Anda di halaman 1dari 3

Indikasi rawat inap:

 Ditemukan tanda bahaya


 Keluhan dan tanda hipotensi
 Perdarahan
 Gangguan organ (ginjal, hepar, jantung, neurologik)
 Kenaikan hematokrit pada pemeriksaan ulang
 Efusi pleura
 Asites
 Komorbiditas (kehamilan, diabetes melitus, hipertensi, tukak peptik, dll)
 Kondisi sosial tertentu (tinggal sendiri, tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan,
transportasi sulit)

Tanda bahaya diantaranya:

 Nyeri perut
 Muntah berkepanjangan
 Terdapat akumulasi cairan
 Perdarahan mukosa
 Letargi, lemah
 Perbesaran hepar > 2 cm
 Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat

Protokol penatalaksanaan DBD

1. Grup A  pasien yang mungkin dapat dirawat di rumah


 Anjuran rehidrasi peroral dengan larutan rehidrasi oral, jus buah, dan
minuman lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk menggantikan
cairan yang hilang melalui demam dan muntah.
 Beri paracetamol untuk demam tinggi jika pasien merasa tidak nyaman.
Interval pemberian paracetamol sebaiknya tidak kurang dari 6 jam. Jangan
berikan aspirin, ibuprofen atau NSAID lainnya karena dapat merangsang
terjadinya gastritis atau perdarahan.
 Bawa ke rumah sakit apabila: tidak ada perbaikan klinis, nyeri perut hebat,
muntah terus-menerus, akral dingin dan lembab, letargi atau gelisah,
perdarahan (contoh: BAB warna hitam atau muntah seperti kopi), tidak BAB
selama lebih dari 4-6 jam.

2. Grup B  pasien yang sebaiknya dirujuk untuk penanganan rumah sakit


 Periksa hematokrit sebelum memulai terapi cairan. Berikan larutan isotonis
seperti NaCL 0,9%, RL, atau larutan Hartmann. Mulailah dengan 5-7
ml/kgBB/jam selama 1-2 jam lalu kurangi menjadi 2-3 ,l/kgBB/jam atau
kurang, bergantung dari respon klinis.
 Periksa ulang keadaan klinis dan hematokrit. Jika hematokrit tetap sama atau
meningkat sedikit, maka lanjutkan pemberian cairan dnegan kecepatan sama
(2-3 ml/kgBB/jam) selama 2-4 jam lagi. Jika tanda vital memburuk dan
hematokrit meningkat cepat maka naikkan cairan menjadi 5-10 ml/kgBB/jam
selama 1-2 jam. Periksa ulang keadaan klinis, hematokrit, dan kaji ulang
pemberian cairan.
 Berikan cairan IV minimal yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi
adekuat dan urine output sekitar 0,5 ml/kgBB/jam. Cairan IV biasanya
diperlukan hanya 24-48 jam. Kurangi cairan IV secara bertahap bila laju
plasma leakage menurun ketika mendekati akhir fase kritis. Hal ini
diindikasikan dengan adekuat urine output dan/ atau intake oral adekuat, atau
hematokrit menurun dibawah nilai batas pasien stabil.
 Pasien dengan tanda bahaya (warning sign) harus dipantau oleh tenaga
kesehatan hingga periode resiko berakhir. Balance cairan perlu dipertahankan.
Parameter yang harus dipantau adalah tanda vital dan perfusi perifer (pantau
tiap 1-4 jam hingga pasien melewati fase kritis), urine output (tiap 4-6 jam),
hematokrit (sebelum dan sesudah terapi cairan, lalu tiap 6-12 jam), glukosa
darah, dan fungsi organ lain (seperti ginjal, hepar, koagulasi, dll)

 Untuk pasien dengue tanpa tanda bahaya:


 Berikan cairan peroral. Jika tidak dapat ditoleransi, berikan cairan IV dengan
NaCL 0.9% atau RL dengan atau tanpa dextrose dengan kecepatan rumatan.
Untuk pasien obesitas, gunakan kalkulasi berdasarkan berat badan ideal.
Pasien dapat diberikan cairan peroral beberapa jam setelah pemberian cairan
IV. Oleh karena itu, pemberian cairan harus terus direvisi. Berikan volume
minimal yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi adekuat dan urine
output. Cairan IV biasanya hanya diperlukan selama 24-48 jam.
 Pasien sebaiknya dipantau oleh tenaga kesehatan untuk pola suhu, intake dan
kehilangan cairan, urine output, tanda bahaya, hematokrit, sel darah putih,
serta platelet. Pemeriksaan lab lain (seperti fungsi hepar, ginjal) juga dapat
dilakukan, bergantung dari gambaran klinis dan fasilitas rumah sakit.

3. Grup C  pasien dengan dengue berat yang memerlukan penanganan darurat


dan rujukan darurat
 Resusitasi cairan dengan kristaloid isotonik secepatnya sangat penting untuk
menjaga volume ekstravaskular saat periode kebocoran plasma atau larutan
kristloid pada keadaan syok hipotensi. Pantau hematokrit sebelum dan sesudah
resusitasi.
 Tujuan akhir dari resusitasi cairan adalah meningkatkan sirkulasi sentral dan
perifer (takikardi berkurang, tekanan darah dan nasi meningkat, ekstremitas
tidak pucat dan hangat, CRT < 3 detik) dan meningkatkan perfusi organ (level
kesadaran membaik, urine output > 0,5 ml/kgBB/jam, asidosis metabolik
menurun).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.

Anda mungkin juga menyukai