4jurnal Ita Yulita PDF
4jurnal Ita Yulita PDF
Abstrak Kata kunci: karies gigi sulung, Air Susu Ibu, murid
PAUD.
Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak.
Dari penelitian yang dilakukan Febriana (2007) di Abstract
lima wilayah di DKI Jakarta diketahui prevalensi Dental caries is still a problem of child’s oral health.
Early Childhood Caries (ECC) anak usia di bawah Research conducted by Febriana (2007) in five areas
tiga tahun di DKI Jakarta 52.7% dengan rata-rata skor in Jakarta showed that the prevalence of Early
def-t 2.85. Karies karena pemberian susu botol Childhood Caries (ECC) in children aged under three
(dikenal dengan nama baby bottle tooth decay/BBTD) years in Jakarta is 52.7% with mean def-t score 2.85.
biasanya terlihat pada anak usia 1-2 tahun. Kondisi Caries due to bottle feeding (known as baby bottle
yang sama akan terlihat pada anak yang mendapat tooth decay) is usually seen in children aged 1-2
ASI untuk jangka waktu yang lebih lama dari years. The same conditions will be seen in children
seharusnya. Karies rampan pada anak yang mendapat who are breastfed for a longer period of time than it
ASI dilaporkan terjadi karena anak dibiarkan should. Rampant caries in children who are breastfed
menyusu pada malam hari saat tidur. Penelitian lain have been reported because the child is allowed to
(White, 2008) menunjukkan tidak ada bukti bahwa suckle at night while sleeping. Another study (White,
pemberian ASI dan jangka waktu pemberiannya 2008) showed no evidence that breastfeeding and
memiliki hubungan dengan terjadinya karies dini duration of the process has any correlation with the
pada anak (Early Childhood Caries/ECC). Tujuan occurrence of early childhood caries. The purpose of
penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan status the study was to see the difference of deciduous
karies gigi sulung (dmf-t) antara anak yang caries status (dmf-t) between children who consumed
mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan anak yang exclusive breastmilk and children who consume/did
mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI. not consume breastmilk + substitute meals. The
Sasaran penelitian adalah murid PAUD di Kelurahan respondents are the preschool (PAUD) students in
Pondok Labu, Jakarta Selatan. Penelitian ini Kelurahan Pondok Labu South Jakarta.This study
menggunakan desain cross sectional (potong lintang). used cross-sectional research design. The results
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi showed that the prevalence of dental caries is 76.7%,
karies gigi sulung adalah sebesar 76.7%, dengan with 5.66 of mean dmf-t. The proportion of
rerata dmf-t sebesar 5.66. Proporsi responden terbagi respondents divided evenly (50%) between the group
merata (50%) antara yang mengkonsumsi ASI that consumed exclusive breast milk with the group
Eksklusif dengan yang mengkonsumsi/tidak that consume/did not consume exclusive breast milk
mengkonsumsi ASI + PASI, akan tetapi status karies + breast milk substitutes, but the status of dental
gigi sulung yang dinyatakan dengan indeks dmf-t caries stated with dmf-t index was lower in the group
lebih rendah pada kelompok ASI Eksklusif, dan of exclusive breastfeeding, and the proportion of
proporsi responden yang bebas karies lebih tinggi respondents with caries-free is higher in this group.
pada kelompok ini. Analisis bivariat menunjukkan The statistical analysis showed no significant
tidak ada perbedaan signifikan (p = 1.000) proporsi proportion difference (p = 1.000) of the incidence of
kejadian karies gigi sulung antara kedua kelompok. dental caries among the two groups. All respondents
Kedua kelompok juga memiliki peluang yang sama have the same opportunities for the occurrence of
untuk terjadinya karies pada gigi sulungnya (OR = dental caries (OR = 1101).
1.101). Key words: deciduous teeth caries, breast milk,
preschool (PAUD) students
69
Ita Yulita, Air Susu Ibu dan Karies Gigi Sulung 70
70
71 Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76
menjadi masalah kesehatan anak. Berbagai mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan anak yang
faktor penyebab terjadinya karies telah mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
diketahui, salah satunya adalah faktor makanan pengganti ASI (PASI), seperti susu formula atau
(dalam hal ini adalah karbohidrat yang makanan pendamping. Tujuan penelitian ini
terfermentasi). Pemberian susu botol dan ASI adalah untuk mengetahui perbedaan status karies
yang berkepanjangan (prolong breastfeeding) gigi sulung (dmf-t) antara anak yang
dilaporkan juga menyebabkan terjadinya karies mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan anak yang
rampan pada anak, walaupun hal itu masih mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
merupakan kontroversi.12 Permasalahan PASI.
penelitian adalah belum diketahuinya apakah ada
perbedaan status karies antara anak yang
Metode variabel dependen dengan masing-masing
Penelitian dilakukan dengan variabel independen.
menggunakan desain potong lintang (cross
sectional). Penelitian dilakukan di Pendidikan Hasil
Anak Usia Dini (PAUD) Kelurahan Pondok Gambaran Variabel-variabel Penelitian
Labu, Jakarta Selatan. Sasaran penelitian adalah Karakteristik masing-masing variabel
semua murid PAUD berusia 1-6 tahun. Teknik penelitian digambarkan dengan analisis
sampling yang dipakai dalam penelitian ini univariat. Variabel dimaksud adalah pengalaman
adalah simple random sampling (metode acak karies gigi sulung (dmf-t) sebagai variabel
sederhana). Didapatkan jumlah sampel sebanyak dependen, dan 2 (dua) variabel independen yaitu
116 orang. Data murid dikumpulkan melalui riwayat konsumsi ASI eksklusif dan konsumsi
wawancara kepada ibu kandung dengan PASI.
menggunakan kuesioner yang dibuat oleh Pusat Pengalaman karies gigi sulung dapat
Penelitian Keluarga Sejahtera Universitas dilihat dari indikator dmf-t (decayed, missing,
Indonesia (PUSKA-UI) & PATH, dan telah diuji filled teeth) yang merupakan penjumlahan dari
coba. Selain kuesioner data murid dikumpulkan indeks “d” (gigi yang sedang mengalami
melalui pemeriksaan kesehatan gigi (status intra kerusakan), indeks “m” (gigi dengan indikasi
oral) dengan menggunakan indikator angka pencabutan atau telah dicabut karena karies), dan
pengalaman karies (dmf-t). Data yang telah indeks “f” (gigi yang telah ditumpat dengan
diolah kemudian dianalisis dengan analisa baik). Pada Tabel 1 dapat dilihat gambaran
univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi pengalaman karies gigi sulung (dmf-t) pada
dari variabel pengalaman karies, dan analisa populasi.
bivariat untuk mengetahui hubungan antara
Hasil analisis data menunjukkan bahwa sulungnya, dan 27 orang sisanya (23.3%) bebas
dari 116 responden yang diperiksa, 89 orang karies.
(76.7%) sedang/pernah memiliki karies pada gigi
Konsumsi ASI merupakan riwayat anak umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan atau
menyusui ASI sejak dilahirkan sampai umur minuman tambahan apapun, maka responden
tertentu. Pada penelitian ini responden dibagi dimasukkan dalam Kelompok 1. Responden
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok ASI yang memiliki riwayat mengkonsumsi ASI sejak
Eksklusif (Kelompok 1) dan kelompok ASI + lahir tetapi tidak sampai umur 6 (enam) bulan
PASI (Kelompok 2). Bila responden memiliki atau responden yang tidak pernah sama sekali
riwayat mengkonsumsi ASI sejak lahir sampai mengkonsumsi ASI sejak lahir, atau responden
Ita Yulita, Air Susu Ibu dan Karies Gigi Sulung 72
yang mengkonsumsi ASI tetapi juga mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan responden
mengkonsumsi makananan atau minuman yang mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
tambahan (PASI) dimasukkan ke dalam PASI, yaitu sebesar 50.0% (58 orang).
Kelompok 2. Gambaran distribusi responden berdasarkan
Dalam penelitian ini distribusi riwayat mengkonsumsi ASI dapat dilihat pada
responden terbagi merata antara yang Diagram 1 berikut:
Diagram 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan gigi dilakukan pada
Riwayat Mengkonsumsi ASI responden dari kedua kelompok untuk
mendapatkan angka pengalaman karies gigi
sulungnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Distribusi Responden Berdasarkan rata-rata status karies gigi sulung (dmf-t) pada
Riwayat Mengkonsumsi ASI Kelompok 1 adalah 5.41, lebih rendah dari status
Mengkonsumsi ASI karies pada Kelompok 2 yang skornya 5.91,
58 58 saja s/d umur 6 bln dengan rerata skor decayed (d), missing (m), dan
(Eksklusif) filled (f) untuk masing-masing kelompok seperti
Dengan/tanpa ASI tertera pada Tabel 2.
+ PASI
Tabel 2. Gambaran Rerata Status Karies Gigi Sulung (dmf-t) pada Kelompok 1 dan Kelompok 2
Rerata Kelompok 1 Kelompok 2
Status Karies (n = 58) (n = 58)
Gigi Sulung
d 5.09 5.38
m 0.29 0.53
f 0.03 0.00
dmf-t 5.41 5.91
72
73 Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Minum ASI dan Status Karies Gigi Sulung
Pengalaman Status karies gigi sulung Total OR P value
minum ASI (dmf-t) (95% CI)
dmf-t = 0 dmf-t > 0
n % n % n %
Mengkonsumsi ASI saja 14 24.1 44 75.9 58 100 1.101 1.000
s/d umur 6 bln (Eksklusif) (0.465 – 2.607)
dengan/tanpa ASI + PASI 13 22.4 45 77.6 58 100
(1982) menunjukkan bahwa di Yogyakarta, dari gizi bagi setiap ibu hamil, termasuk di dalamnya
7 lokasi pemeriksaan didapatkan angka frekuensi kesiapan ibu hamil secara psikologis untuk
karies gigi sulung anak usia 3-5 tahun sebesar menyusui anaknya secara eksklusif saat anaknya
75% dengan def-t rata-rata 5,2.16 Bila lahir.17 Untuk itu diperlukan kerjasama berbagai
dibandingkan dengan penelitian Suryawati, pihak untuk menggalakkan lagi kampanye
penelitian ini menunjukkan prevalensi yang pemberian ASI secara eksklusif bagi ibu hamil
lebih rendah, akan tetapi bila dibandingkan kepada anaknya setelah melahirkan.
dengan penelitian Supartinah, prevalensi karies Hubungan Variabel-variabel Penelitian
pada murid PAUD di Kelurahan Pondok Labu Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak
lebih tinggi. ada perbedaan bermakna status karies gigi antara
Konsumsi ASI responden yang mengkonsumsi ASI Eksklusif
Konsumsi ASI merupakan riwayat anak dengan responden yang mengkonsumsi/tidak
menyusui ASI sejak dilahirkan sampai umur mengkonsumsi ASI + PASI. Baik pada
tertentu. Pada penelitian ini responden dibagi kelompok responden yang mengkonsumsi ASI
menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok ASI Eksklusif maupun kelompok ASI/non ASI +
Eksklusif dan kelompok ASI + PASI. Dari hasil PASI proporsi bebas karies (dmf-t = 0) hampir
penelitian diketahui bahwa distribusi responden sama, yaitu 24.1% dan 22.4%. Nilai p yang
terbagi merata sebanyak 58 orang (50%) antara diperoleh adalah sebesar 1.000 yang berarti tidak
responden yang mengkonsumsi ASI Eksklusif ada perbedaan proporsi kejadian karies gigi
dengan yang mengkonsumsi/tidak sulung antara anak yang mengkonsumsi ASI
mengkonsumsi ASI + PASI. Akhir-akhir ini secara eksklusif dengan anak yang
kebiasaan memberikan ASI secara eksklusif mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI
mengalami perubahan. Roesli (2000) (tidak ada hubungan yang signifikan antara
menjelaskan, dari penelitian terhadap 900 ibu di konsumsi ASI eksklusif dengan status karies
sekitar Jabodetabek tahun 1995 diperoleh fakta gigi).
bahwa bayi yang diberi ASI Eksklusif sampai Karies gigi adalah penyakit infeksi yang
usia 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu- merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan
ibu tersebut mengakui menyusui bayinya.17 gigi berlubang dan jika tidak ditangani secara
Menurut SDKI 2002 cakupan pemberian ASI serius dapat menyebabkan nyeri, penanggalan
eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan adalah gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan
40.0% dan pada tahun 2007 turun menjadi bahkan kematian.
32.0%. Hal ini terjadi karena makanan Dari hasil penelitian yang dilakukan Budiharto
pendamping ASI (MP-ASI) sudah mulai (1998)20 mengenai faktor resiko yang
diberikan pada bayi lebih awal dari berpengaruh terhadap karies gigi pada anak
semestinya.18,19 terungkap bahwa masa pemberian ASI pada bayi
Bila dibandingkan dengan penelitian menjadi salah satu faktor resiko penyebab karies
yang dilakukan Roesli dan hasil SDKI 2007, gigi. Makin sebentar ibu memberi ASI makin
penelitian ini menghasilkan proporsi lebih tinggi besar resiko terkena karies gigi. Penggantian dari
untuk ibu yang memberikan ASI Eksklusif untuk ASI menjadi susu formula juga turut
bayinya. Rendahnya prevalensi ASI eksklusif berkontribusi menyebabkan karies karena dalam
merupakan salah satu sebab rendahnya status susu formula mengandung kadar gula yang lebih
gizi balita pada umumnya dan bayi pada banyak.
khususnya, padahal pada tahun 1990 Unicef Penelitian lain yang dilakukan oleh
mencanangkan Deklarasi Innocenti yang Sabandar (2005)21 tentang hubungan antara lama
bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, menyusui dengan terjadinya karies gigi pada
dan memberikan dukungan pada pemberian ASI, murid TK Warga Kelurahan Gandekan Surakarta
di mana Indonesia merupakan salah satu negara mendapatkan hasil adanya hubungan yang kuat
yang ikut menandatangani deklarasi tersebut. antara lama menyusui dengan terjadinya karies
Pemanfaatan ASI secara luas juga merupakan gigi pada anak. Hasil penelitian menunjukkan
upaya bernuansa Paradigma Sehat karena dari 73 sampel yang terkumpul didapatkan 65
diperlukan persiapan awal berupa pemenuhan anak atau sebesar 80,04% menderita karies gigi
74
75 Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76
dan yang semasa bayi menerima ASI kurang dari Walaupun proporsi murid yang bebas
1 tahun sebanyak 21 anak atau sebesar 28,77%. karies pada kelompok yang mengkonsumsi ASI
Penelitian yang dilakukan oleh Eksklusif lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Setyowati (2006)22 untuk melihat perbedaan yang mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI +
angka keparahan karies gigi sulung antara anak PASI, akan tetapi hasil analisis statistik
usia 1-3 tahun yang diberi makanan pendamping menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
ASI sebelum usia 6 bulan dan setelah usia 6 proporsi kejadian karies gigi sulung antara kedua
bulan di BKIA Puskesmas Kedungdoro kelompok (p = 1.000) dan murid yang
Surabaya menunjukkan bahwa terdapat mengkonsumsi ASI Eksklusif memiliki peluang
perbedaan angka keparahan karies gigi sulung di yang sama dengan murid yang
mana anak usia 1-3 tahun yang diberi makanan mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI
pendamping ASI sebelum usia 6 bulan untuk terjadinya karies pada gigi sulungnya (OR
menunjukkan angka keparahan karies gigi = 1.101).
sulung yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang diberi makanan pendamping ASI setelah Saran
usia 6 bulan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil 1. Walaupun tidak ada hubungan signifikan
yang didapat pada 2 penelitian terdahulu tentang kejadian karies gigi antara murid PAUD
lama waktu menyusui dengan resiko terjadinya yang mengkonsumsi ASI secara eksklusif
karies, di mana pada penelitian ini didapatkan dengan yang tidak, akan tetapi penelitian ini
nilai p = 1.000 yang berarti tidak ada hubungan memperlihatkan hasil status karies gigi
signifikan antara konsumsi ASI eksklusif dengan sulung pada murid PAUD di Kelurahan
status karies gigi, akan tetapi untuk angka Pondok Labu termasuk dalam kategori
keparahan karies gigi sulung, penelitian ini tinggi. Perlu diupayakan kerjasama lintas
mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian sektor dengan pihak Puskesmas Kelurahan
Setyowati di mana rerata indeks dmf-t pada Pondok Labu untuk mengikutsertakan
responden yang mengkonsumsi ASI Eksklusif PAUD dalam program UKGS agar dapat
adalah 5.41, lebih rendah dari rerata indeks dmf- dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin
t pada responden yang mengkonsumsi/tidak 2. Mengingat makin sedikitnya angka
mengkonsumsi ASI + PASI yang nilainya 5.91. menyusui eksklusif oleh ibu-ibu (terutama
ibu yang bekerja atau yang tinggal di kota-
Kesimpulan kota besar) kepada bayinya, kiranya perlu
digalakkan lagi kampanye tentang
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif, dengan
prevalensi karies gigi sulung pada murid PAUD berpijak pada pengetahuan tentang besarnya
di Kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan manfaat ASI bagi pemenuhan kebutuhan gizi
76.7% dengan rerata dmf-t 5.66. Hal ini berarti bayi, di samping juga tumbuhnya ikatan
bahwa setiap murid PAUD memiliki rata-rata 6 psikologis antara ibu dengan bayinya saat
gigi sulung yang sedang/telah mengalami karies. menyusui
Bila dimasukkan dalam kategori WHO, maka 3. Kader Posyandu agar mengadakan
status karies gigi sulung pada murid PAUD di penyuluhan kepada ibu-ibu balita tentang
Kelurahan Pondok Labu ini termasuk dalam cara memelihara kesehatan gigi sulung,
kategori Tinggi (dmf-t = 4.5 – 6.5). terutama kepada ibu yang memberikan susu
Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa botol (PASI) kepada anaknya
responden yang memiliki pengalaman 4. Diupayakan agar diadakan pelatihan oleh
mengkonsumsi ASI Eksklusif dan yang kader Posyandu atau kader PKK di
mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI Kelurahan kepada guru-guru PAUD tentang
berjumlah sama, akan tetapi skor dmf-t pada cara memelihara kesehatan gigi
murid yang mengkonsumsi ASI Eksklusif lebih 5. Masih sedikitnya penelitian tentang karies
rendah dibandingkan kelompok lainnya. pada gigi sulung mungkin disebabkan
anggapan bahwa gigi sulung nantinya akan
Ita Yulita, Air Susu Ibu dan Karies Gigi Sulung 76
digantikan oleh gigi tetap, akan tetapi perlu 11. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Upaya
diingat bahwa gigi sulung merupakan Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Cetakan ketiga.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2004
pemandu bagi tumbuhnya gigi tetap di
posisinya yang benar, sehingga kesehatan 12. Bowen, William H, and Lawrence, Ruth A.
gigi sulung pun perlu dijaga. Perlu kajian Comparison of the Cariogenicity of Cola, Honey, Cow
lebih mendalam terhadap faktor resiko lain Milk, Human Milk, and Sucrose. In Pediatrics, Journal
of the American Academy of Pediatrics. Vol. 116 No.
terhadap kejadian karies gigi sulung dengan 4 October 1, 2005
metode lain yang lebih spesifik dan terarah
berdasarkan karakteristik populasi yang 13. Aldrich T, et al. Environmental Epidemiology and
diteliti. Risk Assessment. 1993; 38 – 40
76