Anda di halaman 1dari 11

KESEHATAN DAERAH MILITER XII/TANJUNGPURA

RUMAH SAKIT TK.IV 12.07.01 SINGKAWANG

PANDUAN PENGURANGAN RISIKO INFEKSI


TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi nosokomial merupakan masalah besar bagi keselamatan
pasien. Oleh karena itu rumah sakit harus memprioritaskan surveilans dan
pencegahan infeksi dalam menjadikan rumah sakit lebih aman. Dampak
dari infeksi nosokomial meliputi perpanjangan waktu rawat, disabilitas
jangka panjang, peningkatan resistensi mikroorganisme terhadap
antimikroba, beban pembiayaan yang bertambah bagi pasien dan
keluarga, serta kematian yang meningkat.
Diperkirakan terdapat kurang lebih 1,4 juta pasien di seluruh dunia
terkena infeksi nosokomial setiap tahunnya. Angka tersebut bisa jadi lebih
tinggi karena adanya kekurangan dari sistem pencatatan dan identifikasi di
berbagai negara.
Di negara maju, infeksi nosokomial terjadi pada kira-kira 5-15%
pasien yang dirawat dan 9-37% pada pasien yang dirawat di ICU.
Surveilans infeksi nosokomial di negara maju merupakan tugas yang berat
namun sering kali merupakan tujuan yang tidak realistis untuk institusi
ksehatan di negara berkembang. Hasil penelitian di beberapa negara
berkembang menunjukkan tingginya angka infeksi nosokomial
dibandingkan dengan negara maju. Hal ini merupakan akibat dari berbagai
faktor seperti kurangnya sumber daya manusia, sanitasi dan kebersihan
yang buruk, kekurangan atau kelangkaan peralatan dan fasilitas, kesulitan
mengidentifikasi infeksi yang terjadi, dan infrastruktur yang tidak adekuat.
Semua faktor tersebut biasanya bersumber dari kurangnya sumber dana.
Isu tentang infeksi nosokomial pada institusi kesehatan di seluruh
dunia merupakan hal yang penting namun sangat sering dianggap remeh.
Tindakan pencegahan yang sudah diidentifikasi dan terbukti efektif salah
satunya adalah dengan cuci tangan. Oleh karena itu pengendalian indeksi

1
2

harus mendapat prioritas dalam program kesehatan nasional terutama di


negara berkembang.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Mencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit Tk.IV Singkawang.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses demontrasi kesehatan tentang mencuci tangan
1. Seluruh staff RS Tk.IV Singkawang dapat membiasakan diri mencuci
tangan yang benar dan sehat.
2. Seluruh pasien dan keluarga yang dirawat di RS Tk.IV Singkawang
dapat membiasakan diri mencuci tangan yang benar dan sehat.

C. Pedoman Acuan
Pedoman yang digunakan sebagai acuan dalam praktek cuci tangan itu
meliputi:
1. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI. 2011
2. WHO Guidelines on hand hygiene in health care : first global patient
safety challenge, World Healt Organization, 2009.
3. Peraturan Menteri Kesehatan 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
3

BAB II
PENGERTIAN

A. Definisi
1. Mencuci tangan : proses yang secara mekanik melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
2. Flora transien pada kulit : flora yang diperoleh melalui kontak dengan
pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungannya seperti
meja periksa, lantai, dan toilet. Organisme ini tinggal di lapisan luar
kulit dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa
dan air mengalir.
3. Flora residen : flora yang tinggal pada lapisan kulit yang lebih dalam
serta di dalam folikel rambut. Tidak dapat dihilangkan seluruhnya
bahkan dengan pencucian dan pembilasan keras dengan air bersih
dan sabun.
4. Air bersih : air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring
sehingga aman untuk diminum serta pemakaian lainnya. Pada
keadaan minimal, air bersih harus bebas dari mikroorganisme dan
memiliki turbiditas rendah (jernih dan tidak berkabut).
5. Sabun : produk pembersih yang menurunkan tegangan permukaan
sehingga membantu melepaskan kotoran, debris, dan mikroorganisme
yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan
gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik. Sabun
antiseptik selain melepas juga membunuh dan menghambat
pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme.
6. Agen antiseptik : bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau
jaringan hidup lain untuk menghambat dan membunuh mikroorganisme
sehingga mengurangi jumlah hitung bakteri total.

B. Fisiologi kulit normal


Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan hypodermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
4

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Lapisan yang


membatasi terjadinya penyerapan secara perkutaneus terdapat pada
stratum korneum, lapisan yang paling superfisial pada epidermis.
Stratum korneum disebut juga lapisan tanduk, merupakan lapisan
epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epidermis lebih
ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak
memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan
sangat sedikit mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh
lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis
protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-
bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran
sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4
minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat
terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan
baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang
hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau
kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan
proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60
tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari,
akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering,
lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja
dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan
oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat
kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan
air dari lapis lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus
dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup
besar.
Fungsi stratum korneum antara lain mengurangi penguapan air,
memberikan perlindungan melawan mikroorganisme dan tindakan abrasi,
5

dan secara umum bertindak sebagai lapisan yang permeable terhadap


lingkungan.
Stratum lusidum terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-
kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus
cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak
kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
Stratum granulosum tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk
kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir
kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit
telapak tangan dan telapak kaki.
Stratum spinosum disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-
sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan,
maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal,
tersusun menjadi beberapa baris.
Stratum basale merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk
oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan
lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang
membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup
besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-
fungsi vital kulit.

C. Flora Bakteri Normal Pada Tangan


Pada tahun 1938, Price menemukan bahwa bakteri yang
didapatkan dari tangan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu bakteri
residen atau transient . Flora residen terdiri dari mikroorganisme yang
berada di bawah sel superfisial stratum korneum dan juga dapat
ditemukan pada permukaan skin. Aureus epidermidis adalah spesies
dominant. Bakteri residen lainnya termasuk S. hominis, Propionibacteria ,
corynebacteria , dermobacteria , dan micrococci. Di antara spesies jamur ,
yang paling umum adalah Pityrosporum ( Malassezia )
6

Secara umum , flora residen tidak berhubungan dengan infeksi ,


tetapi dapat menyebabkan infeksi pada rongga tubuh steril, mata, atau
kulit yang tidak utuh. Flora transient yang berkolonisasi lapisan permukaan
kulit dapat dihilangkan dan dikurangi dengan higiene tangan secara rutin.
Mikroorganisme transien biasanya tidak berkembang biak pada kulit, tetapi
mereka bertahan dan berkembang biak secara sporadik pada permukaan
kulit. Organisme ini sering didapat oleh petugas kesehatan selama kontak
langsung dengan pasien atau lingkungan permukaan yang terkontaminasi
yang berdekatan dengan pasien. Kemampuan flora transien untuk
berpindah tergantung pada spesies yang ada, jumlah mikroorganisme di
permukaan , dan kelembaban kulit.
Price dan peneliti selanjutnya mendokumentasikan bahwa
meskipun jumlah flora dan bakteri sangat bervariasi antara individu ,
seringkali jumlahnya relatif konstan untuk setiap individual.
7

BAB III
PROSEDUR CUCI TANGAN

A. Persiapan Membersihkan Tangan


Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum membersihkan
tangan antara lain:
1. Air mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan
saliran pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan
guyuran air mengalir tersebut maka mikroorganisme yang terlepas
karena gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci tangan dapat terhalai
dan tidak menempel lagi di permukaan kulit.
Air mengalir tersebut dapat berupa air kran atau dengan cara
mengguyur dengan gayung. Namun cara mengguyur dengan gayung
memiliki risiko cukup besar untuk terjadinya pencematan, baik melalui
gagang gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke bak
penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus dari PAM, namun
dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki berkran di ruang
pelayanan/perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh petugas
kesehatan yang memerlukannya.
2. Sabun
Sabun tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi
tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari
permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air.
Jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan
meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dengan seringnya
menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit akan
hilang dan membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
3. Larutan antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai
pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau
8

membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia


yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas, akibat
dan rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis
antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu.
Kulit manusia tidak dapat disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai
adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal
terutama kuman transien. Kriteria memilih antiseptik adalah sebagai
berikut:
a. memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak
mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negatif, virus
lipofilik, bacillus dan tuberkulosis, fungi, endospora)
b. efektivitas
c. kecepatan aktivitas awal
d. efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam
pertumbuhan
e. tidak mengakibatkan iritasi kulit
f. tidak menyebabkan alergi
g. efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang
h. dapat diterima secara visual maupun estetik

B. Momen membersihkan tangan


1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Sesudah kontak/terpapar dengan darah atau cairan tubuh pasien.
4. Sesudah menyentuh pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

C. Prosedur membersihkan tangan dengan air biasa


Langkah-langkah membersihkan tangan dengan air biasa meliputi:
1. Basahi tangan dengan air
2. Gunakan sabun antiseptik secukupnya menyabuni seluruh permukaan
tangan
3. Lakukan gerakan cuci tangan sebagai berikut:
a. Gosok tangan pada posisi telapak pada telapak
9

b. Telapak kanan diatas punggung telapak kiri dengan jari-jari menjalin


dan sebaliknya.
c. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling mengait
d. Punggung jari-jari pada telapak yang berlawanan dengan jari-jari
saling mengunci
e. Gosok putar ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan
sebaliknya.
f. Gosok memutar kearah belakang dan depan dengan jari-jari tangan
kanan mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya.
4. Lakukan setiap gerakan sebanyak 7 (tujuh) kali
5. Bilas dengan air, sampai semua sisa sabun bersih
6. Keringkan tangan sekering mungkin dengan handuk tangan sekali
pakai
7. Gunakan handuk untuk menutup kran air
8. Tangan anda sudah bersih sekarang.

D. Prosedur membersihkan tangan dengan handrub


Langkah-langkah membersihkan tangan dengan handrub :
1. Tuangkan alkohol handrub ke telapak tangan
2. Lakukan gerakan cuci tangan sebagai berikut :
a. Gosok tangan pada posisi telapak pada telapak
b. Telapak kanan diatas punggung telapak kiri dengan jari-jari saling
menjalin dan sebaliknya.
c. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling mengait
d. Punggung jari-jari pada telapak yang berlawanan dengan jari-jari
saling mengunci
e. Gosok putar ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan
sebaliknya.
f. Gosok memutar kearah belakang dan depan dengan jari-jari tangan
kanan mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya.
g. Lakukan setiap gerakan sebanyak 4 (empat) kali
h. Tangan anda sudah bersih sekarang.
10
11

BAB III
DOKUMENTASI

Dokumentasi implementasi kebiasaan cuci tangan meliputi:


1. Bukti edukasi staf tentang indikasi cuci tangan dan cara mencuci tangan
yang benar.
2. Dokumentasi berupa foto saat dilakukan sosialisasi tentang indikasi dan
cara mencuci tangan yang benar.
3. Leaflet mencuci tangan yang benar tersedia untuk semua pengunjung
rumah sakit.
4. Poster prosedur cuci tangan ditempelkan di setiap washtafel di rumah
sakit.

Kepala Rumah Sakit Tk.IV 12.07.01 Singkawang

dr. Anton Tri Prasetiyo, Sp.OG


Mayor Ckm NRP 11030006240177

Anda mungkin juga menyukai