Batu Menangis
Batu Menangis
Sesampainya dirumah Moko memarahi Sari dan memperingati agar ia tidak dekat-
dekat Mardi. Dan ternyata di belakang pintu Risa sedang mendengarkan
percakapan mereka.
Moko :”Sari, ingat ya kamu jangan pernah mau dekat-dekat dengan Mardi.
Abang tau sekali dia itu orang yang sangat malas, Dia hanya membanggakan harta
orang tuanya”
Sari :”iyaa bang sari mengerti..”
Moko :”Lain kali kalau ia mendekatimu kamu harus secepatnya pergi, abang
tidak mau kamu ikut-ikutan dia menjadi orang yang pemalas”
Sari :”iy..”
Risa :”hey udik, jangan pernah kau mendekati Mardi!!”
Sari :”iya kak, aku berjanji tidak akan mendekati dia..”
Risa :”dengar ya, pemuda yang tampan dan kaya di sini hanya cocok denganku,
yang cantik jelita ini.. tidak denganmu!!” (pergi menuju dapur)
Moko :”Iyaa sangat cocok sekali Mardi dengan mu kak, sama sama pemalas..”
(cetusnya)
Didapur.
Risa :”Ibuuu!!!”
Ibu :”iya nak? Ada apa?”
Risa :”Mana makanan kita bu!!!”
Ibu :”Ehm... “
Risa :”aku sangat lapar bu, aku mau makan sekarang cepat buuu!!!”
Ibu :”tunggu sebentar nak, ibu menunggu adikmu membawa uang untuk
membeli beras karena beras kita sudah habis..”
Risa :”Apaaaa!!! Aku bisa mati kelaparan!!”
Dibelakang..
Moko :”ibu kenapa?”
Ibu :”ibu tidak apa-apa nak.. “
Moko :”siapa diluar bu.. “
Ibu :”Nak mardi.. “
Moko :”Mau ngapain dia disini.. aku ke luar dulu yaa bu... “
Tiba-tiba...
Mardi :”eh bang moko.. “
Moko :”ngapain kamu disini.. Sari sedang pengajian ini hampir magrib lebih
baik kamu pulang.. “
Mardi :”tapi pembantumukan sedang membuatkan kita minum...”
Moko :”haaa? Pembantuu?”
Mardi :”Yasudahlah saya pulang duluu yaa.. assalamualaikum... “
Moko :”Wa’alaikum salam” (cetusnya)
Setelah kepulangan Mardi, terjadi pertengkaran hebat antara Moko dan Risa..
Moko :”apa yang kakak lakukan kak... “
Risa :”Memangnya apa yang aku lakukan... “
Moko :”kakak bilang dengannya kalau ibu kita itu adalah seorang pembantu!!!”
Risa :”memangnya kenapa?”
Moko :”Kak.. beliau itu ibu kita bukan pembantu kita kak, kakak sudah
keterlaluan.. kakak tidak menghargai ibu lagi... “
Risa :”aku sangat malu mengakui perempuan tua yang jelek itu ibuku, apa kata
orang-orang jika perempuan tercantik di desa ini mempunyai ibu seperti itu... “
Moko :”Kakak keterlaluan... “
Risa segera pergi masuk kekamar dan didepan pintu ia bertabrakan dengan
ibunya..
Risa :”Issss.... “
Keesokan harinya.. Risa, Putri sulung Darmi, sedang berdandan. ia sangat malas
dan jauh berbeda dengan adiknya. Dia bersifat sombong dan durhaka. Kerjanya
hanya bersolek dan mengagumi kecantikannya di depan cermin. Ia sama sekali
tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya
pergi ke sawah, ia selalu menolak.
Hari sudah menjelang siang, Risa teringat dengan alat-alat kecantikannya yang
sudah habis, tak lama kemudian ibu dan adiknya datang. Tanpa basi basi Risa
langsung menghampiri ibunya yang baru sampai di pintu dan masih terlihat lelah.
Risa :”Bu!! Alat alat kecantikan ku sudah habis, ibu harus segera membelikan
yang baru, ??”
Sari :” Kak, ibu baru saja pulang, seharusnya kakak bisa lebih menghargai ibu”
Ibu :”Risa, ibu masih lelah, besok saja ya, pasti ibu belikan…”(duduk
menghela nafas)
Risa :”Tidak bu!! (membentak ibu) aku ingin sekaraang!!!”
Sari :”Kakak!!!”
Risa :”Diam kau anak kecil!!” (sambil melotot)
Ibu :”Sudah Tak apa apa Sari, biar ibu beli sekarang” (bicara kepada Sari)
“tapi Risa, ibu tak tahu alat kecantikan seperti apa yang kamu maksud,
kamu harus ikut ke pasar juga”
Risa :”Hahh? Aku harus ikut juga”
Ibu :”iya nak, ibu kan tidak tau yang mana yang kamu maksud”
Risa :”Ahh, mana diluar masih panas lagi nanti kulitku terbakar bu”
Ibu : (diam memperhatikan tingkah Risa)
Risa :”yaudah deh, aku akan ikut ibu ke pasar tapi dengan suatu syarat..”
Ibu :”apa syarat nya nak??”
Risa :”Ibu harus berjalan di belakangku”
Ibu :”kenapa memangnya nak?”
Risa :”sudah jangan banyak tanya bu, dan satu lagi ibu harus memayungiku
dari belakang yaa.. “
Sari :”Kak, ini ibu kita bukan pembantu kakak kak.. “
Risa :”kalian seharusnya berkaca. lihat saja wajah kalian yang tak terurus dan
pakaian kalian pun sangat kotor sekali. apalagi ibu, sudah keriput,bau..
jelas aku malu!!”
Ibu :”sudahlah nak tidak apa-apa, ayo kita pergi sekarang nanti keburu
malam nak.. “
Risa :”Itu lebih baik.. “
Ibu :”Kamu jaga rumah saja ya sari, biarkan ibu dan kakakmu yang pergi ke
pasar”
Sari :”baik bu.. “
Walaupun sedih, sang Ibu pun menuruti permintaan putrinya. Setelah itu,
berangkatlah mereka ke pasar secara beriringan. Risa berjalan di depan,
sedangkan Ibunya mengikuti dari berlakang dengan memegang payung. Meskipun
mereka satu keluarga, penampilan mereka kelihatan sangat berbeda. Seolah-olah
mereka bukan keluarga yang sama. Risa dengan pakaian yang bagus, sedangkan
sang Ibu kelihatan sangat kusut, dengan pakaian yang sangat kotor. Di tengah
perjalanan, Risa bertemu dengan temannya yang tinggal di kampung lain.
Laksana di sambar petir, Darmi mendengar ucapan putrinya seperti itu. Tapi dia
hanya terdiam sambil menahan rasa sedih.
Sang ibu tetap saja menjawab tidak pertanyaan anaknya. Ternyata ia sedang
berdoa kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka itu. Risa melihat
mulut ibunya komat-kamit sambil menengadahkan tangannya ke atas.
Risa :”Heii!! Ibu sedang apa siihh??” (nada membentak, menoleh kepada ke
ibunya)
Risa :”Ibu!!.. Ibu!! Apa yang terjadi denganku bu?? Aduuhh keraas sekali bu..
Maafkan Risa bu!! Bu Risa berjanji tidak akan mengulanginya lagi bu!!” (seru
Risa semakin panik)
Sang ibu hanya bisa menangis melihat anaknya berubah menjadi batu. Namun,
apa hendak dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Hukuman itu tidak dapat lagi
dihindari. Gadis durhaka itu hanya bisa menangis dan menangis menyesali
perbuatannya. Sebelum kepala anaknya berubah menjadi batu, sang Ibu masih
melihat air menetes dari kedua mata anaknya. Semua orang yang lewat di tempat
itu juga ikut menyaksikan peristiwa itu. Tidak berapa lama, cuaca pun kembali
terang seperti sedia kala. Seluruh tubuh Risa telah menjelma menjadi batu. Batu
itu kemudian mereka letakkan di pinggir jalan bersandar ke tebing. Oleh
masyarakat setempat, batu itu mereka beri nama Batu Menangis.