Anda di halaman 1dari 4

Skabies Meningkatkan Risiko dan Keparahan PPOK : Sebuah

Studi Populasi Berskala Nasional

Jung-Yueh Chen1, Jui-Ming Liu2, Fung-Wei Chang2, Hung Chang4,5, Khen


Cheng6,7, Chia-Lun Yeh8, Yu-Feng Wei9, Ren-Jun Hsu10

Latar belakang : Skabies adalah penyakit infeksi paling umum yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabiei dan PPOK adalah penyakit paru paling banyak.
Tujuan : Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan skabies dengan
PPOK.
Metode : Studi ini mengikutsertakan 3.568 subjek kelompok kasus dengan
diagnosis skabies dan 14.255 subjek sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok
diikuti selama 5 tahun untuk melihat ada tidaknya subjek yang didiagnosis dengan
PPOK. Subjek yang terdiagnosis dengan PPOK diikuti lagi selama 2 tahun untuk
melihat ada tidaknya komplikasi PPOK pada kedua kelompok.
Hasil : Sebanyak 2.765 (15,5% subjek dari total subjek 17.823 didiagnosis dengan
PPOK dalam 5 tahun evaluasi, 904 (32,7%) dari yang terdiagnosis PPOK tersebut
berasal dari kelompok kasus dengan skabies, 1.861 (67,3%) berasal dari
kelompok kontrol. Apabila dibandingkan dengan kelompok tanpa skabies,
Hazard Ratio (HR) kelompok skabies mengalami PPOK adalah 2,15 (interval
konfidensi sebesar 95%).
Kesimpulan : Sebanyak 72% pasien skabies akan mengalami peningkatan risiko
mengalami PPOK. Pasien skabies yang mengalami PPOK juga akan lebih
berisiko mengalami komplikasi PPOK seperti gagal napas akut, henti jantung-
napas, pneumonia dan eksaserbasi akut PPOK.
RESUME JURNAL

Skabies adalah sebuah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei. Prevalensi infeksi skabies di seluruh dunia adalah sekitar 300 ribu kasus setiap tahun.
Klinis tipikal infeksi skabies adalah gatal pada seluruh kulit, adanya papul eritematous dan
terowongan. Laki-laki dan perempuan terinfeksi skabies dengan jumlah yang sama. Pannell
et al menyebutkan 5 juta pasien di Inggris yang difollow-up selama 10 tahun dan ditemukan
bahwa insidens skabies adalah 351 kasus pada 100.000 orang setiap tahun di antara laki-laki
dan 437 per 100.000 perempuan setiap tahunnya. Skabies adalah penyakit yang terutama
ditularkan dari orang ke orang melalui kontak kulit. Banyak faktor yang mempengaruhi
penyebaran skabies, termasuk usia, kepadatan penduduk, higien, status sosioekonomi, dan
musim. Skabies sering terjadi pada anak-anak dan juga reatif sering pada orang tua dan
selama musim salju.
PPOK adalah sebuah penyebab morbiditas dan mortalitas utama di seluruh dunia dan
diperkirakan bisa menjadi penyebab kematian ketiga di dunia pada tahun 2020. Survei
epidemiologi terbaru menemukan bahwa prevalensi PPOK di Taiwan adalah 6,1%. PPOK
ditandai dengan limitasi aliran udara yang persisten dan biasanya progresif. Sebuah respon
inflamasi kronik terhadap partikel asing berbahaya atau gas-gas di jalan napas merupakan
patogenesis utama yang menyebabkan terbatasya aliran udara. Merokok, polusi di lingkungan
kerja dan polusi udara ruangan adalah faktor risiko utama terjadi PPOK. Tingkat morbiditas
dan mortalitas PPOK meningkat seiring usia. Studi-studi sebelumnya menemukan bahwa
prevalensi PPOK lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan, namun pada negara maju
prevalensi PPOK hampir sama pada laki-laki dan perempuan. Gejala-gejala PPOK lebih
sering memburuk selama musim dingin karena bronkospasme lebih mudah terinduksi oleh
cuaca dingin dan infeksi jalan napas. Beberapa eksaserbasi akut PPOK ternyata berhubungan
dengan perburukan fungsi paru dan meningkatkan mortalitas.
Skabies dan PPOK eksaserbasi sering terjadi di musim salju. Wang et al membuat
sebuah studi tentang faktor risiko skabies di Taiwan dan diperoleh hasil 5,7% pasien dengan
skabies juga memiliki PPOK. Sebuah studi literatur inggris di Pubmed mengindikasikan
belum adanya laporan tentang hubungan skabies dan PPOK. Oleh karenanya studi populasi
nasional ini dibuat untuk mengevaluasi hubungan antara skabies dan PPOK dan menentukan
apakah ada hubungan antara skabies dengan keparahan PPOK.
Penelitan ini merupakan studi retrospektif berdasarkan data dari Taiwan National
Health Insurance Research Database (NHIRD). NHIRD memiliki data demografi, rekam
medis, dan data prosedur klinis. Subjek penelitian ini dipilih dari Januari 2001 sampai
Desember 2006, yaitu pasien yang baru didiagnosis skabies (ICD 9; 133.0). Diagnosis
skabies dibuat oleh dokter. Kriteria eksklusi dalam studi ini yaitu :
1. pasien yang didiagnosis skabies sebelum 1 Januari 2001 (n= 1.425)
2. pasien usia <40 tahun (n=5.510)
3. pasien yang sebelumnya memiliki riwayat skabies dan PPOK (n=1.341)
4. pasien yang rekam medisnya tidak lengkap (n= 113)
Jumlah subjek penelitian ini yaitu 3.568 orang dengan infeksi skabies. Kelompok
kontrol disesuaikan dengan kelompok kasus berdasarkan usia, jenis kelamin, daerah asuransi
dan urbanisasi dengan perbandingan kelompok kasus terhadap kelompok kontrol yaitu 1:4.
Terdapat 17.823 subjek dalam studi ini, yaitu 3.568 orang sebagai kelompok kasus dan
14.255 sebagai kelompok kontrol. Subjek penelitian diikuti dan dievaluasi apakah terjadi
PPOK, dalam 2 tahun berikutnya orang dengan skabies yang terkena PPOK dievaluaasi
apakah mereka menderita gejala respiratori akut. Diagnosis PPOK dibuat berdasarkan gejala
batuk kronik, sesak dan adanya sputum serta terpapar faktor risiko. Diagnosis kejadian gejala
respiratori akut termasuk pneumonia, eksaserbasi akut, gagal napas akut, dan henti jantung-
napas. Diagnosis skabies ditegakkan berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan fisik dengan
gejala gatal menyeluruh kecuali fajah, gata memberat terutama malam hari, adanya papul
yang gatal dan inflamatif, terowongan serta nodul. Subjek penelitian dikelompokkan menurut
usia menjadi 4 kelompook yaitu 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun dan ?70 tahun.
Semua hasil dianalisis menggunakan SPSS versi 19.0. Uji chi-square digunakan untuk
analisis deskriptif terutama distribusi demografi, prndapatan, geografi, tingkat urbanisasi, dan
komorbiditas pasien dengan atau tanpa skabies. Uji proporsional regresi hazard digunakan
untuk memperkirakan efek faktro risiko dinyatakan dalam hazard ratio (HRs) dengan 95%
tingkat kepercayaan.
Rerata usia dari 17.823 subjek adalah 59,31±14.21 tahun. Terdapat prevalensi
komorbid seperti HTN, DM, dan CHD yang tinggi pada pasien dengan skabies dibanding
kelompok kontrol.
Tabel 2. Insiden PPOK
Tabel 2 menunjukkan dari 17.823 subjek, sebanyak 2.765 subjek (15,5%) didiagnosis
dengan PPOK dalam 5 tahun pertama evaluasi, 904 (25,3%) subjek berasal dari kelompok
kasus dan 1.861 (13,1%) berasal dari kelompok kontrol, jika dibandingkan maka HR
kelompok skabies mengalami PPOK dengan kelompok kontrol adalah sebesar 2.15 (95%
interval kepercayaan).
Tabel 3 menunjukkan identifikasi faktor risiko PPOK pada kelompok pasien dengan
skabies yaitu jenis kelamin laki-laki lebih tinggi, usia >70 tahun lebih berisiko memiliki
PPOK, komorbid HTN, DM, CHD, CHF, CKD juga berhubungan signifikan dengan PPOK.
Tabel 4 menunjukkan adjusted hazards ratioa (aHR) kejadian respiratori akut yang
disebabkan PPOK lebih tinggi pada kelompok dengan skabies dibandingkan kelompok
kontrol (aHR kelompok skabies yaitu 4.00 mengalami gagal napas, 3,95 henti jantung-napas,
3,92 dengan pneumonia, 1,85 dengan eksaserbasi akut).
Berdasarkan studi in vitro, beberapa sitokin inflamasi termasuk IL1, IL6, IL8, dan TNF
alfa serta sitokin imunomodulator IL10 dan IL12 yang berperan dalam respon imunologi
skabies. Respon imun yang timbul ditandai dengan peningkatan sel CD8 (sitotoksik) yang
merupakan karakteristik PPOK. Peningkatan IL1B, Il6, IL8, TNF alfa juga terdapat pada
sputum dan bilasan bronkoalveolar pasien dengan PPOK. Adanya peningkatan IL17 pada
skabies norwegia juga berperan dalam terjadinya PPOK. Skabies berhubungan dengan
kenaikan IgE yang dipicu oleh respon Th2 yang juga berperan dalam PPOK.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan pasien dengan skabies
berisiko lebih tinggi mengalami PPOK dan pasien skabies yang mengalami PPOK juga lebih
berisiko mengalami komplikasi PPOK. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor pada skabies yang menentukan kejadian PPOK.

Anda mungkin juga menyukai