Perubahan warna gigi anterior merupakan problem estetik pasien dan dokter gigi.
Prosedur pemutihan / bleaching lebih sederhana dibandingkan restorasi. Dapat secara internal
atau eksternal. Teknik perawatan yang digunakan tergantung penyebab dan lokasi penyebab
Pasien harus diberitahu faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan warna gigi sebelum
prosedur perawatan dimulai, diantaranya warna gigi yang normal, gigi sulung putih kebiruan,
dan gigi permanen putih kekuningan. Warna gigi ditentukan oleh translusensi dan ketebalan
email dan warna dentin dibawahnya. Bertambahnya umur email menjadi lebih tipis dan dentin
Perawatan bleaching adalah upaya untuk mendapatkan warna gigi geligi menjadi lebih
cerah dari sebelumnya. Perubahan warna yang terjadi pada gigi depan seringkali menimbulkan
masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan, terutama bagi wanita dan pria dengan
profesi yang menuntut penampilan prima. Warna gigi yang putih dan bersih sangat membantu
seseorang untuk berani tampil dan berkomunikasi. Bagi wanita dengan warna gigi yang tidak
putih dan cerah akan mempengaruhi senyumnya sehingga hanya dapat memakai warna lipstick
atau warna make up tertentu. Perubahan warna gigi dapat mengakibatkan terjadinya kompleks
pelapisan kembali dengan bonding, veneer dan bleaching. Bleaching adalah cara yang efektif
mengubah warna gigi karena tidak perlu memotong gigi untuk pembuatan crown.
Walaupun crown dapat bertahan lima sampai lima belas tahun, kita harus ingat bahwa
1
mempertahankan gigi lebih baik daripada memotong/mengurangi gigi untuk crown (Rosseano,
2009).
Semua orang yang berumur 14 tahun ke atas boleh menerima perawatan ini kecuali
wanita yang sedang hamil atau menyusui tidak direkomendasi untuk menerima perawatan ini.
Penelitian dan studi klinis membuktikan bahwa perawatan bleaching di bawah pengawasan
dokter gigi terbukti aman bahkan perawatan bleaching merupakan prosedur kosmetik gigi
2
I. ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI
Terjadinya perubahan warna pada gigi disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik.
Diskolorasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi, biasanya lokal seperti noda teh atau
tembakau hilang dengan pemolesan gigi sedangkan diskolorasi intrinsik terjadinya perubahan
warna gigi akibat noda pada email/ dentin seperti stain tetracyclin yang masuk dentin. Perubahan
warna akibat obat ini sulit atau tidak dapat diputihkan, namun jika perubahannya akibat proses
Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal
lokal, misalnya noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi cokelat kekuning-
kuningan sampai hitam, pewarnaan karena makanan dan minuman menyebabkan gigi menjadi
berwarna gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat perak, bercak kehijauan yang dihubungkan
Biasanya ditemukan pada permukaan luar gigi yang disebabkan noda, pada umumnya
mudah dihilangkan dengan scaling dan brushing. Faktor-faktor dari luar yang menyebabkan
perubahan warna gigi, antara lain keadaan kebersihan mulut yang tidak baik, adanya plak
mengandung produk bakteri kromogenik yang dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi.
Hal ini dapat menyebabkan gigi berubah warna menjadi hijau, kuning, coklat ataupun hitam.
Pengaruh makanan dan minuman yang berwarna yang dikonsumsi, seperti rempah-rempah
misalnya kunyit, temulawak dapat menyebabkan gigi berwarna kuning, pandan dapat
menyebabkan gigi berwarna hijau. Selain itu beberapa jenis minuman yang mengandung pigmen
3
dapat menyebabkan perubahan warna, misalnya kopi, teh, sirup, dan minuman-minuman dengan
bahan pewarna. Rokok juga dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi coklat sampai
hitam pada bagian leher gigi. Distribusi dan perubahan warna yang terjadi ditentukan oleh tipe,
Perubahan warna intrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda yang
terdapat di dalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau penggabungan bahan-
bahan di dalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila masuk ke dalam dentin akan
terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna gigi dapat dihubungkan dengan
periode perkembangan gigi misalnya pada dentiogenesis imperfekta atau setelah selesai
Biasanya karena stuktur dari dalam jaringan giginya sendiri, seperti gigi yang telah mati
yang dapat menyebabkan perubahan warna menjadi lebih gelap, atau bisa juga gigi-gigi yang
telah mengalami perawatan saluran akar, atau pemakaian antibiotic tetrasiklin saat usia
pembentukan gigi,dapat menyebabkan perubahan warna gigi yang permanen, yaitu dari kuning
sampai abu-abu atau coklat. Penyakit metabolik yang berat selama fase pertumbuhan gigi juga
menyebabkan perubahan warna. Sebagai contoh perubahan akibat endemic fluorosis yang
4
menyebabkan bercak-bercak coklat pada gigi. Lantas hemorhagi (pendarahan hebat) dalam
kamar pulpa terjadi karena injury traumatic (luka trauma) pada gigi yang menyebabkan putusnya
pembuluh darah pada pulpa dan darah terdifusi ke dalam tubuli dentin (rongga gigi), sehingga
saluran akar dan juga bahan tambalan yang sering menyebabkan perubahan warna (terutama
amalgam).
5
Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahan warna dapat terjadi pada saat atau
setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi menjadi dua
Perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi setelah gigi
erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan di dalam struktur gigi,
1. Pulpa nekrosis
Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tulubus dentin dan
2. Perdarahan intrapulpa
Disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan perdarahan dan lisis
eritrosit. Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam tulubus
dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama makin meningkat.
3. Metamorfosis kalsium
Pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif di dalam kamar pulpa atau
pada dinding saluran akar menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau warna
gigi berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan. Pada pasien yang sudah
tua,perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai akibat aposisi dentin secara
4. Defek perkembangan
Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi.
6
Fluorosis endemik
gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut.
Obat-obatan sistemik
Masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat
perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna
kuning kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung kepada jumlah, frekwensi,
Kerusakan dalam pembentukan gigi terjadi sebatas email berupa hipoplasia atau
Perubahan warna sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan oleh
berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi.
Perubahan warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh beberapa hal
Bahan obturasi
Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen saluran
akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan komponen logam.
7
Sisa-sisa jaringan pulpa
Fragmen jaringan pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam tanduk pulpa, dapat
intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama
Restorasi yang dipakai biasanya ada dua tipe, yaitu (Walton & Torabinejab,1996):
Restorasi logam
Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat mengubah
Restorasi komposit
Perawatan pemutihan gigi tidak dapat di indikasikan untuk semua orang. Indikasi
perawatannya untuk penderita dengan perubahan warna yang disebabkan proses penuaan,
konsumsi makanan, minuman, obat antara lain tetrasiklin, serta fluorosis (Anonim, 2009).
Kontra indikasi penggunaan bahan pemutih gigi, adalah penderita yang alergi terhadap
komponen bahan pemutih gigi atau bahan sendok cetak, penderita dengan gigi sangat sensitif,
penderita dengan gangguan temporomandibular joints (TMJ), penderita hamil, penderita dengan
restorasi geligi anterior yang berubah warna. Penderita yang terlalu berharap akan hasil
8
pemutihan gigi juga tidak dianjurkan melakukan hal ini, karena kemungkinan hasilnya akan
Gigi vital yang tidak dapat dilakukan pemutihan adalah gigi vital dengan kondisi ruang
pulpa besar dimana mengakibatkan gigi sensitif, saluran akar yang masih terbuka, adanya
pengikisan email, restorasi yang luas dan alergi peroksida sehingga gigi tetap anak merupakan
Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan
preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah
1. Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai konsentrasi,
yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan hidrogen peroksida
adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening tidak berwarna dan tidak
berbau.
2. Pirozon
Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini bersifat
kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual pada pasien.
3. Natrium perborat
Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru
mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat alkali, lebih mudah
9
4. Karbamid peroksida
Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh dalam
berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5% dan
glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.
Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida 30 %
dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus fluorosis.
Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak daripada
Mekanisme kerja bahan pemutih peroxide dan non peroxide yaitu dengan cara masuk
melalui perantara enamel ke tubuli dentin dan mengoksidasi pigmen pada dentin, menyebabkan
warna gigi menjadi lebih muda. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan dengan
sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya tinggi, misalnya sinar
kuring komposit konvensional, sinar laser, sinar plasma arc dengan intensitas tinggi. Beberapa
pabrik menyarankan penggunaan etsa asam sebelum aplikasi pemutih kimia untuk mempertinggi
penetrasi dari material pemutih.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa etsa asam tidak
memperbaiki hasil pemutihan, bahkan gigi perlu dilakukan pemulasan akibat permukaannya
menjadi kasar karena penggunaan etsa asam tersebut (Meizarini dan Rianti, 2005).
Cara kerja pemutihan gigi dilakukan berdasarkan mekanisme reaksi oksidasi. Noda-noda
yang terdapat pada email dentin akan dioksidasi oleh dari gel carbamid peroksida, memecahkan
10
molekul-molekul warna, melalui reaksinya dengan oksigen nascent yang dilepaskan.
Penggunaan H2O2 dengan konsentrasi yang rendah dapat memutihkan gigi dan mencapai hasil
yang sama seperti penggunaan H2O2 dengan konsentrasi tinggi, namun memerlukan waktu yang
Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk menembus
email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan. Penembusan ini terjadi karena berat
molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai kemampuan denaturasi protein
Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan oleh adanya reaksi
oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hydrogen peroksida yang
bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan oksidator ini mempunyai kemampuan untuk merusak
molekul-molekul zat warna, melalui reaksinya dengan oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga
Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal bebas,
HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida berdifusi
melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas bermuatan merupaka radikal yang tidak
stabil dan akan bereaksi dengan molekul organik atau radikal bebas lainnya terutama molekul-
molekul zat warna di dalam gigi setelah zat warna dirusak sehingga terjadi efek pemutihan
Jadi, penggunaan pemutih gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi profesional yang
mengerti efek samping bahan yang dimaksud dan melakukan tindakan pencegahan terhadap efek
samping yang dapat timbul maupun mengobati sensitivitas yang terjadi setelah pemakaian bahan
11
pemutih gigi. Namun apabila kita ingin membeli sendiri, pastikan kadar bahan aktif pemutihnya
berada dalam batas yang aman, yakni di bawah 10% (Anonim, 2009).
V. TEHNIK BLEACHING
Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching secara
eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan bleaching secara
internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar dengan baik.
Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin dan
faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial. Etiologi dari pewarnaan gigi
menyebabkan perbedaan teknik untuk bleaching pada gigi vital tetapi prosedur persiapan dan
perlindungan terhadap rongga mulut untuk semua teknik bleaching adalah sama. Bleaching gigi-
geliei vital lebih sulit dibandingkan dengan gigi-geligi non vital. Hal tersebut dikarenakan karena
kondisi gigi yang masih vital sehingga memungkinkan pasien merasakan perubahan suhu yang
terjadi. Oleh karena itu harus dikerjakan dengan ketrampilan tinggi dan sikap yang hati-hati.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada teknik bleaching vital adalah (Rosseano, 2009) :
(2). Gigi dibersihkan dengan pumis dan air, untuk menghilangkan pewarnaan ekstrinsik
12
(3).Gingiva bagian bukal dan palatal dilapisi dengan gel sebagai perlindungan pada
teknik bleaching.
13
Gambar 7. Obat bleaching dibersihkan sebelum dilakukan aplikasi dan penyinaran
berikutnya. Aplikasi dan penyinaran biasanya dilakukan 3-4 kali session
selama 15 menit tiap session.
5.1.1 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin
Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena
tetrasillin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tehniknya bleaching secara eksternal,
14
1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung mulut,
pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada gigi yang akan
dirawat.
2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada bagian
3. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled photoflood yang
diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau dengan hand-held
thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan ujung alat ini pada permukaan gigi
4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3 kali.
5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan karet
7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur bleaching
diulang
Tehnik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai tehnik
pemutihan di rumah, biasa disebut juga tehnik pemutihan dengan matriks.Tehnik ini dapat
dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital bleaching atau dipakai pada siang
hari.
Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama perawatan.
2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die diulaskan
15
pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan pemutih.
3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting sampai 1 mm
4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan ke dalam
ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian mouthguard dipasang atas gigi
5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari dan bahan
5.1.3 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Fluorosis
Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah tehnik
asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut tehnik pumis asam. Sebetulnya cara ini
bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatutehnik dekalsifikasi dan
pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton & Torabinejab, 1996).
Penggunaan bahan pemutih gigi dapat menimbulkan efek samping berupa gigi yang
sensitif, iritasi pada mukosa dan rasa sakit pada TMJ. Gigi sensitif yang timbul akibat proses
pemutihan gigi, umumnya dalam waktu singkat, dapat ditanggulangi dengan memendekkan
waktu proses pemutihan setiap harinya, pengulasan fluor, potasium nitrat atau bahan desentizing
lain. Iritasi pada mukosa gingival dan tenggorokan biasanya disebabkan bahan pemutih yang
berlebihan, keluar dari sendok cetak sehingga mengiritasi mukosa atau kemungkinan tertelan.
Sakit pada otot pengunyahan dan TMJ untuk penderita yang menggunakan sendok cetak
16
DAFTAR PUSTAKA
Feinman R.A. et all. 1987. Bleaching Teeth. Chicago, London, Berlin, Tokyo, Sao paulo,
Hongkong : Quintessence Publishing Co., Inc.
Goldstein, R.E. and Garber D.A 1995. Complete Dental Bleaching. Chicago, Berlin, London,
Sao Paulo, Moscow, Prague, Warsaw : Quintessence Publishing Co., Inc.
Grossman, L.I. et all, 1995. Endodontic Practice. Eleventh Edition. Philadelphia, Pennsylvania,
U.S.A : Lea & Febiger.
Meizzarini, A; Rianti, D. 2005. Bahan Pemutih Gigi dengan sertifikat ADA/ISO. Majalah
Kedokteran Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 2 April–Juni 2005: 73–76.
Walton, R. & Torabinejab, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics. Second Edition.
Philadelphia : W.B. Saunders Co.
17