Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI DAERAH LEGOK KIARA

KABUPATEN BANDUNG

Indah Nurul Mutiah, Syamsuddin, Lantu*)


*) Program Studi Geofisika FMIPA Unhas
Indahnurulmutiah.inm@gmail.com

SARI BACAAN

Studi ini memaparkan tentang analisis kestabilan lereng dengan metode geolistrik
dan pendekatan mekanika tanah. Analisis dilakukan pada studi kasus kelongsoran
di Daerah Legok Kiara Kabupaten Bandung. Metode geolistrik tahanan jenis
konfigurasi Schlumberger dilakukan untuk penentuan bidang gelincir dan tinggi
muka air tanah. Analisis kestabilan lereng menggunakan program Slope/W
dengan data masukan berat jenis tanah, kohesi dan sudut geser tanah yang
didapatkan dari pengujian mekanika tanah. Hasil pengolahan geolistrik
menunjukkan tinggi muka air tanah berada pada kedalaman 6,4 sampai 16,8
meter. Bidang gelincir berada pada kedalaman 3.24 meter sampai 6.28 meter.
Adapun hasil analisis kestabilan lereng menunjukkan bahwa bagian tubuh lereng
dikategorikan sebagai lereng yang stabil dengan nilai faktor keamanan 7,779
sedangkan bagian tebing lereng dikategorikan kritis dengan nilai faktor keamanan
1,014.

Kata Kunci: Kestabilan lereng, Geolistrik, Bidang gelincir, Muka air tanah, Faktor
Keamanan

ABSTRACT

This research described the slope stability analysis using geoelectrical method
and soil mechanics approach. This research taken from case study of landslide in
Legok Kiara, Bandung. Schlumberger configuration of resistivity geoelectrical
method used for identify slide plane and groundwater level. Slope/W software
using for the slope stability analysis with parameter input is ground weight,
cohesion, and angle of internal friction which took from soil mechanics testing.
Geoelectrical method showed that groundwater level is about 6.4 – 16.8 meter.
Slide plane is about 3.24 - 6.28 meter. the result from slope slope stability
analysis showed that the main side of slope classificated as stable slope with
safety factor value is 7.779 while the bottom side of slope classificated as critical
value with safety factor is 1.014

Keyword: Slope stability, Geoelectrical method, Slide plane, Groundwater level,


Safety factor
batuan di bawah permukaan adalah
PENDAHULUAN metode geolistrik tahanan jenis.
Longsor adalah pergerakan massa Adapun parameter mekanika tanah
tanah atau material penyusun lereng diperlukan untuk mengetahui sifat
yaitu tanah, batuan maupun mekanik tanah yang berpengaruh
campuran keduanya yang bergerak terhadap tingkat kestabilan lereng.
ke arah bawah atau keluar lereng Berdasarkan hal tersebut di atas,
karena pengaruh gravitasi bumi maka penelitian ini dilakukan dengan
(Varnes, 1978). Longsor dapat menggunakan metode geolistrik
terjadi karena beberapa faktor baik tahanan jenis konfigurasi
faktor alam maupun karena ulah Schlumberger dan parameter
manusia. mekanika tanah untuk analisis
Menurut Pusat Vulkanologi dan kestabilan lereng di daerah Legok
Mitigasi Bencana Geologi (PVMB), Kiara Kabupaten Bandung.
Jawa Barat merupakan daerah paling Analisis Stabilitas Lereng
rawan longsor di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena Jawa Barat Pada metode kesetimbangan batas,
memiliki kondisi geografis yang angka keamanan didefinisikan
hampir setengahnya berbukit dan sebagai perbandingan antara
berlembah. Salah satu daerah di Jawa tegangan geser yang tersedia
Barat yang rawan terhadap terjadinya (available shear strength) dengan
longsor adalah Kampung Legok tegangan geser perlawanan
Kiara, Desa Rawabogo, Kecamatan (mobilized shear strength). dapat
Ciwidey, Kabupaten Bandung. dinyatakan sebagai berikut (Hartoyo,
1997):
Berdasarkan laporan singkat Pusat 𝜏
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana 𝐹𝐾 = 𝜏𝑓 (1)
𝑑
Geologi (PVMBG), Kampung Legok Dimana :
Kiara telah mengalami longsor pada FK = Faktor keamanan terhadap
bulan januari 2015. Dikhawatirkan kekuatan tanah.
longsor yang terjadi tersebut masih 𝜏𝑓 = Tegangan geser yang tersedia
berkembang sehingga dapat (kN/m2)
mengancam pemukiman di 𝜏𝑑 = Tegangan geser perlawanan
sekitarnya. Oleh karena itu, perlu (kN/m2)
dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai analisis kestabilan lereng Metode Morgenstern-Price
di Kampung Legok Kiara.
Analisis mengenai kestabilan lereng Dalam metode ini, analisa faktor
dapat dilakukan berdasarkan keamanan lereng dilakukan
parameter tahanan jenis dan berdasarkan dua prinsip yaitu
mekanika tanah. Parameter tanahan kesetimbangan momen (Fm) dan
jenis batuan diperlukan untuk kesetimbangan gaya (Ff). Kedua
mengetahui struktur bawah prinsip tersebut dapat dinyatakan
permukaan di daerah penelitian. dalam persamaan sebagai berikut
Metode yang dapat digunakan untuk (Aryal, 2006):
mengetahui parameter tahanan jenis
∑[𝑐 ′ 𝑙+(𝑁−𝑢𝑙)𝑡𝑎𝑛𝜃 ′
𝐹𝑚 = (2) yaitu metode geolistrik (Supeno dkk,
∑ 𝑊𝑠𝑖𝑛 𝑎
2008).
∑[{𝑐 ′ 𝑙+[𝑁−𝑢𝑙]𝑡𝑎𝑛𝜃 ′}𝑠𝑒𝑐𝑎]
𝐹𝑓 = ∑[𝑊−(𝑋 (3) Konfigurasi Schlumberger
𝑅 −𝑋𝐿 )] tan 𝑎+∑(𝐸𝑅 −𝐸𝐿 )

Dimana : Konfigurasi ini dapat digunakan


𝐹𝑚 = Faktor keamanan berdasarkan untuk pengukuran mapping maupun
kestimbangan momen pengukuran sounding. Pengukuran
𝐹𝑓 = Faktor keamanan berdasarkan mapping dilakukan dengan jarak
spasi elektroda dibuat tetap untuk
kesetimbangan gaya
masing-masing titik amat sedangkan
W = Gaya berat irisan = 𝛾𝑏ℎ (kN)
pengukuran sounding dilakukan
c’ = kohesi tanah (kN/m2)
dengan jarak spasi diubah-ubah
𝜃 = Sudut geser tanah
secara gradual untuk titik amat.
𝑙 = Panjang dasar irisan (m)
Penempatan elektroda pada
u = Tekanan air pori =𝑧𝛾𝑊(kN/m2) konfigurasi schlumberger yaitu
𝑎 =Sudut kemiringan dari garis elektroda arus jauh lebih lebar dari
singgung pada titik tengah dasar spasi elektroda potensial (Virman,
irisan terhadap bidang horisontal 2010).
N = Gaya normal total pada dasar
irisan (kN)
𝐸𝐿 𝑑𝑎𝑛 𝐸𝑅 = Gaya horisontal pada
bagian kanan dan kiri antar irisan
(kN)
𝑋𝐿 𝑑𝑎𝑛 𝑋𝑅 = Gaya vertikal pada
bagian kanan dan kiri antar irisan
(kN)

Metode Geolistrik Dalam Survey


Longsor Gambar 1 Susunan Elektroda
Konfigurasi Schlumberger (Telford,
Pengetahuan tentang struktur lapisan 1990)
bawah permukaan sangat diperlukan
untuk memperkirakan tingkat Pada Gambar 1, besarnya beda
kerawanan suatu daerah terhadap potensial P1 dan P2 akibat injeksi
kemungkinan terjadinya tanah arus C1 dan C2 adalah (Telford,
longsor. Kajian tentang karakteristik 1990):
fisis struktur lapisan bawah
permukaan dapat dilakukan dengan ∆𝑉 = 𝑉𝑃1 − 𝑉𝑃2 (4)
memanfaatkan teknik pendugaan
geofisika yaitu ilmu yang Sehingga:
menerapkan prinsip-prinsip fisika 𝐼𝜌 1 1 1 1
untuk mempelajari keadaan bawah ∆𝑉 =
2𝜋
[( − ) − ( − )]
𝑟1 𝑟3 𝑟2 𝑟4
(5)
permukaan bumi berdasarkan sifat-
sifat fisik batuan penyusunnya. Salah Dimana :
satu metode geofisika yang dapat 1 1 1 1
digunakan dalam survey longsor 𝐾 = 2𝜋[( − ) − ( − )]−1 (6)
𝑟1 𝑟3 𝑟2 𝑟4
Gambar 2. Apabila lapisan lempung
ini telah terakumulasi oleh air, maka
Dengan : 𝑟1 = Jarak P1 ke C1 (L-l)
lapisan tersebut menjadi licin
𝑟2 = Jarak P1 ke C2 (L+l) sehingga dapat menyebabkan lapisan
di atasnya mudah tergelincir.
𝑟3 = Jarak P2 ke C1 (L+l) Ditambah lagi dengan adanya
akumulasi air pada lereng serta anak
𝑟4 = Jarak P2 ke C2 (L-l) sungai situhiang yang terdapat
Berdasarkan persamaan 6, faktor bagian tebing lereng semakin
geometri untuk aturan elektroda mempercepat proses penjenuhan
Schlumberger dapat dituliskan ditulis tanah.
sebagai berikut (Telford, 1990): Tinggi muka air tanah terdapat pada
𝜋(𝐿2 −𝑙2 ) kedalaman yang bervariasi mulai
𝐾= (7)
2𝑙 dari kedalaman terendah 6.4 meter
HASIL DAN PEMBAHASAN sampai dengan kedalaman tertinggi
16.8 meter dari permukaan tanah
Analisis Tahanan Jenis dengan rentang nilai tahanan jenis
Hasil inversi dari setiap titik 0.9 Ωm sampai 7.9 Ωm. Keberadaan
pengukuran selanjutnya dapat air tanah ini sangat berpengaruh
dikorelasikan dan diatur berdasarkan terhadap kestabilan suatu lereng.
elevasi dan jarak antar titik Analisis Kestabilan Lereng
pengukuran untuk mendapatkan
penampang resistivitas bawah Data yang akan dipergunakan dalam
permukaan seperti pada Gambar 2 perhitungan menggunakan program
slope/w diperoleh dari hasil
pengujian mekanika tanah di
Laboratorium. Data-data yang
diperlukan berupa kohesi tanah, berat
isi, dan sudut geser dalam. data hasil
pengujian mekanika tanah terdiri atas
2 sampel tanah. Adapun data
parameter yang akan digunakan,
Gambar 2 Pseudo Cross Section dan
yakni :
Resistivity Section
1. Lapisan pertama
Berdasarkan hasil inversi data
a.  = 10.79 kN/m³
geolistrik, bidang gelincir diduga
c' = 12.71 kPa
terdapat pada titik pengukuran kedua
sampai titik pengukuran keenam. ' = 19.58 °
Bidang gelincir terdeteksi pada 2. Lapisan kedua
kedalaman bervariasi dari permukaan a.  = 15.84 kN/m³
yaitu 3.24 meter sampai 6.28 meter c' = 9.95 kPa
dengan nilai tahanan jenis 24 Ωm - ' = 21.96 °
28.2 Ωm. bidang gelincir merupakan
bidang kontak antara breksi tufa dan
lempung yang ditunjukkan pada
jenis tanah di daerah ini memiliki
FK = 1.014
sifat plastisitas tinggi yang
menunjukkan bahwa tanah mudah
lunak saat terkena air terlebih dalam
jumlah melimpah. Selain itu, adanya
akumulasi air berupa kolam
Gambar 3 Faktor Keamanan Pada penampungan di atas lereng dapat
Tebing Lereng menyebabkan gaya hidrostatik
semakin kuat menekan permukaan
Gambar 3 merupakan hasil tanah sehingga tanah rentan untuk
perhitungan faktor keamanan lereng bergeser.
pada tebing lereng dengan
memperhitungkan tinggi muka air KESIMPULAN DAN SARAN
tanah yang ditandai dengan garis Kesimpulan
piezometric. Tinggi muka air tanah
didapatkan dari data geolistrik serta 1. Hasil interpretasi pengukuran
dari pengamatan lapangan yang geolistrik menunjukkan bahwa
dilihat berdasarkan sumur warga Tinggi muka air tanah terdapat
setempat serta adanya mata air yang pada kedalaman yang bervariasi
keluar pada bagian tebing lereng. mulai dari kedalaman terendah
Setelah memasukkan parameter yang 6.4 meter sampai dengan
diperlukan maka didapatkan nilai kedalaman tertinggi 16.8 meter
faktor keamanan lereng daerah dari permukaan tanah dengan
penelitian 1,014. Hasil perhitungan rentang nilai tahanan jenis 0,9
nilai faktor keamanan ini Ωm sampai 7.9 Ωm. Bidang
menunjukkan bahwa lereng tersebut gelincir terdeteksi pada
berada dalam kondisi kritis. kedalaman bervariasi dari
permukaan yaitu 3.24 meter
Berdasarkan analisis kestabilan sampai 6.28 meter dengan nilai
lereng yang dilakukan maka tahanan jenis 24 Ωm - 28.2 Ωm
diasumsikan bahwa longsor yang yang diasumsikan sebagai bidang
terjadi pada bagian tubuh lereng kontak antara breksi tufaan
merupakan akibat dari longsor yang dengan lapisan lempung.
terjadi pada bagian tebing. Longsor 2. Hasil perhitungan faktor
yang terjadi pada tebing lereng dapat keamanan pada bagian tubuh
disebabkan karena adanya lereng adalah 7,779 yang
pengikisan oleh sungai yang ada di dikategorikan sebagai lereng
bawahnya. yang stabil sedangkan kondisi
pada bagian tebing lereng
Jika ditinjau dari persentase porositas dikategorikan kritis karena
dan derajat kejenuhan tanah dengan mempunyai nilai faktor
nilai di atas 50% maka penyerapan keamanan 1,014.
air oleh tanah di daerah ini sangat
tinggi sehingga apabila curah hujan Saran
tinggi maka dapat menyebabkan
terjadinya fluidisasi pada tanah dan 1. Membangun dinding penahan
penambahan bobot massa. Apalagi tanah pada bagian tebing lereng
untuk mencegah terjadinya Interpretasi Data Resistivitas.
longsor. Universitas Jember. Jember
2. Sebaiknya dilakukan pemantauan Telford, W.M. Geldart L.P. Sheriff,
perkembangan gerakan tanah R.E. 1990. Applied Geophysics,
secara rutin. Second Edition. Cambridge
3. Sebaiknya dilakukan University Press. New York
penyelidikan lapangan dengan
sondir untuk mengetahui sifat Varnes, D. J. 1978. Slope Movement
daya dukung setiap lapisan tanah. type and Processes. Nasional
Academy of Science.
Washington D.C
DAFTAR PUSTAKA Virman. 2010. Tinjauan
Aryal, K.P. 2006. Slope Stability Karakteristik Fisik Tahanan
Evaluation by Limit Equilibrium Jenis Endapan Sedimen di
ang Finite Element Methods. ModADA Untuk Studi
Thesis. Norwegian University. Penyebaran Mineral Logam
Norwegia Secara Vertikal dan Lateral.
Institute Teknolgi Bandung.
Cheng, Y.M. dan Lau, C.K. 2008. Bandung
Slope Stability Analysis and
Stabilization. Routledge. New
York
Hartoyo, W. 1997. Studi
Perbandingan berbagai Metode
Analisis Kestabilan Lereng.
Skripsi Teknik Sipil. Universitas
Kristen Petra. Surabaya
Hasriyanto. 2008. Analisis Stabilitas
Lereng Daerah Waempella
Kabupaten Barru Sulawesi
Selatan. Skripsi Geofisika.
Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG).
2015. Laporan Singkat Gerakan
Tanah di Daerah Legok Kiara
Rawabogo Kabupaten Bandung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi. Bandung
Supeno. Priyantari, N. dan Halik. G.
2008. Penentuan Struktur Bawah
Permukaan Daerah Rawan
Longsor Berdasarkan

Anda mungkin juga menyukai