Anda di halaman 1dari 8

Air Susu Ibu Dan Karies Gigi Sulung

Ita Yulita, Dinny Elly, Astarte Aglaya Victrix


Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta I
email: iyulita67@yahoo.com

Abstrak Kata kunci: karies gigi sulung, Air Susu Ibu, murid
PAUD.
Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak.
Dari penelitian yang dilakukan Febriana (2007) di Abstract
lima wilayah di DKI Jakarta diketahui prevalensi Dental caries is still a problem of child’s oral health.
Early Childhood Caries (ECC) anak usia di bawah Research conducted by Febriana (2007) in five areas
tiga tahun di DKI Jakarta 52.7% dengan rata-rata skor in Jakarta showed that the prevalence of Early
def-t 2.85. Karies karena pemberian susu botol Childhood Caries (ECC) in children aged under three
(dikenal dengan nama baby bottle tooth decay/BBTD) years in Jakarta is 52.7% with mean def-t score 2.85.
biasanya terlihat pada anak usia 1-2 tahun. Kondisi Caries due to bottle feeding (known as baby bottle
yang sama akan terlihat pada anak yang mendapat tooth decay) is usually seen in children aged 1-2
ASI untuk jangka waktu yang lebih lama dari years. The same conditions will be seen in children
seharusnya. Karies rampan pada anak yang mendapat who are breastfed for a longer period of time than it
ASI dilaporkan terjadi karena anak dibiarkan should. Rampant caries in children who are breastfed
menyusu pada malam hari saat tidur. Penelitian lain have been reported because the child is allowed to
(White, 2008) menunjukkan tidak ada bukti bahwa suckle at night while sleeping. Another study (White,
pemberian ASI dan jangka waktu pemberiannya 2008) showed no evidence that breastfeeding and
memiliki hubungan dengan terjadinya karies dini duration of the process has any correlation with the
pada anak (Early Childhood Caries/ECC). Tujuan occurrence of early childhood caries. The purpose of
penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan status the study was to see the difference of deciduous
karies gigi sulung (dmf-t) antara anak yang caries status (dmf-t) between children who consumed
mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan anak yang exclusive breastmilk and children who consume/did
mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI. not consume breastmilk + substitute meals. The
Sasaran penelitian adalah murid PAUD di Kelurahan respondents are the preschool (PAUD) students in
Pondok Labu, Jakarta Selatan. Penelitian ini Kelurahan Pondok Labu South Jakarta.This study
menggunakan desain cross sectional (potong lintang). used cross-sectional research design. The results
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi showed that the prevalence of dental caries is 76.7%,
karies gigi sulung adalah sebesar 76.7%, dengan with 5.66 of mean dmf-t. The proportion of
rerata dmf-t sebesar 5.66. Proporsi responden terbagi respondents divided evenly (50%) between the group
merata (50%) antara yang mengkonsumsi ASI that consumed exclusive breast milk with the group
Eksklusif dengan yang mengkonsumsi/tidak that consume/did not consume exclusive breast milk
mengkonsumsi ASI + PASI, akan tetapi status karies + breast milk substitutes, but the status of dental
gigi sulung yang dinyatakan dengan indeks dmf-t caries stated with dmf-t index was lower in the group
lebih rendah pada kelompok ASI Eksklusif, dan of exclusive breastfeeding, and the proportion of
proporsi responden yang bebas karies lebih tinggi respondents with caries-free is higher in this group.
pada kelompok ini. Analisis bivariat menunjukkan The statistical analysis showed no significant
tidak ada perbedaan signifikan (p = 1.000) proporsi proportion difference (p = 1.000) of the incidence of
kejadian karies gigi sulung antara kedua kelompok. dental caries among the two groups. All respondents
Kedua kelompok juga memiliki peluang yang sama have the same opportunities for the occurrence of
untuk terjadinya karies pada gigi sulungnya (OR = dental caries (OR = 1101).
1.101). Key words: deciduous teeth caries, breast milk,
preschool (PAUD) students

69
Ita Yulita, Air Susu Ibu dan Karies Gigi Sulung 70

Pendahuluan dilaporkan terjadi karena anak dibiarkan


menyusu pada malam hari saat tidur. Selama
Karies gigi sejauh ini masih menjadi tidur, produksi air liur berkurang sehingga efek
masalah kesehatan anak. Dari penelitian yang perlindungan terhadap gigi menjadi kecil.
dilakukan Febriana di lima wilayah di DKI Derajat keparahan karies ini berhubungan
Jakarta tahun 2007, diketahui prevalensi Early dengan jumlah dan lamanya pemberian susu
Childhood Caries (ECC) anak usia di bawah tiga botol atau ASI. Penelitian lain yang dilakukan
tahun di DKI Jakarta 52.7% dengan rata-rata oleh Iida, et al (2007)8 menunjukkan tidak ada
skor def-t 2.85.1 Laporan nasional Riskesdas bukti bahwa pemberian ASI dan jangka waktu
2007 menyatakan bahwa prevalensi penduduk pemberiannya memiliki hubungan dengan
bermasalah gigi-mulut berdasarkan karakteristik terjadinya karies dini pada anak (Early
responden pada anak usia < 1 tahun adalah 1.1%, Childhood Caries/ECC).
anak usia 1-4 tahun adalah 6.9% dan anak usia Tahun-tahun pertama kehidupan anak
5-9 tahun adalah 21.6%.2 merupakan kurun waktu yang sangat penting dan
Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental,
dalam rongga mulut yang dapat dicegah, yang dan psikososial, yang berjalan sedemikian
merupakan penyebab utama kehilangan gigi cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun
pada anak-anak dan orang dewasa di Amerika pertama untuk sebagian besar menentukan hari
Serikat. Lubang yang terlihat pada gigi secara depan anak. Kelainan atau penyimpangan
klinis (karies) merupakan proses akhir dari apapun apabila tidak diintervensi secara dini
penyakit ini. Rerata waktu dari mulai terjadinya dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi
lesi awal hingga terjadinya lubang gigi pada secara nyata mendapatkan perawatan yang
anak-anak adalah sekitar 18  6 bulan.3 Proses bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan
terjadinya karies dipengaruhi oleh 4 (empat) rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan
faktor utama yang berperan yaitu, host dan perkembangan anak selanjutnya.9
(permukaan gigi), mikroorganisme (bakteri Pendidikan anak usia dini (PAUD)
penyebab karies), substrat (karbohidrat yang adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
terfermentasi), dan waktu. Karies baru bisa pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
terjadi hanya jika keempat faktor itu ada.4 pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
Pemberian makanan yang salah dapat sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
menyebabkan terjadinya karies rampan pada melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
bayi dan balita. Karies karena pemberian susu membantu pertumbuhan dan perkembangan
botol (dikenal dengan nama baby bottle tooth jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
decay/BBTD) biasanya terlihat pada anak usia 1- dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
2 tahun, terbentuk dengan cepat, dapat mengenai diselenggarakan pada jalur formal, nonformal,
banyak gigi, dan menyebabkan rasa sakit hebat. dan informal (Pasal 1 butir 14 dan Pasal 28 UU
Karies awal pada gigi sulung disebabkan karena No. 20 Tahun 2003).10 Sejak tahun 1979 telah
terpaparnya gigi oleh cairan manis dalam jangka dilaksanakan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
waktu lama. Ketika bayi tertidur dengan botol Desa (UKGMD) sebagai perluasan upaya
susu pada mulutnya, cairan manis akan promotif preventif kesehatan gigi masyarakat
berkumpul di sekitar giginya, merupakan awal melalui pendekatan PKMD. Pada tahap awal
proses demineralisasi email. Kondisi yang sama sasarannya adalah ibu hamil yang berkunjung ke
akan terlihat pada anak yang mendapat ASI Puskesmas, ibu dengan anak balita, dan anak
untuk jangka waktu yang lebih lama dari usia 6-14 tahun yang putus sekolah. Dengan
seharusnya.5,6,7 berkembangnya kegiatan Posyandu, UKGMD
Pemberian ASI secara eksklusif adalah diintegrasikan terutama pada kegiatan Posyandu,
pemberian hanya ASI tanpa memberikan cairan akan tetapi cakupan upaya ini pada tahun 1998
atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, baru mencapai 29.86% desa dan 24.76%
mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup Posyandu.11
sampai usia 4-6 bulan (WHO, 1998). Karies Berdasarkan uraian dalam latar belakang
rampan pada anak yang mendapat ASI masalah, terlihat bahwa karies gigi masih

70
71 Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76

menjadi masalah kesehatan anak. Berbagai mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan anak yang
faktor penyebab terjadinya karies telah mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
diketahui, salah satunya adalah faktor makanan pengganti ASI (PASI), seperti susu formula atau
(dalam hal ini adalah karbohidrat yang makanan pendamping. Tujuan penelitian ini
terfermentasi). Pemberian susu botol dan ASI adalah untuk mengetahui perbedaan status karies
yang berkepanjangan (prolong breastfeeding) gigi sulung (dmf-t) antara anak yang
dilaporkan juga menyebabkan terjadinya karies mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan anak yang
rampan pada anak, walaupun hal itu masih mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
merupakan kontroversi.12 Permasalahan PASI.
penelitian adalah belum diketahuinya apakah ada
perbedaan status karies antara anak yang
Metode variabel dependen dengan masing-masing
Penelitian dilakukan dengan variabel independen.
menggunakan desain potong lintang (cross
sectional). Penelitian dilakukan di Pendidikan Hasil
Anak Usia Dini (PAUD) Kelurahan Pondok Gambaran Variabel-variabel Penelitian
Labu, Jakarta Selatan. Sasaran penelitian adalah Karakteristik masing-masing variabel
semua murid PAUD berusia 1-6 tahun. Teknik penelitian digambarkan dengan analisis
sampling yang dipakai dalam penelitian ini univariat. Variabel dimaksud adalah pengalaman
adalah simple random sampling (metode acak karies gigi sulung (dmf-t) sebagai variabel
sederhana). Didapatkan jumlah sampel sebanyak dependen, dan 2 (dua) variabel independen yaitu
116 orang. Data murid dikumpulkan melalui riwayat konsumsi ASI eksklusif dan konsumsi
wawancara kepada ibu kandung dengan PASI.
menggunakan kuesioner yang dibuat oleh Pusat Pengalaman karies gigi sulung dapat
Penelitian Keluarga Sejahtera Universitas dilihat dari indikator dmf-t (decayed, missing,
Indonesia (PUSKA-UI) & PATH, dan telah diuji filled teeth) yang merupakan penjumlahan dari
coba. Selain kuesioner data murid dikumpulkan indeks “d” (gigi yang sedang mengalami
melalui pemeriksaan kesehatan gigi (status intra kerusakan), indeks “m” (gigi dengan indikasi
oral) dengan menggunakan indikator angka pencabutan atau telah dicabut karena karies), dan
pengalaman karies (dmf-t). Data yang telah indeks “f” (gigi yang telah ditumpat dengan
diolah kemudian dianalisis dengan analisa baik). Pada Tabel 1 dapat dilihat gambaran
univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi pengalaman karies gigi sulung (dmf-t) pada
dari variabel pengalaman karies, dan analisa populasi.
bivariat untuk mengetahui hubungan antara

Tabel 1. Gambaran Pengalaman Karies Gigi Sulung (dmf-t)


Status Karies
N
d M F dmf-t
116 607 48 2 657
Rerata 5.23 0.41 0.02 5.66

Hasil analisis data menunjukkan bahwa sulungnya, dan 27 orang sisanya (23.3%) bebas
dari 116 responden yang diperiksa, 89 orang karies.
(76.7%) sedang/pernah memiliki karies pada gigi
Konsumsi ASI merupakan riwayat anak umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan atau
menyusui ASI sejak dilahirkan sampai umur minuman tambahan apapun, maka responden
tertentu. Pada penelitian ini responden dibagi dimasukkan dalam Kelompok 1. Responden
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok ASI yang memiliki riwayat mengkonsumsi ASI sejak
Eksklusif (Kelompok 1) dan kelompok ASI + lahir tetapi tidak sampai umur 6 (enam) bulan
PASI (Kelompok 2). Bila responden memiliki atau responden yang tidak pernah sama sekali
riwayat mengkonsumsi ASI sejak lahir sampai mengkonsumsi ASI sejak lahir, atau responden
Ita Yulita, Air Susu Ibu dan Karies Gigi Sulung 72

yang mengkonsumsi ASI tetapi juga mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan responden
mengkonsumsi makananan atau minuman yang mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
tambahan (PASI) dimasukkan ke dalam PASI, yaitu sebesar 50.0% (58 orang).
Kelompok 2. Gambaran distribusi responden berdasarkan
Dalam penelitian ini distribusi riwayat mengkonsumsi ASI dapat dilihat pada
responden terbagi merata antara yang Diagram 1 berikut:
Diagram 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan gigi dilakukan pada
Riwayat Mengkonsumsi ASI responden dari kedua kelompok untuk
mendapatkan angka pengalaman karies gigi
sulungnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Distribusi Responden Berdasarkan rata-rata status karies gigi sulung (dmf-t) pada
Riwayat Mengkonsumsi ASI Kelompok 1 adalah 5.41, lebih rendah dari status
Mengkonsumsi ASI karies pada Kelompok 2 yang skornya 5.91,
58 58 saja s/d umur 6 bln dengan rerata skor decayed (d), missing (m), dan
(Eksklusif) filled (f) untuk masing-masing kelompok seperti
Dengan/tanpa ASI tertera pada Tabel 2.
+ PASI

Tabel 2. Gambaran Rerata Status Karies Gigi Sulung (dmf-t) pada Kelompok 1 dan Kelompok 2
Rerata Kelompok 1 Kelompok 2
Status Karies (n = 58) (n = 58)
Gigi Sulung
d 5.09 5.38
m 0.29 0.53
f 0.03 0.00
dmf-t 5.41 5.91

Hubungan Variabel-variabel Penelitian mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI+PASI


Untuk melihat apakah ada hubungan terlihat bahwa hanya 13 (22.4%) yang tidak
yang signifikan antara responden yang mengalami karies. Dari hasil uji statistik
mengkonsumsi ASI Eksklusif dan responden diperoleh nilai p=1.000 yang berarti tidak ada
yang mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + perbedaan proporsi kejadian karies gigi sulung
PASI dengan status karies gigi sulung (dmf-t) antara anak yang mengkonsumsi ASI secara
dilakukan analisis bivariat. Dari analisis eksklusif dengan anak yang mengkonsumsi/tidak
hubungan antara pengalaman minum ASI mengkonsumsi ASI + PASI. Diperoleh pula nilai
dengan status karies gigi sulung diperoleh hasil OR=1.101 yang berarti anak yang
bahwa dari 58 responden yang mengkonsumsi mengkonsumsi ASI secara eksklusif memiliki
ASI Eksklusif hanya ada 14 (24.1%) responden peluang yang sama dengan anak yang
yang tidak mengalami karies pada giginya, mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI
sedangkan sisanya (75.9%) telah/sedang untuk terjadinya karies gigi.
mengalami karies gigi. Pada 58 responden yang Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

72
73 Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Minum ASI dan Status Karies Gigi Sulung
Pengalaman Status karies gigi sulung Total OR P value
minum ASI (dmf-t) (95% CI)
dmf-t = 0 dmf-t > 0
n % n % n %
Mengkonsumsi ASI saja 14 24.1 44 75.9 58 100 1.101 1.000
s/d umur 6 bln (Eksklusif) (0.465 – 2.607)
dengan/tanpa ASI + PASI 13 22.4 45 77.6 58 100

Jumlah 27 23.3 89 76.7 116 100

Pembahasan keterbatasan penerangan/cahaya di ruang kelas


PAUD yang mengambil tempat di rumah ketua
Keterbatasan Penelitian PAUD.
Penelitian ini menggunakan rancangan Status Karies Gigi Sulung (dmf-t)
potong lintang (cross sectional) di mana variabel Hasil penelitian menunjukkan prevalensi
dependen (outcome) dan variabel independen karies pada murid PAUD di Kelurahan Pondok
(exposure) diteliti pada waktu bersamaan, Labu adalah 76.7%. Status karies gigi sulung
sehingga tidak mungkin mendeterminasi apakah dapat dilihat dengan indikator dmf-t, yang
exposure mendahului atau kemudian diikuti merupakan penjumlahan dari indeks d (decayed),
dengan outcome.13 Keterbatasan rancangan m (missing), dan f (filled). Berdasarkan analisis
potong lintang adalah bahwa rancangan ini tidak data status karies gigi diperoleh rerata skor dmf-t
dapat menjelaskan hubungan sebab akibat antara adalah sebesar 5.66, yang berarti bahwa rata-rata
variabel dependen dengan variabel independen seorang murid PAUD memiliki 6 gigi yang telah
sehingga kesimpulan hubungan yang diperoleh dan atau sedang mengalami karies. WHO
bersifat lemah. memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T
Bias informasi dapat terjadi, mungkin dan def-t berupa derajat interval sebagai berikut:
berasal dari subyek penelitian (responden), 1) Sangat Rendah: 0.0 – 1.1, 2) Rendah: 1.2 –
pengumpul data atau pewawancara, dan peneliti. 2.6, 3) Moderat: 2.7 – 4.4, 4) Tinggi: 4.5 – 6.5,
Bias akibat keterbatasan subyek (responden) dan 5) Sangat Tinggi: > 6.6.14 Dari kategori
disebabkan karena data yang diperoleh WHO itu terlihat bahwa indeks dmf-t pada
berdasarkan ingatan (recall) responden. Bias ini murid PAUD di Kelurahan Pondok Labu
dapat terjadi karena responden tidak mengerti termasuk dalam kategori Tinggi.
pertanyaan yang diajukan, ragu-ragu, atau tidak Sampai sekarang ini di Indonesia data
tahu jawabannya sehingga terjadi ketimpangan tentang frekuensi karies gigi sulung anak usia
dalam keakuratan mengingat dan melaporkan prasekolah masih langka. Data yang adapun
paparan, sebab paparan terjadi sebelum tidak dapat dipakai sebagai indikator kesehatan
penelitian dimulai. Recall bias terjadi karena gigi anak karena tidak mewakili keadaan gigi
keterbatasan kemampuan responden untuk sulung di Indonesia, walaupun hasil observasi
mengingat kembali dengan lengkap kejadian di lapangan menunjukkan adanya karies rampan
waktu yang lalu, misalnya berapa lama gigi sulung yang cukup luas. Penelitian yang
responden memberikan ASI, atau makanan dilakukan oleh Suryawati, dkk (2003) di
tambahan apa yang diberikan pertama kali Kecamatan Ciputat dan Pasar Minggu tentang
kepada bayi. Bias ini dapat berdampak pada data Prevalensi Karies Gigi pada Balita Usia 3 – 5
yang diperoleh, dapat memperbesar atau tahun mendapatkan hasil bahwa prevalensi
memperkecil atau meniadakan hubungan antara karies gigi pada balita usia 3-5 tahun sebesar
paparan dengan penyakit. Bias juga dapat terjadi 81,7% dengan prevalensi tertinggi terdapat pada
karena kekurangtelitian peneliti saat melakukan balita perempuan (58,2%) dan balita berusia 4
pemeriksaan gigi responden, juga karena tahun (59,7%).15 Hasil penelitian Supartinah
Ita Yulita, Air Susu Ibu dan Karies Gigi Sulung 74

(1982) menunjukkan bahwa di Yogyakarta, dari gizi bagi setiap ibu hamil, termasuk di dalamnya
7 lokasi pemeriksaan didapatkan angka frekuensi kesiapan ibu hamil secara psikologis untuk
karies gigi sulung anak usia 3-5 tahun sebesar menyusui anaknya secara eksklusif saat anaknya
75% dengan def-t rata-rata 5,2.16 Bila lahir.17 Untuk itu diperlukan kerjasama berbagai
dibandingkan dengan penelitian Suryawati, pihak untuk menggalakkan lagi kampanye
penelitian ini menunjukkan prevalensi yang pemberian ASI secara eksklusif bagi ibu hamil
lebih rendah, akan tetapi bila dibandingkan kepada anaknya setelah melahirkan.
dengan penelitian Supartinah, prevalensi karies Hubungan Variabel-variabel Penelitian
pada murid PAUD di Kelurahan Pondok Labu Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak
lebih tinggi. ada perbedaan bermakna status karies gigi antara
Konsumsi ASI responden yang mengkonsumsi ASI Eksklusif
Konsumsi ASI merupakan riwayat anak dengan responden yang mengkonsumsi/tidak
menyusui ASI sejak dilahirkan sampai umur mengkonsumsi ASI + PASI. Baik pada
tertentu. Pada penelitian ini responden dibagi kelompok responden yang mengkonsumsi ASI
menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok ASI Eksklusif maupun kelompok ASI/non ASI +
Eksklusif dan kelompok ASI + PASI. Dari hasil PASI proporsi bebas karies (dmf-t = 0) hampir
penelitian diketahui bahwa distribusi responden sama, yaitu 24.1% dan 22.4%. Nilai p yang
terbagi merata sebanyak 58 orang (50%) antara diperoleh adalah sebesar 1.000 yang berarti tidak
responden yang mengkonsumsi ASI Eksklusif ada perbedaan proporsi kejadian karies gigi
dengan yang mengkonsumsi/tidak sulung antara anak yang mengkonsumsi ASI
mengkonsumsi ASI + PASI. Akhir-akhir ini secara eksklusif dengan anak yang
kebiasaan memberikan ASI secara eksklusif mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI
mengalami perubahan. Roesli (2000) (tidak ada hubungan yang signifikan antara
menjelaskan, dari penelitian terhadap 900 ibu di konsumsi ASI eksklusif dengan status karies
sekitar Jabodetabek tahun 1995 diperoleh fakta gigi).
bahwa bayi yang diberi ASI Eksklusif sampai Karies gigi adalah penyakit infeksi yang
usia 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu- merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan
ibu tersebut mengakui menyusui bayinya.17 gigi berlubang dan jika tidak ditangani secara
Menurut SDKI 2002 cakupan pemberian ASI serius dapat menyebabkan nyeri, penanggalan
eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan adalah gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan
40.0% dan pada tahun 2007 turun menjadi bahkan kematian.
32.0%. Hal ini terjadi karena makanan Dari hasil penelitian yang dilakukan Budiharto
pendamping ASI (MP-ASI) sudah mulai (1998)20 mengenai faktor resiko yang
diberikan pada bayi lebih awal dari berpengaruh terhadap karies gigi pada anak
semestinya.18,19 terungkap bahwa masa pemberian ASI pada bayi
Bila dibandingkan dengan penelitian menjadi salah satu faktor resiko penyebab karies
yang dilakukan Roesli dan hasil SDKI 2007, gigi. Makin sebentar ibu memberi ASI makin
penelitian ini menghasilkan proporsi lebih tinggi besar resiko terkena karies gigi. Penggantian dari
untuk ibu yang memberikan ASI Eksklusif untuk ASI menjadi susu formula juga turut
bayinya. Rendahnya prevalensi ASI eksklusif berkontribusi menyebabkan karies karena dalam
merupakan salah satu sebab rendahnya status susu formula mengandung kadar gula yang lebih
gizi balita pada umumnya dan bayi pada banyak.
khususnya, padahal pada tahun 1990 Unicef Penelitian lain yang dilakukan oleh
mencanangkan Deklarasi Innocenti yang Sabandar (2005)21 tentang hubungan antara lama
bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, menyusui dengan terjadinya karies gigi pada
dan memberikan dukungan pada pemberian ASI, murid TK Warga Kelurahan Gandekan Surakarta
di mana Indonesia merupakan salah satu negara mendapatkan hasil adanya hubungan yang kuat
yang ikut menandatangani deklarasi tersebut. antara lama menyusui dengan terjadinya karies
Pemanfaatan ASI secara luas juga merupakan gigi pada anak. Hasil penelitian menunjukkan
upaya bernuansa Paradigma Sehat karena dari 73 sampel yang terkumpul didapatkan 65
diperlukan persiapan awal berupa pemenuhan anak atau sebesar 80,04% menderita karies gigi
74
75 Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76

dan yang semasa bayi menerima ASI kurang dari Walaupun proporsi murid yang bebas
1 tahun sebanyak 21 anak atau sebesar 28,77%. karies pada kelompok yang mengkonsumsi ASI
Penelitian yang dilakukan oleh Eksklusif lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Setyowati (2006)22 untuk melihat perbedaan yang mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
angka keparahan karies gigi sulung antara anak PASI, akan tetapi hasil analisis statistik
usia 1-3 tahun yang diberi makanan pendamping menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
ASI sebelum usia 6 bulan dan setelah usia 6 proporsi kejadian karies gigi sulung antara kedua
bulan di BKIA Puskesmas Kedungdoro kelompok (p = 1.000) dan murid yang
Surabaya menunjukkan bahwa terdapat mengkonsumsi ASI Eksklusif memiliki peluang
perbedaan angka keparahan karies gigi sulung di yang sama dengan murid yang
mana anak usia 1-3 tahun yang diberi makanan mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI
pendamping ASI sebelum usia 6 bulan untuk terjadinya karies pada gigi sulungnya (OR
menunjukkan angka keparahan karies gigi = 1.101).
sulung yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang diberi makanan pendamping ASI setelah Saran
usia 6 bulan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil 1. Walaupun tidak ada hubungan signifikan
yang didapat pada 2 penelitian terdahulu tentang kejadian karies gigi antara murid PAUD
lama waktu menyusui dengan resiko terjadinya yang mengkonsumsi ASI secara eksklusif
karies, di mana pada penelitian ini didapatkan dengan yang tidak, akan tetapi penelitian ini
nilai p = 1.000 yang berarti tidak ada hubungan memperlihatkan hasil status karies gigi
signifikan antara konsumsi ASI eksklusif dengan sulung pada murid PAUD di Kelurahan
status karies gigi, akan tetapi untuk angka Pondok Labu termasuk dalam kategori
keparahan karies gigi sulung, penelitian ini tinggi. Perlu diupayakan kerjasama lintas
mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian sektor dengan pihak Puskesmas Kelurahan
Setyowati di mana rerata indeks dmf-t pada Pondok Labu untuk mengikutsertakan
responden yang mengkonsumsi ASI Eksklusif PAUD dalam program UKGS agar dapat
adalah 5.41, lebih rendah dari rerata indeks dmf- dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin
t pada responden yang mengkonsumsi/tidak 2. Mengingat makin sedikitnya angka
mengkonsumsi ASI + PASI yang nilainya 5.91. menyusui eksklusif oleh ibu-ibu (terutama
ibu yang bekerja atau yang tinggal di kota-
Kesimpulan kota besar) kepada bayinya, kiranya perlu
digalakkan lagi kampanye tentang
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif, dengan
prevalensi karies gigi sulung pada murid PAUD berpijak pada pengetahuan tentang besarnya
di Kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan manfaat ASI bagi pemenuhan kebutuhan gizi
76.7% dengan rerata dmf-t 5.66. Hal ini berarti bayi, di samping juga tumbuhnya ikatan
bahwa setiap murid PAUD memiliki rata-rata 6 psikologis antara ibu dengan bayinya saat
gigi sulung yang sedang/telah mengalami karies. menyusui
Bila dimasukkan dalam kategori WHO, maka 3. Kader Posyandu agar mengadakan
status karies gigi sulung pada murid PAUD di penyuluhan kepada ibu-ibu balita tentang
Kelurahan Pondok Labu ini termasuk dalam cara memelihara kesehatan gigi sulung,
kategori Tinggi (dmf-t = 4.5 – 6.5). terutama kepada ibu yang memberikan susu
Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa botol (PASI) kepada anaknya
responden yang memiliki pengalaman 4. Diupayakan agar diadakan pelatihan oleh
mengkonsumsi ASI Eksklusif dan yang kader Posyandu atau kader PKK di
mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI Kelurahan kepada guru-guru PAUD tentang
berjumlah sama, akan tetapi skor dmf-t pada cara memelihara kesehatan gigi
murid yang mengkonsumsi ASI Eksklusif lebih 5. Masih sedikitnya penelitian tentang karies
rendah dibandingkan kelompok lainnya. pada gigi sulung mungkin disebabkan
anggapan bahwa gigi sulung nantinya akan
Ita Yulita, Air Susu Ibu dan Karies Gigi Sulung 76

digantikan oleh gigi tetap, akan tetapi perlu 11. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Upaya
diingat bahwa gigi sulung merupakan Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Cetakan ketiga.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2004
pemandu bagi tumbuhnya gigi tetap di
posisinya yang benar, sehingga kesehatan 12. Bowen, William H, and Lawrence, Ruth A.
gigi sulung pun perlu dijaga. Perlu kajian Comparison of the Cariogenicity of Cola, Honey, Cow
lebih mendalam terhadap faktor resiko lain Milk, Human Milk, and Sucrose. In Pediatrics, Journal
of the American Academy of Pediatrics. Vol. 116 No.
terhadap kejadian karies gigi sulung dengan 4 October 1, 2005
metode lain yang lebih spesifik dan terarah
berdasarkan karakteristik populasi yang 13. Aldrich T, et al. Environmental Epidemiology and
diteliti. Risk Assessment. 1993; 38 – 40

14. Pine, C.M. Community Oral Health. Great Britain:


Daftar Pustaka Wright. 1997
1. Setiawati F. Breastfeeding and Early Childhood Caries
15. Darwita. Prevalensi Karies pada Balita Usia 3-5 Tahun
(ECC) Severity of Children Under Three Years Old in
dan Faktor yang mempengaruhinya (Penelitian di Desa
DKI Jakarta. Journal Makara UI, Kesehatan 2008:2
Sawah Kecamatan Ciputat dan Kelurahan Cilandak
Timur Kecamatan Pasar Minggu, 2003). Jakarta:
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Medika. 2004
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
16. Supartinah. Pengetahuan Dan Praktek Ibu
2008
Hubungannya Dengan Frekuensi Konsumsi Makanan
Jajanan Kariogenik Dan Status Karies Gigi Pada Anak
3. Shils, Maurice E, et al. Modern Nutrition in Health and
Usia 2-4 Tahun Di Kelurahan Tegalsari Kecamatan
Disease, 8th ed. Lea & Febiger: Philadelphia.1994
Candisari Kota Semarang. Yogyakarta: FKG
Universitas Gajah Mada. 1982
4. Kidd, Edwina AM, et al, in: Narlan Sumawinta,
Safrida Faruk editor. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
17. Roesli, U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus
Penanggulangannya. Jakarta: EGC. 1991
Agriwidya. 2000
5. White, Valerie. Breastfeeding and the risk of early
18. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Marco International.
childhood caries. Evidence-based Dentistry. 2008.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007.
Diunduh dari http://www.nature.com. 6 Januari 2011
Calverton. Maryland, USA: BPS dan Marco
International. 2007
6. Kilapong, Flora. Komposisi Zat Gizi Kolostrum, ASI
dan PASI. 2007. Diunduh dari
19. _____, Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang
http://www.parentsguide.co.id. 19 Maret 2011
Kesehatan Kabupaten/Kota. Indikator SPM 2003-
2007. Diunduh dari http://www.spm.depkes.go.id/
7. Shelton, Preston G, et al. Nursing Bottle Caries.
Pediatrics, Official Journal of the American Academy
20. Budiharto. Faktor-Faktor Yang Memberi Kontribusi Pada Perilaku
of Pediatrics. 1977; 59, 777 – 778
IbuTerhadap Kesehatan Gigi Anak.., Jakarta: Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia. 1998
8. Iida, Hiroko, et al. Association Between Infant
Breastfeeding and Early Childhood Caries in the
21. Sabandar, Alfons O. Hubungan Antara Lama
United States. Pediatrics, Journal of the American
Menyusui dengan Terjadinya Karies Gigi pada Murid
Academy of Pediatrics. Vol. 120 No. 4 October 1,
TK Warga Kelurahan Gandekan Surakarta. Surakarta:
2007
FK Universitas Sebelas Maret. 2005
9. Sukmono Suryawati, dkk. Prevalensi Karies Gigi pada
22. Setyowati, Dini. Perbedaan Angka Keparahan Karies
Balita Usia 3-5 tahun. Jurnal Medika, 02 Mei 2009
Gigi Sulung Anak Usia 1 – 3 tahun yang Diberi
Makanan Pendamping ASI Sebelum Usia 6 bulan dan
10. _____, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Setelah Usia 6 bulan di Puskesmas Kedungdoro
Sistem Pendidikan Nasional. 2003
Surabaya Tahun 2006. Surabaya: Universitas
Airlangga. 2006

76

Anda mungkin juga menyukai