Laporan Risiko
Laporan Risiko
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4.3.PENATAAN DATA
Penataan data (record keeping) merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam
manajemen risiko kesehatan. Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan manajemen
risiko kesehatan ini terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus
tersimpan rapi dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai paling tidak
selama 30 tahun. Penataan data ini ditujukan agar:
1. Dapat mengenal tren kesehatan dan masalah yang perlu penyelesaian.
2. Memungkingkan evaluasi epidemiologi.
3. Memenuhi persyaratan legal.
4. Tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan pekerja dan perusahaan dalam
kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja termasuk penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan.
5. Memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan pekerja.
Perlu dipahami bahwa data surveilans kesehatan pekerja bersifat rahasia sehingga
harus mendapat penanganan untuk menjaga kerahasiaan tersebut. Data anonim harus
digunakan ketika menyampaikan laporan kepada manajemen dan pengusaha,
termasuk pemantauan kinerja program kesehatan dan keselamatan kerja. Data lain
yang perlu ditata adalah yang terkait dengan pengendalian dan penilaian pajanan serta
kegiatan surveilans kesehatan yang dilaksanakan dalam proses manajemen risiko
kesehatan.
Kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi termasuk penyampaian instruksi dan
pelatihan, perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pendidikan dan latihan
merupakan komponen penting dalam perlindungan kesehatan pekerja. Tujuan utama
pendidikan dan latihan ini adalah agar pekerja:
1. Mengerti, paling tidak pada tingkat dasar, bahaya kesehatan yang terdapat di lingkungan
kerjanya.
2. Terbiasa dengan prosedur kerja dan melakukan pekerjaan sesuai prosedur untuk
mengurangi tingkat pajanan.
3. Menggunakan alat pelindung diri dengan benar dan memelihara agar tetap berfungsi baik.
4. Mempunyai kebiasaan sehat dan selamat serta higine perorangan yang baik.
5. Mengenal gejala dini gangguan kesehatan akibat pajanan bahaya tertentu.
6. Melakukan pertolongan pertama apabila terjadi gangguan kesehatan sesegera mungkin.
2.5 PROSES MANAJEMEN RISIKO
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif
dalam menghadapi uncertainty dengan resiko dan peluang yang berhubungan dan
meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO,
proses manajemen resiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap)
(1) Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan
beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen
tentang resiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap resiko), risk-
appetite (selera atau penerimaan terhadap resiko), ethical values (nilai moral), struktur
organisasi, dan pendelegasian wewenang.
(2) Objective setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat
mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola resiko. Objective dapat diklasifikasikan
menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi
Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam
jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi
tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori,
yaitu operations objectives, reporting objectives dan compliance objectives.
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi dan
bagian haruslah dilibatkan dan mengerti resiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut
terkait dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah pemilik dari resiko.
Demikian pula, dalam penentuan tujuan organisasi, hendaknya menggunakan
pendekatan SMART dan ditentukan risk appetite and risk tolerance (variasi dari tujuan
yang dapat diterima).
(3) Event identification (Identifikasi resiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di
lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau
pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak
positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negatif (risks). Terdapat 4
model dalam identifikasi resiko, yaitu exposure analysis, environmental analysis, threat
scenario dan brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis,
mencoba mengidentifikasi resiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial
assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan
informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian resiko
kehilangan dan resiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank.
(4) Risk assessment (Penilaian resiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat
mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui
dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif,
yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence(besaran dari
terealisirnya resiko). Penilaian resiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu qualitative
techniques dan quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan
beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high),
questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data
berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic
models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai contoh kasus kecelakaan kerja dapat juga
berupa kemungkinan terjadi kecelakaan yang dapat membahayakan para pekerja
kemudian dikaitkan dengan cara mencegah dan menanggulangi kejadian tersebut
melalui proses manajemen risiko.
3.1 KASUS LEDAKAN DI INDUSTRI PERTAMBANGAN
Tahun 2007 terjadi kecelakan kerja yang berhubungan dengan proses peledakan di PT
Adaro, sebuah tambang batu bara di Kalimantan Selatan. Memang kasusnya tidak
terlalu menyita perhatian masyarakat di Indoensia, tapi kecelakaan kerja yang
mengakibatkan kematian merupakan suatu kecelakaan yang sangat serius di industri
pertambangan. Kasusnya adalah seorang juru ledak meninggal dunia akibat terkena
batuan oleh suatu peledakan dari hasil peledakan yang dikelolanya. Tragis memang,
sebuah gambaran begitu tidak sempurnanya apa yang telah direncanakan dan apa
yang mereka ingin hasilkan dari rencana yang telah dibuatnya. Ledakan dapat
menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu
akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada
lubang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang
fatal.
Untuk mencegah kejadian tersebut terjadi kembali maka diperlukan adanya manajemen
risiko sehingga tidak ada kerugian baik nyawa maupun materi yang terjadi.
Berdasarkan proses manajemen risiko itu sendiri, terlebih dahulu perlu mengetahui
bagaimana kondisi lingkungan internal di daerah tersebut, setelah itu melakukan
penetapan tujuan kemudian mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang bakal terjadi di
lingkungan itu, penilaian resiko, sikap atas resiko dan aktifitas pengendalian dapat
berupa keputusan seperti apa yang mesti diambil oleh manajemen untuk mencegah
kejadian tersebut misalnya : memberikan trainingkepada juru ledak, menjelaskan
bagaimana prosedur kerja yang memadai yang sesuai dengan desain peledakannya,
memberikan pengatahuan kepada seluruh pekerja mengenai pengetahuan dasar-dasar
terjadinya ledakan yang membahas mengenai gas-gas yang mudah terbakar/meledak,
sumber pemicu ledakan/kebakaran (bukan hanya utuk wilayah pertambangan tapi
semua sektor industri).
Mengetahui teknik pencegahan ledakan tambang, melalui penyiraman air, pemakaian
alat-alat pencegahan standar. Tetap saling berbagi informasi dan saling komunikasi
antara pekerja dan pihak lain yang lebih tahu atau mencari tahu informasi mengenai
pencegahan dan penanggulangan akan risiko yang mungkin terjadi serta monitoring,
hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami para pekerja di
industri pertambangan itu sendiri, dan memantau apakah yang para pekerja lakukan
sudah safety dan telah sesuai dengan standar kerja yang sesuai
3.1 KESIMPULAN
1. Risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian di masa depan. Manajemen
risiko merupakan penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur
dan akitivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan
pemantauan serta review risiko.
2. Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan:
meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan
kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman,
sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan.
3. Manfaat penerapan manajemen risiko di tempat kerja untuk meminimalisir
kejadian kecelakaan kerja, sehingga pekerja merasa aman dan nyaman dan bekerja,
dapat mencegah dan mengambil keputusan dengan segera akan kemungkinan-
kemungkinan yang mungkin akan terjadi.
4. Komponen utama manajemen risiko kesehatan dalam kesehatan kerja adalah
penilaian risiko (risk assessment), surveilans kesehatan (health surveillance), dan
pencatatan (records).
5. Proses manajemen risiko terdiri atas menganalisis lingkungan internal,
menetapkan tujuan, identifikasi resiko, penilaian resiko, sikap atas resiko, aktifitas-
aktifitas, pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring
4.2 SARAN
Proses manajemen risiko sangat perlu diterapkan di setiap tempat kerja,
sehingga proses kerja dapat lebih produktif dan menguntungkan bagi pihak
perusahaan/organisasi itu sendiri dan tentunya dapat terhindar risiko kecelakaan kerja
yang dapat membahayakan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.ManajemenRisiko.[Online].http://kesehatandankeselamatankerja.blogspot.com/2
008/01/manajemen-risiko-untuk-k3.html.[Diakses 6 september 2011]
Anonim.2009.DefinisidanManfaatPenerapanManajemenRisiko.[Online].http://jurnalsdm.bl
ogspot.com/2009/09/manajemenresikodefinisidanmanfaat.html. [Diakses6september2011]
Ariagusti.2011.ManajemenRisikoDalamKeselamatan&KesehatanKerja.[Online]. http://aria
gusti.wordpress.com/2011/01/07/manajemenrisikodalamkeselamatan-dan-kesehatan-
kerja/.[Diakses 6 september 2011]
Ariagusti.2011.ManajemenRisikoK3diPerusahaanPertambangan.[Online].http. http://www
.dosenkesmas.ManajemenRisikoK3diPerusahaanPertambangan_BlogDosenKesehatanMasyaraka
t.html.[Diakses29Oktober2011]
Ishak,Aulia.2004.ManajemenK3DalamUpayaMeningkatkanProduktivitasKerja.
[Online].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1458/1/industriulia3.pdf.[Diakses29Ok
tober2011]
Mansyur,Muchtaruddin.2007.ManajemenRisikoKesehatanDiTempatKerja.[Online].http://d
ocs.google.com/viewer?a=v&q=cache:InJ_9_qznQIJ:indonesia.digitaljournals.org/index.php/idn
med/article/download/534/533+Manajemen+Risiko+Kesehatan+di+Tempat+Kerja.html.%5BDia
kses6 september 2011]
Mulyadi,HendraDicky.2011.ManajemenRisiko.[Online].http://dickyhendramulyadi@yahoo.co
m. [Diakses 10 september 2011]
Rachmadi.2011.ManajemenResiko(JanganTakutDenganResiko).[Online].http://www.eoco
mmunity.com/showthread.php?tid=16221. [Diakses 10 september 2011]