibu kandungnya dengan
keluhan kontrol rutin dan meminta obat injeksi rutin. Pasien sudah merasa
kondisinya jauh lebih baik dan tidak ada keluhan. Gejala seperti waham masih
tampak, pasien masih percaya bahwa orang-orang sinis padanya sehingga
membuatnya taku untuk bertemu orang lain. Gejala seperti halusinasi dan ilusi
tidak tampak, namun sebelumnya pernah ada halusinasi visual, pasien dapat
melihat bayang-bayang orang-orang yang sinis padanya. Gejala negatif seperti
minder, kehilangan minat dan kesenangan, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, masih sering pasien rasakan. RPD (-), RPK (-), faktor psikosisoal (+).

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

4.1 Pemeriksaan Fisik

4.1.1 Status Internus

Tanggal Pemeriksaan : 2 Oktober 2015

Keadaan Umum : Compos Mentis

Bentuk Badan : tidak dilakukan pengukuran

Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran

8
Tanda Vital
 Tekanan Darah: 120/80 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 36,5°C

Kepala
 Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
 Mata : conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)

Leher
 Inspeksi : leher tampak bersih
 JVP : tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax
 Sistem Kardiovaskuler: S1 S2 Reguler
 Sistem Respirasi : Vesikuler (+) Whezzing (-)

Abdomen
 Sistem Gastrointestinal: nyeri tekan (-) bising usus (+)
 Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas
 Sistem Muskuloskeletal: tidak ditemukan kelainan
 Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan

Kesan Status Internus: dalam batas normal, meskipun ada beberapa


pemeriksaan yang tidak dilakukan karena tidak tersedianya tempat dan
alat untuk pemeriksaan tersebut.

4.1.2 Status Neurologis

 Kepala dan Leher : dalam batas normal

 Tanda Meningeal : tidak dilakukan

 Kekuatan Motorik : dalam batas normal

 Sensibilitas : tidak dilakukan

 Refleks Fisiologis : tidak dilakukan

 Refleks Patologis : tidak dilakukan

 Gerakan Abnormal : tidak dilakukan


9
 Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak ada

Kesan Status Neurologis : dalam batas normal, meskipun ada beberapa


pemeriksaan yang tidak dilakukan karena tidak tersedianya tempat dan
alat untuk pemeriksaan tersebut.

4.1.3 Pemeriksaan Penunjang lain

 EKG : tidak dilakukan pemeriksaan

 EEG : tidak dilakukan pemeriksaan

 CT Scan : tidak dilakukan pemeriksaan

 Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan

 LAB darah : tidak dilakukan pemeriksaan

4.2 Status Mental

Waktu Jum’at 02 Oktober 2015


Pemeriksaan Pukul 08.35 WIB
Status Psikiatri Hasil Keterangan
Kesan umum  Usia: 45 tahun Seorang laik-laki usia 45 tahun,
 Jenis kelamin: laki-laki tampak sesuai umur, rapi dan bersih,
 Rawat diri: baik mengaku dapat mengurus diri sendiri
Pembicaraan  Kuantitas : miskin bicara, Pasien berbicara sedikit dan lama/
remming tidak spontan, dapat dimengerti dan
 Kualitas : koheren, relevan jawaban sesuai dengan pertanyaannya
Perilaku dan  Kooperatif Pasien dapat diajak wawancara/
aktivitas  Hipoaktivitas berbicara setelah dibujuk, dan terdapat
psikomotor  Cenderung menyendiri penurunan aktivitas motorik dan
kognitif (perlambatan pergerakan,
pikiran dan bicara)
Mood Eutimik Mood dalam rentang normal,
menyatakan tidak adanya mood yang
tertekan atau melambung

10
Afek Datar (flat affect) Tidak adanya atau hampir tidak
adanya tanda afek, suara yang
monoton, wajah yang tidak bergerak
Pikiran  Bentuk pikir: non-realistik Apa yang disampaikan oleh pasien
tidak sesuai kenyataan
 Isi pikir: kemiskinan isi Pikiran yang memberikan sedikit
pikir, waham (+) informasi karena tidak ada pengertian,
pengulangan kosong atau frasa yang
tidak jelas. Waham referensi
(menyangkut diri sendiri), keyakinan
yang salah bahwa tingkah laku orang
lain diarahkan kepada dirinya, atau
orang lain memiliki maksud yang
khusus dan tidak biasa (biasanya
negatif, pada kasus ini sikap sinis)
terhadap dirinya, sehingga
membuatnya sering takut jika melihat
dan berhadapan dengan orang lain
Persepsi  Halusinasi auditorik (-) Pasien mengaku sebelumnya bisa
 Halusinasi visual (+/-) melihat bayangan-bayangan yang sinis
 Ilusi (-) padanya, namun menyangkal bisa
mendengar suara/ bisikan-bisikan dari
bayangan yang dilihatnya tersebut
ataupun bisikan-bisikan tanpa wujud
lainnya
Kesadaran  Kuantitatif: GCS E4V5M6 Pasien sadar penuh
 Kualitatif : Compos Mentis
Orientasi  Orang: baik  Pasien dapat mengenalkan dan
mengatakan bahwa dia datang
bersama ibunya

11
 Waktu: baik  Pasien dapat mengetahui pukul
berapa dia berangkat ke RS
 Tempat: baik  Pasien dapat memberikan denah
tempat tinggalnya
Memori  Segera: baik  Pasien dapat mengulang apa yang
baru diucapkan ibunya
 Jangka pendek: baik  Pasien dapat menceritakan
kegiatannya sejak pagi tadi
 Jangka panjang: baik  Pasien ingat pernah jatuh dari sepeda
saat SMP
Perhatian Sulit ditarik, mudah Pasien tidak memperhatikan
dicantum pemeriksa saat ditanya namun tetap
fokus dan jawabannya sesuai
Insight Derajat 3 Sadar bahwa mereka sakit tetapi
melemparkan kesalahan pada orang
lain pada faktor eksternal, atau pada
faktor organik

4.3 Hasil Pemeriksaan Psikologis

4.3.1 Kepribadian

Tidak dilakukan tes

4.3.2 IQ

Tidak dilakukan tes

4.3.3 Lain-lain

Tidak ada

12
5. PEMBAHASAN

5.1 Rangkuman Data Anamnesis dan Pemeriksaan Penunjang

5.1.1 Tanda-tanda (sign)

a. Penampilan

Pasien tampak sehat, penampilan sesuai dengan usia dan


jenis kelaminnya, rawat diri baik, kooperatif.

b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam


batas normal.

c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)

Bicara sedikit, relevan dan koheren, dalam batas normal.

d. Insight

Sadar bahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan


pada orang lain faktor eksternal, atau pada faktor organik.

5.1.2 Gejala

a. Mood eutimik, afek datar

b. Waham curiga

c. Halusinasi visual (+/-)

d. Miskin bicara

5.1.3 Kumpulan Gejala (Sindrom)

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental pasien,


pasien sudah merasa kondisinya jauh lebih baik, meskipun pasien masih
sesekali merasa takut jika bertemu orang lain. Pasien dapat melakukan
aktivitas di dalam rumah seperti biasanya, contohnya membantu ibu
membersihkan rumah, mandi dan makan (merawat diri sendiri). Pasien
masih tidak nyaman untuk beraktivitas sosial di luar rumah.

Untuk gejala psikotik seperti waham curiga pasien masih tampak,


pasien curiga orang lain sinis padanya sehingga takut untuk berhadapan
dengan orang lain. Gejala seperti halusinasi dan ilusi tidak tampak, namun

13
sebelumnya pernah ada halusinasi visual, pasien dapat melihat bayang-
bayang orang-orang yang sinis padanya. Gejala negatif seperti minder,
kehilangan minat dan kesenangan, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, masih sering pasien rasakan. RPD (-), RPK (-), faktor
psikosisoal (+).

5.2 Diagnosis Banding

5.2.1 F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

5.2.2 F20.0 Skizofrenia Paranoid

5.2.3 F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

5.3 Pembahasan

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll tentang F20 Skizofrenia

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

a) – “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau

– “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dari luar masuk ke


dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

– “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain


atau umum mengetahuinya;

b) – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

– “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh


suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

– “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan


pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh/ anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau penginderaan khusus);

– “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau mukjizat;

14
c) halusinasi auditorik :

― suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap


perilaku pasien, atau

― mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri


(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

― jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh

d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

e) halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;

g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi


tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;

h) gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,


dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal).

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal

15
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Pedoman Diagnostik PPDGJ-III tentang F20.0 Skizofrenia Paranoid

 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

 Sebagai tambahan :

― halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

a) suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member


perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whisting), mendengung (humming) atau bunyi
tawa (laughing);

b) halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual


atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mingkin ada
tapi jarang menonjol;

c) waham dapat hampir setiap jenis tetapi waham dikendalikan,


dipengaruhi dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas;

― gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala


katatonik secara relative tidak nyata.

Pedoman Diagnostik PPDGJ-III tentang F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

 Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

 Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas pemalu dan senang menyendiri


(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

 Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan


pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

― perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary),
dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaaan;

16
― afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-
satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau sikap tinggi
hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal,
dan ungkapan yang diulang-ulang (reiterated phrases);

― proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu


(rambling) serta inkoheren.

 Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir


umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan
kehendak (drive) dan bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya
suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang yang memahami
jalan pikiran pasien.

Pedoman Diagnostik PPDGJ-III tentang F20.3 Skizofrenia Tak Terinci

 Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia.

 Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.

 Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca


skiszofrenia.

Penderita skizofrenia paranoid umumnya mengalami preokupasi terhadap satu


atau lebih delusi (waham) atau halusinasi yang menonjol secara berulang-ulang,
sedangkan pada skizofrenia hebefrenik umumnya mengalami pembicaraan, proses
pikir dan perilaku yang tak terorganisasi, serta afek yang datar atau tidak sesuai.

Diagnosis pada kasus ini dengan jelas ditunjukkan dalam pernyataan pasien.
Pasien yakin bahwa orang lain sinis padanya (namun pada kenyataannya tidak ada
yang sinis padanya), dan keyakinannya yang salah tersebut membuat pasien sering
takut jika melihat dan berhadapan dengan orang lain. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa pasien mempunyai waham referensi. Pasien memiliki waham
dan halusinasi yang tidak menonjol, namun afek datar dapat dilihat pasien menjawab
pertanyaan dengan ekspresi wajah datar, perilakunya cenderung untuk menyendiri,
miskin bicara dan isi pikir, maka diagnosisnya skizofrenia hebefrenik.

17
Dalam hal periode terjadinya gejala, juga telah terdapat kesesuaian dengan
kriteria diagnostik yang dipergunakan, yakni dinyatakan bahwa pasien telah
mengalami gejala ini menetap selama 6 bulan. Semenjak munculnya gejala tersebut,
pasien sudah tidak lagi sekolah maupun bekerja dan tidak lagi beraktivitas diluar
rumah. Hal ini menunjukkan telah terjadi disfungsi sosial dan pekerjaan.

Secara teoritis, aktivitas dopaminergic yang meningkat secara berlebih pada


korteks otak diperkirakan memberikan peranan penting dalam munculnya gejala
positif dari skizofrenia. Selain itu, serotonin, norepinefrin, glutamat dan GABA juga
diperkirakan terkait dengan kejadian skizofrenia. Umumnya terjadi perubahan
anatomi otak antara lain pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau atropi
cerebellum, khususnya pada penderita skizofrenia dalam jangka waktu yang lama.

5.4 Rencana Pemeriksaan Penunjang

Tidak perlu, karena pasien tidak menunjukkan gejala patologis pada fisiknya.

5.5 Diagnosis Multiaksial

Aksis I F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Aksis II Gambaran kepribadian skizoid (introvert)

Aksis III Tidak ada

Aksis IV Masalah dengan proses belajar sebelum Ujian Akhir Nasional SMA

Masalah dengan sahabatnya setelah kelulusan SMA

Aksis V GAF 70-61 = beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi, secara umum masih baik

5.6 Rencana Terapi

Lini pertama : APG 2 (kecuali clozapin)

 Risperidon
o Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari
o Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari
o Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari
o Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis >10 mg/hari tidak lebih efektif
dari dosis yang lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan
gejala ekstrapiramidal. Dosis >10 mg/hari dapat digunakan hanya pada
pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding

18
dengan risikonya. Dosis >16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya
sehingga tidak boleh digunakan.

 Olanzapin

 Quetiapin

Lini kedua : Clozapin, atau APG 1

Lini ketiga : kombinasi (APG 1 & APG 2)

Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, onset efek sekunder (efek samping) sekitar 2-6 jam, waktu paruh
12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari), dan dosis pagi dan malam berbeda untuk
mengurangi dampak efek samping sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien.

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran  dinaikkan setiap 2-3 hari  hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda)  dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan  dosis optimal  dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) 
diturunkan setiap 2 minggu  dosis maintenance  dipertahankan selama 6 bulan
sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu  tapering off (dosis
diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop.

Dalam gangguan skizofrenia, penatalaksanaan yang dilakukan tidak hanya


menitikberatkan pada terapi farmakologis, tetapi juga pada terapi non farmakologi, di
mana dalam hal ini peran keluarga pada pengobatan pasien memiliki andil yang besar
dalam menentukan kesembuhan dan tingkat kekambuhan pasien.

Psikoterapi yang diberikan adalah terapi keluarga berupa edukasi keluarga


tentang penyakit yang diderita pasien agar keluarga ikut serta dalam memperhatikan
pasien dan pengobatannya. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien jika
pengobatan dan minum obat harus rutin, jangan sampai pasien tidak meminum obat.

5.7 Prognosis

Indikator Pada Pasien Prognosis


1. Faktor kepribadian Cenderung skizoid Jelek
2. Faktor genetik Tidak ada Baik
PREMORBID
FAKTOR

3. Pola asuh Buruk Jelek


4. Faktor organik Ada Jelek
5. Dukungan keluarga Baik Baik
6. Sosioekonomi Cukup Baik

19
7. Faktor pencetus Jelas Baik
8. Status perkawinan Belum menikah Jelek
9. Kegiatan spiritual Tidak Baik Jelek
10. Onset usia Muda Jelek
11. Perjalanan penyakit Kronik Jelek
FAKTOR MORBID

12. Jenis penyakit Skizoafetif paranoid Jelek


13. Respon terhadap terapi Baik Baik
14. Riwayat disiplin minum obat Tidak baik Jelek
15. Riwayat disiplin kontrol Baik Baik
16. Riwayat peningkatan gejala Tidak Baik
17. Beraktivitas Tidak mengalami Baik
perubahan (sama saja
seperti sebelum sakit)
Kesimpulan prognosis: dubia ad malam

Skizofrenia adalah suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum


diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya. Pada kasus ini dikarenakan prognosisnya buruk,
kemungkinan memerlukan waktu yang lama dalam penatalaksanaannya. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah
perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia, hanya kira-kira
10-20% pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien
dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang
berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.
Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu
memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan
dengan prognosis yang baik.

5.8 Rencana Follow Up

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta


efektivitas obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang
diberikan. Memastikan pasien mendapat psikoterapi yang dibutuhkan dan dukungan
keluarga.

20

Anda mungkin juga menyukai