Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Perubahan warna gigi anterior merupakan problem estetik pasien dan dokter gigi.

Prosedur pemutihan / bleaching lebih sederhana dibandingkan restorasi. Dapat secara internal

atau eksternal. Teknik perawatan yang digunakan tergantung penyebab dan lokasi penyebab

(dentin / enamel), kemampuan memperkirakan hasil perawatan dan rencana perawatannya.

Pasien harus diberitahu faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan warna gigi sebelum

prosedur perawatan dimulai, diantaranya warna gigi yang normal, gigi sulung putih kebiruan,

dan gigi permanen putih kekuningan. Warna gigi ditentukan oleh translusensi dan ketebalan

email dan warna dentin dibawahnya. Bertambahnya umur email menjadi lebih tipis dan dentin

jadi lebih tebal karena deposisi dentin sekunder.

Perawatan bleaching adalah upaya untuk mendapatkan warna gigi geligi menjadi lebih

cerah dari sebelumnya. Perubahan warna yang terjadi pada gigi depan seringkali menimbulkan

masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan, terutama bagi wanita dan pria dengan

profesi yang menuntut penampilan prima. Warna gigi yang putih dan bersih sangat membantu

seseorang untuk berani tampil dan berkomunikasi. Bagi wanita dengan warna gigi yang tidak

putih dan cerah akan mempengaruhi senyumnya sehingga hanya dapat memakai warna lipstick

atau warna make up tertentu. Perubahan warna gigi dapat mengakibatkan terjadinya kompleks

psikologis dan menimbulkan rasa rendah diri (Rosseano, 2009).

Perubahan warna gigi dapat ditanggulangi dengan pembuatan mahkota selubung,

pelapisan kembali dengan bonding, veneer dan bleaching. Bleaching adalah cara yang efektif

mengubah warna gigi karena tidak perlu memotong gigi untuk pembuatan crown.

Walaupun crown dapat bertahan lima sampai lima belas tahun, kita harus ingat bahwa

1
mempertahankan gigi lebih baik daripada memotong/mengurangi gigi untuk crown (Rosseano,

2009).

Semua orang yang berumur 14 tahun ke atas boleh menerima perawatan ini kecuali

wanita yang sedang hamil atau menyusui tidak direkomendasi untuk menerima perawatan ini.

Penelitian dan studi klinis membuktikan bahwa perawatan bleaching di bawah pengawasan

dokter gigi terbukti aman bahkan perawatan bleaching merupakan prosedur kosmetik gigi

teraman yang ada selama ini (Rosseano, 2009).

2
I. ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI

Terjadinya perubahan warna pada gigi disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik.

Diskolorasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi, biasanya lokal seperti noda teh atau

tembakau hilang dengan pemolesan gigi sedangkan diskolorasi intrinsik terjadinya perubahan

warna gigi akibat noda pada email/ dentin seperti stain tetracyclin yang masuk dentin. Perubahan

warna akibat obat ini sulit atau tidak dapat diputihkan, namun jika perubahannya akibat proses

nekrosis dapat dihilangkan.

Menurut Grossman (1995), perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan sebagai

ekstrinsik atau intrinsik, yaitu :

a. Perubahan Warna Ekstrinsik

Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal

lokal, misalnya noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi cokelat kekuning-

kuningan sampai hitam, pewarnaan karena makanan dan minuman menyebabkan gigi menjadi

berwarna gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat perak, bercak kehijauan yang dihubungkan

dengan membran Nasmyth pada anak-anak.

Biasanya ditemukan pada permukaan luar gigi yang disebabkan noda, pada umumnya

mudah dihilangkan dengan scaling dan brushing. Faktor-faktor dari luar yang menyebabkan

perubahan warna gigi, antara lain keadaan kebersihan mulut yang tidak baik, adanya plak

mengandung produk bakteri kromogenik yang dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi.

Hal ini dapat menyebabkan gigi berubah warna menjadi hijau, kuning, coklat ataupun hitam.

Pengaruh makanan dan minuman yang berwarna yang dikonsumsi, seperti rempah-rempah

misalnya kunyit, temulawak dapat menyebabkan gigi berwarna kuning, pandan dapat

menyebabkan gigi berwarna hijau. Selain itu beberapa jenis minuman yang mengandung pigmen

3
dapat menyebabkan perubahan warna, misalnya kopi, teh, sirup, dan minuman-minuman dengan

bahan pewarna. Rokok juga dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi coklat sampai

hitam pada bagian leher gigi. Distribusi dan perubahan warna yang terjadi ditentukan oleh tipe,

jumlah, dan kebiasaan lamanya merokok.

Gambar 1. Perubahan Warna Ekstrinsik

b. Perubahan Warna Intrinsik

Perubahan warna intrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda yang

terdapat di dalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau penggabungan bahan-

bahan di dalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila masuk ke dalam dentin akan

terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna gigi dapat dihubungkan dengan

periode perkembangan gigi misalnya pada dentiogenesis imperfekta atau setelah selesai

perkembangan gigi yang disebabkan oleh pulpa nekrosis.

Biasanya karena stuktur dari dalam jaringan giginya sendiri, seperti gigi yang telah mati

yang dapat menyebabkan perubahan warna menjadi lebih gelap, atau bisa juga gigi-gigi yang

telah mengalami perawatan saluran akar, atau pemakaian antibiotic tetrasiklin saat usia

pembentukan gigi,dapat menyebabkan perubahan warna gigi yang permanen, yaitu dari kuning

sampai abu-abu atau coklat. Penyakit metabolik yang berat selama fase pertumbuhan gigi juga

menyebabkan perubahan warna. Sebagai contoh perubahan akibat endemic fluorosis yang

4
menyebabkan bercak-bercak coklat pada gigi. Lantas hemorhagi (pendarahan hebat) dalam

kamar pulpa terjadi karena injury traumatic (luka trauma) pada gigi yang menyebabkan putusnya

pembuluh darah pada pulpa dan darah terdifusi ke dalam tubuli dentin (rongga gigi), sehingga

menyebabkan warna gelap kemerahan. Pemakaian obat-obatan untuk perawatan pengisian

saluran akar dan juga bahan tambalan yang sering menyebabkan perubahan warna (terutama

amalgam).

Gambar 1. Perubahan Warna Intrinsik

Tabel 1. Penyebab Perubahan Warna Gigi (Meizarini dan Rianti, 2005).

5
Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahan warna dapat terjadi pada saat atau

setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik :

a. Penyebab Noda Alamiah

Perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi setelah gigi

erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan di dalam struktur gigi,

kadang-kadang diakibatkan defek email atau karena cedera trauma.

Contoh penyebab noda alamiah adalah sebagai berikut :

1. Pulpa nekrosis

Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tulubus dentin dan

mewarnai dentin di sekitarnya.

2. Perdarahan intrapulpa

Disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan perdarahan dan lisis

eritrosit. Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam tulubus

dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama makin meningkat.

3. Metamorfosis kalsium

Pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif di dalam kamar pulpa atau

pada dinding saluran akar menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau warna

gigi berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan. Pada pasien yang sudah

tua,perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai akibat aposisi dentin secara

berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan optik dalam email.

4. Defek perkembangan

Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi.

6
 Fluorosis endemik

Masuknya sejumlah flour saat pembentukan gigi menyebabkan kerusakan struktur

yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia. Permukaan

gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut.

 Obat-obatan sistemik

Masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat

menyebabkan perubahan warna gigi. Pada umumnya obat yang menyebabkan

perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna

kuning kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung kepada jumlah, frekwensi,

jenis tetrasiklin dan umur pasien saat meminum obat.

 Defek dalam pembentukan gigi

Kerusakan dalam pembentukan gigi terjadi sebatas email berupa hipoplasia atau

hipokalsifikasi,terlihat warna gigi kecoklatan.

 Kelainan darah dan faktor-faktor lain

b. Penyebab Perubahan Warna Iatrogenik

Perubahan warna sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan oleh

berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi.

1) Perubahan Warna Gigi karena Perawatan Endodontik

Perubahan warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh beberapa hal

tersebut dibawah ini (Walton & Torabinejab, 1996) :

 Bahan obturasi

Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen saluran

akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan komponen logam.

7
 Sisa-sisa jaringan pulpa

Fragmen jaringan pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam tanduk pulpa, dapat

mengakibatkan perubahan warna secara perlahan.

 Obat-obatan intra kanal

Kebanyakan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan warna gigi, misalnya obat

intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama

memungkinkan obat berpenetrasi ke dalam dentin sehingga akan menyebabkan

perubahan warna gigi.

2) Perubahan Warna Gigi karena Restorasi Korona

Restorasi yang dipakai biasanya ada dua tipe, yaitu (Walton & Torabinejab,1996):

 Restorasi logam

Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat mengubah

warna dentin menjadi abu-abu gelap.

 Restorasi komposit

Kebocoran mikro tumpatan komposit dapat menyebabkan perubahan warna gigi.

II. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PENGGUNAAN BAHAN PEMUTIH GIGI

Perawatan pemutihan gigi tidak dapat di indikasikan untuk semua orang. Indikasi

perawatannya untuk penderita dengan perubahan warna yang disebabkan proses penuaan,

konsumsi makanan, minuman, obat antara lain tetrasiklin, serta fluorosis (Anonim, 2009).

Kontra indikasi penggunaan bahan pemutih gigi, adalah penderita yang alergi terhadap

komponen bahan pemutih gigi atau bahan sendok cetak, penderita dengan gigi sangat sensitif,

penderita dengan gangguan temporomandibular joints (TMJ), penderita hamil, penderita dengan

restorasi geligi anterior yang berubah warna. Penderita yang terlalu berharap akan hasil

8
pemutihan gigi juga tidak dianjurkan melakukan hal ini, karena kemungkinan hasilnya akan

mengecewakan secara psikis (Anonim, 2009).

Gigi vital yang tidak dapat dilakukan pemutihan adalah gigi vital dengan kondisi ruang

pulpa besar dimana mengakibatkan gigi sensitif, saluran akar yang masih terbuka, adanya

pengikisan email, restorasi yang luas dan alergi peroksida sehingga gigi tetap anak merupakan

kontra indiaksi bleaching vital.

III. MACAM-MACAM BAHAN PEMUTIH GIGI

Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan

preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah

sebagai berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai konsentrasi,

yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan hidrogen peroksida

adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening tidak berwarna dan tidak

berbau.

2. Pirozon

Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini bersifat

kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual pada pasien.

3. Natrium perborat

Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru

mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat alkali, lebih mudah

dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.

9
4. Karbamid peroksida

Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh dalam

berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5% dan

mengandung kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung gliserin atau propilen

glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.

5. Larutan Mc. Innes

Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida 30 %

dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus fluorosis.

6. Natrium peroksiborat monohidrat

Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak daripada

natrium perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.

IV. MEKANISME BLEACHING

Mekanisme kerja bahan pemutih peroxide dan non peroxide yaitu dengan cara masuk

melalui perantara enamel ke tubuli dentin dan mengoksidasi pigmen pada dentin, menyebabkan

warna gigi menjadi lebih muda. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan dengan

sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya tinggi, misalnya sinar

kuring komposit konvensional, sinar laser, sinar plasma arc dengan intensitas tinggi. Beberapa

pabrik menyarankan penggunaan etsa asam sebelum aplikasi pemutih kimia untuk mempertinggi

penetrasi dari material pemutih.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa etsa asam tidak

memperbaiki hasil pemutihan, bahkan gigi perlu dilakukan pemulasan akibat permukaannya

menjadi kasar karena penggunaan etsa asam tersebut (Meizarini dan Rianti, 2005).

Cara kerja pemutihan gigi dilakukan berdasarkan mekanisme reaksi oksidasi. Noda-noda

yang terdapat pada email dentin akan dioksidasi oleh dari gel carbamid peroksida, memecahkan

10
molekul-molekul warna, melalui reaksinya dengan oksigen nascent yang dilepaskan.

Penggunaan H2O2 dengan konsentrasi yang rendah dapat memutihkan gigi dan mencapai hasil

yang sama seperti penggunaan H2O2 dengan konsentrasi tinggi, namun memerlukan waktu yang

lebih lama (Anonim, 2009).

Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk menembus

email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan. Penembusan ini terjadi karena berat

molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai kemampuan denaturasi protein

sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion melalui gigi.

Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan oleh adanya reaksi

oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hydrogen peroksida yang

bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan oksidator ini mempunyai kemampuan untuk merusak

molekul-molekul zat warna, melalui reaksinya dengan oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga

warna menjadi netral dan menyebabkan terjadinya efek pemutihan.

Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal bebas,

HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida berdifusi

melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas bermuatan merupaka radikal yang tidak

stabil dan akan bereaksi dengan molekul organik atau radikal bebas lainnya terutama molekul-

molekul zat warna di dalam gigi setelah zat warna dirusak sehingga terjadi efek pemutihan

(Feinman, 1987; Goldstein and Garber, 1995).

Jadi, penggunaan pemutih gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi profesional yang

mengerti efek samping bahan yang dimaksud dan melakukan tindakan pencegahan terhadap efek

samping yang dapat timbul maupun mengobati sensitivitas yang terjadi setelah pemakaian bahan

11
pemutih gigi. Namun apabila kita ingin membeli sendiri, pastikan kadar bahan aktif pemutihnya

berada dalam batas yang aman, yakni di bawah 10% (Anonim, 2009).

V. TEHNIK BLEACHING

Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching secara

eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan bleaching secara

internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar dengan baik.

5.1 Tehnik Bleaching secara Eksternal

Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin dan

faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial. Etiologi dari pewarnaan gigi

menyebabkan perbedaan teknik untuk bleaching pada gigi vital tetapi prosedur persiapan dan

perlindungan terhadap rongga mulut untuk semua teknik bleaching adalah sama. Bleaching gigi-

geliei vital lebih sulit dibandingkan dengan gigi-geligi non vital. Hal tersebut dikarenakan karena

kondisi gigi yang masih vital sehingga memungkinkan pasien merasakan perubahan suhu yang

terjadi. Oleh karena itu harus dikerjakan dengan ketrampilan tinggi dan sikap yang hati-hati.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada teknik bleaching vital adalah (Rosseano, 2009) :

(1). Pembuatan foto periapikal dan tes vitalitas gigi.

(2). Gigi dibersihkan dengan pumis dan air, untuk menghilangkan pewarnaan ekstrinsik

dan menentukan warna gigi sebelum dilakukan bleaching.

Gambar 3. Menentukan warna gigi sebelum bleaching

12
(3).Gingiva bagian bukal dan palatal dilapisi dengan gel sebagai perlindungan pada

teknik bleaching.

(4). Gigi diisolasi dengan rubber dam

Gambar 4. Isolasi jaringan lunak dengan rubber dam

Gambar 5. Aplikasi bahan bleaching pada permukaan labial gigi

(5). Photo-flood lamp diberi jarak 33-38 cm dari gigi pasien

Gambar 6. Penyinaran selama 15 menit setiap session

13
Gambar 7. Obat bleaching dibersihkan sebelum dilakukan aplikasi dan penyinaran
berikutnya. Aplikasi dan penyinaran biasanya dilakukan 3-4 kali session
selama 15 menit tiap session.

Gambar 8. Aplikasi fluor selama 5 menit setelah proses bleaching selesai

Gambar 9. Membandingkaan warna gigi sebelum dan setelah bleaching

5.1.1 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin

Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena

tetrasillin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tehniknya bleaching secara eksternal,

sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :

14
1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung mulut,

pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada gigi yang akan

dirawat.

2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada bagian

labial dan palatinal gigi.

3. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled photoflood yang

diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau dengan hand-held

thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan ujung alat ini pada permukaan gigi

yang telah diberi gulungan kapas yang dibasahi dengan superoxol.

4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3 kali.

5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan karet

isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.

6. Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.

7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur bleaching

diulang

5.1.2 Bleaching Tehnik Mouthguard

Tehnik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai tehnik

pemutihan di rumah, biasa disebut juga tehnik pemutihan dengan matriks.Tehnik ini dapat

dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital bleaching atau dipakai pada siang

hari.

Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama perawatan.

2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die diulaskan

15
pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan pemutih.

3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting sampai 1 mm

melewati tepi ginggiva.

4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan ke dalam

ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian mouthguard dipasang atas gigi

dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang.

5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari dan bahan

pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.

6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.

5.1.3 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Fluorosis

Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah tehnik

asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut tehnik pumis asam. Sebetulnya cara ini

bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatutehnik dekalsifikasi dan

pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton & Torabinejab, 1996).

VI. EFEK SAMPING BLEACHING

Penggunaan bahan pemutih gigi dapat menimbulkan efek samping berupa gigi yang

sensitif, iritasi pada mukosa dan rasa sakit pada TMJ. Gigi sensitif yang timbul akibat proses

pemutihan gigi, umumnya dalam waktu singkat, dapat ditanggulangi dengan memendekkan

waktu proses pemutihan setiap harinya, pengulasan fluor, potasium nitrat atau bahan desentizing

lain. Iritasi pada mukosa gingival dan tenggorokan biasanya disebabkan bahan pemutih yang

berlebihan, keluar dari sendok cetak sehingga mengiritasi mukosa atau kemungkinan tertelan.

Sakit pada otot pengunyahan dan TMJ untuk penderita yang menggunakan sendok cetak

sepanjang malam, disebabkan karena adanya perubahan pada kondilus.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Ada apa dengan bleaching.


http://www.klinikgigisehat.com/index.php?option=comcontent&view=article&id=32:ada
-apa-dengan-bleaching&catid=2:perawatan-gigi&Itemid=26. Diakses tanggal 19 Januari
2010.

Feinman R.A. et all. 1987. Bleaching Teeth. Chicago, London, Berlin, Tokyo, Sao paulo,
Hongkong : Quintessence Publishing Co., Inc.

Goldstein, R.E. and Garber D.A 1995. Complete Dental Bleaching. Chicago, Berlin, London,
Sao Paulo, Moscow, Prague, Warsaw : Quintessence Publishing Co., Inc.

Grossman, L.I. et all, 1995. Endodontic Practice. Eleventh Edition. Philadelphia, Pennsylvania,
U.S.A : Lea & Febiger.

Meizzarini, A; Rianti, D. 2005. Bahan Pemutih Gigi dengan sertifikat ADA/ISO. Majalah
Kedokteran Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 2 April–Juni 2005: 73–76.

Rosseno, Y. 2009. Mempercantik penampilan dengan perawatan whitening.


http://www.dentiadental.com/treatment-services/filling-scaling-bleaching/. Diakses
tanggal 19 Januari 2010.

Walton, R. & Torabinejab, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics. Second Edition.
Philadelphia : W.B. Saunders Co.

17

Anda mungkin juga menyukai