Diajukan Kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes., Sp.KJ
Nama : Tn. D
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa
No. RM : 27 xx xx
Lokasi dan Waktu Pemeriksaan: Poli Jiwa RSPS Bantul, 02 Oktober 2015
2. IDENTITAS PENGANTAR
Nama : Ny. M
Umur : 72 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Lokasi dan Waktu Wawancara: Poli Jiwa RSPS Bantul. 02 Oktober 2015
1
3. ANAMNESIS PSIKIATRI
Pasien datang bersama ibunya untuk kontrol rutin dengan keluhan tidak ada,
malas dan beraktivitas jika disuruh.
Saat kelas 3 SMA (tahun 1987, usia 17 tahun) pasien merasa minder, takut
dan bingung. Ibunya mengatakan bahwa akademik pasien baik, hanya kesulitan akan
mata pelajaran matematika. Pasien terbiasa dimanjakan oleh kedua orangtuanya
karena pasien adalah anak bungsu, namun dikarenakan Ujian Akhir Nasional tingkat
SMA sehingga ayahnya selalu menyuruhnya untuk belajar. Setiap belajar pasien
pusing dan muntah-muntah, hal ini sangat mengganggunya terutama berdekatan
dengan waktu Ujian Akhir Nasional. Pasien dan keluarga memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolah (tidak ikut ujian dan tidak lulus SMA).
Sebelum ini pasien dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik, juga
mempunyai teman-teman baik. Teman yang paling dekat dengannya (sahabat)
memilih untuk menjadi tentara setelah lulus SMA sehingga hubungan dengan pasien
menjadi renggang. Keadaan pasien menjadi lebih buruk.
Sejak itu pasien selalu rawat jalan dan rutin minum obat dari dokter spesialis
kejiwaan. Pasien selalu merasa takut jika melihat orang lain dan suka ngomong
sendiri. Pasien mengaku bisa melihat bayang-bayang sinis yang tidak bisa dilihat
orang lain. Bayangan tersebut adalah orang yang pasien takuti, namun tidak
mengetahui apa alasan untuk menakutinya. Pasien curiga bahwa orang lain sinis
padanya.
Setelah berhenti sekolah di SMA, pasien juga tidak bekerja. Kegiatan harian
pasien hanya di rumah, membantu orang tua jika disuruh. Sosialisasi pasien
berkurang, jarang berkomunikasi. Dalam berkomunikasi pasien sulit ditarik dan sulit
dicantum, pandangannya tetap lurus ke depan tanpa melihat lawan bicaranya, pasien
juga selalu membutuhkan waktu untuk menjawab pertanyaan, dan pembicaraannya
kurang jelas namun masih nyambung dengan pertanyaannya.
2
setelah pulang dari masjid, yang membuatnya mendapatkan jahitan pada dagunya.
Ibunya mengatakan mungkin pasien trauma akan kecelakaan tersebut.
Gejala Klinis
Mental
Health Line
1987 2015
Fungsi Peran
Sistem Saraf : demam (-), kejang (-), tremor (-), pusing (-)
Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-), nyeri dada (-), tekanan darah
Sistem Respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak (-), riwayat keluarga (sesak)
Sistem Digestiva : BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-)
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri otot (-), kelemahan otot (-)
3
3.4 Hal-hal yang Mendahului Penyakit
4
3.6.2 Riwayat Penyakit
Keterangan
GENOGRAM
KELUARGA TN. D
Tn. D
Physical or mental illness
Household
5
3.7.3 Usia 3-11 Tahun (Masa Kanak Pertengahan)
3.7.5 Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
b. Riwayat Pernikahan
c. Riwayat Militer
6
d. Riwayat Pendidikan
f. Aktivitas Keagamaan
h. Riwayat Khusus
7
3.8 Riwayat Perkembangan Psikoseksual
Menurut ibunya, pasien tidak pernah memiliki teman perempuan yang dekat
dengannya, hanya sebatas teman biasa saja. Setelah mengalami gangguan jiwa pasien
tidak memiliki teman karena sulit untuknya berkomunikasi dan bersosialisasi.
Alloanamnesis oleh ibu pasien dapat dipercaya karena pasien selalu dekat
dan tinggal bersama ibunya sejak lahir hingga sekarang. Autoanamnesis oleh
pasien sendiri juga dapat dipercaya namun sedikit ragu karena bicaranya yang
sedikit, harus diklarifikasi kebenarannya oleh ibunya.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8
Tanda Vital
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
Kepala
Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
Mata : conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Leher
Inspeksi : leher tampak bersih
JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
Sistem Kardiovaskuler: S1 S2 Reguler
Sistem Respirasi : Vesikuler (+) Whezzing (-)
Abdomen
Sistem Gastrointestinal: nyeri tekan (-) bising usus (+)
Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Sistem Muskuloskeletal: tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan
10
Afek Datar (flat affect) Tidak adanya atau hampir tidak
adanya tanda afek, suara yang
monoton, wajah yang tidak bergerak
Pikiran Bentuk pikir: non-realistik Apa yang disampaikan oleh pasien
tidak sesuai kenyataan
Isi pikir: kemiskinan isi Pikiran yang memberikan sedikit
pikir, waham (+) informasi karena tidak ada pengertian,
pengulangan kosong atau frasa yang
tidak jelas. Waham referensi
(menyangkut diri sendiri), keyakinan
yang salah bahwa tingkah laku orang
lain diarahkan kepada dirinya, atau
orang lain memiliki maksud yang
khusus dan tidak biasa (biasanya
negatif, pada kasus ini sikap sinis)
terhadap dirinya, sehingga
membuatnya sering takut jika melihat
dan berhadapan dengan orang lain
Persepsi Halusinasi auditorik (-) Pasien mengaku sebelumnya bisa
Halusinasi visual (+/-) melihat bayangan-bayangan yang sinis
Ilusi (-) padanya, namun menyangkal bisa
mendengar suara/ bisikan-bisikan dari
bayangan yang dilihatnya tersebut
ataupun bisikan-bisikan tanpa wujud
lainnya
Kesadaran Kuantitatif: GCS E4V5M6 Pasien sadar penuh
Kualitatif : Compos Mentis
Orientasi Orang: baik Pasien dapat mengenalkan dan
mengatakan bahwa dia datang
bersama ibunya
11
Waktu: baik Pasien dapat mengetahui pukul
berapa dia berangkat ke RS
Tempat: baik Pasien dapat memberikan denah
tempat tinggalnya
Memori Segera: baik Pasien dapat mengulang apa yang
baru diucapkan ibunya
Jangka pendek: baik Pasien dapat menceritakan
kegiatannya sejak pagi tadi
Jangka panjang: baik Pasien ingat pernah jatuh dari sepeda
saat SMP
Perhatian Sulit ditarik, mudah Pasien tidak memperhatikan
dicantum pemeriksa saat ditanya namun tetap
fokus dan jawabannya sesuai
Insight Derajat 3 Sadar bahwa mereka sakit tetapi
melemparkan kesalahan pada orang
lain pada faktor eksternal, atau pada
faktor organik
4.3.1 Kepribadian
4.3.2 IQ
4.3.3 Lain-lain
Tidak ada
12
5. PEMBAHASAN
a. Penampilan
d. Insight
5.1.2 Gejala
b. Waham curiga
d. Miskin bicara
13
sebelumnya pernah ada halusinasi visual, pasien dapat melihat bayang-
bayang orang-orang yang sinis padanya. Gejala negatif seperti minder,
kehilangan minat dan kesenangan, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, masih sering pasien rasakan. RPD (-), RPK (-), faktor
psikosisoal (+).
5.3 Pembahasan
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a) – “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
14
c) halusinasi auditorik :
― jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e) halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
15
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Sebagai tambahan :
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
― perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary),
dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaaan;
16
― afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-
satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau sikap tinggi
hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal,
dan ungkapan yang diulang-ulang (reiterated phrases);
Diagnosis pada kasus ini dengan jelas ditunjukkan dalam pernyataan pasien.
Pasien yakin bahwa orang lain sinis padanya (namun pada kenyataannya tidak ada
yang sinis padanya), dan keyakinannya yang salah tersebut membuat pasien sering
takut jika melihat dan berhadapan dengan orang lain. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa pasien mempunyai waham referensi. Pasien memiliki waham
dan halusinasi yang tidak menonjol, namun afek datar dapat dilihat pasien menjawab
pertanyaan dengan ekspresi wajah datar, perilakunya cenderung untuk menyendiri,
miskin bicara dan isi pikir, maka diagnosisnya skizofrenia hebefrenik.
17
Dalam hal periode terjadinya gejala, juga telah terdapat kesesuaian dengan
kriteria diagnostik yang dipergunakan, yakni dinyatakan bahwa pasien telah
mengalami gejala ini menetap selama 6 bulan. Semenjak munculnya gejala tersebut,
pasien sudah tidak lagi sekolah maupun bekerja dan tidak lagi beraktivitas diluar
rumah. Hal ini menunjukkan telah terjadi disfungsi sosial dan pekerjaan.
Tidak perlu, karena pasien tidak menunjukkan gejala patologis pada fisiknya.
Aksis IV Masalah dengan proses belajar sebelum Ujian Akhir Nasional SMA
Aksis V GAF 70-61 = beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam
Risperidon
o Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari
o Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari
o Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari
o Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis >10 mg/hari tidak lebih efektif
dari dosis yang lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan
gejala ekstrapiramidal. Dosis >10 mg/hari dapat digunakan hanya pada
pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding
18
dengan risikonya. Dosis >16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya
sehingga tidak boleh digunakan.
Olanzapin
Quetiapin
Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, onset efek sekunder (efek samping) sekitar 2-6 jam, waktu paruh
12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari), dan dosis pagi dan malam berbeda untuk
mengurangi dampak efek samping sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien.
Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan
sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis
diturunkan tiap 2-4 minggu) stop.
5.7 Prognosis
19
7. Faktor pencetus Jelas Baik
8. Status perkawinan Belum menikah Jelek
9. Kegiatan spiritual Tidak Baik Jelek
10. Onset usia Muda Jelek
11. Perjalanan penyakit Kronik Jelek
FAKTOR MORBID
20